Share

Hati yang Hancur

Penulis: Fit Tree Fitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bibi memperhatikan Amira yang masih duduk diam di kursi. Wanita itu ragu untuk pergi ke kamar dan menemui suaminya. Dia benar-benar tidak punya apa pun lagi.

“Mari saya antar ke kamar Anda, Bu.” Bibi mengulurkan tangan pada Amira.

“Terima kasih. Aku bisa sendiri.” Amira beranjak dari tangan. Dia mengenakan tas di atas pundak kiri.

“Ahh.” Amira hampir saja jatuh karena kelelahan dan kakinya lemah.

“Hati-hati, Bu.” Bibi memegang tangan Amira.

“Ada apa ribut-ribut?” Marni menuruni tangga. Wanita paruh baya yang tidak lain adalah mertua Amira.

“Mama,” sapa Amira.

“Kenapa kamu pulang ke rumah ini?” tanya Marni mendekati Amira. Wanita itu menatap tajam pada menantunya.

“Karena ini rumah kita,” jawab Amira bingung. Dia memaksa diri tersenyum.

“Ini bukan lagi rumah kamu,” tegas Marni.

“Apa? Kenapa?” tanya Amira gemetar.

“Karena kamu dan Andika akan segera bercerai,” jawab Marni tersenyum sinis.

“Apa? Kenapa kamu bercerai?” tanya Amira dengan mata yang mulai basah.

“Karena kamu sudah membuat cucuku meninggal. Wanita lemah. Melahirkan secara normal saja tidak kuat hingga pingsan.” Marni mendorong tubuh Amira jatuh ke sofa.

“Ibu.” Bibi terkejut dengan sikap Marni yang kasar kepada Amira.

“Aku juga sedih, Ma. Aku tidak pernah berharap anakku meninggal,” ucap Amira menatap pada Marni.

“Besok, Andika akan mengurus perceraian kalian. Sebaiknya kamu keluar dari rumah ini segera,” tegas Marni.

“Apa? Apa karena anak kami meninggal aku harus diceraikan? Aku mau bicara dengan Andika,” ucap Amira.

“Kami masih bisa program anak lagi,” lanjut Amira.

“Wanita penyakitan dan lemah seperti kamu hanya akan menghabiskan uang keluarga kami saja. Kami tidak butuh menantu yang merugikan dan tidak memberikan keuntungan apa pun,” ketus Marni tersenyum sinis.

“Apa? Aku rela berhenti bekerja agar bisa hamil dan melahirkan.” Amira benar-benar tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh mertuanya. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menuruti semua keinginan keluarga suaminya.

“Kamu akan sulit hamil sehingga Andika harus mencari istri baru yang sehat dan kuat,” tegar Marni.

“Ma!” teriak Amira terkejut mendengar ucapan mentuanya.

“Plak! Plak! Pla!” Amira mendapatkan tamparan yang kuat dan berkali-kali dari Mirna. Pipi yang putih itu menjadi merah dan bibirnya pecah.

“Sebaiknya kamu segera keluar dari rumah ini!” bentak Marni.

“Aku mau bicara dengan Andika,” ucap Amira menyentuh bibirnya yang berdarah karena tamparan dari mama mertua.

“Kamu tidak perlu bicara lagi dengan Andika. Dia sudah setuju untuk menikah lagi,” tegas Marni.

“Mama benar. Aku tidak bisa bersama kamu lagi, Mira.” Andika berdiri di samping mamanya.

“Sayang.” Amira melihat pada Andika yang menatapnya tanpa ekspresi.

“Kita sudah selesai. Kamu telah gagal menjadi istri. Uang dan waktu yang aku korbankan agar kita punya anak terbuang sia-sia,” jelas Andika.

“Aku hanya bisa mencari pengganti kamu agar bisa memberikan anak yang sehat tanpa harus program kehamilan dan menghabiskan banyak uang,” lanjut Andika.

“Program kehamilan ini menggunakan uang aku sendiri. Tabunganku selama masih bekerja,” ucap Amira.

“Itu sudah sewajarnya. Uang Tabungan kamu digunakan untuk diri sendiri agar suami bahagia,” tegas Marni.

“Andika. Usir wanita penyakitan dan tidak berguna ini keluar dari rumah. Mama tidak mau melihatnya lagi.” Marni menatap sinis pada Amira.

“Sayang.” Amira hanya bisa menangis. Dia berharap Andika akan mempertahankan dirinya.

“Tidurlah di kamar tamu. Besok, aku akan mengatarkan kamu ke tempat baru.” Andika melihat pada Amira.

“Kenapa tidak malam ini saja? Aku tidak mau dia mencuri barang berharga di rumah ini sebelum keluar.” Marni menatap tajam pada Amira.

“Kasian ni Amira untuk malam ini saja, Ma. Aku akan menjaganya.” Andika masih sangat menyayangi istrinya, tetapi dia tidak bisa membantah perintah orang tuanya yang meminta dirinya untuk menceraikan Amira.

“Terserah kamu saja. Ingat untuk segera melayangkan gugatan cerai ke pengadilan.” Marni meninggalkan Amira dan Andika. Bibi hanya bisa menjadi penonton dalam diam tanpa berani berkomentar dan menolong.

“Apa kamu benar-benar akan menceraikan aku?” tanya Amira sesegukan.

“Maafkan aku, Mira. Kita tidak bisa bersama lagi,” jawab Andika menatap Amira. Wanita yang cantik itu terlihat pucat dan berantakan. Pipi merah karena tamparan mama mertua dan bibirnya pecah.

“Bibi, antarkan Amira ke kamar tamu,” ucap Andika.

“Baik, Pak.” Bibi memegang tangan Amira untuk membantu wanita itu beranjak dari sofa.

“Apa kamu tidak mau membantuku?” tanya Amira yang sudah berdiri menatap pada Andika. Wanita itu bertopang pada tubuh bibi. Dia benar-benar lemah. Jiwa dan raganya telah hancur.

“Aku akan membereskan barang-barang kamu.” Andika meninggalkan Amira dan bibi. Pria itu menaiki tangga menuju kamar mereka.

“Hiks hiks.” Amira hanya bisa menangis. Hati dan jiwanya begitu sakit. Luka dan perih menusuk jantung. Rasanya dia ingin mati saja menyusul putranya.

“Ayo, Bu.” Bibi membawa Amira ke kamar tamu.

“Saya akan ambilkan pakaian ganti untuk ibu.” Bibi meninggalkan Amira yang duduk di tepi kasur. Wanita itu hanya bisa menangis dalam diam. Dadanya begitu sesak dan sakit.

Ditinggalkan anak, diusir mertua dan diceraikan sang suami tercinta. Hidup Amira benar-benar hancur. Dia harus menguatkan dirinya untuk bisa bertahan hidup di dunia yang kejam.

“Kenapa Tuhan begitu jahat padaku?” Amira meremas ujung seprai. Air matanya terus mengalir memasahi wajah yang merah. Rasa perih dan pedih telah bercampur dengan luka di dalam jiwa.

“Tuhan telah mengambil anakku sehingga aku diceraikan dan diusir dari rumah ini. Penderitaan apa lagi yang harus aku alami? Lebih baik aku mati saja. Tidak ada gunanya hidup di dunia ini.” Amira menghapus air matanya.

“Apa aku harus mati atau bangkit dan balas dendam?” Amira menatap jendela kamar yang terbuka. Dia beranjak dari kasur dan berjalan menuju jendela. Mendongakkan kepala dan melihat pada langit malam yang mendung. Awan hitam menggantung dan petir pun mulai menyambar.

Air hujan mulai turun bersama dengan kilat dan Guntur. Angin pun bertiup cukup kencang hingga mambasahi tubuh Amira yang lemah. Wanita itu membiarkan air hujan menyatu dengan air matanya yang terus mengalir membasahi wajahnya yang masih sakit.

“Ibu.” Bibi masuk ke kamar dengan membawa koper milik Amira.

Andika benar-benar telah memberekan semua pakaian Amira. Berkas penting milik wanita itu pun dimasukan ke dalam koper yang cukup besar. Pria itu harus melepaskan wanita yang dicintainya agar tetap bisa bersama keluarga dengan harta dan tahta.

“Ibu jangan di situ.” Bibi melepaskan koper. Dia menarik tubuh Amira menjauh dari jendela. Wanita itu menutup kaca jendela dan gorden.

“Nanti, Ibu sakit.” Bibi mengambil handuk dan mengeringkan rambut  dan wajah Amira yang sudah basah.

“Lebih baik aku mati saja. Aku tidak tahu harus pergi kemana?” Amira meracau dengan air mata yang terus mengalir.

“Ibu harus kuat. Ibu pasti bisa bertahan. Bukankah Ibu punya pengalaman kerja yang bagus?” Bibi menatap Amira.

“Sekarang, Ibu ganti baju dan tidur agar besok bisa bangun dengan segar.” Bibi menghapus air mata Amira. Wanita itu benar-benar sedih melihat nasib yang menimpa istri Andika.

“Semua berkas penting Ibu ada di koper. Pasti akan bermanfaat. Ibu baru selesai melahirkan, jadi harus banyak istirahat.” Bibi sudah menganggap Amira sebagai anaknya sendiri karena wanita itu sangat baik.

“Terima kasih, Bi.” Amira mengangguk.

“Ayo, Bibi bantu ganti baju.” Bibi membuka piyama yang dikenakan Amira.

Amira merebahkan tubuh di atas kasur. Dia memejamkan mata yang terus basah. Tubuhnya benar-benar kedinginan dan mengigil. Bibi memberikan obat hingga wanita itu pun bisa tertidur dengan pulas hingga pagi yang mengerikan datang.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Paksi Agustam
menarik ceritanya
goodnovel comment avatar
Fit Tree Fitri
Terima kasih ...
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu hrs kuat Amira jangan lemah .kmu hrs balas kn dendam mu sama klga itu dn kmu cari kerja tuk menghidupi dirimu dn kmu rawat dirimu dgn cantik dn angun .biar kn Andika menikah ingin punya anak blum tentu dpt peempuan cpt dpt anak bisa2 jong dn mandul .hukum karma berlaku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Diusir dari Rumah

    Amira yang lelah dan lemah benar-benar tidur dengan pulas. Dia tidak terbangun meskipun hari sudah terang. Bibi yang sibuk di dapur pun tidak membangunkan wanita yang baru saja selesai melahirkan itu.Semua anggota keluarga sudah berada di ruang makan untuk menikmati sarapan. Tidak ada yang ingat apalagi peduli pada Amira yang memamg sudah diusir dari rumah mereka.“Dika, apa berkas untuk perceraian sudah siap?” tanya Marni.“Sudah, Ma,” jawab Andika.“Apa kita bisa makan dengan tenang dan tidak membahas apa pun?” Handoko menatap tajam pada Marni.“Aku hanya mengingatkan Andika agar dia mempercepat proses perceraian dengan wanita lemah itu. Melahirkan satu bayi saja tidak mampu. Menghabiskan uang selama program,” kesal Marni.“Ah, Ibu pasti masih tidur.” Bibi ragu untuk pergi ke kamar Amira karena dia masih harus menunggu semua orang selesai makan.“Semalam aku mendengar keributan. Apa yang terjadi?” Handoko menyelesaikan sarapannya. Pria itu mengeringkan mulutnya dengan tisu.“Menant

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Kelahiran Putra Wijaya Kusuma

    Seorang pria terlihat duduk di depan ruangan operasi. Wijaya Kususma menunggu istrinya Luna Margareta yang sedang melahirkan bayi pertama hasil buah cinta yang sudah lama diharapkan. Seorang model yang awalnya menolak untuk hamil dan melahirkan, tetapi diancam akan dihancurkan kariernya membuat wanita itu tidak bisa menolak permintaan suaminya yang berkuas.“Selamat, Pak. Bayi Anda sudah lahir dengan jenis kelamin laki-laki.” Dokter keluar dari ruangan dan mengucapkan selamat kepada Wijaya Kusuma dengan rasa hormat dan bangga.“Terima kasih. Kapan saya bisa bertemu dengan putra saya?” tanya Wijaya.“Anda bisa menunggu di rungan bayi yang sudah kami siapkan,” jawab dokter.“Suster, tolong antarkan Pak Wijaya ke ruangan,” uca[ dokter pada perawat.“Baik, Dok. Mari, Pak.” Suster tersenyum. Wanita muda itu mencuri pandang untuk bisa melihat wajah tampan dari Wijaya Kusuma.Wijaya mengikuti suster menuju ruang VIP khusus untuk ditempati putra selama berada di rumah sakit. Pria itu melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Pulang ke Rumah

    Wijaya Kusuma terkejut melihat Luna yang duduk di sofa. Wanita itu terlihat sehat dengan cepat. Dia merapikan rambut dan bajunya. Berdandan dengan perlengkapan make yang ada di tas. Di sampingnya telah berdiri seorang asisten.“Apa yang kamu lakukan?” Wijaya Kusuma melihat pada ranjang bayinya. Putra kecil yang masih terlelap dalam tidur.“Aku sudah melaksanakan perintah kamu. Hamil dan melahirkan,” jawab Luna.“Kamu masih harus memberi asi untuk putra kita,” tegas Wijaya Kusuma.“Asi aku tidak keluar. Lihatlah dadaku yang hampir kempis ini. Aku benar-benar harus melakukan perawatan segera. Aku juga sudah menghubungi dokter kecantikan langgananku,” jelas Luna.“Hah! Aku benar-benar harus membuat perut ini kembali rata.” Luna berdiri di depan cermin.“Kapan kita pulang?” tanya Luna.“Kamu bisa pulang sekarang,” jawab Wijaya berjalan mendekati putranya.“Benarkah?” Luna melihat pada asisten pribadinya yang siap sedia membantu wanita itu dalam segala hal.“Pulanglah,” tegas Wijaya.“Baik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Pertemu Pertama

    Amira benar-benar harus menguatkan diri. Dia tidak tahu dimana makan putranya. Air mata terus mengalir ketika mengingat nasib yang dijalaninya. “Anakku. Devano. Nama yang sudah Mama siapkan untuk kamu.” Amira duduk di lantai. Wanita itu hanya mengenakan dress pendek sebatas paha dengan lengan pendek di rumah kosan yang minimalis.“Mama bahkan belum melihat makam kamu. Mama harus sehat dulu.” Amira menangis sendirian di dalam rumah yang terkunci rapat.“Aku harus keluar untuk mencari bahan makanan.” Amira beranjak dari lantai. Dia menghapus air mata dan merapikan diri. Masuk ke kamar untuk berganti dengan pakaian yang lebih sopan.Amira memang cantik. Tubuhnya tinggi semampai dan padat terisi. Rambut hitam panjang dan bergelombang berkilau sehat terawat. Bola matanya besar dengan warna hitam pekat. Alis rapi asli dengan bulu mata lentik dan panjang. Bibirnya kecil, tetapi penuh dan seksi. Hidung mancung dengan dagu lancip dan berbelah. Dia masih memiliki satu gigi gisul yang manis keti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Kesedihan Amira

    Dodi memperhatikan Amira yang sedang kebingungan. Wanita itu bahkan sudah melupakan rasa sakit pada kakinya yang masih berdarah. Dia sadar tidak akan mampu mengganti rugi pintu yang tergores dan jari pria yang juga terluka.“Nama dan tempat tinggal Anda serta pekerjaan, Nona?” tanya Dodi.“Amira. Aku baru saja pindah ke sini dan belum punya perkejaan. Rencanaku baru akan melamar di Perusahaan ini,” jelas Amira putus asa.“Kenapa aku sangat sial?” Amira mulai menangis. Dia kembali terduduk di jalanan. Memijit kaki yang terluka.“Apa aku benar-benar perempuan pembawa sial sehingga dibuang begitu saja? Aku kehilangan bayi, rumah dan diceraikan suami. Sekarang harus mengganti rugi mobil dan motor orang yang baru pertama kali aku pinjamkan untuk membeli kebutuhan sehari-hariku dari warung depan..” Amira menatap dengan mata basah pada Dodi yang memperhatikannya. Pria tua itu dengan sabar mendengarkan curahan isi hati Amira yang seusia dengan anaknya bahkan lebih muda.“Kenapa Tuhan begitu ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Mengunjungi Makam Devano

    Amira sudah selesai membuatkan makanan untuk dirinya sendiri. Wanita yang terbiasa hidup mandiri itu benar-benar bisa melakukan semuanya dengan sempurna. Dia disiplin sejak kecil agar bisa mencapai kesuksesan di masa depan, tetapi Andika menghancurkan semuanya. Pria itu membuat Amira berhenti bekerja agar bisa hamil dan melahirkan.“Andika, aku harap dia mau menerima panggilan dariku.” Amira yang baru selesai makan mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Andika. Suaminya yang sudah melakukan gugatan cerai ke pengadilan karena mengikuti perintah orang tuanya.“Angkat Andika. Aku hanya mau melihat makan putraku. Aku juga mau bertanya apa kamu menyimpan foto anak kita.” Amira mulai menangis. Hari-harinya hanya dihiasi dengan air mata yang terus mengalir dan membasahi wajahnya yang cantik.“Ya Tuhan. Tolong gerakkan hati Andika untuk menerima panggilanku. Aku hanya ingin melihat makan anakku.” Amira mulai terisak. Dadanya selalu terasa sesak setiap kali mengingat nasib buruk yang menimpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Melamar Pekerjaan

    Andika tiba di rumah. Pria itu sudah terlambat untuk makan malam. Dia memarkirkan mobil di garasi dan masuk ke rumah dari pintu belakang. “Kenapa kamu terlambat?” tanya Marni menghentikan langkah kaki Andika yang akan menaiki tangga menuju kamarnya.“Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor,” jawab Andika berbohong.“Kamu bukan pergi menemui wanita pembawa sial itu kan?” Marni menatap tajam pada Andika.“Aku pergi berziarah ke makam Devano,” ucap Andika.“Aku lelah, Ma dan juga lapar. Aku mau mandi.” Andika menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Pria itu lansung masuk kamar mandi.“Sebenarnya aku sangat rugi jika menceraikan Amira. Mama benar-benar tidak mengerti. Istriku itu rebutan banyak pria. Dia cantik, seksi dan juga cerdas.” Andika berada di bawah shower dengan membiarkan air dingin membasahi tubuhnya.“Ah, tubuh Amira benar-benar seksi dan menggoda. Aroma manis yang selalu aku rindukan. Dia selalu mampu menyiksaku.” Andika menegang. Pria yang sudah pernah ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Terluka karena Cinta

    Amira memeriksa saldo yang tersisa di rekeningnya. Wanita itu harus berhemat karena dia belum bekerja sehingga belum ada pemasukan.“Ya Tuhan, tolong hamba. Izinkan aku mendapatkan pekerjaan di Perusahaan Wijaya Kusuma. Gaji yang diberikan paling tinggi dari Perusahaan lain.” Amira berdoa kepada Tuhan. Dia dengan mudah bangkit dari keterpurukan. Wanita itu tidak terlahir dari keluarga kaya yang manja, tetapi terbiasa mandiri dan hidup susah.“Sebenarnya fasilitas menjadi asisten pribadi lebih wah karena tinggal bersama bos, tetapi aku tidak mau berada begitu dekat dengan seorang pria.” Amira melihat perbedaan pendapatan dan fasilitas yang didapat dari menjadi asisten pribadi Wijaya dan bekerha di bagian keuangan.“Padahal jadi sekretaris pribadi sekaligus asisten lebih menggiurkan.” Amira merebahkan tubuh di atas kasurnya. Dia menatap kertas di tangannya.“Tidak masalah. Jika diterima di bagian keuangan. Aku tidak akan bertemu dengan banyak orang. Berbeda ketika menjadi asisten pribadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 235 Bahagia Bersama

    Amira masuk ke kamar anak-anak bersama dengan Wijaya. Wanita itu sangat senang melihat ruangan yang luas lengkap dengan taman bermain.“Kamu di sini bersama anak-anak. Aku harus melakukan perawatan.” Wijaya mencium dahi Amira.“Aku akan menemani kamu,” ucap Amira.“Sekarang waktu untuk anak-anak, Sayang.” Wijaya mengusap kepala Amira dengan lembut.“Kasian mereka.” Wijaya melihat dua putra yang tampak kembar sedang terlelap dengan perut kenyang mereka.“Anak-anak tidak bisa tanpa kamu karena mereka butuh asi. Aku akan bertahan hingga sembuh dan memakan istriku yang cantik ini.” Wijaya melahab bibi Amira.“Tetap di kamar anak-anak. Sekarang jawab pengobatan diriku.” Wijaya mengecup dahi Amira.“Ya.” Amira mengangguk dan melihat Wijaya pergi meninggalkannya bersama dua putra tampan.“Sekarang aku punya dua putra.” Amira memeluk Devano dan Keano bersama. Dia mencium dua bayi itu berkali-kali. Air matanya pun menetes setiap kali melihat putra kandungnya.“Devano.” Amira mengangkat tubuh De

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 234 Dua Putra

    Mobil yang membawa Wijaya dan Amira tiba di rumah. Dua orang itu turun bersama. Mereka memasuki rumah yang tampak tenang dan tidak terjadi apa pun.“Kenapa sepi sekali?” tanya Amira memperhatikan sekeliling.“Anak-anak bersembunyi, Sayang.” Wijaya tersenyum.“Ayo kita temui mereka.” Wijaya menjauhkan Amira dari kamar rahasia yang telah mengurung penjahat.“Kita akan pindah rumah,” ucap Wijaya.“Rumah mana?” tanya Amira. “Aku punya banyak rumah, Sayang.” Wijaya tersenyum.“Jack. Siapkan semuanya. Aku akan membawa Amira ke ruangan anak-anak!” Perintah Wijaya bergerak dengan kursi roda.“Siap, Pak.” Jack tersenyum.“Kemari, Sayang.” Wijaya menarik tubuh Amira jatuh di pangkuannya.“Sayang, kamu sedang sakit.” Amira ingin turun dari pangkuan Wijaya.“Aku sehat, Sayang. Hanya butuh waktu membersihkan racun. Tidak akan mudah membunuhku.” Wijaya menggerakkan kursi roda. Dia mendekati dinding dengan pintu kamuflase. Pria itu menempelkan jarinya dan dinding itu tebuka.“Lift.” Amira terkejut.

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 233 Antara Wijaya dan Anak-Anak

    Amira dan Wijaya masih dalam perawatan. Pria itu tahu bahwa dua bayi kesayangan berada di tempat yang tepat, tetapi dia cukup khawatir karena Keano dan Devano butuh asi.“Kami harus pulang,” ucap Wijaya yang sudah duduk.“Tidak bisa, Pak. Anda masih dalam permbersihan racun,” tegas perawat.“Jack!” teriak Wijaya.“Iya, Bos. Bagaimana kabar rumah?” tanya Wijaya.“Rumah sudah dibersihkan. Ada teman-teman Leon yang berjaga,” jawab Jack.“Di mana Amira?” Wijaya baru sadar tempat tidur Amira yang sudah kosong.“Nyonya sedang melakukan terapi di kamar sebelah,” jawab Jack.“Apa? Siapa yang menjaga dan menemani dia?” Wijaya sangat khawatir ketika Amira tidak terlihat di depan matanya.“Anda tidak perlu khawatir, Pak. Orang-orang kepecayaan kita dan dokter Ibra ada di sana.” Jack bisa melihat Wijaya yang tidak tenang. “Pak. Sekarang Anda harus pulih agar kita bisa balas dendam. Kami tidak bisa menemukan anak-anak,” ucap Jack.“Ya. Hanya aku yang bisa membuka pintu itu. Aku harap bibi tidak lu

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 232 Kabar Baik

    Para penjahat benar-benar tidak menemukan celah untuk bisa masuk ke dalam pintu kamar dengan pelindung besi. Ada kode dan sandi yang harus digunakan untuk bisa membuka pintu yang telah disiapkan oleh Wijaya Kusuma untuk melindungi anak dan istri tercinta ketika dia tidak berada di dalam rumah.“Berapa lama kamu menjadi pelayan sehingga tidak tahu bahwa ini bukan pintu biasa?” Seorang pria berhasil membuka pintu pertama yang terlihat biasa saja.“Kamar ini tidak pernah digunakan,” jawab wanita itu.“Ketika kami gagal membawa pergi dua bayi. Itu artinya kesalahan kamu yang tidak mengetahui bahwa kamar ini memang disiapkan untuk tempat bersembunyi,” tegas pria itu.“Sebaiknya kita robohkan saja rumah ini dengan alat berat,” ucap seorang pria. “Apa kamu mau membunuh dua bayi yang menjadi tujuan utaman kita masuk ke rumah ini?” tanya pria itu menatap tajam pada rekannya.“Lalu apa yang bisa lakukan?” Rekannya balik bertanya.“Keluarkan computer kamu. Pasti ada kode yang tersembunyi. Semuan

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 231 Situasi Genting

    Pasangan suami istri berada di dalam ruangan yang sama. Keduanya masih belum sadarkan diri. Luka yang didapat tidak parah, tetapi ada racun yang mampu melumpuhkan syaraf otot sehingga Amira dan Wijaya masih belum membuka matanya.“Bagaimana, Dok?” tanya Jack yang sangat mengkhawatirkan Wijaya dan Amira.“Kami sudah meminta ahli racun dari Cina untuk datang, tetapi cuaca yang buruk benar-benar sulit untuk mendapatkan penerbangan.“Apa ahli itu datang dari negeri Cina?” Jack menatap dokter yang bertugas merawat Amira dan Wijaya.“Untungnya Dokter itu baru saja kembali ke Indonesia, tetapi dia berada di ujung kota,” jelas dokter.“Berikan alamatnya, aku akan mengirim orang untuk menjemput dokter itu.” Jack menatap tajam pada dokter syaraf.“Dokter Ibra sudah mengurus semuannya. Dia mengatakan kamu tetap harus di sini untuk menjaga Pak Wijaya dan istrinya.” Dokter syaraf menepuk pundak Jack.“Duduklah dengan tenang. Ingat, kamu sendiri yang harus mengatur semua ini.” Dokter syaraf bisa mel

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 230 Masuk Rumah Wijaya

    Cantika meraba tempat tidur yang kosong. Dia segera membuka mata dan tidak mendapatkan Andika. Wanita itu melihat jam yang telah menunjukkan pukul dua dini hari.“Kemana Andika?” Cantika melihat sekeliling. Dia segera duduk dan beranjak dari kasur. Berjalan menuju pintu kamar mandi. “Sayang, apa kamu di dalam?” Cantika membuka pintu yang tidak terkunci. Dia melihat ruangan yang kosong dan sepi.“Kemana dia?” Cantika melihat kunci mobil yang tidak ada di tempatnya.“Apa yang terjadi?” Cantika mengambil ponsel dan melihat ada banyak pesan serta panggilan dari anak buahnya dan orang bayarannya.“Apa?” Cantika terkejut melihat laporan bahwa pesawat yang membawa Devano mengalami kecelakaan.“Tidak.” Cantika dapat menebak bahwa Andika pergi ke lokasi kecelakaan karena jelas ada data penumpang yang ditampilan di layat televisi dan berita online.“Andika angkat.” Cantika gelisah. Dia mencoba menghubungi nomor Andika, tetapi gagal karena jaringan pada lokasi tidak ada. “Sial! Sia! Pasti di sa

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 229 Terluka

    Dokter Ibra dan tim sudah tiba di rumah. Mereka mengejutkan Amira yang masih terkurung di ruang tengah. Wanita itu segera beranjak dari sofa.“Siapa?” tanya Amira.“Dokter Ibra.” Mahira bingung dengan kedatangan dokter Ibra di malam hari.“Ada apa ini?” Mahira melihat pelayan wanita yang membukakan pintu.“Di mana Wijaya?” tanya dokter Ibra.“Apa? Apa maksud kamu menanyakan Wijaya?” Amira memegang tangan dokter Ibra. Wanita itu heran karena teman Wijaya memawa tim dokter dengan perlengkapan medis. “Wijaya….” Dokter Ibra menatap mata Amira yang sudah bengkak dan wajahnya sembab. Itu menjelaskan bahwa istri dari Wijaya Kusuma sudah nangis sepanjang malam.“Ayo masuk dan duduk.” Dokter Ibra menarik tangan Amira duduk di sofa. Dia harus menenankan wanita yang bergitu trauma dengan kehilangan.“Siapa yang sakit? Apa Devano terluka?” tanya Amira yang terus menangis dan terisak.“Aku tidak tahu, Amira. Wijaya tidak bisa dihubungi. Kami hanya mendapatkan kiriman symbol bahaya,” jelas dokter I

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 228 Penyerangan

    Andika tidak membangunkan Cantika. Dia segera mematikan tv dan beganti pakaian. Pria itu keluar dari rumah dengan mengendarai mobilnya. Cuaca yang buruk membuat semua penerbangan ditunda. Mereka hanya bisa bepergian menggunakan jalur darat dengan waktu tempuh yang lebih lama.Wijaya yang terus mengawasi penerbangan Devano dengan cepat mengetahu kabar kecelakaan. Ada dua orang anak buahnya yang ikut dalam pesawat. Pria itu dengan cepat pergi ke lokasi dengan mobil terbaiknya bersama Jack dan orang-orang kepercayaan. Dia jauh lebih khawatir akan keselamatan putra Amira karena telah berjanji akan membawa pulang bayi tampan itu kepada sang ibu.“Kamu harus selamat, Devano. Aku tidak mau melihat Amira menangis dan terpuruk lagi.” Wijaya tidak tenang berada di dalam mobil. “Pak, sebaiknya Anda menghubungi Nyonya,” ucap Jack. “Benar.” Wijaya mencari ponsel yang berada di dalam tas. Pria itu melihat ada banyak panggilan tidak terjawab dari Amira.“Ah sial. Ponselku diam. Amira pasti sudah m

  • Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir   Bab 227 Kecelakaan Pesawat

    Anto dan rombongan tiba di bandara. Mereka terbang dengan pesawat malam agar pergerakan tidak terlalu terlihat.“Hm.” Sulas memperhatikan Devano yang terus terlelap. Bayi itu benar-benar tenang ketika melakukan perjalanan. Dia sudah terbiasa dan merasa nyaman dalam pelukan pengasuhnya.“Kenapa?” tanya Anto yang selalu berada di sisi Sulas.“Aku sudah sayang dan jatuh cinta pada Devano,” jawab Sulas dengan wajah sedihnya. Wanita itu benar-benar tidak rela memberikan Devano kepada Cantika. Dia takut bayi tampan dan sehat akan mendapatkan siksaan dari perempuan yang tega memisahkan seorang anak dari ibunya.“Aku akan meminta Ibu Cantika menjadikan kamu pengasuh Devano. Bagaimana? Apa kamu mau?” Anto mencium dahi Sulas.“Mau,” ucap Sulas cepat dengan senyuman lebar.“Aku akan mengusahakannya.” Anto merangkul Sulas.Pesawat terus berada di udara. Para penumpang terlelap. Cuaca cukup burung di langit. Hujan lebat dan petir kilat menjambar dengan kuat.“Ada apa ini?” Para penumpang yang sedan

DMCA.com Protection Status