Satu malam. Satu kesalahan. Satu kesepakatan yang mengubah segalanya. Setelah patah hati, Vyora menghabiskan malam yang liar dengan Leonard Morgan, bosnya yang tampan dan penuh teka-teki. Sekarang, untuk membalas dendam pada mantan pacarnya, Vyora harus menjadi pacar pura-pura Leonard. Di antara rencana balas dendam dan keintiman yang tak terduga, hubungan mereka menjadi semakin rumit. Bisakah Vyora memisahkan dendam dari cinta yang mulai tumbuh di antara mereka?
View MoreVyora menatap bangunan berkilauan di seberang jalan, sebuah bar elit yang terkenal dengan suasana glamor. Namun ia akan ke tempat lain yang sudah dia rencanakan.
Hari ini adalah hari Anniversary Vyora dan pacarnya, hari yang seharusnya menjadi hari yang indah. Vyora mempersiapkan segalanya dengan teliti. Ia memilih gaun tercantiknya, menyiapkan hadiah yang istimewa, dan menunggu dengan penuh semangat kedatangan Noah. Namun, semua rencana itu berantakan saat mata Vyora menangkap sesosok pria yang sangat familiar masuk ke dalam bar itu. Dia Noah. Vyora terkejut. Ia menatap Noah dengan tatapan yang tak percaya. Noah berjalan sambil berbicara dengan seorang wanita berambut panjang berwarna pirang. Wanita itu tertawa ria dan menggelayut manja di lengan Noah. "Noah?" gumam Vyora dengan suara bergetar. Tanpa menunggu lagi, Vyora berjalan menuju bar itu. Ia ingin memastikan apa yang terjadi. Ia ingin mendengar penjelasan dari Noah. Namun, saat ia memasuki bar itu, semua harapan Vyora runtuh. Noah sedang berciuman dengan wanita itu. Vyora menahan amarahnya. Ia benar-benar sakit hati dan marah. Ia merasa terkhianati dan dibohongi. Tanpa menunggu lagi, Vyora mengambil sebotol bir yang terletak di meja dekatnya tanpa melihat siapa pemiliknya, lalu menyiram Noah dengan minuman itu. "Dasar pria brengsek!" teriak Vyora disertai ekspresi marah. Noah seketika menoleh dengan wajah terkejut. Bukannya meminta maaf, ia justru mencengkeram lengan Vyora dengan kuat. "Apa yang kau lakukan, Vyora?!" bentaknya. "Hari ini kita akan makan bersama, Noah! Tapi apa ini? Kenapa kau selingkuh dariku?" Noah langsung menarik Vyora keluar dari bar itu. Ia membawa paksa Vyora ke sebuah gang kecil di belakang bar. "Kau jangan ikut campur! Ini bukan urusanmu!" bentak Noah sambil menghempaskan tangan Vyora. "Aku pacarmu, Noah! Dan kau berani selingkuh! Ini jelas urusanku!" teriak Vyora dengan air mata yang mulai jatuh. Noah mencengkeram rahang Vyora dengan kuat. Mata pria itu menatap tajam. "Diam! Aku muak dengan ocehanmu!" Vyora tersentak kecil. Seketika mencoba untuk melepaskan cengkeraman Noah. "Lepaskan aku! Aku membencimu!" Noah mendorong tubuh Vyora hingga membentur dinding. Noah mendekatkan wajahnya. "Kau akan menyesal telah melakukan ini padaku," bisik Noah. "Sebenarnya kenapa kau jadi seperti ini? Kau berubah, Noah. Kau tahu kau menyakitiku." Noah menggertakkan gigi, lalu melepaskan cengkeramannya, tapi tatapan matanya tetap dingin dan menusuk. "Baiklah, aku akan jujur padamu. Aku hanya ingin perempuan yang seru dan bisa menikmati hidup. Kau terlalu naif serta membosankan. Aku tidak bisa terus bersamamu." Kata-kata itu Noah menghantam hati Vyora seperti pecahan kaca. Vyora menatap Noah dengan tatapan kecewa. Ia tidak percaya pria yang dicintainya bisa telah menghancurkan hatinya dalam sekejap. "A–apa kau bilang? Aku membosankan?" lirih Vyora dengan mata berkaca-kaca. "Benar, kau membosankan," jawab Noah dengan enteng. "Kau terlalu baik dan penurut. Aku ingin perempuan yang bisa menantangku dan membuat hidupku lebih berwarna." Vyora mengusap air matanya dengan kasar. Dadanya sesak. Ia merasa sakit hati dan terhina. Ia masih tidak bisa menerima fakta bahwa Noah bisa berbicara sekejam itu. "Tapi aku tulus mencintaimu, Noah. Kau juga mencintaiku, kan?" balas Vyora yang semakin merasakan hatinya sakit. "Cinta yang kau berikan membosankan," jawab Noah dengan sinis. "Aku ingin sesuatu yang lebih dari itu. Kau bahkan selalu menolak ciuman dariku. Itu sangat menjengkelkan. Jadi lebih baik kita sampai di sini saja. Aku lelah." Vyora menatap Noah dengan tatapan yang penuh kecewa. Vyora mengepalkan tangan. Menunduk dan tersenyum kecut. Ia merasa percuma untuk terus memohon pada pria yang telah mencintai wanita lain. "Baiklah. Kau benar. Aku akan pergi. Semoga kau bahagia, Noah." Vyora segera berbalik badan dengan cepat. Ingin segera menjauh dari Noah. Vyora berjalan dengan langkah gontai. Ia merasa hancur. Ia tidak percaya bahwa hubungan cintanya dengan Noah akan berakhir menyedihkan seperti ini. "Kau sangat kejam dan mengerikan, Noah." Tanpa sadar langkah kaki Vyora membawanya ke depan bar tadi. Amarah semakin menguak di dalam dadanya. *** Vyora langsung masuk ke bar itu. Ia mencari meja kosong dan duduk dengan tergesa-gesa. "Berikan minuman terkuat yang kau punya!" serunya pada bartender. Ini pertama kalinya Vyora minum. Selama ini, ia selalu mencoba menjadi perempuan baik agar Noah tidak selingkuh dan tetap mencintainya. Ia menghindari alkohol dan menghindari tempat seperti itu demi kesehatan tubuhnya. Namun malam ini, Vyora melepas semua sifat baiknya. Ia ingin merasa bebas serta ingin melupakan semua kesedihan dan kekecewaan. Vyora menenggak minuman itu dengan cepat. Rasa panas menyerbu tenggorokannya. Ia merasa pusing dan mual. Namun ia terus menenggak minuman itu untuk meluapkan emosi yang terpendam. Ia tidak peduli jika tenggorokannya bisa meledak. "Satu lagi!" teriak Vyora pada bartender. Kaca mata minusnya ia letakkan ke meja dengan kasar. Vyora terus minum sampai ia mabuk. Ia menari di tengah gemerlap lampu, lalu bernyanyi dengan suara yang nyaring diiringi musik keras, bahkan berbicara dengan orang-orang yang tidak ia kenal sama sekali. "Noah brengsek! Aku membencimu! Pria paling kejam di dunia ini adalah kau Noah! Kau sungguh manusia berhati iblis!" teriak Vyora seperti kerasukan. Ia menari dengan liar. Ia merasa bebas. Ia merasa tidak ada yang bisa menghentikannya. "Aku akan menikmati hidupku sendiri! Aku bisa hidup tanpamu, Noah!" teriaknya sambil tertawa dan penuh air mata. Vyora terus menari sampai ia jatuh ke lantai. Ia berusaha berdiri dengan tertatih. Keseimbangannya sudah hampir runtuh. Tawa liar yang tadi menyeruak kini tergantikan oleh desahan lelah. "Aduh," gumamnya sambil mencoba mencari pegangan. Tiba-tiba, sebuah tangan kekar menariknya ke atas. Vyora samar-samar menatap pria yang berada di depannya. Pria itu berwajah tampan dan memakai setelan jas hitam di tubuhnya. "Kau baik-baik saja?" tanya pria itu dengan nada bicaranya yang terdengar lembut. Vyora menatap pria itu dengan tatapan yang kosong. Ia merasa pusing dan lemas. "Iya. Aku tidak apa-apa." Pria itu lalu menarik Vyora ke kursi yang kosong dan membantunya duduk. Ia menatap wajah Vyora yang memerah karena mabuk. Tatapannya seolah penuh arti. "Kau terlihat sangat cantik saat marah," bisik pria itu sambil mengusap pinggang Vyora. Vyora tersentak kecil. Ia langsung menarik tangan pria itu dan menatapnya dengan tatapan yang tajam. "Siapa kau?" "Leo," jawab pria itu sambil tersenyum manis. "Aku temanmu." Vyora menatap pria bernama itu dengan tatapan yang curiga. Ia tidak percaya bahwa Leo adalah temannya. Karena seingatnya ia tidak mempunyai teman pria. "Aku tidak mengenalmu," kata Vyora tegas. "Kau mabuk, Sayang. Jadi kau lupa padaku." Leo tersenyum sambil terus menatap Vyora dengan intens. Vyora menarik napas dalam-dalam. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing. Tubuhnya mendadak lemas. Ia tak bisa berpikir jernih. "Lepaskan tanganmu. Aku ingin pulang." "Aku akan mengantarmu pulang," jawab Leo. "Biarkan aku membantumu." Vyora menatap Leo dengan tatapan yang ragu. Ia tak percaya pada pria itu. Namun, ia juga tak bisa berjalan sendiri. "Baiklah," kata Vyora pasrah. Ia ingin segera pergi dari tempat itu. Leo tersenyum, lalu membantu Vyora berdiri dan membawanya keluar dari bar itu. Ia menuntun Vyora menuju mobilnya. "Masuklah." "Kau tahu rumahku?" Leo hanya tersenyum miring dan menatap Vyora dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia menunjuk ke mobil itu dengan dagunya. "Tentu saja. Kau pasti aman bersamaku.""Maaf, Pak Leo. Apakah Anda serius dengan permintaan itu?" Vyora melebarkan matanya syok. Napasnya hampir saja tercekat. "Aku tidak ingin bermain-main denganmu, Sayang." Leo memberikan senyum andalannya. Vyora menggeleng pelan, sangat tidak paham apapun. Bahkan tidak bisa berpikir jernih. "Tapi kenapa Anda mengajak saya? Seharusnya Anda bisa memilih wanita lain yang lebih sempurna dan setara dengan Anda." "Tidak ada alasan khusus. Aku hanya berpikir kau satu-satunya yang bisa melakukannya." Vyora mengernyitkan dahi, tangannya mencengkram roknya sendiri dengan kuat. "Jika saya menolak, apakah ... Anda akan memecat saya?" Leo tidak langsung membalas. Ia berdiri dan berjalan mendekati Vyora. Leo berhenti satu langkah di depan Vyora. Seraya memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Senyuman pria itu masih tidak lepas dari mulutnya. "Itu sudah pasti, bukan?" Vyora tersentak kecil. Reflek mundur satu langkah. "Anda kejam sekali." Leo mengangguk seolah membenarkan perkataan itu. I
Vyora mengerjapkan mata lalu melangkahkan kakinya dengan tatapan kosong. Vyora berjalan di koridor kantor, pikirannya masih berputar-putar mengenai percakapan dengan Leo di lift tadi. Vyora tidak menyangka bosnya memiliki sisi yang gelap dan mengerikan seperti itu. Selama ini Leo selalu terlihat profesional dan berwibawa, tidak pernah menunjukkan sikap yang mengancam seperti tadi. "Apa yang terjadi padaku?" gumam Vyora dalam hati, merasa cemas dan bingung. Tiba-tiba, Vyora bertabrakan dengan seseorang di depannya. Ia mengangkat wajahnya sambil membenarkan letak kacamatanya. Vyora lalu terkejut melihat pria Noah, mantan pacarnya itu berdiri di depannya. "Noah?" Vyora segera menjauhi tubuhnya dan berdeham. Noah menatap Vyora dengan tatapan yang sinis. "Oh, Vyora. Sebaiknya kau berjalan menggunakan kaki dan mata secara bersamaan." Vyora tersentak kecil, seketika menunduk merasa bersalah. "Maaf," jawab Vyora, tidak ingin menatap mata Noah. Noah menggeleng dan berlalu mening
"Hei. Aku tidak menyangka kau bisa berbicara sekeras itu. Kau sangat keren," puji Grace dengan mata berbinar senang. Vyora mengembuskan napas panjang setelah duduk kembali. "Aku tidak ingin direndahkan lagi. Aku sudah muak." "Itu keputusan bagus. Aku akan percaya padamu, Vyora." "Terima kasih. Kau selalu mendukungku," balas Vyora tersenyum. Ia merasa beruntung memiliki teman seperti Grace. Jam istirahat akhirnya tiba. Vyora baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan merasa lega. Ketika hendak makan siang, Grace memanggilnya dan memberitahu bahwa Vyora dipanggil oleh bos ke ruangan. Vyora mengerutkan dahi bingung. Ia tidak merasa melakukan kesalahan apa pun. Meskipun begitu ia bergegas pergi karena takut membuat bosnya marah. Dengan hati berdebar, Vyora mengetuk pintu ruangan sang bos. "Silakan masuk," sahut Leo dari dalam, suaranya terdengar tenang tapi sedikit tegas. Vyora masuk, mendapati Leo duduk di balik meja kerjanya. Leo tersenyum, senyum yang membuat Vyora tiba-tiba mer
Mobil Leo berhenti di depan sebuah hotel mewah. Lampu-lampu neon menyorot bangunan megah itu, sempat membuat Vyora terkesima sejenak. Namun, pandangannya sudah buram. Ia lupa memakai kaca matanya yang pasti tertinggal di bar tadi. Leo membantu Vyora turun dari mobil. Ia menuntun Vyora masuk ke dalam hotel itu. Vyora hanya menurut karena pikirannya sedang kacau. Leo sudah memesan kamar khusus yang terbaik. Ia membawa Vyora masuk ke dalam kamar itu. Vyora kebingungan saat tubuhnya direbahkan ke atas kasur. "Hei, apa maksudnya ini? Di mana aku sekarang?" tanya Vyora bingung. Ia menatap sekeliling yang terlihat asing di matanya. Leo duduk di sisi kasur, mengusap wajah Vyora dengan lembut. "Apa kau tidak mengerti, Sayang? Aku sedang menagih hutangmu." "Apa? Hutang?" "Iya, hutang," jawab Leo sambil mengangguk. "Kau menyiram minumanku tadi. Itu minuman mahal dan kesukaanku. Jadi kau harus membayarnya." Vyora langsung teringat kejadian tadi. Ia seketika merasa bersalah. "Maafkan aku
Vyora menatap bangunan berkilauan di seberang jalan, sebuah bar elit yang terkenal dengan suasana glamor. Namun ia akan ke tempat lain yang sudah dia rencanakan. Hari ini adalah hari Anniversary Vyora dan pacarnya, hari yang seharusnya menjadi hari yang indah. Vyora mempersiapkan segalanya dengan teliti. Ia memilih gaun tercantiknya, menyiapkan hadiah yang istimewa, dan menunggu dengan penuh semangat kedatangan Noah. Namun, semua rencana itu berantakan saat mata Vyora menangkap sesosok pria yang sangat familiar masuk ke dalam bar itu. Dia Noah. Vyora terkejut. Ia menatap Noah dengan tatapan yang tak percaya. Noah berjalan sambil berbicara dengan seorang wanita berambut panjang berwarna pirang. Wanita itu tertawa ria dan menggelayut manja di lengan Noah. "Noah?" gumam Vyora dengan suara bergetar. Tanpa menunggu lagi, Vyora berjalan menuju bar itu. Ia ingin memastikan apa yang terjadi. Ia ingin mendengar penjelasan dari Noah. Namun, saat ia memasuki bar itu, semua harapa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments