แชร์

Hati yang Hancur

ผู้เขียน: Fit Tree Fitri
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-05-19 17:38:07

Bibi memperhatikan Amira yang masih duduk diam di kursi. Wanita itu ragu untuk pergi ke kamar dan menemui suaminya. Dia benar-benar tidak punya apa pun lagi.

“Mari saya antar ke kamar Anda, Bu.” Bibi mengulurkan tangan pada Amira.

“Terima kasih. Aku bisa sendiri.” Amira beranjak dari tangan. Dia mengenakan tas di atas pundak kiri.

“Ahh.” Amira hampir saja jatuh karena kelelahan dan kakinya lemah.

“Hati-hati, Bu.” Bibi memegang tangan Amira.

“Ada apa ribut-ribut?” Marni menuruni tangga. Wanita paruh baya yang tidak lain adalah mertua Amira.

“Mama,” sapa Amira.

“Kenapa kamu pulang ke rumah ini?” tanya Marni mendekati Amira. Wanita itu menatap tajam pada menantunya.

“Karena ini rumah kita,” jawab Amira bingung. Dia memaksa diri tersenyum.

“Ini bukan lagi rumah kamu,” tegas Marni.

“Apa? Kenapa?” tanya Amira gemetar.

“Karena kamu dan Andika akan segera bercerai,” jawab Marni tersenyum sinis.

“Apa? Kenapa kamu bercerai?” tanya Amira dengan mata yang mulai basah.

“Karena kamu sudah membuat cucuku meninggal. Wanita lemah. Melahirkan secara normal saja tidak kuat hingga pingsan.” Marni mendorong tubuh Amira jatuh ke sofa.

“Ibu.” Bibi terkejut dengan sikap Marni yang kasar kepada Amira.

“Aku juga sedih, Ma. Aku tidak pernah berharap anakku meninggal,” ucap Amira menatap pada Marni.

“Besok, Andika akan mengurus perceraian kalian. Sebaiknya kamu keluar dari rumah ini segera,” tegas Marni.

“Apa? Apa karena anak kami meninggal aku harus diceraikan? Aku mau bicara dengan Andika,” ucap Amira.

“Kami masih bisa program anak lagi,” lanjut Amira.

“Wanita penyakitan dan lemah seperti kamu hanya akan menghabiskan uang keluarga kami saja. Kami tidak butuh menantu yang merugikan dan tidak memberikan keuntungan apa pun,” ketus Marni tersenyum sinis.

“Apa? Aku rela berhenti bekerja agar bisa hamil dan melahirkan.” Amira benar-benar tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh mertuanya. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menuruti semua keinginan keluarga suaminya.

“Kamu akan sulit hamil sehingga Andika harus mencari istri baru yang sehat dan kuat,” tegar Marni.

“Ma!” teriak Amira terkejut mendengar ucapan mentuanya.

“Plak! Plak! Pla!” Amira mendapatkan tamparan yang kuat dan berkali-kali dari Mirna. Pipi yang putih itu menjadi merah dan bibirnya pecah.

“Sebaiknya kamu segera keluar dari rumah ini!” bentak Marni.

“Aku mau bicara dengan Andika,” ucap Amira menyentuh bibirnya yang berdarah karena tamparan dari mama mertua.

“Kamu tidak perlu bicara lagi dengan Andika. Dia sudah setuju untuk menikah lagi,” tegas Marni.

“Mama benar. Aku tidak bisa bersama kamu lagi, Mira.” Andika berdiri di samping mamanya.

“Sayang.” Amira melihat pada Andika yang menatapnya tanpa ekspresi.

“Kita sudah selesai. Kamu telah gagal menjadi istri. Uang dan waktu yang aku korbankan agar kita punya anak terbuang sia-sia,” jelas Andika.

“Aku hanya bisa mencari pengganti kamu agar bisa memberikan anak yang sehat tanpa harus program kehamilan dan menghabiskan banyak uang,” lanjut Andika.

“Program kehamilan ini menggunakan uang aku sendiri. Tabunganku selama masih bekerja,” ucap Amira.

“Itu sudah sewajarnya. Uang Tabungan kamu digunakan untuk diri sendiri agar suami bahagia,” tegas Marni.

“Andika. Usir wanita penyakitan dan tidak berguna ini keluar dari rumah. Mama tidak mau melihatnya lagi.” Marni menatap sinis pada Amira.

“Sayang.” Amira hanya bisa menangis. Dia berharap Andika akan mempertahankan dirinya.

“Tidurlah di kamar tamu. Besok, aku akan mengatarkan kamu ke tempat baru.” Andika melihat pada Amira.

“Kenapa tidak malam ini saja? Aku tidak mau dia mencuri barang berharga di rumah ini sebelum keluar.” Marni menatap tajam pada Amira.

“Kasian ni Amira untuk malam ini saja, Ma. Aku akan menjaganya.” Andika masih sangat menyayangi istrinya, tetapi dia tidak bisa membantah perintah orang tuanya yang meminta dirinya untuk menceraikan Amira.

“Terserah kamu saja. Ingat untuk segera melayangkan gugatan cerai ke pengadilan.” Marni meninggalkan Amira dan Andika. Bibi hanya bisa menjadi penonton dalam diam tanpa berani berkomentar dan menolong.

“Apa kamu benar-benar akan menceraikan aku?” tanya Amira sesegukan.

“Maafkan aku, Mira. Kita tidak bisa bersama lagi,” jawab Andika menatap Amira. Wanita yang cantik itu terlihat pucat dan berantakan. Pipi merah karena tamparan mama mertua dan bibirnya pecah.

“Bibi, antarkan Amira ke kamar tamu,” ucap Andika.

“Baik, Pak.” Bibi memegang tangan Amira untuk membantu wanita itu beranjak dari sofa.

“Apa kamu tidak mau membantuku?” tanya Amira yang sudah berdiri menatap pada Andika. Wanita itu bertopang pada tubuh bibi. Dia benar-benar lemah. Jiwa dan raganya telah hancur.

“Aku akan membereskan barang-barang kamu.” Andika meninggalkan Amira dan bibi. Pria itu menaiki tangga menuju kamar mereka.

“Hiks hiks.” Amira hanya bisa menangis. Hati dan jiwanya begitu sakit. Luka dan perih menusuk jantung. Rasanya dia ingin mati saja menyusul putranya.

“Ayo, Bu.” Bibi membawa Amira ke kamar tamu.

“Saya akan ambilkan pakaian ganti untuk ibu.” Bibi meninggalkan Amira yang duduk di tepi kasur. Wanita itu hanya bisa menangis dalam diam. Dadanya begitu sesak dan sakit.

Ditinggalkan anak, diusir mertua dan diceraikan sang suami tercinta. Hidup Amira benar-benar hancur. Dia harus menguatkan dirinya untuk bisa bertahan hidup di dunia yang kejam.

“Kenapa Tuhan begitu jahat padaku?” Amira meremas ujung seprai. Air matanya terus mengalir memasahi wajah yang merah. Rasa perih dan pedih telah bercampur dengan luka di dalam jiwa.

“Tuhan telah mengambil anakku sehingga aku diceraikan dan diusir dari rumah ini. Penderitaan apa lagi yang harus aku alami? Lebih baik aku mati saja. Tidak ada gunanya hidup di dunia ini.” Amira menghapus air matanya.

“Apa aku harus mati atau bangkit dan balas dendam?” Amira menatap jendela kamar yang terbuka. Dia beranjak dari kasur dan berjalan menuju jendela. Mendongakkan kepala dan melihat pada langit malam yang mendung. Awan hitam menggantung dan petir pun mulai menyambar.

Air hujan mulai turun bersama dengan kilat dan Guntur. Angin pun bertiup cukup kencang hingga mambasahi tubuh Amira yang lemah. Wanita itu membiarkan air hujan menyatu dengan air matanya yang terus mengalir membasahi wajahnya yang masih sakit.

“Ibu.” Bibi masuk ke kamar dengan membawa koper milik Amira.

Andika benar-benar telah memberekan semua pakaian Amira. Berkas penting milik wanita itu pun dimasukan ke dalam koper yang cukup besar. Pria itu harus melepaskan wanita yang dicintainya agar tetap bisa bersama keluarga dengan harta dan tahta.

“Ibu jangan di situ.” Bibi melepaskan koper. Dia menarik tubuh Amira menjauh dari jendela. Wanita itu menutup kaca jendela dan gorden.

“Nanti, Ibu sakit.” Bibi mengambil handuk dan mengeringkan rambut  dan wajah Amira yang sudah basah.

“Lebih baik aku mati saja. Aku tidak tahu harus pergi kemana?” Amira meracau dengan air mata yang terus mengalir.

“Ibu harus kuat. Ibu pasti bisa bertahan. Bukankah Ibu punya pengalaman kerja yang bagus?” Bibi menatap Amira.

“Sekarang, Ibu ganti baju dan tidur agar besok bisa bangun dengan segar.” Bibi menghapus air mata Amira. Wanita itu benar-benar sedih melihat nasib yang menimpa istri Andika.

“Semua berkas penting Ibu ada di koper. Pasti akan bermanfaat. Ibu baru selesai melahirkan, jadi harus banyak istirahat.” Bibi sudah menganggap Amira sebagai anaknya sendiri karena wanita itu sangat baik.

“Terima kasih, Bi.” Amira mengangguk.

“Ayo, Bibi bantu ganti baju.” Bibi membuka piyama yang dikenakan Amira.

Amira merebahkan tubuh di atas kasur. Dia memejamkan mata yang terus basah. Tubuhnya benar-benar kedinginan dan mengigil. Bibi memberikan obat hingga wanita itu pun bisa tertidur dengan pulas hingga pagi yang mengerikan datang.

ความคิดเห็น (8)
goodnovel comment avatar
Paksi Agustam
menarik ceritanya
goodnovel comment avatar
Fit Tree Fitri
Terima kasih ...
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu hrs kuat Amira jangan lemah .kmu hrs balas kn dendam mu sama klga itu dn kmu cari kerja tuk menghidupi dirimu dn kmu rawat dirimu dgn cantik dn angun .biar kn Andika menikah ingin punya anak blum tentu dpt peempuan cpt dpt anak bisa2 jong dn mandul .hukum karma berlaku
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Diusir dari Rumah

    Amira yang lelah dan lemah benar-benar tidur dengan pulas. Dia tidak terbangun meskipun hari sudah terang. Bibi yang sibuk di dapur pun tidak membangunkan wanita yang baru saja selesai melahirkan itu.Semua anggota keluarga sudah berada di ruang makan untuk menikmati sarapan. Tidak ada yang ingat apalagi peduli pada Amira yang memamg sudah diusir dari rumah mereka.“Dika, apa berkas untuk perceraian sudah siap?” tanya Marni.“Sudah, Ma,” jawab Andika.“Apa kita bisa makan dengan tenang dan tidak membahas apa pun?” Handoko menatap tajam pada Marni.“Aku hanya mengingatkan Andika agar dia mempercepat proses perceraian dengan wanita lemah itu. Melahirkan satu bayi saja tidak mampu. Menghabiskan uang selama program,” kesal Marni.“Ah, Ibu pasti masih tidur.” Bibi ragu untuk pergi ke kamar Amira karena dia masih harus menunggu semua orang selesai makan.“Semalam aku mendengar keributan. Apa yang terjadi?” Handoko menyelesaikan sarapannya. Pria itu mengeringkan mulutnya dengan tisu.“Menant

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-05-19
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Kelahiran Putra Wijaya Kusuma

    Seorang pria terlihat duduk di depan ruangan operasi. Wijaya Kususma menunggu istrinya Luna Margareta yang sedang melahirkan bayi pertama hasil buah cinta yang sudah lama diharapkan. Seorang model yang awalnya menolak untuk hamil dan melahirkan, tetapi diancam akan dihancurkan kariernya membuat wanita itu tidak bisa menolak permintaan suaminya yang berkuas.“Selamat, Pak. Bayi Anda sudah lahir dengan jenis kelamin laki-laki.” Dokter keluar dari ruangan dan mengucapkan selamat kepada Wijaya Kusuma dengan rasa hormat dan bangga.“Terima kasih. Kapan saya bisa bertemu dengan putra saya?” tanya Wijaya.“Anda bisa menunggu di rungan bayi yang sudah kami siapkan,” jawab dokter.“Suster, tolong antarkan Pak Wijaya ke ruangan,” uca[ dokter pada perawat.“Baik, Dok. Mari, Pak.” Suster tersenyum. Wanita muda itu mencuri pandang untuk bisa melihat wajah tampan dari Wijaya Kusuma.Wijaya mengikuti suster menuju ruang VIP khusus untuk ditempati putra selama berada di rumah sakit. Pria itu melihat

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-05-20
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Pulang ke Rumah

    Wijaya Kusuma terkejut melihat Luna yang duduk di sofa. Wanita itu terlihat sehat dengan cepat. Dia merapikan rambut dan bajunya. Berdandan dengan perlengkapan make yang ada di tas. Di sampingnya telah berdiri seorang asisten.“Apa yang kamu lakukan?” Wijaya Kusuma melihat pada ranjang bayinya. Putra kecil yang masih terlelap dalam tidur.“Aku sudah melaksanakan perintah kamu. Hamil dan melahirkan,” jawab Luna.“Kamu masih harus memberi asi untuk putra kita,” tegas Wijaya Kusuma.“Asi aku tidak keluar. Lihatlah dadaku yang hampir kempis ini. Aku benar-benar harus melakukan perawatan segera. Aku juga sudah menghubungi dokter kecantikan langgananku,” jelas Luna.“Hah! Aku benar-benar harus membuat perut ini kembali rata.” Luna berdiri di depan cermin.“Kapan kita pulang?” tanya Luna.“Kamu bisa pulang sekarang,” jawab Wijaya berjalan mendekati putranya.“Benarkah?” Luna melihat pada asisten pribadinya yang siap sedia membantu wanita itu dalam segala hal.“Pulanglah,” tegas Wijaya.“Baik

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-05-21
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Pertemu Pertama

    Amira benar-benar harus menguatkan diri. Dia tidak tahu dimana makan putranya. Air mata terus mengalir ketika mengingat nasib yang dijalaninya. “Anakku. Devano. Nama yang sudah Mama siapkan untuk kamu.” Amira duduk di lantai. Wanita itu hanya mengenakan dress pendek sebatas paha dengan lengan pendek di rumah kosan yang minimalis.“Mama bahkan belum melihat makam kamu. Mama harus sehat dulu.” Amira menangis sendirian di dalam rumah yang terkunci rapat.“Aku harus keluar untuk mencari bahan makanan.” Amira beranjak dari lantai. Dia menghapus air mata dan merapikan diri. Masuk ke kamar untuk berganti dengan pakaian yang lebih sopan.Amira memang cantik. Tubuhnya tinggi semampai dan padat terisi. Rambut hitam panjang dan bergelombang berkilau sehat terawat. Bola matanya besar dengan warna hitam pekat. Alis rapi asli dengan bulu mata lentik dan panjang. Bibirnya kecil, tetapi penuh dan seksi. Hidung mancung dengan dagu lancip dan berbelah. Dia masih memiliki satu gigi gisul yang manis keti

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-05-30
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Kesedihan Amira

    Dodi memperhatikan Amira yang sedang kebingungan. Wanita itu bahkan sudah melupakan rasa sakit pada kakinya yang masih berdarah. Dia sadar tidak akan mampu mengganti rugi pintu yang tergores dan jari pria yang juga terluka.“Nama dan tempat tinggal Anda serta pekerjaan, Nona?” tanya Dodi.“Amira. Aku baru saja pindah ke sini dan belum punya perkejaan. Rencanaku baru akan melamar di Perusahaan ini,” jelas Amira putus asa.“Kenapa aku sangat sial?” Amira mulai menangis. Dia kembali terduduk di jalanan. Memijit kaki yang terluka.“Apa aku benar-benar perempuan pembawa sial sehingga dibuang begitu saja? Aku kehilangan bayi, rumah dan diceraikan suami. Sekarang harus mengganti rugi mobil dan motor orang yang baru pertama kali aku pinjamkan untuk membeli kebutuhan sehari-hariku dari warung depan..” Amira menatap dengan mata basah pada Dodi yang memperhatikannya. Pria tua itu dengan sabar mendengarkan curahan isi hati Amira yang seusia dengan anaknya bahkan lebih muda.“Kenapa Tuhan begitu ja

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-05-31
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Mengunjungi Makam Devano

    Amira sudah selesai membuatkan makanan untuk dirinya sendiri. Wanita yang terbiasa hidup mandiri itu benar-benar bisa melakukan semuanya dengan sempurna. Dia disiplin sejak kecil agar bisa mencapai kesuksesan di masa depan, tetapi Andika menghancurkan semuanya. Pria itu membuat Amira berhenti bekerja agar bisa hamil dan melahirkan.“Andika, aku harap dia mau menerima panggilan dariku.” Amira yang baru selesai makan mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Andika. Suaminya yang sudah melakukan gugatan cerai ke pengadilan karena mengikuti perintah orang tuanya.“Angkat Andika. Aku hanya mau melihat makan putraku. Aku juga mau bertanya apa kamu menyimpan foto anak kita.” Amira mulai menangis. Hari-harinya hanya dihiasi dengan air mata yang terus mengalir dan membasahi wajahnya yang cantik.“Ya Tuhan. Tolong gerakkan hati Andika untuk menerima panggilanku. Aku hanya ingin melihat makan anakku.” Amira mulai terisak. Dadanya selalu terasa sesak setiap kali mengingat nasib buruk yang menimpa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-06-02
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Melamar Pekerjaan

    Andika tiba di rumah. Pria itu sudah terlambat untuk makan malam. Dia memarkirkan mobil di garasi dan masuk ke rumah dari pintu belakang. “Kenapa kamu terlambat?” tanya Marni menghentikan langkah kaki Andika yang akan menaiki tangga menuju kamarnya.“Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor,” jawab Andika berbohong.“Kamu bukan pergi menemui wanita pembawa sial itu kan?” Marni menatap tajam pada Andika.“Aku pergi berziarah ke makam Devano,” ucap Andika.“Aku lelah, Ma dan juga lapar. Aku mau mandi.” Andika menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Pria itu lansung masuk kamar mandi.“Sebenarnya aku sangat rugi jika menceraikan Amira. Mama benar-benar tidak mengerti. Istriku itu rebutan banyak pria. Dia cantik, seksi dan juga cerdas.” Andika berada di bawah shower dengan membiarkan air dingin membasahi tubuhnya.“Ah, tubuh Amira benar-benar seksi dan menggoda. Aroma manis yang selalu aku rindukan. Dia selalu mampu menyiksaku.” Andika menegang. Pria yang sudah pernah ber

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-06-03
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Terluka karena Cinta

    Amira memeriksa saldo yang tersisa di rekeningnya. Wanita itu harus berhemat karena dia belum bekerja sehingga belum ada pemasukan.“Ya Tuhan, tolong hamba. Izinkan aku mendapatkan pekerjaan di Perusahaan Wijaya Kusuma. Gaji yang diberikan paling tinggi dari Perusahaan lain.” Amira berdoa kepada Tuhan. Dia dengan mudah bangkit dari keterpurukan. Wanita itu tidak terlahir dari keluarga kaya yang manja, tetapi terbiasa mandiri dan hidup susah.“Sebenarnya fasilitas menjadi asisten pribadi lebih wah karena tinggal bersama bos, tetapi aku tidak mau berada begitu dekat dengan seorang pria.” Amira melihat perbedaan pendapatan dan fasilitas yang didapat dari menjadi asisten pribadi Wijaya dan bekerha di bagian keuangan.“Padahal jadi sekretaris pribadi sekaligus asisten lebih menggiurkan.” Amira merebahkan tubuh di atas kasurnya. Dia menatap kertas di tangannya.“Tidak masalah. Jika diterima di bagian keuangan. Aku tidak akan bertemu dengan banyak orang. Berbeda ketika menjadi asisten pribadi

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-06-04

บทล่าสุด

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 279 Kesembuhan Cantika

    Cantika duduk di kursi roda. Dia menatap keluar jendela. Wanita itu masih di luar negeri. Dia mendapatkan bantuan dari Wijaya dalam proses pengobatan dan sembunyi dari Andika yang mengira istrinya telah meninggal dunia.“Apa kamu sudah siap pulang?” tanya Ranika.“Ma, aku tidak menyangka Andika sangat jahat. Padahal dia begitu lembut dan peduli padaku.” Cantika memegang tangan Ranika. Mata wanita itu tampak berkaca-kaca.“Pria jahat memang begitu. Mereka terlihat baik dan peduli. Padahal ketika sudah mendapatkan apa yang diinginkan akan menjadi berbeda.” Ranika memeluk Cantika.“Tidak disangka Wijaya yang tidak pernah tersenyum adalah pria paling baik. Dia benar-benar meratukan Amira. Aku sangat menginginkan pria seperti itu.” Cantika tersenyum.“Ya, tetapi tidak mungkin mendapatkan Wijaya. Dia sangat mencintai Amira. Pria itu melindungi istrinya dengan luar biasa. Amira bahkan tidak pernah keluar rumah,” jelas Ranika.“Ya. Itulah ratu sesungguhnya. Selalu berada di dalam istana yang

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 278 Pemimpin Masa Depan

    Wijaya lebih sering berada di rumah. Pria itu pun tidak pergi ke kantor karena sangat bahagia. Dia bekerja secara online agar bisa menemani istrinya yang manja. Bermain bersama Devano dan Keano ketika keduanya selesai belajar dan belatih. “Sayang, kamu tidak boleh lelah. Jangan ke dapur. Apalagi beres-beres rumah hingga memindahkan dan mengangkat barang berat atau pun ringan,” tegas Wijaya.“Kenapa?” tanya Amira.“Karena kamu sedang hamil. Ingat di sini ada dua calon anak kita.” Wijaya mengusap perut Amira.“Aku tidak akan pergi ke kantor,” ucap Wijaya.“Pergilah. Aku pasti bisa jaga diri. Kamu tidak usah khawatir.” Amira tersenyum.“Hari ini aku akan terus bersama kamu dan anak-anak. Oh ya. Jangan gendong Devano dan Keano lagi.” Wijaya menatap Amira.“Ya, tetapi mereka sering berlari dan menerkamku.” Amira tersenyum. “Aku akan melarang mereka dan menjelaskan bahwa kamu sedang hami adik kecil.” Wijaya mencubit hidup Amira.“Baiklah.” Amira mengangguk. Wanita itu tidak bisa rebahan se

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 277 Kabar Gembira

    Mahir berdandan di depan cermin. Wanita itu tampil cantik dengan gaun putih yang lembut. Rambut panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai merewati pundaknya. “Sayang, apa kamu mau pergi?” Wijaya memeluk Amira dari belakang. “Mau pergi kemana?” Amira balik bertanya karena wanita benar-benar tidak pernah keluar dari rumah sejak kejadian yang membahayakan nyawa mereka. Anak-anak pun mendapatkan Pendidikan dan pengajaran di rumah saja.“Tidak biasanya kamu berdandan cantik dan seksi. Apa kamu menggodaku yang mau pergi kerja ini?” Wijaya mencium pundak dan leher Amira yang terbuka.“Tidak. Aku sedang suka berdandan. Ada banyak baju baru di lemari yang belum pernah dikenakan. Aku punya banyak waktu untuk merawat diri karena anak-anak sibuk dengan tugas mereka setiap hari. Jadi, aku mencobanya,” jelas Amira. “Bagus, Sayang. Istri Wijaya memang harus tampil cantik dan sehat serta bahagia.” Wijaya memutar tubuh Amira menghadap dirinya.“Aku sangat bahagia. Hidupku kini sempurna bersama kam

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 276 Kenikmatan

    Andika benar-benar sedang berada di atas angin. Dia tidak peduli dengan dua wanita yang saling serang karena memperebutkan dirinya.“Pak Andika.” Siska berdiri di depan Andika yang tampak sibuk.“Ada apa?” Andika tidak melihat sama sekali kepada Siska. Dia sedang memeriksa berkas dan memberikan tanda tangan.“Pelayan Anda menyerang saya,” ucap Siska.“Apa?” Andika mengangkat kepala dan melihat pada Siska. “Apa kamu terluka?” tanya Andika memperhatikan Siska yang semakin seksi.“Tidak. Aku berhasil menghindar,” jawab Siska.“Bagus. Aku sudah memecat Dena. Kamu tidak usah khawatir lagi,” ucap Andika tersenyum.“Terima kasih, Pak.” Siska mendekat dan memijat pundak Andika. Wanita itu merasa menang karena bosnya telah memecat Dena yang tidak ada kontribusi sama sekali. “Apa Anda akan makan malam di luar?” tanya Siska.“Tidak. Hari ini Dena pamit pulang. Jadi, kami akan makan malam perpisahan,” jawab Andika.“Aku juga meminta sopir untuk mengantarnya pulang. Kasian dia sendirian,” lanjut

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 275 Sisi Lain Wijaya

    Wijaya pergi ke penjara. Pria itu sudah lama tidak mengunjungi orang tua Luna. "Kenapa Anda pergi ke penjara yang kotor, Bos?" tanya Jack mengikuti Wijaya. "Aku hanya mau memastikan keinginan terakhir Lucas dan istrinya," jawab Wijaya. "Baik, Bos." Jack membuka pintu pertama penjara Unu Wijaya. "Pak Wijaya." Leon berdiri di depan pintu. Dia menyambut kedatangan Wijaya. "Kenapa kamu memilih tinggal di sini?" tanya Wijaya kepada Leon. "Ini adalah tempat terbaik untuk bekerja, Bos." Leon tersenyum. Dia senang bisa melihat Wijaya."Terserah kamu." Wijaya menepuk pundak Leon dan melewati pria itu. "Jika kamu mau balas dendam ke pulau. Kamu bebas pergi dan membawa anak buah," ucap Wijaya berlalu.“Aku tidak tertarik, Bos.” Leon tidak menyimpan dendam sama sekali. Baginya itu adalah resiko dari tugas yang dijalankannya.“Kenapa?” tanya Wijaya menghentikan langkah kaki dan menoleh pada Leon.“Tidak apa, Bos. Itu hanya membuang-buang waktu dan tenaga saja. Em, biaya juga.” Leon tersenyum

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 274 Perkelahian Dua Wanita

    Dena telah mempersiapkan makan malam untuk Andika. Wanita itu masih berharap dinikahi Andika, tetapi belum juga ada kepastian. “Kenapa Pak Andika masih belum menikahiku?” tanya Dena pada diri sendiri. Dia berdiri di depan cermin melihat tubuhnya yang seksi.“Tubuhku jauh lebih seksi dari pada wanita tadi yang kurus krempeng.” Dena tersenyum menganggumi tubuh sendiri.“Tidak mungkin Pak Andika tergoda dengan sekretarisnya. Tubuhku lebih mirip dengan ibu Amira. Montok dan padat berisi.” Dena berputar di depan cermin.“Aku mendapatkan gaji yang cukup tinggi selama di rumah ini. Tidak masalah hanya menjadi teman tidur Pak Andika. Aku tidak rugi juga. Dia tampandan kaya.” Dena benar-benar menikmati hidup sebagai simpanan Andika.“Kenapa Pak Andika belum juga pulang?” Dena melihat ke luar jendela dan belum ada mobil Andika. “Apa Pak Andika membohongiku.” Dena menerima pesan dari nomor ponsel Andika. “Pak Andika.” Dena sangat senang dan segera membuka pesan.“Apa?” Dena terkejut karena pe

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 273 Siasat Wijaya

    Amira duduk santai memperhatikan dua putranya yang sedang belajar banyak hal di taman. Wijaya memanggil pengajar dalam segala bidang untuk melihat minat dan bakat dua anaknya agar bisa diarahkan.“Nyonya, apa Anda butuh sesuatu?” tanya bibi.“Ya. Aku mau jus Alpukat,” jawab Amira.“Apa?” Bibi terkejut karena Amira sudah minum tiga gelas besar jus buah bergantian.“Nyonya, apa perut Anda tidak apa-apa?” Bibi memperhatikan Amira.“Kenapa dengan perutku?” Amira mengusap perutnya yang rata.“Aku tidak sedang sakit atau pun gembung.” Amira tersenyum dan menatap bibi.“Anda minum jus buah dan makan banyak buah.” Bibi melihat piring buah yang telah kosong.“Akhir-akhir ini aku suka sekali buah-buahan dan daging. Ah ya. Menu makan malam harus sea food.” Amira tersenyum lebar.“Aku sudah mencatatnya.” Amira memberikan selembar kertas kepada bibi.“Ini makanan yang mau aku makan,” ucap Amira.“Baik, Nyonya.” Bibi membaca kertas dengan tulisan tangan yang sangat rapi.“Ini masakan restaurant. Tid

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 272 Masa Depan Anak-anak

    Amira masih berada di atas kasur dalam pelukan Wijaya. Wanita itu sangat lelah setelah bercinta cukup panjang dan penuh gairah bersama sang suami. “Pukul berapa sekarang?” tanya Amira membuka mata dan melihat ruang kamar yang masih gelap karena semua gorden tertutup rapat.“Tidak usah tanyakan waktu. Tidurlah. Tidak ada yang melarang atau menganggu kamu,” bisik Wijaya memeluk erat tubuh Amira. “Sayang, anak-anak pasti sudah bangun,” ucap Amira mendongak. “Istriku tercinta. Apa kamu lupa? Devano dan Keano harus mulai mandiri. Mereka sudah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin Perusahaan. Kamu harus mulai belajar melepaskan mereka,” jelas Wijaya.“Apa?” Amira terkejut dengan ucapan Wijaya.“Kita tidak boleh memanjakan mereka lagi. Seseorang yang sukses harus dimulai dengan hidup disiplin dan mandiri. Ingat, kamu sedang program hamil. Kita akan memiliki sepasang bayi kembar.” Wijaya tersenyum. “Sayang, anak-anak masih kecil. Mereka termasuk bayi.” Amira menatap Wijaya. “Susah di waktu

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 271 Kebahagiaan Andika

    Andika mencoba menghubungi orang tua Cantika, tetapi gagal. Pria itu ingin menanyakan kabar istrinya.“Kenapa nomor mereka tidak aktif? Aku pergi ke rumah pun kosong.” Andika tampak gelisah. Dia berada di kantor dan akan mengadakan rapat rutin akhir tahun. Pria itu butuh istrinya untuk memberikan tanda tangan dan cap jari.“Kemana mereka pergi? Apa keluar negeri?” Pria itu hanya bisa bertanya kepada diri sendiri. Dia benar-benar kehilangan Cantika dan keluarga.“Bagaimana mereka bisa menghilang dan tidak bisa aku temukan? Siapa yang melindungi?” Andika duduk di sofa. Pria itu tampak melamun dan berpikir keras.“Padahal dunia ini terasa tenang,” ucap Andika.“Permisi, Pak. Semua orang sudah menunggu di ruang rapat.” Sekretaris Andika mengetuk pintu yang terbuka.“Aku akan segera datang. Apa semua berkas sudah siap?” tanya Andika beranjak dari sofa. Dia merapikan diri.“Sudah, Pak. Tanda tangan Ibu Cantika pun telah diselesaikan,” jawab sekretaris.“Benarkah?” Andika menatap pada sekrert

สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status