Share

Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir
Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir
Penulis: Fit Tree Fitri

Kehilangan Bayi

Penulis: Fit Tree Fitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Amira masih berada di atas ranjang pasien. Wanita itu baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat tampan mirip dengan dirinya secara normal. Dia baru sadarkan diri dan langsung mencari bayinya.

“Suster di mana bayiku?” tanya Amira.

“Ah, Anda sudah bangun, Nyonya.” Perawat mendekati Amira yang ditinggalkan sendiri di rumah sakit. Semua anggota keluarga suaminya sudah pulang dan tidak menunggu dirinya hingga siuman.

“Ya. Di mana suamiku juga?” Amira mulai merasakan dirinya tidak nyaman. Tidak biasanya Andika meninggalkan dia begitu saja.

“Kami benar-benar minta maaf, Nyonya.” Perawat memegang tangan Amira dengan lembut. Dia ingin memberikan kekuatan kepada wanita yang masih lemah karena baru saja melahirkan itu.

“Minta maaf untuk apa?” Amira memaksakan dirinya untuk tersenyum. Dia benar-benar sudah ketakutan.

“Anda kehilangan putra yang baru saja dilahirkan,” ucap perawat merapikan rambut Amira yang berantakan.

“Apa? Tidak!” Amira segera duduk.

“Aku susah payah untuk bisa hamil untuk mendapatkan anak. Aku rela resign dari pekerjaaku. Tidak!” Amira menggelengkan kepalanya. Dia menangis histeris. Di saat sedang terpuruk tidak satu pun anggota keluarga yang memberikan kekuatan kepadanya. Dia benar-benar sendirian.

“Sus, di mana putraku?” tanya Amira sesegukan.

“Bayi Anda sudah dibawa pulang oleh pihak keluarga,” jawab perawat.

“Apa? Kenapa mereka tidak menungguku bangun? Berapa lama aku tidak sadarkan diri?” Amira memegang kuat tangan perawat.

“Sejak mengetahui bayi Anda meninggal. Semua anggota keluarga langsung pulang dengan membawa jenazah bayi,” jelas perawat merasa iba pada Amira.

“Apa mereka membawa pergi bayiku?” Amira histeris. Dia ingin segera turun dari tempat tidur dan pulang ke rumah.

“Tenangkan diri Anda.” Perawat menahan tubuh lemah Amira yang hampir saja jatuh ke lantai.

“Tidak. Aku mau bertemu dengan anakku. Aku belum melihatnya. Aku belum mencium dan memeluk putraku.” Amira menangis tersedu-sedu. Dia memeluk perawat yang masih setia menemaninya.

“Bayi Anda pasti sudah dimakamkan,” ucap perawat pelan. Dia mengusap punggung Amira.

“Anakku. Kenapa kamu meninggalkan Mama.” Amira terus menangis hingga tidak sadarkan diri. Dia kembali pingsan.

Tubuhnya benar-benar tidak berdaya. Hatinya terluka begitu dalam. Sedih yang menyayat jiwa. Kehilangan putra pertama yang baru saja dilahirkannya. Dia belum sempat bertemu dengan bayinya setelah dilahirkan.

“Bagaimana kondisi pasien?” Dokter yang membantu Amira melahirkan masuk ke dalam ruangan.

“Pasien sempat bangun dan pingsan kembali setelah mengetahui bayinya meninggal,” jawab perawat merapikan selimut untuk menutupi tubuh Amira.

“Dia harus segera keluar dari rumah sakit karena tidak ada lagi pihak keluarga yang mau menanggung biaya pengobatan dan penginapan. Mereka hanya melunasi hingga kelahiran bayi saja,” jelas Dokter Ibra memeriksa air infus Amira.

“Apa? Kasian sekali. Padahal masih muda dan cantik.” Perawat memperhatikan wajah cantik Amira yang masih terlelap.

“Dia masih bisa bertahan di sini jika tidak ada pasien baru, tetapi tetap harus melunasi biaya yang tersisa,” ucap dokter Ibra Amira. Wanita itu benar-benar cantik dan seksi dengan usia yang memang masih muda.

“Jika pasien sudah bangun akan saya jelaskan, Dok.” Perawat benar-benar kasian pada Amira.

“Ya. Terima kasih. Kamu sangat baik dan peduli. Saya keluar dulu.” Dokter Ibra menyentuh dahi Amira.

“Terima kasih, Dok.” Perawat mengantarkan dokter Ibra ke depan pintu kamar. Wanita itu kembali mendekati Amira yang masih belum sadarkan diri.

“Kasian sekali. Apa dia tidak punya keluarga selain dari pihak suami?” tanya perawat pada dirinya sendiri.

“Bu, saya harus pergi ke ruangan lain. Semoga Anda segera pulih.” Perawat meninggalkan Amira sendirian di kamar.

Amira tidak akan mendapatkan pengobatan dan perawatan lagi karena pihak suami tidak mau menanggung biayanya. Dia hanya menumpang tidur di kamar pasien yang masih kosong. Wanita itu benar-benar sudah dibuang oleh suaminya.

“Anak Mama.” Amira membuka mata. Butiran bening mengalir membasahi bantal. Jari-jarinya meremas seprai.

“Kenapa kamu tinggalkan Mama, Nak.” Amira terus menangis. Air mata tidak ingin berhenti mengalir.

“Ya Tuhan. Apa aku tidak pantas menjadi seorang ibu?” Amira menggigit bibirnya.

“Ah.” Amira melihat air infus yang hampir kering. Dia juga tidak mendapatkan makanan lagi dari pihak rumah sakit karena tidak terdaftar sebagai pasien.

“Aku lapar.” Amira duduk di tepi kasur. Dia meneguk air yang ada di dalam gelas tertutup.

“Apa sudah malam lagi? Aku harus pulang.” Amira mencabut jarum infus dan turun dari tempat tidur. Dia kesulitan untuk berdiri karena tubuh dan kaki yang terasa lemas.

“Ya Tuhan.” Amira menyusuri dinding dan duduk di sofa. Dia melihat ada roti dan buah. Wanita itu benar-benar lapar hingga memakan habis buah dan roti.

“Di mana ponselku?” Amira mencari tas miliknya.

“Ah itu.” Amira tersenyum. Dia segera mengambil tas hitam yang ada di bawah meja sofa.

“Aku harus menghubungi Andika agar bisa menjemputku pulang.” Amira menghubungi nomor Andika, tetapi tidak ada jawaban sama sekali.

“Kemana Andika? Baru pukul sepuluh malam. Apa dia sudah tidur?” Amira melihat jam yang menempel di dinding.

“Bu.” Perawat yang sangat baik dan peduli pada Amira memastikan pasiennya baik-baik saja. Dia masih sempat mengunjungi Amira ketika akan pulang.

“Siapa nama kamu?” tanya Amira tersenyum pada perawat.

“Sinta, Bu,” jawab Sinta duduk di samping Amira.

“Apa kamu mau pulang?” Amira menatap Sinta dengan tatapannya yang kosong.

“Iya, Bu. Apa Ibu juga mau pulang?” tanya Sinta.

“Iya. Bagaimana dengan biaya rumah sakit?” Amira tampak bingung.

“Sebenarnya, Anda sudah harus keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu. Pihak keluarga sudah menghentikan pembayaran,” jelas Sinta dengan lembut.

“Apa?” Amira sangat terkejut. Dia tidak menyangka suami dan keluarga akan membuangnya dengan cara yang kejam.

“Itu artinya aku ada tunggakan biaya rumah sakit,” ucap Amira.

“Iya, Bu. Tetapi Dokter Ibra sudah membantu menjadi penjamin. Jadi, Anda bisa keluar rumah sakit dan melunasi di kemudian hari,” jelas Sinta.

“Hm.” Amira tertunduk. Wanita itu kembali menangis. Matanya sudah bengkak dengan wajah sembab.

“Apa aku boleh pulang sekarang?” tanya Amira menatap pada Sinta.

“Apa Ibu sudah kuat?” Sinta memegang tangan Amira.

“Ya. Apa kita bisa keluar sama-sama?” Amira tersenyum. Wanita itu benar-benar berusaha untuk tegar.

“Iya. Mari saya bantu, Bu.” Sinta memegang tangan Amira dengan tidak lupa membawa tas wanita itu. Mereka keluar bersama menuju pintu gerbang utama rumah sakit.

“Ibu pulang kemana?” tanya Sinta.

“Jalan Cedrawasih Elit,” jawab Amira.

“Syukurlah. Kita searah. Saya temani Ibu sampai rumah.” Sinta tersenyum.

“Terima kasih.” Amira pun senang karena masih ada orang baik yang mau membantunya.

Sinta memesan taksi online agar bisa membawa mereka berdua. Mobil hitam melaju dengan kecepatan standar mengantarkan penumpang pada tujuan.

“Kita sampai,” ucap sopir.

“Bang, tunggu sebentar boleh?” tanya Sinta yang sudah menjadi langganan sopir.

“Tentu saja, Neng.” Pak sopir tersenyum.

“Terima kasih, Bang. Aku antar Bu Amira sampai dalam dulu.” Sinta turun dari mobil bersama dengan Amira. Mereka menekan bel pintu pagar rumah Andika.

“Siapa malam-malam begini?” Pak satpam mengintip dari lubang kecil.

“Ibu Amira.” Pak Satpam terkejut. Dia segera membuka pintu.

“Ibu dari mana saja malam-malam begini?” tanya satpam memperhatikan Amira yang masih mengenakan baju pasien rumah sakit.

“Bu Amira baru keluar dari rumah sakit. Dia ditinggalkan sendiri,” jawab Sinta.

“Apa?” Satpam saling pandang. Mereka baru ingat bahwa Amira melahirkan di rumah sakit dan bayinya meninggal. Mereka tidak tahu bahwa wanita itu masih tinggal di rumah sakit.

“Pak, ini bisa tolong bantu Ibu Amira masuk ke rumah dulu. Kasian dia masih lemah,” ucap Sinta.

“Ah Iya. Ayo, Bu.” Satpam mengantarkan Amira ditemani Sinta hingga ke depan pintu utama.

“Pak Andika.” Pak satpam mengetuk pintu dan tidak ada jawaban.

“Permisi.” Pak satpam menghubungi bibi yang ada di dapur agar wanita itu membuka pintu yang sudah terkunci.

“Ada apa?” tanya bibi membuka pintu.

“Ibu.” Bibi terkejut melihat Amira. Dia yang terus berada di rumah tahu benar bahwa Pak Andika sedang mempersiapkan berkas perceraian.

“Masuk, Bu.” Bibi tanpa sadar membawa Amira masuk ke dalam rumah.

“Terima kasih.” Amira benar-benar lemah. Dia segera duduk di sofa.

“Bu, saya pamit pulang dulu,” ucap Sinta.

“Terima kasih, Sin. Tolong berikan nomor ponsel kamu.” Amira menyerahkan ponselnya.

“Baik, Bu.” Sinta menuliskan nomor ponselnya.

“Terima kasih,” ucap Amira lembut.

“Sama-sama. Saya pamit. Semoga ibu cepat sembuh dan pulih.” Sinta tersenyum. Wanita itu segera berlari cepat menuju taksi yang dengan setia menunggunya. Meninggalkan Amira di rumah mewah yang tidak lagi menerimanya menjadi menantu karena telah gagal melahirkan seorang bayi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fit Tree Fitri
Terima kasih ...
goodnovel comment avatar
Wawan Gunawan
kasihan sekali🥹🥹
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Hati yang Hancur

    Bibi memperhatikan Amira yang masih duduk diam di kursi. Wanita itu ragu untuk pergi ke kamar dan menemui suaminya. Dia benar-benar tidak punya apa pun lagi.“Mari saya antar ke kamar Anda, Bu.” Bibi mengulurkan tangan pada Amira.“Terima kasih. Aku bisa sendiri.” Amira beranjak dari tangan. Dia mengenakan tas di atas pundak kiri.“Ahh.” Amira hampir saja jatuh karena kelelahan dan kakinya lemah.“Hati-hati, Bu.” Bibi memegang tangan Amira.“Ada apa ribut-ribut?” Marni menuruni tangga. Wanita paruh baya yang tidak lain adalah mertua Amira. “Mama,” sapa Amira.“Kenapa kamu pulang ke rumah ini?” tanya Marni mendekati Amira. Wanita itu menatap tajam pada menantunya.“Karena ini rumah kita,” jawab Amira bingung. Dia memaksa diri tersenyum.“Ini bukan lagi rumah kamu,” tegas Marni.“Apa? Kenapa?” tanya Amira gemetar.“Karena kamu dan Andika akan segera bercerai,” jawab Marni tersenyum sinis.“Apa? Kenapa kamu bercerai?” tanya Amira dengan mata yang mulai basah. “Karena kamu sudah membuat

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Diusir dari Rumah

    Amira yang lelah dan lemah benar-benar tidur dengan pulas. Dia tidak terbangun meskipun hari sudah terang. Bibi yang sibuk di dapur pun tidak membangunkan wanita yang baru saja selesai melahirkan itu.Semua anggota keluarga sudah berada di ruang makan untuk menikmati sarapan. Tidak ada yang ingat apalagi peduli pada Amira yang memamg sudah diusir dari rumah mereka.“Dika, apa berkas untuk perceraian sudah siap?” tanya Marni.“Sudah, Ma,” jawab Andika.“Apa kita bisa makan dengan tenang dan tidak membahas apa pun?” Handoko menatap tajam pada Marni.“Aku hanya mengingatkan Andika agar dia mempercepat proses perceraian dengan wanita lemah itu. Melahirkan satu bayi saja tidak mampu. Menghabiskan uang selama program,” kesal Marni.“Ah, Ibu pasti masih tidur.” Bibi ragu untuk pergi ke kamar Amira karena dia masih harus menunggu semua orang selesai makan.“Semalam aku mendengar keributan. Apa yang terjadi?” Handoko menyelesaikan sarapannya. Pria itu mengeringkan mulutnya dengan tisu.“Menant

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Kelahiran Putra Wijaya Kusuma

    Seorang pria terlihat duduk di depan ruangan operasi. Wijaya Kususma menunggu istrinya Luna Margareta yang sedang melahirkan bayi pertama hasil buah cinta yang sudah lama diharapkan. Seorang model yang awalnya menolak untuk hamil dan melahirkan, tetapi diancam akan dihancurkan kariernya membuat wanita itu tidak bisa menolak permintaan suaminya yang berkuas.“Selamat, Pak. Bayi Anda sudah lahir dengan jenis kelamin laki-laki.” Dokter keluar dari ruangan dan mengucapkan selamat kepada Wijaya Kusuma dengan rasa hormat dan bangga.“Terima kasih. Kapan saya bisa bertemu dengan putra saya?” tanya Wijaya.“Anda bisa menunggu di rungan bayi yang sudah kami siapkan,” jawab dokter.“Suster, tolong antarkan Pak Wijaya ke ruangan,” uca[ dokter pada perawat.“Baik, Dok. Mari, Pak.” Suster tersenyum. Wanita muda itu mencuri pandang untuk bisa melihat wajah tampan dari Wijaya Kusuma.Wijaya mengikuti suster menuju ruang VIP khusus untuk ditempati putra selama berada di rumah sakit. Pria itu melihat

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Pulang ke Rumah

    Wijaya Kusuma terkejut melihat Luna yang duduk di sofa. Wanita itu terlihat sehat dengan cepat. Dia merapikan rambut dan bajunya. Berdandan dengan perlengkapan make yang ada di tas. Di sampingnya telah berdiri seorang asisten.“Apa yang kamu lakukan?” Wijaya Kusuma melihat pada ranjang bayinya. Putra kecil yang masih terlelap dalam tidur.“Aku sudah melaksanakan perintah kamu. Hamil dan melahirkan,” jawab Luna.“Kamu masih harus memberi asi untuk putra kita,” tegas Wijaya Kusuma.“Asi aku tidak keluar. Lihatlah dadaku yang hampir kempis ini. Aku benar-benar harus melakukan perawatan segera. Aku juga sudah menghubungi dokter kecantikan langgananku,” jelas Luna.“Hah! Aku benar-benar harus membuat perut ini kembali rata.” Luna berdiri di depan cermin.“Kapan kita pulang?” tanya Luna.“Kamu bisa pulang sekarang,” jawab Wijaya berjalan mendekati putranya.“Benarkah?” Luna melihat pada asisten pribadinya yang siap sedia membantu wanita itu dalam segala hal.“Pulanglah,” tegas Wijaya.“Baik

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Pertemu Pertama

    Amira benar-benar harus menguatkan diri. Dia tidak tahu dimana makan putranya. Air mata terus mengalir ketika mengingat nasib yang dijalaninya. “Anakku. Devano. Nama yang sudah Mama siapkan untuk kamu.” Amira duduk di lantai. Wanita itu hanya mengenakan dress pendek sebatas paha dengan lengan pendek di rumah kosan yang minimalis.“Mama bahkan belum melihat makam kamu. Mama harus sehat dulu.” Amira menangis sendirian di dalam rumah yang terkunci rapat.“Aku harus keluar untuk mencari bahan makanan.” Amira beranjak dari lantai. Dia menghapus air mata dan merapikan diri. Masuk ke kamar untuk berganti dengan pakaian yang lebih sopan.Amira memang cantik. Tubuhnya tinggi semampai dan padat terisi. Rambut hitam panjang dan bergelombang berkilau sehat terawat. Bola matanya besar dengan warna hitam pekat. Alis rapi asli dengan bulu mata lentik dan panjang. Bibirnya kecil, tetapi penuh dan seksi. Hidung mancung dengan dagu lancip dan berbelah. Dia masih memiliki satu gigi gisul yang manis keti

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Kesedihan Amira

    Dodi memperhatikan Amira yang sedang kebingungan. Wanita itu bahkan sudah melupakan rasa sakit pada kakinya yang masih berdarah. Dia sadar tidak akan mampu mengganti rugi pintu yang tergores dan jari pria yang juga terluka.“Nama dan tempat tinggal Anda serta pekerjaan, Nona?” tanya Dodi.“Amira. Aku baru saja pindah ke sini dan belum punya perkejaan. Rencanaku baru akan melamar di Perusahaan ini,” jelas Amira putus asa.“Kenapa aku sangat sial?” Amira mulai menangis. Dia kembali terduduk di jalanan. Memijit kaki yang terluka.“Apa aku benar-benar perempuan pembawa sial sehingga dibuang begitu saja? Aku kehilangan bayi, rumah dan diceraikan suami. Sekarang harus mengganti rugi mobil dan motor orang yang baru pertama kali aku pinjamkan untuk membeli kebutuhan sehari-hariku dari warung depan..” Amira menatap dengan mata basah pada Dodi yang memperhatikannya. Pria tua itu dengan sabar mendengarkan curahan isi hati Amira yang seusia dengan anaknya bahkan lebih muda.“Kenapa Tuhan begitu ja

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Mengunjungi Makam Devano

    Amira sudah selesai membuatkan makanan untuk dirinya sendiri. Wanita yang terbiasa hidup mandiri itu benar-benar bisa melakukan semuanya dengan sempurna. Dia disiplin sejak kecil agar bisa mencapai kesuksesan di masa depan, tetapi Andika menghancurkan semuanya. Pria itu membuat Amira berhenti bekerja agar bisa hamil dan melahirkan.“Andika, aku harap dia mau menerima panggilan dariku.” Amira yang baru selesai makan mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Andika. Suaminya yang sudah melakukan gugatan cerai ke pengadilan karena mengikuti perintah orang tuanya.“Angkat Andika. Aku hanya mau melihat makan putraku. Aku juga mau bertanya apa kamu menyimpan foto anak kita.” Amira mulai menangis. Hari-harinya hanya dihiasi dengan air mata yang terus mengalir dan membasahi wajahnya yang cantik.“Ya Tuhan. Tolong gerakkan hati Andika untuk menerima panggilanku. Aku hanya ingin melihat makan anakku.” Amira mulai terisak. Dadanya selalu terasa sesak setiap kali mengingat nasib buruk yang menimpa

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Melamar Pekerjaan

    Andika tiba di rumah. Pria itu sudah terlambat untuk makan malam. Dia memarkirkan mobil di garasi dan masuk ke rumah dari pintu belakang. “Kenapa kamu terlambat?” tanya Marni menghentikan langkah kaki Andika yang akan menaiki tangga menuju kamarnya.“Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor,” jawab Andika berbohong.“Kamu bukan pergi menemui wanita pembawa sial itu kan?” Marni menatap tajam pada Andika.“Aku pergi berziarah ke makam Devano,” ucap Andika.“Aku lelah, Ma dan juga lapar. Aku mau mandi.” Andika menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Pria itu lansung masuk kamar mandi.“Sebenarnya aku sangat rugi jika menceraikan Amira. Mama benar-benar tidak mengerti. Istriku itu rebutan banyak pria. Dia cantik, seksi dan juga cerdas.” Andika berada di bawah shower dengan membiarkan air dingin membasahi tubuhnya.“Ah, tubuh Amira benar-benar seksi dan menggoda. Aroma manis yang selalu aku rindukan. Dia selalu mampu menyiksaku.” Andika menegang. Pria yang sudah pernah ber

Bab terbaru

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 226 Perjalanan Devano

    Anto dan anak buahnya bergerak di malam hari. Mereka meninggalkan pulau dengan kapal. Bayi tampan dengan kulit putih bersih berada dalam gendongan Sulas. Putra dari Andika dan Amira tertidur lelap. Lelaki kecil itu mampu bersaing dengan Keano. Lahir dari bobot dan bibit terbaik kedua orang tuanya.Wijaya dan Amira tidur dalam senyuman. Mereka tidak tahu bahwa putra yang dijaga dan dilindingi dari kejauhan akan datang sendiri ke kota dan tidak sulit untuk digapai. Berbeda ketika berada di pulau terpencil. Ada bgitu banyak penjaga dan lokasi yang sulit dijangkau.Jack yang selalu memantau pulau menggantikan pekerjaan Leon mendapatkan laporan dari anak buah mereka. Pria itu tidak bisa memberikan perintah menyerang dan merebut Devano karena Wijaya yang tidak bisa dihubungi. Dia hanya bisa terus mengikuti dan mengawasi pergerakan Anto beserta rombongannya. “Ada apa?” tanya Leon.“Devano dibawa keluar pulau. Apa kita rebut sekarang?” Jack melihat pada Leon.“Bukankah ini memang rencana Pak

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 225 Meminta Devano

    Cantika terlihat melamun. Wanita itu benar-benar telah banyak berkorban untuk Andika dan sang suami menjadikan dirinya pemuas nafsu sebagai pengganti Amira. “Apa aku harus membunuh Devano?” tanya Cantika pada dirinya yang duduk di depan cermin meja rias.“Tetapi, jika aku tidak bisa hamil artinya kami tidak akan pernah punya anak sedangkan Devano adalah putra kandung Andikan. Darah daging suamiku.” Cantika benar-benar gelisah.“Aku akan membawa Devano pulang. Mengatakan kepada Andika bahwa itu anak saudara jauh yang ditinggal orang tuanya. Aku akan meminat izin untuk mengadopsinya dengan alasan sebagai pemancing agar bisa hamil dan kasian.” Cantika tersenyum dengan rencananya. Dia mengambil ponsel dan menghubungi penjaga Devano.“Halo, bawa Devano pulang. Aku menginginkan dia. Pulau itu ambil saja untuk kalian,” ucap Cantika.“Baik, Bos.” Pria di seberang panggilan sangat senang. Mereka memiliki pulau pribadi dengan laut yang kaya. “Aku akan membesarkan anak Andika dan Amira. Itu tid

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 224 Tiba di Amerika

    Luna melakukan penerbangan ke Amerika bersama Robert dan Bella. Wanita itu akan memulai karier sebagai aktris dan melanjutkan status modelling. Mereka sudah berada di apartemen milik Perusahaan.“Hah! Akhirnya aku bisa tinggal di tempat yang mewah lagi.” Luna menghempas tubuhnya di kasur.“Apartemen ini benar-benar mewah,” ucap Bella memperhatikan sekeliling. Kamar itu sangat luas dan lengkap. Ada dapur, ruang tamu dan bahkan balkon untuk bersantai. Kolam renang di atas Gedung.“Iya. Amerika memang gila dalam dunia entertaimen. Apalagi perfilm.” Luna beranjak dari kasur dan berjalan ke balkon.“Pemandangan yang indah. Aku suka tempat ini. Mahal.” Luna membentangkan tangan menghidup udara pagi.“Belum kontrak kerja, tetapi kita sudah dapat kemewahan.” Bella mendekati Luna yang berada di balkon.“Wijaya pasti punya saingan di Amerika ini. Aku ingin membuat pria itu menderita dengan kehilangan Amira. Aku akan balas dendam.” Luna mengepalkan tangannya.“Dia mencintai Amira dan membuang dir

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 223 Menikmati Hujan

    Amira berada di halaman belakang. Wanita itu bermain bersama bayi tampan dan cerdasnya. Wanita itu benar-benar telah mengiklaskan Devano dengan adanya Keano.“Non, hari sudah mulai gelap. Sebaiknya Anda dan Keano masuk ke dalam rumah,” ucap bibi.“Bibi bawa Keano ke kamar.” Amira memberikan Keano kepada bibi.“Anda mau kemana?” tanya bibi.“Aku mau menunggu hujan turun.” Amira tersenyum.“Non, nanti Bapak marah,” ucap bibi khawatir.“Tidak akan. Aku suka hujan. Sudah lama tidak bermain air hujan. Bibi masuklah. Aku akan selesai sebelum Pak Wijaya pulang. Hari ini dia lembur.” Amira mendorong tubuh bibi masuk ke dalam rumah. Dia menutup pintu dan duduk di tengah halaman.“Semoga hanya hujan dan tidak ada kilat, Guntur serta petir.” Amira mendongak dan tetesan pertama jatuh tepat di wajahnya.“Aah!” Amira tersenyum. Dia benar-benar menyukai hujan. Aroma dan suara air yang jatuh ke bumi memberikan ketenangan untuknya.“Ahhhhh!” Amira berdiri dan berputar di atas rumput yang basah. Dia men

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 222 Cinta yang Candu

    Wijaya benar-benar serius untuk menjemput Devano. Dia tidak ingin Cantika lebih dulu mengambil bayi dari Amira. Pria it uterus memantau laporan dari anak buahnya yang menjaga di pesisir pantai dekat dari pulau tempat tinggal Devano.“Kita akan berperang jika tidak bisa mengambil Devano baik-baik,” ucap Wijaya. Pria itu berada di rumah sakit.“Apa tidak ada kesempatan?” tanya Leon.“Aku tidak ingin menambahkan korban lagi. Kita akan mengganti para penjaga mereka pelan-pelan. Ambil Devano di mana Cantika akan bergerak,” tegas Wijaya yang duduk di sofa bersama dengan Jack.“Maafkan aku, Bos,” ucap Leon.“Kamu minta maaf untuk apa?” tanya Wijaya menoleh pada Leon yang masih berbaring di tempat tidur.“Saya tidak bisa menyelesaikan tugas,” jawab Leon.“Tugas kamu sudah selesai,” tegas Wijaya.“Ini pertama kalinya orang kepercayaanku terluka. Padahal hanya pergi mencari anak Amira. Berperang melawan musuh dunia bisnis tidak membuatku mengorbankan banyak orang.” Wijaya menatap layar computer

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 221 Ancaman Andika

    Cantika menunggu Andika di dalam kamar. Suaminya benar-benar sering lembur.“Sayang.” Cantika menyambut kedatangan Andika. Wanita itu mengambil jas dan tas dari tangan suaminya. “Kamu mandi dulu,” ucap Cantika tersenyum pada Andika.“Ya.” Andika masuk kamar mandi. Membersihkan diri yang lelah dan gerah. Pria itu keluar dengan hanya mengenakan handuk putih yang melingkar di pinggang.“Sayang.” Cantika memeluk Andika. Dia menggantungkan kedua tangan di leher suaminya.“Ada apa?” tanya Andika mencium bibir Cantika.“Kemarilah! Ada yang mau aku bicarakan.” Cantika menarik Andika ke tempat tidur.“Kamu mau berbicara atau bercinta?” Andika berada di atas kasur dan Cantika duduk di perut ratanya. Jari-jari wanita itu merada dada bidang suaminya.“Sayang, aku belum juga hamil. Apa kita perlu program dengan dokter?” tanya Cantika.“Apa?” Andika terkejut. “Siapa yang tidak sehat?” tanya Andika menatap Cantika.“Aku sudah periksa dan sehat,” jawab Cantika.“Apa itu artinya aku yang tidak sehat?

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 220 Rencana untuk Luna

    Bella pergi ke penginapan Luna dengan mengendarai mobil pribadinya. Dia harus menjemput sahabatnya pindah ke apartemen.“Lelah sekali. Wijaya benar-benar membuang Luna.” Bella harus mengendarai mobil cukup lama. Dua jam perjalanan baru bisa sampai di penginapan yang berada di ujung kota.Bella memarkirkan mobil di tempat parkir. Dia tiba hampir tengah malam. Wanita itu disambut oleh karyawati bagian resepsionis.“Selamat datang. Apa Anda mau menginap?” tanya karyawati.“Aku ada janji dengan tamu bernama Luna,” jawab Bella.“Mungkin Anda bisa menghubunginya agar bisa keluar dari kamar,” ucap karyawanti.“Baiklah.” Bella menghungi Luna dan tidak ada jawaban.“Apa aku bisa menunggu di sini?” tanya Bella yang gagal menghubungi Luna.“Tentu saja,” jawab karyawati.“Terima kasih.” Bella duduk di sofa. Dia terus berusaha menghubungi Luna yang tidak juga menjawab panggilannya.“Kemana Luna? Apa dia tidur? Padahal aku sudah memintanya untuk menunggu.” Bella sangat lelah dan mengantuk. Dia butuh

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 219 Panasnya Bercinta

    Amira membuka mata. Dia benar-benar tidak bisa lagi tidur tanpa Wijaya. Jari-jarinya meraba kasur yang kosong. Kehangatan dari pelukan suaminya sudah menjadi kebiasaan.“Sayang,” sapa Amira lembut. Dia melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat.“Kemana dia?” Amira duduk di tepi kasur. Dia kesulitan melihat karena pencahayaan yang sedikit di dalam kamar.“Sayang.” Amira beranjak dari kasur. Dia berjalan menuju sakelar lampu dan menyalakannya. Wanita itu mengetuk kamar mandi dan tidak ada jawaban.“Apa dia pergi?” Amira melihat jam yang telah menujukkan pukul sepuluh malam.“Sepertinya aku tertidur di mobil. Aku lihat Keano dulu.” Amira tersenyum. Dia melihat pakaian yang telah diganti dengan piyama tidur. Wanita itu segera pergi ke kamar putranya.“Sudah tidur. Apa dia asi dari botol?” Amira mencium Keano yang terlelap. Wanita itu menuruni tangga dan memastikan bahwa Wijaya ada di ruang kerja. Dia baru saja akan mengetuk dan pintu sudah terbuka. “Sayang, ada apa?” tanya Wijaya yan

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 218 Anak Kita

    Amira dan Wijaya masih berada di puncak bukit. Mereka berdua menikmati matahari terbenam. Sang istri duduk di pangkuan suami. Pelukan kuat dari belakang oleh Wijaya Kusuma. Kedua tangan pria itu mengunci pinggang Amira. “Sayang, apa kita menginap di sini saja?” tanya Wijaya mencium punggung leher Amira.“Tidak bisa. Aku kangen Keano. Dia belum asi,” jawab Amira.“Hmm. Keano nomor satu di hati kamu,” ucap Wijaya menggigit pundak Amira.“Aaah. Sakit.” Amira mencubit paha Wijaya.“Kamu membuat aku cemburu. Padahal hari ini aku mau memiliki kamu untuk diriku sendiri. Tidak memikirkan Keano yang berada di rumah.” Wijaya memutar tubuh Amira menghadap dirinya.“Apa sih. Kiano itu anak kita,” ucap Amira.“Ya. Keano adalah anak kita, Sayang.” Wijaya tersenyum. Dia menyentuh bibir Amira dengan jarinya.“Kamu tidak boleh begitu. Bersaing dengan Keano yang anak sendiri.” Amira merapikan diri agar tubuhnya benar-benar berhadapan dengan Wijaya.“Aku tahu, Sayang. Aku terlalu mencintai dan takut keh

DMCA.com Protection Status