Share

Pertemu Pertama

last update Last Updated: 2024-05-30 19:47:31

Amira benar-benar harus menguatkan diri. Dia tidak tahu dimana makan putranya. Air mata terus mengalir ketika mengingat nasib yang dijalaninya.

“Anakku. Devano. Nama yang sudah Mama siapkan untuk kamu.” Amira duduk di lantai. Wanita itu hanya mengenakan dress pendek sebatas paha dengan lengan pendek di rumah kosan yang minimalis.

“Mama bahkan belum melihat makam kamu. Mama harus sehat dulu.” Amira menangis sendirian di dalam rumah yang terkunci rapat.

“Aku harus keluar untuk mencari bahan makanan.” Amira beranjak dari lantai. Dia menghapus air mata dan merapikan diri. Masuk ke kamar untuk berganti dengan pakaian yang lebih sopan.

Amira memang cantik. Tubuhnya tinggi semampai dan padat terisi. Rambut hitam panjang dan bergelombang berkilau sehat terawat. Bola matanya besar dengan warna hitam pekat. Alis rapi asli dengan bulu mata lentik dan panjang. Bibirnya kecil, tetapi penuh dan seksi. Hidung mancung dengan dagu lancip dan berbelah. Dia masih memiliki satu gigi gisul yang manis ketiak tersenyum. Dengan mudah membuat pria jatuh cinta padanya.

“Mau kemana, Neng?” tanya petugas perumahan.

“Di mana ada toko untuk membeli kepeluan sembako? Amira balik bertanya.

“Di depan, Neng. Apa mau saya antar?” tanya pria itu lagi.

“Apa jauh?” Amira melihat ke ujung gerbang komplek perumahan.

“Lumayan di rumah paling ujung. Dia jualan keperluan sehari-hari,” ucap pria itu.

“Apa aku boleh pijam motornya?” tanya Amira.

“Tentu saja.” Pria itu memberikan dengan senang hati pada Amira yang cantik.

“Terima kasih.” Amira tersenyum. Dia mengendarai sepeda motor milik pertugas perumahan. Rambut panjang hanya digelung seadanya, tetapi tidak mengurangi kecantikan wanita itu. Wajah tanpa make up tetap menarik perhatian.

Kendaraan Amira berpapasan dengan mobil Wijaya Kusuma. Pria yang datang untuk mengawai para pekerja proyek yang bersebelahan dengan perumahan miliknya juga. Karena baru dibangun membuat harga masih murah dan bebas memilih untuk ditinggali sebelum dipernuhi para karyawan.

“Siapa wanita itu? Kenapa terlihat tidak berdandan?” tanya Wijaya Kusuma di dalam hati.

“Matanya bengkak seperti sedang menangis. Apa dia penghuni perumahan dan mendapatkan kekerasan dari suami yang bekerja di perusahaanku?” Wijaya Kusuma menoleh pada asisten pribadinya.

“Ada apa, Tuan?” tanya pria paruh baya yang mendapatkan tatapan tajam dari bosnya.

“Apa perumahan khusus karyawan pabrik sudah penuh?” tanya Wijaya Kusuma.

“Bagian depan perumahan di berikan pada penghuni umum dan bagian tengah untuk pekerja proyek. Sedangkan di samping pintu utama untuk karyawan tetap. Jadi, wajar saja perumahan ini akan terisi dengan penuh,” jelas pria itu tersenyum.

“Perusahaan kita masih membuka lowongan pekerjaan hingga Pembangunan selesai dan proyek berjalan. Begitu juga dengan para penyewa dan pembeli perumahan,” lanjut pria itu.

“Kapan semua akan selesai dan bagaimana dengan pelamar di Perusahaan utam?” tanya Wijaya Kusuma.

“Berkas lamaran sudah banyak yang masuk. Anda memberikan kesempatan satu bulan dari pembukaan hingga penutupan dan waktu seleksi,” jelas Dodi.

“Ini berkas yang sudah masuk.” Dodi memerikan tab kepada Wijaya untuk memeriksa data para pelamar yang mau menjadi sekretaris pribadinya.

“Apa seorang pria bisa melakukan pekerjaan pria? Rasanya akan aneh jika diurus hingga memasang dasiku.” Wijaya menatap Dodi.

“Anda bisa melakukan percabaan,” ucap Dodi tersenyum.

“Hm. Wanita jauh lebih telaten untuk dijadikan sekretaris pribadi Anda. Cari yang sudah memiliki pengalaman,” lanjut Dodi.

“Kamu saja yang pilih beberapa kandidat ketika masa lamaran sudah ditutup,” tegas Wijaya mengembalikan tab pada Dodi.

“Baiklah. Saya memang lebih bepergalaman.” Dodi tersenyum. Pria yang sudah tidak muda lagi itu akan segera berhenti bekerja karena dia sudah memasuki usia pensiun di masa kerjanya.

“Aku tahu itu. Harusnya kamu tidak usah pensiun. Terus bekerja saja sampai tidak bisa berdiri lagi,” tegas Wijaya Kusuma.

“Ya Tuhan. Kapan aku akan menikmati masa tua bersama cucuku?” Dodi tersenyum melihat wajah cemberut Wijaya Kusuma. Pria itu sudah menemani keluarga Wijaya dari masih muda bahkan pria berkuasa itu belum lahir kedunia. Dia masih bekerja dengan orang tua lelaki itu.

“Datanglah berkunjung ke rumahku dan bawa cucu kamu untuk bermain ketika sudah tidak bekerja lagi,” ucap Wijaya Kusuma menatap pada Dodi dengan lembut.

“Tentu saja, Tuan. Saya pasti akan sangat merindukan Anda yang telah bersama dari sejak kecil. Anda sudah saya anggap seperti anak sendiri jika diizinkan,” ucap Dodi serius.

“Kamu bisa memanggil namaku seperti Ayah kepada anaknya ketika tidak jadi asisten pribadiku lagi.” Wijaya Kusuma memalingkan wajahnya melihat ke luar jendela.

“Terima kasih.” Dodi tersenyum. Dia tahu benar bahwa pria di depannya sangat sibuk belajar dan bekerja sehingga tidak begitu mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang juga sangat sibuk memperkaya diri.

Mobil yang membawa Wijaya Kusuma dan Dodi sudah berhenti di halaman sebuah rumah paling mewah yang juga dijadikan kantor yang pemillik Kawasan itu. Pria tampan dan tinggi segera turun dari mobil tanpa menunggu seorang membuka pintu.

“Kita langsung berkeliling saja,” ucap Wiajay Kusuma.

“Ya.” Dodi mengikuti langkah kaki Wijaya yang panjang. Pria itu mengawasi proyek setelah bertemu dengan para pengawas dan penanggung jawab pekerjaan. Dia mengenakan helm pelindung dan jas lapangan.

“Satu bulan lagi semua akan rampung dan siap bergerak, Tuan.” Seorang pria muda melaporkan hasil pekerjaan mereka kepada Wijaya Kusuma.

“Bagus. Pastikan semua bersih sebelum proyek jalan,” tegas Wijaya Kusuma.

“Baik, Tuan.” Para mandor dan penanggungjawab menemani bos mereka berkeliling. Pria itu sangat teliti. Dia memperhatikan setiap sudut proyek dan memeriksa perumahan serta pabrik.

Amira masih berbelanja di toko yang ada di ujung perumahan. Wanita itu duduk melamun. Dia memakan cemilan yang ada di depan toko.

“Sudah lama sekali aku tidak jajan makanan pinggir jalan.” Amira tersenyum.

“Neng baru di sini ya?” tanya bibi penjual.

“Iya.” Amira tersenyum. Gadis itu sedang memakan bakwan kuah dan empek-empek ikan. Jajanan rumahan yang enak.

“Neng pasti tinggal di Kawasan elite sebelah kanan. Terlihat jelas dengan kulit putih dan bersih seperti seorang model.” Bibi penjual memperhatikan Amira. Dia bisa melihat kecantikan wanita itu, tetapi ada luka dan sedih pada tatapannya.

“Tidak. Aku tinggal di perumahan umum yang paling murah,” ucap Amira tersenyum.

“Ah, benarkah? Bagaimana bisa seorang dari kalangan biasa sangat cantik, bersih, putih dan mulus. Belum lagi tinggi badan, Neng. Itu juga seksi.” Bibi tersenyum memperhatikan tubuh montok Amira yang dilihat wanita pun sangat menggoda apalagi pria.

“Keturunan mungkin, Bi.” Amira menarik sweater untuk menutupi dadanya yang basah dan penuh oleh asi.

“Aku harus membeli sedotan dan pompa untuk membuang asi. Ini sangat menyakitkan,’ ucap Amira di dalam hati. Dia sadar bahwa dadanya jauh lebih besar dari ukuran normal karena dia sedang masa subur pemberian asi untuk anaknya yang sudah meninggal.

 Semua itu efek dari program hamil dan perawatan yang dilakukan untuk memberikan yang terbaik pada putranya. Amira memang mau memberikan asi eklusif terbaik untuk Devano.

“Berapa semua, Bi? Aku sudah lama duduk di sini,” ucap Amira.

“Tidak apa-apa. Menemani Bibi. Masih sepi juga.” Bibi tersenyum.

“Kapan kamu pindah ke sini? Beli perumahan atau kontrak saja?” tanya bibi.

“Sekarang masih kontrak, Bi. Rencana mau melamar pekerjaan juga di sini,” jawab Amira.

“Ambil bagian pabrik atau perusahaan?” tanya bibi penjual.

“Rencananya di perusahaan karena aku punya pengalaman kerja menjadi sekretaris dan bagian keuangan,” jawab Amira ramah. Dia senang bisa punya teman berbicara sehingga tidak terlalu larut dalam kesedihan.

“Wah pantas saja penampilan kamu sangat menarik karena memang pernah bekerja sebagai sekretaris.” Bibi penjual pun sangat ramah dan ramai. Selalu ingin tahu segala hal untuk dijadikan bahan pembicaraan.

“Mungkin saja, Bi. Karena kita harus menjaga penampilan selama bekerja.” Amira tersenyum.

“Ini, Bi.” Amira membayar berlanjaanya.

“Terima kasih, Neng cantik. Kalau lagi bete di rumah boleh main dan nongkrong ke sini,” ucap bibi tersenyum.

“Iya, Bi. Permisi.” Amira pamit. Dia menyalakan mesin motor meninggalkan kedai penjual. Wanita itu kembali melamun. Dia ingin ke makan putranya yang tidak tahu dimana.

“Aku harus tanya bibi Nani. Mungkin tahu dimana makan Devano. Arrrgh!” Amira yang mengendarai motor sambil melamun menabrak mobil Wijaya yang sedang parkir di jalan pulang. Pria itu berhenti untuk mengawasi rumah termurah yang tetap bagus.

“Ya Tuhan. Bagaimana ini?” Amira terjatuh, tetapi dia terluka pada lutut dan pergelangan kakinya.

“Ceroboh sekali.” Wijaya Kusuma menatap pada Amira yang sudah duduk di atas rumput. Ada darah pada lutut yang putih dan bersih itu.

“Ah.” Amira merasa sakit pada pergelangan kakinya dan lutunya yang sudah merah.

“Maaf.” Amira segera berangkat dan mengangkat motor yang rebah.

“Apa Anda baik-baik saja, Tuan?” tanya Dodi memeriksa Wijaya Kusuma yang hampir saja terhimpit pintu yang ditabrak Amira ketika pria itu akan turun dari mobil.

“Dia harus membayar mahal.” Wijaya Kusuma memperlihatkan jarinya yang terluka.

“Apa? Saya benar-benar tidak sengaja.” Amira semakin gugup. Dia tahu benar bahwa mobil yang ditabraknya sangat mahal. Wanita itu juga harus memperbaiki motor orang yang lecet.

“Maaf, Tuan.” Amira tanpa sengaja memegang tangan Wijaya Kusuma untuk memastikan jari pria itu terluka.

“Maaf.” Tanpa sadar Amira memasukan jari terlunjuk Wijaya Kusuma ke dalam mulutnya.

“Ah.” Wijaya Kusuma terkejut, tetapi pria itu hanya diam saja tanpa penolakan. Sentuhan hangat dan tulus dari Amira memberikan desiran aneh di dalam dadanya.

“Maaf.” Amira terus meminta maaf dan membungkuk. Melepaskan tangan Wijaya yang terdiam bergitu juga dengan Dodi yang ikut bingung dengan bosnya yang membeku.

“Hitung kerugian yang dibuat oleh wanita ini. Jika dia bekerja di sini potong dengan gajinya.” Wijaya Kusuma masuk ke dalam mobil dan menutup pintu.

“Apa?” Amira terkejut. Dia belum juga mendapatkan pekerjaan, tetapi sudah harus mengganti rugi mobil mahal dan motor yang dipinjamnya.

Fit Tree Fitri

Halo, Terima kasih sudah membaca karya Akak. Semoga suka.

| 99+
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ellen M Lapian
bagus2 ceritanya sy suka sdh byk novelmu yg sy baca......
goodnovel comment avatar
Trimuntari Darwin
suka bangets thor jd penasaran sm amira
goodnovel comment avatar
rahmaummah1998
ceritanya bgus tor. saranya diperbaiki lagi kosa ktanya. masih banyak yang typo......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Kesedihan Amira

    Dodi memperhatikan Amira yang sedang kebingungan. Wanita itu bahkan sudah melupakan rasa sakit pada kakinya yang masih berdarah. Dia sadar tidak akan mampu mengganti rugi pintu yang tergores dan jari pria yang juga terluka.“Nama dan tempat tinggal Anda serta pekerjaan, Nona?” tanya Dodi.“Amira. Aku baru saja pindah ke sini dan belum punya perkejaan. Rencanaku baru akan melamar di Perusahaan ini,” jelas Amira putus asa.“Kenapa aku sangat sial?” Amira mulai menangis. Dia kembali terduduk di jalanan. Memijit kaki yang terluka.“Apa aku benar-benar perempuan pembawa sial sehingga dibuang begitu saja? Aku kehilangan bayi, rumah dan diceraikan suami. Sekarang harus mengganti rugi mobil dan motor orang yang baru pertama kali aku pinjamkan untuk membeli kebutuhan sehari-hariku dari warung depan..” Amira menatap dengan mata basah pada Dodi yang memperhatikannya. Pria tua itu dengan sabar mendengarkan curahan isi hati Amira yang seusia dengan anaknya bahkan lebih muda.“Kenapa Tuhan begitu ja

    Last Updated : 2024-05-31
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Mengunjungi Makam Devano

    Amira sudah selesai membuatkan makanan untuk dirinya sendiri. Wanita yang terbiasa hidup mandiri itu benar-benar bisa melakukan semuanya dengan sempurna. Dia disiplin sejak kecil agar bisa mencapai kesuksesan di masa depan, tetapi Andika menghancurkan semuanya. Pria itu membuat Amira berhenti bekerja agar bisa hamil dan melahirkan.“Andika, aku harap dia mau menerima panggilan dariku.” Amira yang baru selesai makan mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Andika. Suaminya yang sudah melakukan gugatan cerai ke pengadilan karena mengikuti perintah orang tuanya.“Angkat Andika. Aku hanya mau melihat makan putraku. Aku juga mau bertanya apa kamu menyimpan foto anak kita.” Amira mulai menangis. Hari-harinya hanya dihiasi dengan air mata yang terus mengalir dan membasahi wajahnya yang cantik.“Ya Tuhan. Tolong gerakkan hati Andika untuk menerima panggilanku. Aku hanya ingin melihat makan anakku.” Amira mulai terisak. Dadanya selalu terasa sesak setiap kali mengingat nasib buruk yang menimpa

    Last Updated : 2024-06-02
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Melamar Pekerjaan

    Andika tiba di rumah. Pria itu sudah terlambat untuk makan malam. Dia memarkirkan mobil di garasi dan masuk ke rumah dari pintu belakang. “Kenapa kamu terlambat?” tanya Marni menghentikan langkah kaki Andika yang akan menaiki tangga menuju kamarnya.“Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor,” jawab Andika berbohong.“Kamu bukan pergi menemui wanita pembawa sial itu kan?” Marni menatap tajam pada Andika.“Aku pergi berziarah ke makam Devano,” ucap Andika.“Aku lelah, Ma dan juga lapar. Aku mau mandi.” Andika menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Pria itu lansung masuk kamar mandi.“Sebenarnya aku sangat rugi jika menceraikan Amira. Mama benar-benar tidak mengerti. Istriku itu rebutan banyak pria. Dia cantik, seksi dan juga cerdas.” Andika berada di bawah shower dengan membiarkan air dingin membasahi tubuhnya.“Ah, tubuh Amira benar-benar seksi dan menggoda. Aroma manis yang selalu aku rindukan. Dia selalu mampu menyiksaku.” Andika menegang. Pria yang sudah pernah ber

    Last Updated : 2024-06-03
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Terluka karena Cinta

    Amira memeriksa saldo yang tersisa di rekeningnya. Wanita itu harus berhemat karena dia belum bekerja sehingga belum ada pemasukan.“Ya Tuhan, tolong hamba. Izinkan aku mendapatkan pekerjaan di Perusahaan Wijaya Kusuma. Gaji yang diberikan paling tinggi dari Perusahaan lain.” Amira berdoa kepada Tuhan. Dia dengan mudah bangkit dari keterpurukan. Wanita itu tidak terlahir dari keluarga kaya yang manja, tetapi terbiasa mandiri dan hidup susah.“Sebenarnya fasilitas menjadi asisten pribadi lebih wah karena tinggal bersama bos, tetapi aku tidak mau berada begitu dekat dengan seorang pria.” Amira melihat perbedaan pendapatan dan fasilitas yang didapat dari menjadi asisten pribadi Wijaya dan bekerha di bagian keuangan.“Padahal jadi sekretaris pribadi sekaligus asisten lebih menggiurkan.” Amira merebahkan tubuh di atas kasurnya. Dia menatap kertas di tangannya.“Tidak masalah. Jika diterima di bagian keuangan. Aku tidak akan bertemu dengan banyak orang. Berbeda ketika menjadi asisten pribadi

    Last Updated : 2024-06-04
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Amira Salsabila

    Wijaya Kusuma duduk di balik meja kerja. Pria itu masih memeriksa beberapa kandidat calon sekretarisnya. Matanya kembali tertuju pada Amira Salsabila. Wanita yang dijumpainya tanpa sengaja.“Dia adalah kandidat terkuat, tetapi kenapa lebih memilih bagian keuangan?” tanya Wijaya Kusuma pada dirinya sendiri, tetapi terdengar oleh Dodi.“Gaji sekretaris jauh lebih besar dan fasilitas banyak. Jadi, lebih menguntungkan,” ucap Wijaya.“Sekretaris pribadi jauh lebih sibuk. Dia wanita cerdas, tentu saja akan memilih di bidang keuangan karena masih memiliki waktu luang.” Dodi tersenyum.“Benar dan aku butuh wanita cerdas.” Wijaya Kusuma tersenyum.“Dia satu-satunya yang berkompeten di bidang keuangan,” ucap Dodi dan Wijaya Kusuma terdiam.“Anda bisa melihatnya kan.” Dodi mengetuk layar computer di depan Wijaya.“Aku sendiri yang akan mewawancarinya,” tegas Wijaya Kusuma.“Hanya Amira atau semua?” tanya Dodi.“Amira saja,” jawab Wijaya Kusuma.“Baik. Dia berada di nomor urut terakhir,” ucap Dodi

    Last Updated : 2024-06-06
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Mencari Amira

    Andika duduk di dalam kamar. Pria itu memikirkam cara untuk bertemu dengan Amira yang tidak juga menerima panggilan darinya. “Apa maksud kamu, Amira? Apa kamu benar-benar memutuskan hubungan dengan ku?” Andika melihat foto mesra dirinya dengan Amira yang masih tersimpan di layar ponsenya.“Tidak. Amira. Aku tidak mengizinkan kamu pergi begitu saja. Kamu tetap menjadi milikku.” Andika tersenyum. Pria itu berencana untuk memabuat Amira terikat padanya.Sebuah mobil berhenti di depan rumah Andika. Ibra dan Wijaya Kusuma turun dari kendaraan mewah itu. Mereka benar-benar datang untuk bertemu dengan Amira.“Permisi.” Dokter Ibra dan Wijaya Kusuma disambut oleh bibi Nani. “Ada yang bisa dibantu, Pak?” tanya bibi Nani pada Ibra.“Apa benar ini rumah Ibu Amira?” Dokter Ibra balik bertanya.“Siapa yang mencari Amira?” Marni keluar dari ruang tengah.“Dokter Ibra. Silakan masuk.” Marni hanya mengenali dokter Ibra, tetapi tidak dengan Wijaya Kusuma. Pengusaha paling kaya di Indonesia.“Terima k

    Last Updated : 2024-06-07
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Nafsu Andika

    Andika yang mendapatkan laporan dari penjaga makan bahwa Amira berada di sana. Pria itu segera keluar rumah dan mengendarai mobilnya. Dia masih punya banyak waktu sebelum makan malam bersama keluarga Raditya.“Kita harus bertemu Amira. Kamu pasti masih mencintaiku. Dari sekian banyak pria yang menginginkan kamu. Akulah yang terpilih.” Andika mengendarai mobil dengan kecepatan cukup tinggi. Pria itu terlihat ugal-ugalan di jalan.“Hey, bukankah itu mobil Andika. Dia mau kemana?” tanya Ibra yang mengendarai mobil dengan santai karena dua pria itu menikmati pemandangan sore dengan bercakap-cakap. Dua orang teman yang jarang memiliki waktu bersama.“Apa dia menyusul Amira?” Wijaya Kusuma melihat pada dokter Ibra.“Bisa jadi. Apa kita juga harus ke sana?” tanya dokter Ibra.“Mungkin pria itu akan menyakiti Amira karena kita mencarinya. Ibu Marni terlihat jelas membanci Amira karena telah gagal melahirnya cucu untuknya,” jelas dokter Ibra.“Kita ikuti saja dia,” ucap Wijaya Kusuma mengambil

    Last Updated : 2024-06-08
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 14 Gairah Cantika dan Andika

    Marni terlihat sudah rapi dengan pakaian yang elegan. Dia menunggu di depan pintu untuk menyambut tamu Istimewa yang datang ke rumah yaitu keluarga Raditya.“Kamu cantik sekali, Sayang.” Handoko memeluk pinggang istrinya yang ramping.“Aku tahu itu. Di mana Andika? Apa dia belum turun dari kamar?” tanya Marni.“Dia akan segera turun. Belum juga pukul delapan,” jawab Handoko.“Anak itu tidak terlihat sama sekali sejak sore tadi,” ucap Marni kesal.Mobil putih dan mewah berhenti tepat di depan pintu ruang tamu rumah Marni. Sudah dipastikan itu adalah keluarga Raditya. Mereka turun dari mobil.“Selamat datang di rumah kami yang sedv erhana ini.” Marni menyambut kedatangan keluarga Raditya. Dia memeluk Cantika dan Ranika.“Apa ini putri yang cantik sesuai namanya?” Marni tersenyum dan memeluk Cantika.“Ya, Tante.” Cantika tersenyum. Dia memang sudah lama suka pada Andika. Dia juga sangat membenci Amira yang telah merebut cinta pertamanya di usia muda.“Mari masuk.” Marni benar-benar senang

    Last Updated : 2024-06-09

Latest chapter

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 274 Perkelahian Dua Wanita

    Dena telah mempersiapkan makan malam untuk Andika. Wanita itu masih berharap dinikahi Andika, tetapi belum juga ada kepastian.“Kenapa Pak Andika masih belum menikahiku?” tanya Dena pada diri sendiri. Dia berdiri di depan cermin melihat tubuhnya yang seksi.“Tubuhku jauh lebih seksi dari pada wanita tadi yang kurus krempeng.” Dena tersenyum menganggumi tubuh sendiri.“Tidak mungkin Pak Andika tergoda dengan sekretarisnya. Tubuhku lebih mirip dengan ibu Amira. Montok dan padat berisi.” Dena berputar di depan cermin.“Aku mendapatkan gaji yang cukup tinggi selama di rumah ini. Tidak masalah hanya menjadi teman tidur Pak Andika. Aku tidak rugi juga. Dia tampandan kaya.” Dena benar-benar menikmati hidup sebagai simpanan Andika.“Kenapa Pak Andika belum juga pulang?” Dena melihat ke luar jendela dan belum ada mobil Andika.“Apa Pak Andika membohongiku.” Dena menerima pesan dari nomor ponsel Andika.“Pak Andika.” Dena sangat senang dan segera membuka pesan.“Apa?” Dena terkejut karena pesa

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 273 Siasat Wijaya

    Amira duduk santai memperhatikan dua putranya yang sedang belajar banyak hal di taman. Wijaya memanggil pengajar dalam segala bidang untuk melihat minat dan bakat dua anaknya agar bisa diarahkan.“Nyonya, apa Anda butuh sesuatu?” tanya bibi.“Ya. Aku mau jus Alpukat,” jawab Amira.“Apa?” Bibi terkejut karena Amira sudah minum tiga gelas besar jus buah bergantian.“Nyonya, apa perut Anda tidak apa-apa?” Bibi memperhatikan Amira.“Kenapa dengan perutku?” Amira mengusap perutnya yang rata.“Aku tidak sedang sakit atau pun gembung.” Amira tersenyum dan menatap bibi.“Anda minum jus buah dan makan banyak buah.” Bibi melihat piring buah yang telah kosong.“Akhir-akhir ini aku suka sekali buah-buahan dan daging. Ah ya. Menu makan malam harus sea food.” Amira tersenyum lebar.“Aku sudah mencatatnya.” Amira memberikan selembar kertas kepada bibi.“Ini makanan yang mau aku makan,” ucap Amira.“Baik, Nyonya.” Bibi membaca kertas dengan tulisan tangan yang sangat rapi.“Ini masakan restaurant. Ti

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 272 Masa Depan Anak-anak

    Amira masih berada di atas kasur dalam pelukan Wijaya. Wanita itu sangat lelah setelah bercinta cukup panjang dan penuh gairah bersama sang suami.“Pukul berapa sekarang?” tanya Amira membuka mata dan melihat ruang kamar yang masih gelap karena semua gorden tertutup rapat.“Tidak usah tanyakan waktu. Tidurlah. Tidak ada yang melarang atau menganggu kamu,” bisik Wijaya memeluk erat tubuh Amira.“Sayang, anak-anak pasti sudah bangun,” ucap Amira mendongak.“Istriku tercinta. Apa kamu lupa? Devano dan Keano harus mulai mandiri. Mereka sudah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin Perusahaan. Kamu harus mulai belajar melepaskan mereka,” jelas Wijaya.“Apa?” Amira terkejut dengan ucapan Wijaya.“Kita tidak boleh memanjakan mereka lagi. Seseorang yang sukses harus dimulai dengan hidup disiplin dan mandiri. Ingat, kamu sedang program hamil. Kita akan memiliki sepasang bayi kembar.” Wijaya tersenyum.“Sayang, anak-anak masih kecil. Mereka termasuk bayi.” Amira menatap Wijaya.“Susah di waktu keci

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 271 Kebahagiaan Andika

    Andika mencoba menghubungi orang tua Cantika, tetapi gagal. Pria itu ingin menanyakan kabar istrinya.“Kenapa nomor mereka tidak aktif? Aku pergi ke rumah pun kosong.” Andika tampak gelisah. Dia berada di kantor dan akan mengadakan rapat rutin akhir tahun. Pria itu butuh istrinya untuk memberikan tanda tangan dan cap jari.“Kemana mereka pergi? Apa keluar negeri?” Pria itu hanya bisa bertanya kepada diri sendiri. Dia benar-benar kehilangan Cantika dan keluarga.“Bagaimana mereka bisa menghilang dan tidak bisa aku temukan? Siapa yang melindungi?” Andika duduk di sofa. Pria itu tampak melamun dan berpikir keras.“Padahal dunia ini terasa tenang,” ucap Andika.“Permisi, Pak. Semua orang sudah menunggu di ruang rapat.” Sekretaris Andika mengetuk pintu yang terbuka.“Aku akan segera datang. Apa semua berkas sudah siap?” tanya Andika beranjak dari sofa. Dia merapikan diri.“Sudah, Pak. Tanda tangan Ibu Cantika pun telah diselesaikan,” jawab sekretaris.“Benarkah?” Andika menatap pada sekrert

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 270 Posisi Paling Nikmat

    Warning 21+Wijaya menggendong Amira ke kamar mereka. Para pelayan segera merapikan dan membersihkan taman dengan cepat. Bibi memiliki tugas menjaga dua bayi yang sudah tidur.“Apa malam ini kita bisa bercinta?” tanya Wijaya.“Tentu saja.” Amira tersenyum. Dia melingkarkan tangan di leher Wijaya dengan tatapan yang menggoda.“Jangan berteriak.” Wijaya melepaskan Amira di kasur. Dia mulai menyerang leher istrinya yang putih. “Hahaha.” Amira tertawa geli. Wanita itu benar-benar menjadi manja dan menikmati setiap sentuhan Wijaya.“Aaahhh!” Jari-jari Amira mengacak rambut Wijaya. Ciuman kuat dan gigitan pria itu membuat sang istri berteriak menahan hasrat yang terus bangkit. Leher dan lengan yang putih telah menjadi merah.“Hhhhhh!” Wijaya benar-benar sangat liar. Dia menjelajahi tubuh istrinya dengan lidahnya yang hangat. Menghisap putting susu yang masih memiliki asi walaupun tidak banyak lagi. Ada sisa-sisa dari dua putranya yang sudah minum susu formula sehingga cairan putih itu mulai

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 269 Kejutan Makan Malam

    Wijaya melihat jam yang telah menunjukkan pukul enam sore. Pria itu segera beranjak dari kursi dan mengambil jas. “Kita pulang sekarang,” ucap Wijaya.“Baik, Pak.” Jack mengambil berkas yang tersisa dan memasukan ke dalam tas. Pria itu dengan cepat menyusul Wijaya yang sudah lebih dulu keluar dari ruang kerja.Wijaya meninggalkan kantor yang sudah sepi karena para pegawa telah pulang di pukul empat. Pria itu benar-benar lembur untuk menyelesaikan banyak berkas yang harus di tanda tangan segera.“Kita sampai, Pak. Saya akan membawa berkas ke ruang kerja Anda,” ucap Jack.“Ya.” Wijaya keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Pria itu dengan cepat menaiki tangga menuju kamarnya. Dia harus membersihkan diri dan berganti pakaian. Bersiap untuk makan malam berdua dengan sang istri.“Sayang.” Amira tersenyum. “Sayang.” Wijaya tidak menyangka sang istri telah menunggu di kamar mereka.“Aku pikir kamu di kamar anak-anak.” Wijaya segera mencium bibir istrinya. Dia sangat merindukan Amira ka

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 268 Bermain-main

    Wijaya tidak pernah datang ke Perusahaan orang lain, tetapi mereka yang membutuhkan pria itulah yang akan merendahkan diri untuk mendapatkan bantuan.“Pak, ada Pak Radit di ruang tunggu.” Jack melaporkan. Pria itu menggantikan posisi Dody dan Amira karena Wijaya tidak mudah mempercayai orang lain untuk menjadi sekretaris pribadinya. Dia bisa menilai seseorang dengan satu kali tatap. Itu juga yang membuat jatuh cinta kepada istrinya. “Aku akan menemuinya,” ucap Wijaya yang sedang bermain-main dengan kehidupan orang lain. Dia mengganti cara kejamnya untuk balas dendam. Tidak lagi menyiksa secara langsung karena dirinya telah bahagia bersama sang istri dan anak-anak. “Baik, Pak.” Jack mengikuti Wijaya keluar dari ruang kerja untuk menemui Radit.“Pak Wijaya.” Radit yang sedang duduk segera berdiri ketika melihat Wijaya masuk. “Duduklah,” ucap Wijaya yang juga menghempaskan tubuhnya di sofa.“Terima kasih, Pak.” Radit tersenyum.Wijaya memang masih muda, tetapi harta dan tahta yang dimi

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 267 Bahagianya Amira

    Wijaya merasa rumahnya begitu sepi. Sang istri hampir tidak pernah lagi menghampirinya. Dia merasa ada sesuatu yang hilang. “Ada apa, Bos?” tanya Jack bingung dengan Wijaya yang menghentikan langkah kaki di ruang tengah.“Aku merasa ada yang hilang,” jawab Wijaya menatap pada Jack. “Apa?” Jack mengerutkan dahinya.“Aku merasa istriku tidak pernah lagi menghampiri dan mengganggu diriku di ruang kerja. Dia tidak mendatangiku di jam-jam tertentu.” Wijaya menghela napasnya dengan berat.“Apa cinta dia sudah berkurang?” tanya Wijaya.“Maaf, Bos. Nyonya punya dua putra. Jadi, dia pasti sangat sibuk.” Jack tersenyum.“Hah! Dua anak itu telah merebut istriku.” Wijaya menggelengkan kepalanya.“Bukankah Anda masih mau menambah anak?” Jack menahan senyum. “Aarggh! Ini benar-benar mengacaukan. Aku mau punya anak bersama Amira. Tidak bisa ditunda lagi. Aku rela harus mengalah.” Wijaya berjalan cepat pergi ke kamar anaknya.“Bos. Kita mau ke kantor.” Jack tertawa melihat Wijaya menjadi bingung ka

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir    Bab 266 Adu Domba

    Cantika telah berada di rumah baru mereka. Wanita itu menangis karena menjadi lumpuh.“Cantika, kenapa kamu bisa begini?” Ranika memeluk putrinya yang hanya bisa meneteskan air matannya. “Pa, kita harus membawa Cantika berobat ke luar negeri.” Ranita menghapus air mata Cantika. Sang ibu pun ikut menangis. Dia tidak sanggup melihat kondisi putrinya.“Kita tidak bisa melakukan apa pun tanpa izin Wijaya. Ini pun kita tahu dari dia,” ucap Raditya.“Benar. Kita harus meminta bantuan Wijaya. Aku rela melakukan apa pun agar Cantika bisa sembuh. Wijaya memiliki banyak dokter hebat. Baik di dalam maupun luar negeri.” Ranika memegang tangan suaminya.“Aku akan mencoba menghubungi Wijaya.” Raditya mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia terhubung langsung dengan Jack.“Selamat pagi.” Jack menerima panggilan dengan ramah.“Halo, Pak. Apa saya bisa bicara dengan Pak Wijaya,” ucap Raditya.“Anda bisa langsung mengatakan kepada saya,” tegas Jack.“Apa Pak Wijaya bisa membantu pengobatan Cantika

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status