Share

Alasan Kabur

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-01-14 19:48:20

"Sudahlah Pa, bukankah peristiwa itu sudah berlalu. Aku juga tidak peduli sekarang nasibnya bagaimana. Yang terpenting aku sudah terbebas dari perjodohan itu," ungkap Abie.

"Kau pasti akan menyesal karena sudah meninggalkan Zahra di pelaminan," jawab Hisyam geram.

"Menyesal? Mana mungkin, Pa. Aku tidak akan menyesal meninggalkan gadis kampungan itu!" tegas Abie. Ia masih merasa tindakannya benar meninggalkan Zahra. 

Selama ini Abie belum pernah melihat Zahra secara langsung dan cermat. Pertama kali di perkenalkan, Zahra menunduk saja. Dia tidak melihat ke arah Abie. Hubungan mereka terjalin lewat wa. Zahra tidak pernah mengiyakan Abie, manakala lelaki itu iseng mengajaknya bertemu dan melakukan hubungan yang lebih intim. Akhirnya, Abie kesal ia merasa Zahra gadis kampungan yang tidak mau di ajak begituan. Zahra tidak asyik. Abie pun melampiaskan keinginannya itu dengan wanita di luaran sana.

Hisyam pun menutup kembali teleponnya, berbicara dengan anak tirinya itu membuat telinganya panas. Ia jadi ingat sudah meninggalkan Zahra dalam waktu yang lama. Bagaimapun juga Zahra sekarang istrinya, dia sendirian dan tak punya siapa-siapa di rumah besarnya. Hisyam pun kembali ke kamar menemui Zahra.

"Kamu belum tidur?" tanya Hisyam tiba-tiba yang sudah muncul di ambang pintu. 

"Belum Om, aku belum ngantuk," jawab Zahra. Wajahnya yang imut menatap sebentar ke arah Hisyam. Pria itu tidak ada reaksi yang cukup berarti kecuali mendekati Zahra.

"Ayo aku ajak keliling rumah ini, mau?" Hisyam menawarkan ajakannya pada Zahra. Gadis itu mengangguk lalu beringsut turun dari ranjang mengikuti langkah kaki Hisyam. Zahra mencoba menyamakan langkahnya di samping Hisyam, meski dia cukup kewalahan karena Hisyam modelnya sat set.

Entah kenapa tiba-tiba Hisyam memperlambat langkahnya sehingga bisa menyamai langkah Zahra. Agaknya dia merasa kalau Zahra sedikit kewalahan mengikuti langkahnya yang lebih cepat. Mereka kemudian berkeliling ke ruang-ruangan lainnya. Mulai dari ruang keluarga, ruang dapur, ruang menonton bioskop, ruang olahraga, dan minimarket kecil. Zahra tidak menyangka kalau Hisyam sangat kaya. Koleksi mobil mewahnya juga cukup banyak.

"Kamu boleh pilih mobil mana yang kamu sukai," kata Hisyam sampai si showroom pribadinya.

"Aku nggak bisa nyetir, Om," kata Zahra.

"Nanti aku ajari, kalau aku tidak sibuk," jawab Hisyam. Ia juga tidak tahu mengapa terlantar begitu saja ingin menyanggupi mengajari Zahra padahal kalau bukan hari ini. Hari lainnya, begitu sibuk luar biasa.

"Makasih Om," jawab Zahra canggung. Ia seperti anak kecil yang di hadiahi mobil, rasanya senang sekali.

"Kita sudah berkeliling rumah kamu pasti lelah dan lapar. Ayo kita makan," ajak Hisyam. Meski perkataannya datar tapi menunjukkan sedikit kepedulian pada Zahra. Mereka pun menuju ke ruang makan. Zahra enggan duduk berdekatan dengan Hisyam. Begitu juga Hisyam, dia mengambil nasinya sendiri tanpa di layani Zahra.

Keduanya makan tanpa suara hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling berada satu sama lainnya. Keheningan itu pecah manakala Hisyam mengatakan sesuatu pada Zahra.

"Kamu tidak usah takut padaku, kita di sini teman. Kamu boleh bicara apa pun tentang dirimu padaku. Agar kamu tidak merasa kesepian di sini," ucap Hisyam.

"Baik, Om," jawab Zahra menunduk. Ia sungkan menatap wajah tampan suaminya. Karena tiap kali menatap wajah Hisyam, aura kewibawaan Hisyam membuat jantungnya berdetak aneh. Lebih cepat dari biasanya.

"Om, aku juga akan bersikap sebagai istriku Om. Kecuali kebutuhan yang satu itu, selagi aku di sini aku akan melayani kebutuhan Om dengan baik," kata Zahra. Ia tidak ingin seperti orang numpang yang tidak tahu diri. Ia ingin meninggalkan jejak kebaikan setelah dua pergi nanti. Meski dia tidak bisa memberikan jatah pada Hisyam. 

Beberapa hari kemudian, hubungan kaku antara Zahra dan Hisyam sedikit mencair. Zahra mulai menyiapkan keperluan Hisyam ketika berangkat kerja. Begitu juga Hisyam sudah mulai berbicara banyak tidak begitu kaku seperti di awal pertemuan mereka.

"Om, sini aku benerin dasinya," kata Zahra. Hisyam pun mendekat, sementara Zahra berjinjit dan membenarkan letak dasi Zahra. Tanpa di sadari Hisyam menatap wajah istrinya. Ia berusaha untuk menahan dirinya agar tidak melakukan sesuatu yang lebih. Zahra tidak tahu kalau dirinya di perhatikan Hisyam. Karena dia menghindari tatapan mata Hisyam. Pandangannya hanya fokus pada dasinya saja.

"Sudah rapi," kata Zahra mengagetkan lamunan Hisyam. Bagaimanapun dia seorang pria yang sudah lama menduda. Dari sekian banyak wanita yang di kenalnya setelah Winda meninggal, hanya Zahra yang mampu membangunkan gairah kelaki-lakiannya.

"Om, hari ini aku berangkat kuliah pulang sore. Terus aku mau jalan-jalan sama temen-temenku, boleh?" tanya Zahra.

"Boleh, tapi jangan pulang kemalaman. Kalau kamu bandel, nanti sopir yang akan jemput kamu," jawab Hisyam.

"Eh, jangan. Aku pulang tepat waktu kok. Jangan di jemput sopir," tolak Zagra. Pasalnya, teman-temannya tidak ada yang tahu kalau dia sudah menikah. Apalagi sama Om-Om seumuran Hisyam. Zahra tidak bisa bayangkan gimana reaksi teman-temannya kalau mereka tahu yang sebenarnya.

"Kamu malu punya suami Om-om?" tebak Hisyam.

"Itu Om udah tahu," jawab Zahra tanpa rasa bersalah. Ia pun mengambil tas kuliahnya dan berniat berjalan lebih dulu ke arah pintu. Namun Hisyam menarik tangan Zahra hingga posisi Zahra seperti mau di peluk Hisyam. 

"Om, jangan aneh-aneh ya," ancam Zahra. Meski jantungnya berdegup tak menentu.

"Siapa yang aneh-aneh. Kamu bukan anak kecil lagi, pakai baju yang bener. Bagaimana kalau ada pria hidung bilang melihatmu seperti ini," kata Hisyam sembari membenarkan baju Zahra yang belum di kancing satu pada bagian dadanya. Sontak saja Zahra tersipu malu, sentuhan tangan kekar Hisyam serasa menyentuh dadanya meski hanya membenarkan letak kancingnya.

"Atau kamu memang sengaja menggoda suamimu pagi-pagi?" tuduh Hisyam dengan senyuman menggoda.

"Apaan sih, tidak ada yang seperti itu. Om, jangan kepedean deh," kata Zahra mendorong tubuh Hisyam agar menjauh padanya. Hisyam geleng-geleng kepala melihat reaksi lucu Zahra yang malu-malu kucing terhadap dirinya.

Mereka akhirnya berangkat sendiri-sendiri. Zahra naik taksi sementara Hisyam naik mobilnya sendiri. Hisyam tidak ingin istri kecilnya itu bisa menjalankan aktivitas yang dia sukai tanpa merasa terganggu statusnya sebagai istrinya. Karena mereka hanya main nikah-nikahan meski pada dasarnya nikah beneran.

"Dari jarak jauh, kamu tetap mengawasi Nyonya. Aku ingin selalu memastikan dirinya dalam keadaan aman," kata Hisyam di teleponnya.

"Baik Pak, saya akan terus pantau Nyonya dan melindunginya dari jarak jauh," kata orang suruhannya.

Zahra cukup bahagia meski dia sudah menikah Hisyam tidaknya untuk bertemu dengan teman-temannya. Dan menjalani kuliahnya seperti biasa. Banyak yang harus dia raih semasa mudanya. Dia pikir cita-citamya akan kandas setelah menikah nanti. Nyatanya Hisyam tidak mengekangnya sama sekali. Zahra pun merasakan kebebasannya. Meskipun begitu, dia tetap harus menjaga nama baik suaminya walau  pernikahan mereka tidak banyak yang tahu.

Di kantor Hisyam pun menjalankan aktivitas sibuknya seperti biasa. Ia bertemu klien, rapat dan membicarakan tender-tendernya. Hisyam melirik ke arah kotak makan kecil yang di siapkan Zahra tadi. Ia tersenyum sebentar, tidak tahu mengapa kotak bekal mungil itu serasa cukup berarti baginya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terpesona Papa Mertua   Terima Kasih Petir

    Dia masih ingat bagaimana Zahra membuat gaduh di dapur, membuat masakan kecil buat Hisyam. Kelakuan anak itu terkadang membuatnya gemas sekaligus senyum-senyum sendiri kalau mengingatnya.Saatnya makan siang, Hisyam akhirnya bisa menikmati bekal itu. Ia terdiam sesaat menikmati masakan istrinya. Tiba-tiba dia mempercepat makannya. Menurut uji tes lidah Hisyam merasakan masakan Zahra cukup enak juga. Ia pun makan semuanya dalam sekejap.Tiba-tiba ada sebuah kiriman video di hapenya. Laporan mengenai kegiatan Zahra. Tampak seorang pria muda tengah berdiri di depan Zahra berusaha memegang tangan Zahra. Namun Zahra menghindarinya. Hisyam tersenyum, ada semacam perasaan lega karena Zahra tidak menerima uluran tangan teman lelakinya. "Tumben kamu senyum-senyum sendiri?" Sapa seorang wanita muncul dari balik pintu. "Brenda, kapan kamu datang mengapa tidak mengabariku?" tanya Hisyam cukup kaget.Brenda adalah sahabat Winda, dia tinggal di luar kota selain Jakarta. Ia biasanya memang terkad

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terpesona Papa Mertua   Pujian Cewek Lain

    Hisyam bukan tipe Om-Om yang memiliki tubuh pendek, gendut dan memiliki perut buncit. Di usianya yang sudah kepala empat Hisyam justru semakin memancarkan ketampanannya. Dia selalu menjaga tubuhnya agar sehat dan bugar.Zahra terbangun dari tidurnya, dia tidak mendapati suaminya ada di sampingnya. Zahra menengok ke balik selimutnya dia pun lega karena pakaiannya masih komplit berarti tidak ada sesuatu yang terjadi semalam. Hari ini kebetulan hari Minggu, kuliah libur dan Hisyam juga libur kerja. Zahra bergegas bangun dari tempat tidurnya. Ia keluar mencari keberadaan Hisyam, tapi dia tidak menemukannya. Lelah mondar-mandir mencari Hisyam di rumahnya yang cukup luas, tiba-tiba perut Zahra keroncongan. Dia berjalan ke arah dapur, di sana sudah tertata rapi semua makanan menggugah seleranya.Ragu hendak makan, karena merasa tidak enak tanpa Tuan rumah mendampinginya. "Kata Tuan Hisyam, kalau Non mau makan makan saja. Karena Tuan Hisyam sedang ada keperluan penting keluar pagi-pagi," kata

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terpesona Papa Mertua   Langsung On

    "Aku yakin mereka pasti mengira aku ini simpanan Om-Om yang lagi di ajak belanja," sungut Zahra."Tidak usah kamu pikirkan soal itu, kenyataannya kamu istriku sah," jelas Hisyam. Mendengar pernyataan Hisyam entah mengapa hati Zahra menjadi tenang. Apa karena Hisyam mengakui dirinya sebagai istri? "Om, yang namanya istri sah itu kewajibannya banyak. Salah satunya menuhin kebutuhan biologis Om," jawab Zahra."Kamu tidak perlu melakukannya, karena pernikahan kita tidak seperti orang pada umumnya," kata Hisyam tak berani berharap. Ia tahu mana mungkin Zahra minat kepadanya yang usianya jauh lebih tua.Zahra pun mengangguk, sebenarnya dia tidak keberatan kalau Hisyam mau menyentuhnya. Karena dia merasa nyaman sekali malam itu waktu tidur di peluk Hisyam.Sampai di rumah, para ART langsung sibuk mengeluarkan barang belanjaan di bagasi. Sementara Hisyam dan Zahra masuk ke dalam kamarnya. Zahra langsung naik ke ranjang sementara Hisyam sandaran di sofa."Sebentar saja jalan-jalan udah capek,

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terpesona Papa Mertua   Aku Cuman Berteman

    Tak seperti biasanya Zahra berangkat pagi-pagi. Ya, hari ini dia sudah berjanji pada teman-temannya untuk kerja kelompok. Ia lupa mengatakan pada Hisyam kalau salah satu teman cowoknya datang menjemputnya. "Om, bangun," kata Zahra menggoyangkan pundak suaminya.Perlahan mata Hisyam terbuka, dia kaget Zahra sudah berdandan cantik pagi-pagi."Om, aku minta ijin pagi ini aku mau pergi ke rumah temanku. Ada kerja kelompok, boleh ya," pinta Zahra.Hisyam yang masih ngantuk hanya merem melek di sertai anggukan. Tajam lama Zahra sudah selesai dandan. Dia kemudian jongkok mencium punggung tangan Hisyam sebentar lalu pergi. Hisyam yang semula masih ngantuk sekali tersentak kaget merasakan sekilas ada benda lembab kenyal menyentuh punggung tangannya. Sayangnya, saat dia terbangun Zahra sudah hilang dari hadapannya.Hisyam hanya mendengar langkah kaki menuruni anak tangga. Ia pun bangkit dari ranjangnya dan menarik tirai untuk memantau kepergian Zahra dari jendela kamarnya. Kaget, seorang cowok

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terpesona Papa Mertua   Minta Maaf

    "Maafin Om Zahra, Om hanya merasa tidak di hargai sebagai suami," ucap Hisyam. Dia merengkuh tubuh Zahra dan menenangkan tangis istrinya. Baru kali ini dalam keadaan sadar Zahra merasakan kalau pelukan Hisyam sangat nyaman. Tubuhnya yang kekar dan dada bidangnya membuat Zahra merasa aman dalam pelukannya. Sementara Hisyam kembali merasakan gairah yang sudah lama mati kembali tumbuh. Namun sepertinya dia harus menahannya. Zahra melepaskan diri dari pelukan Hisyam, dia merasa malu habis berpelukan erat dengan suaminya sendiri. Ia sampai tak berani menatap ke arah Hisyam. Ia merasa Hisyam tidak kelihatan tua sedikitpun, bahkan seperti kakaknya. Apakah karena Hisyam rajin merawat diri atau karena suaminya itu memang awet muda."Ada yang aneh dari wajahku, mengapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Hisyam."Ah, enggak kok Om. Cuman masih aneh saja aku menikah dengan orang yang seharusnya jadi mertuaku," jawab Zahra."Kamu malu punya suami lebih tua darimu?" tanya Hisyam.Zahra mengangguk

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terpesona Papa Mertua   Halusinasinya Kejauhan

    "Untuk sementara ini kamu jangan keluar kamar dulu. Biasanya Abie cuma sebentar di rumah ini. Dia biasanya memilih tinggal di apartemennya," ucap Hisyam. "Tapi, bagaimana kalau dia mengetahui aku di sini. Aku belum siap menghadapinya," balas Zahra sembari menunduk."Sudahlah, tidak akan terjadi apa-apa. Aku di sini bersamamu," ucap Hisyam menenangkan hati Zahra. Zahra mengangguk mendengar perkataan Hisyam. Entah mengapa kali ini dia memilih percaya pada Hisyam daripada bingung memikirkan kedatangan Abie."Om, bener ya. Lindungin aku di sini," kembali Zahra memastikan.Hisyam mengangguk pasti, Zahra pun spontan memeluk Hisyam membuat pria itu cukup kaget. Namun, dia segera mengeratkan pelukannya sebentar. Hisyam tidak tahu mengapa perasaannya terdorong melindungi Zahra. Padahal awalnya niatnya menikahi Zahra atas dasar pertanggungjawaban bukan karena cinta. Lalu mengapa sekarang jantungnya selalu saja berdebar ketika berdekatan dengan Zahra?Hasratnya kembali mendekat manakala Zahra b

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terpesona Papa Mertua   Bingung Dengan Perasaanku

    "Jangan malu, kita kan suami istri kamu berhak kok melihat seluruh tubuhku," jawab Hisyam sembari mengedipkan matanya."Dasar Om mesum, aku pindah kamar aja kalau gitu," ancam Zahra. Baru saja mau membuka pintu Zahra baru ingat kalau Abie masih ada di rumah. Ia langsung berbalik arah tapi justru menabrak tubuh Hisyam yang hanya berbalut handuk. Dan sialnya handuk itu jatuh ke lantai. Mata Zahra langsung melotot kaget, begitu juga Hisyam mau mengambil handuk ya malah ke injak kaki Zahra."Om, sengaja ya. Mancing-mancing gitu," lirih Zahra sembari menutup matanya. "Bukannya Om sengaja, kayaknya kamu sendiri yang penasaran pingin liatin," canda Hisyam. "Udah pake handuknya belum?" tanya Zahra. Jantung Zahra seakan mau copot kalau lihat yang begituan. Seumur-umur baru kali ini. "Gimana mau pakai handuknya, kalau kamu injek handukku," keluh Hisyam. Buru-buru Zahra segera mengangkat kakinya. Sehingga Hisyam bisa mengambil handuknya. "Sudah Om?" tanya Zahra lagi. Matanya masih terpejam m

    Last Updated : 2025-03-09
  • Terpesona Papa Mertua   Buatmu Bertahan

    "Terserah kamu Zahra, mengenai perceraian itu kamu yang putuskan saja. Kapanpun kamu ingin, aku bisa menceraikanmu," ucap Hisyam. Sungguh perkataannya berbeda dengan isi hatinya, ia sudah merasa nyaman dengan Zahra. Tapi Hisyam tidak mungkin memaksa Zahra tinggal di sisinya kalau gadis itu tak menghendaki."Baguslah, tapi aku tidak ingin sekarang. Orang tuaku bisa shock kalau pernikahanku berakhir terlalu cepat. Aku harus menemukan pengganti dulu. Sehingga setelah bercerai nanti aku sudah memiliki calon pasangan yang baru," ucap Zahra.Sungguh di luar nalar, Hisyam adalah suami sahnya. Bagaimana mungkin Zahra bisa berpikir untuk mencari penggantinya."Oke satu bulan lagi, aku akan menunggu keputusanmu," jawab Hisyam dengan nada kecewa. Di usianya yang sudah matang, dia tidak suka mempermainkan pernikahan. Tapi yang di hadapinya ini adalah seorang bocah yang usianya sama dengan anak tirinya."Aku setuju, tapi selama satu bulan itu kamu tidak boleh menjalin hubungan dengan pria manapun.

    Last Updated : 2025-03-12

Latest chapter

  • Terpesona Papa Mertua   Hisyam Galau

    Hisyam tidak langsung menjawab permintaan Abie. Ia harus mendiskusikannya dengan Zahra. Suami mana yang sanggup melihat istri yang di cintainya berduaan dengan pria lain. Meski Abie putranya, dia bukan putra kandungnya."Akan aku tanyakan pada Mama kamu," lirih Hisyam."Kamu istirahat dulu."Hisyam keluar dari kamar Abie, dia berhasil menenangkan putranya. Giliran hatinya tidak tenang. Ia harus merelakan Zahra berdekatan dengan Abie."Permintaan yang konyol," batin Hisyam."Di saat seperti ini bisa-bisanya dia memanfaatkan situasi dan perasaanku."Sama halnya ketika Winda datang membawa Abie yang masih kecil. Meminta perlindungan padanya. Menikahinya meski tidak pernah menyentuhnya. Ia menjadi perjaka bodoh yang berstatus suami.Baru saja keluar dari pintu kamarnya. Hisyam di kagetkan keberadaan Zahra yang sudah berdiri di depan pintu. Rupanya sedari tadi Zahra berada di luar kamar Abie. Ia tidak berani masuk, takut amukan Abie."Om, mau bicara sama kamu."Lirih namun bisa di dengar Z

  • Terpesona Papa Mertua   Permintaan Abie

    Abie tersenyum, seolah dia mendapatkan kemenangannya. Papanya kembali tidak memarahinya. Ia kenal Hisyam. Seorang ayah yang tidak tegaan dan penuh kasih sayang. Di usianya yang masih bayi ibunya sudah di tinggal oleh papa kandungnya. Di usia lima tahun dia di pertemukan papa baru yang tajir melintir. Siapa yang tidak senang. Hidup berkecukupan bergelimang harta dan mendapat sekolah terbaik tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.Abie tidak pernah tahu wajah ayah kandungnya seperti apa. Karena Winda tidak pernah menunjukkan fotonya. Kemungkinan Winda terlalu sakit hati di tinggal selingkuh suaminya di saat hamil besar. Hisyam tahu jelas siapa pria itu. Tapi Hisyam selalu di wanti-wanti oleh Winda agar tidak mengatakannya pada Abie. Alasan Winda cukup kuat karena ayah kandung Abie tidak pantas membesarkan Abie. Zahra menautkan telapak tangannya di telapak tangan Hisyam. Membuat pria bertubuh tegap itu tersadar dari lamunannya. Hari ini Abie ingin pulang ke rumah, ia ingin rawat jalan. Sua

  • Terpesona Papa Mertua   Hasil Diagnosa

    "Bagaimana keadaannya?" tanya Zahra."Dia lemah, butuh banyak cairan karena tidak mau makan beberapa hari ini," ucap Hisyam.Wajahnya terlihat lelah seperti ada yang di pikirkan tapi tidak bisa di curahkan pada istrinya. Zahra tidak sanggup untuk banyak bertanya lagi. Tidak rela rasanya."Om, temani aku makan di bawah. Perutku udah melilit dari tadi," ajak Zahra manja. Tatapannya penuh permohonan membuat Hisyam tak tega. Perasaannya yang tengah gundah gulana di tepis sebentar demi menyenangkan istri tercintanya."Turunlah lebih dulu, aku mau berganti pakaian," balas Hisyam."Oke."Aku tunggu di bawah ya," ucap Zahra penuh semangat.Sepeninggal Zahra, Hisyam duduk termenung sendirian. Memikirkan perkataannya Abie yang meminta agar dirinya melepas Zahra. Ia tidak habis pikir mengapa Abie bisa berpikiran seperti itu. Hisyam merasa gagal mendidik Abie selama ini."Lama-lama karaktermu mirip seperti ayah kandungmu," lirih Hisyam. Banyak hal yang di ketahui Hisyam mengenai ayah kandung Abie

  • Terpesona Papa Mertua   Zahra Bukan Barang

    Sepulang dari bulan madu Hisyam segera bergegas menemui Abie. Ia yakin putranya itu keras kepala dan tidak mau makan. Namun pada saat dia membuka pintu kamarnya, Abie tidak ada di tempat."Dimana dia?" Seorang pelayan mendekati Hisyam seolah ada sesuatu uang ingin di beritahukannya."Maaf Tuan. Tuan muda sudah di bawa ke rumah sakit karena tubuhnya terus melemah tidak mau makan," terang ARTnya. Zahra ikut kaget mendengarnya."Kenapa aku tidak di beritahu?" Hisyam geram karena tidak ada yang memberitahunya sama sekali."Maaf Tuan, kejadiannya begitu cepat. Kami hendak memberitahu Tuan tapi Tuan sudah datang lebih dulu." Pelayan itu menjelaskan sembari menundukkan kepalanya. Bibirnya bergetar takut kalau Hisyam marah besar dan menecatnya."Ya sudah, nanti aku akan kesana," pungkas Abie. Ia pun mengajak Zahra untuk beristirahat di kamarnya. Awalnya, Zahra memasuki kamarnya sendiri. Namun karena tidak tega pada Hisyam dia memilih tinggal di kamar Hisyam saja."Om tidak apa-apa?" tanya Z

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Frustasi

    Sepulang dari bulan madu Hisyam segera bergegas menemui Abie. Ia yakin putranya itu keras kepala dan tidak mau makan. Namun pada saat dia membuka pintu kamarnya, Abie tidak ada di tempat."Dimana dia?" Seorang pelayan mendekati Hisyam seolah ada sesuatu uang ingin di beritahukannya."Maaf Tuan. Tuan muda sudah di bawa ke rumah sakit karena tubuhnya terus melemah tidak mau makan," terang ARTnya. Zahra ikut kaget mendengarnya."Kenapa aku tidak di beritahu?" Hisyam geram karena tidak ada yang memberitahunya sama sekali."Maaf Tuan, kejadiannya begitu cepat. Kami hendak memberitahu Tuan tapi Tuan sudah datang lebih dulu." Pelayan itu menjelaskan sembari menundukkan kepalanya. Bibirnya bergetar takut kalau Hisyam marah besar dan menecatnya."Ya sudah, nanti aku akan kesana," pungkas Abie. Ia pun mengajak Zahra untuk beristirahat di kamarnya. Awalnya, Zahra memasuki kamarnya sendiri. Namun karena tidak tega pada Hisyam dia memilih tinggal di kamar Hisyam saja."Om tidak apa-apa?" tanya Z

  • Terpesona Papa Mertua   Abie Frustasi

    "Jadi kan buat anaknya tiap hari," goda Hisyam. Ia hendak merangkul Zahra tapi gadis cantik itu justru menepis tubuhnya."Ih ... Om ke ger-an deh. Kalau bukan karena temen Om yang tingkahnya berbau pelakor aku pasti udah duduk anteng aja," ucap Zahra membela diri."Itu tandanya sayang.""Ya enggak juga, aku mempertahankan harga diriku sebagai istri kok. Mentang-mentang tampangku bocil gini mau di ejek semaunya," gerutu Zahra.Hisyam hanya geleng-geleng kepala. Seperti biasa kalau dari pantai dia pasti ke kamar mandi untuk membersihkan diri lagi. Pasalnya tubuh terasa lengket kalau tidak langsung mandi. Pagi dah mandi siang mandi lagi pokoknya kayak lumba-lumba si Om ini.Zahra cukup bosan karena dia dari tadi menunggu Hisyam mandi tidak kelar juga. "Ini Om sedang luluran ato ngapain sih. Lama banget mandinya kayak cewek," gerutu Zahra.Ia hendak mengetuk pintu kamar mandi tapi kaget bukan main karena tiba-tiba kepala Hisyam nongol separuh dari balik daun pintu."Astagfirullahhaladzim

  • Terpesona Papa Mertua   Masih Bulan Madu

    Tak ada yang terjadi semalam, Zahra masih bergulat dengan selimutnya setelah sholat subuh. Sementara Hisyam sibuk dengan laptopnya memeriksa laporan dari Candra asisten pribadinya. Ingin dia mengabaikan semua pekerjaan itu. Namun acara bulan madu termasuk acara dadakan gara-gara ada Abie. Jadi banyak pekerjaan yang mesti harus di selesaikan."Om, kita pulang aja yuk," suara Zahra terdengar dari balik selimut.Hisyam terdiam sejenak menghentikan aktifitas di laptopnya. Tangannya berhenti mengetik, menyimpan data-data itu sebelum mematikan laptopnya. Ia mendekati istri kecilnya, menyibak selimut tebal yang membungkus tubuh Zahra."Kamu bosan di sini?" tanya Hisyam."Enggak, aku cuman nggak enak. Om kayaknya banyak kerjaan," balas Zahra. Manik matanya menatap ke arah Hisyam yang tengah duduk di hadapannya."Tidak usah kamu pikirkan. Ayo kita keluar jalan-jalan lagi," ajak Hisyam.Zahra menggeleng. Ia memiringkan tubuhnya menghadap ke dinding. Tiba-tiba pria tampan itu ikut berbaring mir

  • Terpesona Papa Mertua   Membeku Di Kamar

    Hari sudah mulai gelap, keduanya sudah kembali dari pantai membersihkan diri. Hisyam tersenyum saat Zahra memakai pakaian tidur. Ia kelihatan menggemaskan dengan bajunya yang bergambar boneka. Sementara kepala Zahra masih di balut hijab. Meski memakai pakaian yang longgar tetap saja terlihat cantik.Hisyam sudah tidak sabar menunggu saat itu tiba. Ia pura-pura berbaring di ranjang memasang muka kelelahan. Terpaksa dia mengakali Zahra. Hanya dengan cara itu gadis itu peka dan lebih perhatian padanya."Om balik badan dulu," ucap Zahra. Otomatis kayak boneka di remot, tubuh Hisyam langsung berbalik tengkurap. Pikirannya sudah berselancar kemana-mana. Membayangkan jari-jari lentik Zahra memijat punggungnya. "Om, badannya gede. Kayaknya jariku nggak kuat kalau mijit langsung. Boleh kan aku pakai alat bantu?" tanya Zahra."Terserah kamu saja. Yang penting pegel-pegelku hilang," kata Hisyam pasrah. Meski ia tidak tahu apa yang akan di gunakan Zahra. Daripada aksi pijat memijatnya tidak jad

  • Terpesona Papa Mertua   Menjauhkan Zahra Dari Abie

    Selama beberapa saat Abie terpaku memandang Zahra. Wanita yang selama ini di tolaknya salam pernikahan justru sekarang dia inginkan. Andai saat itu Abie lebih teliti lagi tidak terburu-buru, mungkin Zahra sekarang sudah menjadi istrinya.Zahra tengah sibuk menata makanan untuk sarapan pagi. Hari ini dia libur, lumayan bisa membantu Mbok Siyem memasak di dapur untuk menyiapkan sarapan. Tidak biasanya Abie bangun lebih awal, tentu saja dia tidak ingin melewatkan momen bertemu Zahra. "Pagi Ma, cantik banget hari ini," puji Abie. Sementara Zahra merasa risih di panggil Mama oleh Abie. Ia terdiam tidak menjawab sapaan Abie. Rasanya hatinya masih kesal setelah tahu ternyata pria yang baru di kenalnya itu adalah mantan calon suami yang pernah di jodohkan dengannya dulu."Aku bantu ya nata piringnya," seloroh Abie tidak tahu malu. Gerah mendengar perkataan Abie yang menyebut dirinya Mama ia langsung menatap tajam ke arah Abie. Tak rela rasanya kalau dirinya yang masih muda di panggil Mama.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status