Share

Pertemu Pertama

last update Last Updated: 2024-05-30 19:47:31

Amira benar-benar harus menguatkan diri. Dia tidak tahu dimana makan putranya. Air mata terus mengalir ketika mengingat nasib yang dijalaninya.

“Anakku. Devano. Nama yang sudah Mama siapkan untuk kamu.” Amira duduk di lantai. Wanita itu hanya mengenakan dress pendek sebatas paha dengan lengan pendek di rumah kosan yang minimalis.

“Mama bahkan belum melihat makam kamu. Mama harus sehat dulu.” Amira menangis sendirian di dalam rumah yang terkunci rapat.

“Aku harus keluar untuk mencari bahan makanan.” Amira beranjak dari lantai. Dia menghapus air mata dan merapikan diri. Masuk ke kamar untuk berganti dengan pakaian yang lebih sopan.

Amira memang cantik. Tubuhnya tinggi semampai dan padat terisi. Rambut hitam panjang dan bergelombang berkilau sehat terawat. Bola matanya besar dengan warna hitam pekat. Alis rapi asli dengan bulu mata lentik dan panjang. Bibirnya kecil, tetapi penuh dan seksi. Hidung mancung dengan dagu lancip dan berbelah. Dia masih memiliki satu gigi gisul yang manis ketiak tersenyum. Dengan mudah membuat pria jatuh cinta padanya.

“Mau kemana, Neng?” tanya petugas perumahan.

“Di mana ada toko untuk membeli kepeluan sembako? Amira balik bertanya.

“Di depan, Neng. Apa mau saya antar?” tanya pria itu lagi.

“Apa jauh?” Amira melihat ke ujung gerbang komplek perumahan.

“Lumayan di rumah paling ujung. Dia jualan keperluan sehari-hari,” ucap pria itu.

“Apa aku boleh pijam motornya?” tanya Amira.

“Tentu saja.” Pria itu memberikan dengan senang hati pada Amira yang cantik.

“Terima kasih.” Amira tersenyum. Dia mengendarai sepeda motor milik pertugas perumahan. Rambut panjang hanya digelung seadanya, tetapi tidak mengurangi kecantikan wanita itu. Wajah tanpa make up tetap menarik perhatian.

Kendaraan Amira berpapasan dengan mobil Wijaya Kusuma. Pria yang datang untuk mengawai para pekerja proyek yang bersebelahan dengan perumahan miliknya juga. Karena baru dibangun membuat harga masih murah dan bebas memilih untuk ditinggali sebelum dipernuhi para karyawan.

“Siapa wanita itu? Kenapa terlihat tidak berdandan?” tanya Wijaya Kusuma di dalam hati.

“Matanya bengkak seperti sedang menangis. Apa dia penghuni perumahan dan mendapatkan kekerasan dari suami yang bekerja di perusahaanku?” Wijaya Kusuma menoleh pada asisten pribadinya.

“Ada apa, Tuan?” tanya pria paruh baya yang mendapatkan tatapan tajam dari bosnya.

“Apa perumahan khusus karyawan pabrik sudah penuh?” tanya Wijaya Kusuma.

“Bagian depan perumahan di berikan pada penghuni umum dan bagian tengah untuk pekerja proyek. Sedangkan di samping pintu utama untuk karyawan tetap. Jadi, wajar saja perumahan ini akan terisi dengan penuh,” jelas pria itu tersenyum.

“Perusahaan kita masih membuka lowongan pekerjaan hingga Pembangunan selesai dan proyek berjalan. Begitu juga dengan para penyewa dan pembeli perumahan,” lanjut pria itu.

“Kapan semua akan selesai dan bagaimana dengan pelamar di Perusahaan utam?” tanya Wijaya Kusuma.

“Berkas lamaran sudah banyak yang masuk. Anda memberikan kesempatan satu bulan dari pembukaan hingga penutupan dan waktu seleksi,” jelas Dodi.

“Ini berkas yang sudah masuk.” Dodi memerikan tab kepada Wijaya untuk memeriksa data para pelamar yang mau menjadi sekretaris pribadinya.

“Apa seorang pria bisa melakukan pekerjaan pria? Rasanya akan aneh jika diurus hingga memasang dasiku.” Wijaya menatap Dodi.

“Anda bisa melakukan percabaan,” ucap Dodi tersenyum.

“Hm. Wanita jauh lebih telaten untuk dijadikan sekretaris pribadi Anda. Cari yang sudah memiliki pengalaman,” lanjut Dodi.

“Kamu saja yang pilih beberapa kandidat ketika masa lamaran sudah ditutup,” tegas Wijaya mengembalikan tab pada Dodi.

“Baiklah. Saya memang lebih bepergalaman.” Dodi tersenyum. Pria yang sudah tidak muda lagi itu akan segera berhenti bekerja karena dia sudah memasuki usia pensiun di masa kerjanya.

“Aku tahu itu. Harusnya kamu tidak usah pensiun. Terus bekerja saja sampai tidak bisa berdiri lagi,” tegas Wijaya Kusuma.

“Ya Tuhan. Kapan aku akan menikmati masa tua bersama cucuku?” Dodi tersenyum melihat wajah cemberut Wijaya Kusuma. Pria itu sudah menemani keluarga Wijaya dari masih muda bahkan pria berkuasa itu belum lahir kedunia. Dia masih bekerja dengan orang tua lelaki itu.

“Datanglah berkunjung ke rumahku dan bawa cucu kamu untuk bermain ketika sudah tidak bekerja lagi,” ucap Wijaya Kusuma menatap pada Dodi dengan lembut.

“Tentu saja, Tuan. Saya pasti akan sangat merindukan Anda yang telah bersama dari sejak kecil. Anda sudah saya anggap seperti anak sendiri jika diizinkan,” ucap Dodi serius.

“Kamu bisa memanggil namaku seperti Ayah kepada anaknya ketika tidak jadi asisten pribadiku lagi.” Wijaya Kusuma memalingkan wajahnya melihat ke luar jendela.

“Terima kasih.” Dodi tersenyum. Dia tahu benar bahwa pria di depannya sangat sibuk belajar dan bekerja sehingga tidak begitu mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang juga sangat sibuk memperkaya diri.

Mobil yang membawa Wijaya Kusuma dan Dodi sudah berhenti di halaman sebuah rumah paling mewah yang juga dijadikan kantor yang pemillik Kawasan itu. Pria tampan dan tinggi segera turun dari mobil tanpa menunggu seorang membuka pintu.

“Kita langsung berkeliling saja,” ucap Wiajay Kusuma.

“Ya.” Dodi mengikuti langkah kaki Wijaya yang panjang. Pria itu mengawasi proyek setelah bertemu dengan para pengawas dan penanggung jawab pekerjaan. Dia mengenakan helm pelindung dan jas lapangan.

“Satu bulan lagi semua akan rampung dan siap bergerak, Tuan.” Seorang pria muda melaporkan hasil pekerjaan mereka kepada Wijaya Kusuma.

“Bagus. Pastikan semua bersih sebelum proyek jalan,” tegas Wijaya Kusuma.

“Baik, Tuan.” Para mandor dan penanggungjawab menemani bos mereka berkeliling. Pria itu sangat teliti. Dia memperhatikan setiap sudut proyek dan memeriksa perumahan serta pabrik.

Amira masih berbelanja di toko yang ada di ujung perumahan. Wanita itu duduk melamun. Dia memakan cemilan yang ada di depan toko.

“Sudah lama sekali aku tidak jajan makanan pinggir jalan.” Amira tersenyum.

“Neng baru di sini ya?” tanya bibi penjual.

“Iya.” Amira tersenyum. Gadis itu sedang memakan bakwan kuah dan empek-empek ikan. Jajanan rumahan yang enak.

“Neng pasti tinggal di Kawasan elite sebelah kanan. Terlihat jelas dengan kulit putih dan bersih seperti seorang model.” Bibi penjual memperhatikan Amira. Dia bisa melihat kecantikan wanita itu, tetapi ada luka dan sedih pada tatapannya.

“Tidak. Aku tinggal di perumahan umum yang paling murah,” ucap Amira tersenyum.

“Ah, benarkah? Bagaimana bisa seorang dari kalangan biasa sangat cantik, bersih, putih dan mulus. Belum lagi tinggi badan, Neng. Itu juga seksi.” Bibi tersenyum memperhatikan tubuh montok Amira yang dilihat wanita pun sangat menggoda apalagi pria.

“Keturunan mungkin, Bi.” Amira menarik sweater untuk menutupi dadanya yang basah dan penuh oleh asi.

“Aku harus membeli sedotan dan pompa untuk membuang asi. Ini sangat menyakitkan,’ ucap Amira di dalam hati. Dia sadar bahwa dadanya jauh lebih besar dari ukuran normal karena dia sedang masa subur pemberian asi untuk anaknya yang sudah meninggal.

 Semua itu efek dari program hamil dan perawatan yang dilakukan untuk memberikan yang terbaik pada putranya. Amira memang mau memberikan asi eklusif terbaik untuk Devano.

“Berapa semua, Bi? Aku sudah lama duduk di sini,” ucap Amira.

“Tidak apa-apa. Menemani Bibi. Masih sepi juga.” Bibi tersenyum.

“Kapan kamu pindah ke sini? Beli perumahan atau kontrak saja?” tanya bibi.

“Sekarang masih kontrak, Bi. Rencana mau melamar pekerjaan juga di sini,” jawab Amira.

“Ambil bagian pabrik atau perusahaan?” tanya bibi penjual.

“Rencananya di perusahaan karena aku punya pengalaman kerja menjadi sekretaris dan bagian keuangan,” jawab Amira ramah. Dia senang bisa punya teman berbicara sehingga tidak terlalu larut dalam kesedihan.

“Wah pantas saja penampilan kamu sangat menarik karena memang pernah bekerja sebagai sekretaris.” Bibi penjual pun sangat ramah dan ramai. Selalu ingin tahu segala hal untuk dijadikan bahan pembicaraan.

“Mungkin saja, Bi. Karena kita harus menjaga penampilan selama bekerja.” Amira tersenyum.

“Ini, Bi.” Amira membayar berlanjaanya.

“Terima kasih, Neng cantik. Kalau lagi bete di rumah boleh main dan nongkrong ke sini,” ucap bibi tersenyum.

“Iya, Bi. Permisi.” Amira pamit. Dia menyalakan mesin motor meninggalkan kedai penjual. Wanita itu kembali melamun. Dia ingin ke makan putranya yang tidak tahu dimana.

“Aku harus tanya bibi Nani. Mungkin tahu dimana makan Devano. Arrrgh!” Amira yang mengendarai motor sambil melamun menabrak mobil Wijaya yang sedang parkir di jalan pulang. Pria itu berhenti untuk mengawasi rumah termurah yang tetap bagus.

“Ya Tuhan. Bagaimana ini?” Amira terjatuh, tetapi dia terluka pada lutut dan pergelangan kakinya.

“Ceroboh sekali.” Wijaya Kusuma menatap pada Amira yang sudah duduk di atas rumput. Ada darah pada lutut yang putih dan bersih itu.

“Ah.” Amira merasa sakit pada pergelangan kakinya dan lutunya yang sudah merah.

“Maaf.” Amira segera berangkat dan mengangkat motor yang rebah.

“Apa Anda baik-baik saja, Tuan?” tanya Dodi memeriksa Wijaya Kusuma yang hampir saja terhimpit pintu yang ditabrak Amira ketika pria itu akan turun dari mobil.

“Dia harus membayar mahal.” Wijaya Kusuma memperlihatkan jarinya yang terluka.

“Apa? Saya benar-benar tidak sengaja.” Amira semakin gugup. Dia tahu benar bahwa mobil yang ditabraknya sangat mahal. Wanita itu juga harus memperbaiki motor orang yang lecet.

“Maaf, Tuan.” Amira tanpa sengaja memegang tangan Wijaya Kusuma untuk memastikan jari pria itu terluka.

“Maaf.” Tanpa sadar Amira memasukan jari terlunjuk Wijaya Kusuma ke dalam mulutnya.

“Ah.” Wijaya Kusuma terkejut, tetapi pria itu hanya diam saja tanpa penolakan. Sentuhan hangat dan tulus dari Amira memberikan desiran aneh di dalam dadanya.

“Maaf.” Amira terus meminta maaf dan membungkuk. Melepaskan tangan Wijaya yang terdiam bergitu juga dengan Dodi yang ikut bingung dengan bosnya yang membeku.

“Hitung kerugian yang dibuat oleh wanita ini. Jika dia bekerja di sini potong dengan gajinya.” Wijaya Kusuma masuk ke dalam mobil dan menutup pintu.

“Apa?” Amira terkejut. Dia belum juga mendapatkan pekerjaan, tetapi sudah harus mengganti rugi mobil mahal dan motor yang dipinjamnya.

Fit Tree Fitri

Halo, Terima kasih sudah membaca karya Akak. Semoga suka.

| 99+
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Dalling Hasma
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Naniek Soegiono
ceritanya bagus ... hampir sama dng "menjadi ibu susu untuk anak presdir"
goodnovel comment avatar
Vonny Adjah
suka pake bnget ka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Kesedihan Amira

    Dodi memperhatikan Amira yang sedang kebingungan. Wanita itu bahkan sudah melupakan rasa sakit pada kakinya yang masih berdarah. Dia sadar tidak akan mampu mengganti rugi pintu yang tergores dan jari pria yang juga terluka.“Nama dan tempat tinggal Anda serta pekerjaan, Nona?” tanya Dodi.“Amira. Aku baru saja pindah ke sini dan belum punya perkejaan. Rencanaku baru akan melamar di Perusahaan ini,” jelas Amira putus asa.“Kenapa aku sangat sial?” Amira mulai menangis. Dia kembali terduduk di jalanan. Memijit kaki yang terluka.“Apa aku benar-benar perempuan pembawa sial sehingga dibuang begitu saja? Aku kehilangan bayi, rumah dan diceraikan suami. Sekarang harus mengganti rugi mobil dan motor orang yang baru pertama kali aku pinjamkan untuk membeli kebutuhan sehari-hariku dari warung depan..” Amira menatap dengan mata basah pada Dodi yang memperhatikannya. Pria tua itu dengan sabar mendengarkan curahan isi hati Amira yang seusia dengan anaknya bahkan lebih muda.“Kenapa Tuhan begitu ja

    Last Updated : 2024-05-31
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Mengunjungi Makam Devano

    Amira sudah selesai membuatkan makanan untuk dirinya sendiri. Wanita yang terbiasa hidup mandiri itu benar-benar bisa melakukan semuanya dengan sempurna. Dia disiplin sejak kecil agar bisa mencapai kesuksesan di masa depan, tetapi Andika menghancurkan semuanya. Pria itu membuat Amira berhenti bekerja agar bisa hamil dan melahirkan.“Andika, aku harap dia mau menerima panggilan dariku.” Amira yang baru selesai makan mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Andika. Suaminya yang sudah melakukan gugatan cerai ke pengadilan karena mengikuti perintah orang tuanya.“Angkat Andika. Aku hanya mau melihat makan putraku. Aku juga mau bertanya apa kamu menyimpan foto anak kita.” Amira mulai menangis. Hari-harinya hanya dihiasi dengan air mata yang terus mengalir dan membasahi wajahnya yang cantik.“Ya Tuhan. Tolong gerakkan hati Andika untuk menerima panggilanku. Aku hanya ingin melihat makan anakku.” Amira mulai terisak. Dadanya selalu terasa sesak setiap kali mengingat nasib buruk yang menimpa

    Last Updated : 2024-06-02
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Melamar Pekerjaan

    Andika tiba di rumah. Pria itu sudah terlambat untuk makan malam. Dia memarkirkan mobil di garasi dan masuk ke rumah dari pintu belakang. “Kenapa kamu terlambat?” tanya Marni menghentikan langkah kaki Andika yang akan menaiki tangga menuju kamarnya.“Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor,” jawab Andika berbohong.“Kamu bukan pergi menemui wanita pembawa sial itu kan?” Marni menatap tajam pada Andika.“Aku pergi berziarah ke makam Devano,” ucap Andika.“Aku lelah, Ma dan juga lapar. Aku mau mandi.” Andika menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Pria itu lansung masuk kamar mandi.“Sebenarnya aku sangat rugi jika menceraikan Amira. Mama benar-benar tidak mengerti. Istriku itu rebutan banyak pria. Dia cantik, seksi dan juga cerdas.” Andika berada di bawah shower dengan membiarkan air dingin membasahi tubuhnya.“Ah, tubuh Amira benar-benar seksi dan menggoda. Aroma manis yang selalu aku rindukan. Dia selalu mampu menyiksaku.” Andika menegang. Pria yang sudah pernah ber

    Last Updated : 2024-06-03
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Terluka karena Cinta

    Amira memeriksa saldo yang tersisa di rekeningnya. Wanita itu harus berhemat karena dia belum bekerja sehingga belum ada pemasukan.“Ya Tuhan, tolong hamba. Izinkan aku mendapatkan pekerjaan di Perusahaan Wijaya Kusuma. Gaji yang diberikan paling tinggi dari Perusahaan lain.” Amira berdoa kepada Tuhan. Dia dengan mudah bangkit dari keterpurukan. Wanita itu tidak terlahir dari keluarga kaya yang manja, tetapi terbiasa mandiri dan hidup susah.“Sebenarnya fasilitas menjadi asisten pribadi lebih wah karena tinggal bersama bos, tetapi aku tidak mau berada begitu dekat dengan seorang pria.” Amira melihat perbedaan pendapatan dan fasilitas yang didapat dari menjadi asisten pribadi Wijaya dan bekerha di bagian keuangan.“Padahal jadi sekretaris pribadi sekaligus asisten lebih menggiurkan.” Amira merebahkan tubuh di atas kasurnya. Dia menatap kertas di tangannya.“Tidak masalah. Jika diterima di bagian keuangan. Aku tidak akan bertemu dengan banyak orang. Berbeda ketika menjadi asisten pribadi

    Last Updated : 2024-06-04
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Amira Salsabila

    Wijaya Kusuma duduk di balik meja kerja. Pria itu masih memeriksa beberapa kandidat calon sekretarisnya. Matanya kembali tertuju pada Amira Salsabila. Wanita yang dijumpainya tanpa sengaja.“Dia adalah kandidat terkuat, tetapi kenapa lebih memilih bagian keuangan?” tanya Wijaya Kusuma pada dirinya sendiri, tetapi terdengar oleh Dodi.“Gaji sekretaris jauh lebih besar dan fasilitas banyak. Jadi, lebih menguntungkan,” ucap Wijaya.“Sekretaris pribadi jauh lebih sibuk. Dia wanita cerdas, tentu saja akan memilih di bidang keuangan karena masih memiliki waktu luang.” Dodi tersenyum.“Benar dan aku butuh wanita cerdas.” Wijaya Kusuma tersenyum.“Dia satu-satunya yang berkompeten di bidang keuangan,” ucap Dodi dan Wijaya Kusuma terdiam.“Anda bisa melihatnya kan.” Dodi mengetuk layar computer di depan Wijaya.“Aku sendiri yang akan mewawancarinya,” tegas Wijaya Kusuma.“Hanya Amira atau semua?” tanya Dodi.“Amira saja,” jawab Wijaya Kusuma.“Baik. Dia berada di nomor urut terakhir,” ucap Dodi

    Last Updated : 2024-06-06
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Mencari Amira

    Andika duduk di dalam kamar. Pria itu memikirkam cara untuk bertemu dengan Amira yang tidak juga menerima panggilan darinya. “Apa maksud kamu, Amira? Apa kamu benar-benar memutuskan hubungan dengan ku?” Andika melihat foto mesra dirinya dengan Amira yang masih tersimpan di layar ponsenya.“Tidak. Amira. Aku tidak mengizinkan kamu pergi begitu saja. Kamu tetap menjadi milikku.” Andika tersenyum. Pria itu berencana untuk memabuat Amira terikat padanya.Sebuah mobil berhenti di depan rumah Andika. Ibra dan Wijaya Kusuma turun dari kendaraan mewah itu. Mereka benar-benar datang untuk bertemu dengan Amira.“Permisi.” Dokter Ibra dan Wijaya Kusuma disambut oleh bibi Nani. “Ada yang bisa dibantu, Pak?” tanya bibi Nani pada Ibra.“Apa benar ini rumah Ibu Amira?” Dokter Ibra balik bertanya.“Siapa yang mencari Amira?” Marni keluar dari ruang tengah.“Dokter Ibra. Silakan masuk.” Marni hanya mengenali dokter Ibra, tetapi tidak dengan Wijaya Kusuma. Pengusaha paling kaya di Indonesia.“Terima k

    Last Updated : 2024-06-07
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Nafsu Andika

    Andika yang mendapatkan laporan dari penjaga makan bahwa Amira berada di sana. Pria itu segera keluar rumah dan mengendarai mobilnya. Dia masih punya banyak waktu sebelum makan malam bersama keluarga Raditya.“Kita harus bertemu Amira. Kamu pasti masih mencintaiku. Dari sekian banyak pria yang menginginkan kamu. Akulah yang terpilih.” Andika mengendarai mobil dengan kecepatan cukup tinggi. Pria itu terlihat ugal-ugalan di jalan.“Hey, bukankah itu mobil Andika. Dia mau kemana?” tanya Ibra yang mengendarai mobil dengan santai karena dua pria itu menikmati pemandangan sore dengan bercakap-cakap. Dua orang teman yang jarang memiliki waktu bersama.“Apa dia menyusul Amira?” Wijaya Kusuma melihat pada dokter Ibra.“Bisa jadi. Apa kita juga harus ke sana?” tanya dokter Ibra.“Mungkin pria itu akan menyakiti Amira karena kita mencarinya. Ibu Marni terlihat jelas membanci Amira karena telah gagal melahirnya cucu untuknya,” jelas dokter Ibra.“Kita ikuti saja dia,” ucap Wijaya Kusuma mengambil

    Last Updated : 2024-06-08
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 14 Gairah Cantika dan Andika

    Marni terlihat sudah rapi dengan pakaian yang elegan. Dia menunggu di depan pintu untuk menyambut tamu Istimewa yang datang ke rumah yaitu keluarga Raditya.“Kamu cantik sekali, Sayang.” Handoko memeluk pinggang istrinya yang ramping.“Aku tahu itu. Di mana Andika? Apa dia belum turun dari kamar?” tanya Marni.“Dia akan segera turun. Belum juga pukul delapan,” jawab Handoko.“Anak itu tidak terlihat sama sekali sejak sore tadi,” ucap Marni kesal.Mobil putih dan mewah berhenti tepat di depan pintu ruang tamu rumah Marni. Sudah dipastikan itu adalah keluarga Raditya. Mereka turun dari mobil.“Selamat datang di rumah kami yang sedv erhana ini.” Marni menyambut kedatangan keluarga Raditya. Dia memeluk Cantika dan Ranika.“Apa ini putri yang cantik sesuai namanya?” Marni tersenyum dan memeluk Cantika.“Ya, Tante.” Cantika tersenyum. Dia memang sudah lama suka pada Andika. Dia juga sangat membenci Amira yang telah merebut cinta pertamanya di usia muda.“Mari masuk.” Marni benar-benar senang

    Last Updated : 2024-06-09

Latest chapter

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 332 Selamat Malam

    Keano dan Devano duduk di depan computer mereka. Dua anak lelaki itu telihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan tidak saling mengganggu.“Apa Papa boleh masuk?” Wijaya mengetuk pintu kamar yang terbuka.“Ya,” ucap Keano dan Devano melihat kepada papa mereka.“Terima kasih.” Wijaya masuk ke dalam kamar Keano dan Devano. Pria itu duduk di sofa dan kedua putranya mendekat.“Ada apa, Pa?” tanya Devano.“Di mana Mama?” Keano pun bertanya.“Mama di kamar adik kembar. Duduklah.” Wijaya menunjukkan sofa yang berada tepat di depannya.“Apa ada kejadian yang janggal di sekolah?” tanya Wijaya.“Ya. Seorang wanita berusaha mendekati Keano. Dia mengatakan bahwa Keano mirip anaknya yang hilang,” jawab Devano.“Bagaimana perasaan kamu, Keano?” Wijaya menatap Keano.“Aku tidak suka dengan wanita itu,” tegas Keano.“Bagus. Kamu bisa menyelidikinya dan memastikan dia tidak akan berani mendekat. Apalagi sampai melukai perasaan mama kalian,” ucap Wijaya tersenyum.“Tentu saja, Pa. Kami sedang menyel

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 321 Kegelisahan Amira

    Amira dan anak-anak menyelesaikan kegiatan pembukaan ajaran baru di sekolah. Mereka bersiap untuk pulang ke rumah. Leon sudah menunggu di mobil dan melihat istri Wijaya bersama dua putra keluar dari gerbang gedung.“Nyonya sudah kembali.” Leon tersenyum. Pria itu tidak sadar bahwa dirinya semakin dekat dengan Amira dan anak-anak. Dia terbiasa berada di sisi istri dan anak Wijaya. Ada rasa tenang dan senang ketika bisa melihat wanita itu di depan matanya.“Siapa wanita dan anak itu? Kenapa dia terus mengikuti Nyonya?” Leon sangat teliti memperhatikan orang-orang di dekat Amira dan anak-anak.“Mencurigakan.” Leon segera mengirim data kepada anak buahnya. Mengambil gambar orang yang terlalu dekat dengan Amira dan anak-anak. Dia benar-benar harus sangat berhati-hati dan tidak mudah mempercayai siapa pun.“Apa kita langsung pulang?” tanya Leon membuka pintu untuk Amira.“Ya.” Amira memberikan jalan untuk Keano dan Devano untuk masuk lebih dulu ke dalam mobil.“Wanita duluan,” ucap Devano.“

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 320 Ketegasan Seorang Anak Lelaki

    Amira yang menyadari bahwa dia terlalu lama di dalam kamar meminta izin untuk kembali kepada anak-anaknya. Dia tahu segala sesuatu harus diperhitungkan karena akan berakibat fatal.“Aku harus pergi sekarang. Pemisi.” Amira tersenyum dan keluar dari kamar mandi. Langkah kakinya terhenti melihat seorang wanita yang sedang berinteraksi dengan Keano.“Maaf.” Luna menangis.“Kenapa Anda menangis?” tanya Devano dengan lembut.“Dia sangat mirip dengan putraku yang hilang,” jawab Luna.“Tetapi aku bukan putra Anda,” tegas Keano benar-benar tidak suka dengan keberadaan Luna.“Bagaimana jika kamu adalah putraku yang hilang?” tanya Luna menatap Keano.“Itu tidak mungkin. Kami adalah putra dari Wijaya Kusuma dan Amira Salsabila,” tegas Devano menepis tangan Luna yang sangat ingin memeluk Keano.“Aku punya mama yang luas biasa dan bukan kamu!” Keano beranjak dari kursi dan mendorong Luna hingga jatuh ke lantai.“Hah!” Dewi, Amira dan Luciana sangat terkejut. Tenaga Keano benar-benar kuat.“Jangan p

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 319 Berkeliling Sekolah

    Amira memperhatikan keranjang buah yang dibawa Keano. Anak lelakinya duduk dengan tenang dan meletakkan keranjang buah di atas paha sang ibu.“Apa ini, Sayang? Apa kamu mau memakan semuanya?” tanya Amira tersenyum.“Buah-buah ini tidak ada di rumah,” jawab Keano.“Hahaha.” Amira mencubit pipi Keano dengan gemasnya. Wanita itu tertawa melihat tinggah yang tampak lucu. Dia tahu putranya miliki rasa penasaran yang tinggi.“Ini buah-buah dari desa yang hanya dijual di pasar tradisional dan pinggir jalan. Bibi dapur biasa belanja di supermarket sehingga tidak akan menemukan buah-buah local, Sayang.” Amira menyentuh buah-buahan yang ada di keranjang.“Oh.” Keano memperhatikan buah-buahan.“Rasanya manis dan asam. Enak dan segar, Sayang. Coba saja.” Amira memberikan buah cempedak kepada Keano.“Cempedak.” Keano menaikkan alisnya. Dia bisa mencium aroma yang kuat dari buah cempedak.“Cobalah.” Amira mendekati buah cempedak ke mulut Keano dan sang anak pun membuka mulutnya. “Mm. Aku tidak suka

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 318 Sekolah Unggulan Internasional

    Acara penyambutan telah dimulai. Beberapa siswa menampilkan kemampuan mereka sehingga bisa masuk ke sekolah unggulan. Walaupun swasta, tetapi merupakan sekolah internasional yang mengutamakan mutu dan tidak semua orang bisa masuk. Ada seleksi ketat yang harus dilewati.“Devano dan Keano akan menampilkan apa?” tanya Amira dengan lembut.“Tidak ada,” jawab dua bersaudara itu kompak.“Oh.” Amira terkejut dengan jawaban cepat dari dua putranya.“Nama mereka paling atas, tetapi tidak akan menampilkan apa pun. Padahal keduanya menguasai semua elemen.” Amira tersenyum. Dia berbisik di telinga Wijaya.“Sayang, mungkin anak-anak tidak mau terlalu menonjol di awal tahun ajaran baru ini.” Wijaya mengusap pipi Amira dengan lembut.“Kita mau fokus belajar, Ma. Keahlian lain bisa diasah di rumah saja,” jelas Devano tersenyum.“Iya, Sayang.” Amira mencium dahi Devano dan Keano. Wanita itu harus bersikap adil. Sentuhan dan ciuman serta pujian harus diberikan kepada kedua putranya. Tidak boleh hanya sa

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 317 Sekolah Baru

    Devano dan Keano sudah bersiap masuk sekolah. Dua remaja itu memilih sekolah swasta. Wijaya rela membayar mahal untuk Pendidikan anak-anaknya.“Selamat pagi.” Amira masuk ke kamar dua putranya.“Mama.” Keano dan Devano menoleh kepada Amira.“Apa sudah siap berangkat sekolah?” tanya Amira mendekati Keano dan Devano yang bersiap keluar kamar.“Ya, Ma.” Keano dan Devano memeluk Amira.“Anak-anak Mama benar-benar tampan dan menawan.” Amira menciu pipi Keano dan Devano yang harum.“Baiklah. Kita sarapan dulu ya.” Amira menggandengan kedua anaknya dari kamar dan pergi ke ruang makan.“Apa Mama akan mengantarkan kami ke sekolah di hari pertama?” tanya Devano.“Tentu saja, Sayang. Mama kana menemani kalian ke sekolah.” Amira menarik kursi untuk kedua anaknya.“Terima kasih, Ma. Aku bisa,” ucap Devano yang sudah lebih dulu menarik kursi untuk dirinya sendiri. Wijaya memperhatikan dua putrnaya.“Sayang, mereka sudah besar. Bisa melakukan semuanya sendiri. Apalagi hanya menarik kursi,” ucap Wija

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 316 Menyatu dalam Rindu

    WARNING 21++++Amira dan Wijaya telah berada di dalam kamar mereka. Anak-anak pun telah tidur, tetapi Keano dan Devano masih sibuk dengan alat baru yang diberikan oleh papa mereka.“Sayang, anak-anak sudah tidur dan ada baby sister juga. Apa kita bisa mulai?” Wijaya memeluk Amira dari belakang. Wanita itu baru saja melepaskan pakaian dan akan diganti dengan dress malam yang cantik.“Sayang, apa kamu tidak lelah?” tanya Amira tersenyum dan memutar tubuh menghadap Wijaya. Dia menggantungkan tangan di leher suaminya.“Apa kamu meremehkan aku, Sayang? Aku bahkan mampu main sampai pagi. Membuang berkali-kali.” Wijaya segera melahap bibir Amira. Wanita itu bahkan belum sempat mengenakan baju tidurnya. Dia mengangkat sang istri ke dalam gendongannya.“Mmm.” Mahira melingkarkan kedua kaki di pinggang sang suami. Menikmati ciuman hangat dari Wijaya Kusuma.“Aaahhh!” Wijaya berpindah ke leher jenjang Amira. Pria itu benar-benar sangat bergairah. Satu minggu tidak menyentuh istrinya membuatnya ha

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 315 Hadiah untuk Semua

    Wijaya tidak heran lagi dengan banyaknya makanan dan minuman karena sudah mendapatkan laporan dari orang-orangnya.“Sayang, apa kamu tidak lelah?” tanya Wijaya duduk bersama sang istri dan anak-anaknya di ruang keluarga.“Tidak lelah. Tidak ada yang aku lakukan selain bermain bersama anak-anak.” Amira tersenyum.“Mama sangat merindukan Papa,” ucap Devano.“Papa tahu itu, Sayang.” Wijaya mengusap kepala Devano.“Karena senang kamu pulang. Jadi, aku masak banyak.” Amira telah menyajikan kue keju kesukaan Wijaya dan anak-anak di atas meja ruang keluarga.“Padahal, papa di rumah saja. Mama tetap rajin membuat kue kesukaan kami,” tegas Keano.“Tentu saja, Sayang. Itu karena Mama sayang dan cinta kalian semua.” Amira memeluk putranya.“Papa, oleh-oleh mana?” tanya Wiliam dan Wilona yang berlari mendekati Wijaya.“Oh, oleh-oleh sudah berada di ruang bermain,” jawab Wijaya mencium pipi Wiliam dan Wilona.“Hore.” Dua anak kembar berlari ke kamar bermain mereka.“Apa kalian tidak minta oleh-oleh

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 314 Berkumpul Kembali

    Amira membuatkan banyak makanan untuk menyambut kedatangan sang suami. Dia dan anak-anak hanya menunggu di rumah karena sangat sulit untuk bisa pergi ke bandara. Ada banyak wartawan dan juga para penjahat yang mungkin merupakan musuh dari masa lalu Wijaya.“Mama, kenapa sibuk?” tanya Devano.“Hari ini papa pulang,” jawab Amira bersemangat.“Mama sangat bahagia,” ucap Devano.“Tentu saja, Sayang. Mama sangat merindukan papa kalian.” Amira mencubit pipi Devano.“Di mana Keano?” tanya Amira.“Dia sedang marah,” jawab Devano.“Marah kenapa?” Amira menyajikan makanan dengan dibantu para pelayan dan mendekati Devano.“Mama tahu benar. Keano sangat pemarah.” Devano tersenyum.“Baiklah. Mama akan melihat Keano.” Amira mencium dahi Devano dan pergi ke kamar putranya.“Dia selalu mau dibujuk mama.” Devano hanya melihat Amira dengan senyuman. Anak itu benar-benar bertindak sebagai seorang kakak. Dia juga lebih tenang seperti ibunya.“Keano, Sayang.” Amira mendekati Keano yang tampak fokus pada la

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status