Home / Rumah Tangga / Terpaksa menjadi istri dadakan CEO / Bab 2 — Kesepakatan yang Mustahil

Share

Bab 2 — Kesepakatan yang Mustahil

Author: Cludsydayss
last update Huling Na-update: 2025-03-04 18:39:53

Eleanor membanting pintu kamar begitu tiba di rumah.

"Ugh, dasar pria menyebalkan!" gumamnya, melempar tas tangan ke sofa.

Seharusnya ia sudah tahu sejak awal kalau makan malam itu akan jadi bencana, tapi tetap saja, Nathaniel Aldric lebih arogan dari yang ia bayangkan. Bahkan pria itu tidak berusaha bersikap sedikit lebih menyenangkan!

Eleanor berjalan mondar-mandir, masih kesal membayangkan betapa santainya Nathaniel menghadapi pernikahan ini. Seolah menikah dengannya hanya formalitas bisnis tanpa perasaan.

"Astaga, aku harus hidup dengan orang seperti itu?" keluhnya sambil mengacak rambut.

Baru saja ia ingin menjatuhkan diri ke tempat tidur, ponselnya bergetar. Ia meraihnya dengan kasar, mengira itu pesan dari ibunya yang menyuruhnya bersikap lebih dewasa.

Tapi ternyata bukan.

Nathaniel Aldric:

"Aku harap kau menikmati makan malam tadi. Karena ini baru awal."

Eleanor menatap layar ponsel dengan mulut sedikit menganga.

"Apa maksud pria ini? Baru awal?"

Dengan kesal, ia mengetik balasan.

Eleanor Windsor:

"Kau pikir aku menikmati waktu bersama pria yang lebih kaku dari batu? Mimpi."

Tak butuh waktu lama, Nathaniel membalas.

Nathaniel Aldric:

"Kalau begitu, kau harus terbiasa. Karena kita akan menghabiskan banyak waktu bersama setelah ini."

Eleanor menggertakkan gigi. Pria itu benar-benar menyebalkan!

Ia ingin membanting ponsel, tapi kemudian sadar—ini sungguhan. Ia benar-benar akan menikah dengan Nathaniel Aldric. Tidak peduli seberapa keras menolak, ia tidak punya pilihan.

Eleanor menghela napas panjang, membenamkan wajah ke bantal. "Hidupku benar-benar berakhir."

Di sisi lain kota, Nathaniel menatap layar ponselnya dengan ekspresi santai.

Ia bisa membayangkan betapa kesalnya Eleanor membaca pesannya, dan entah kenapa, itu cukup menghiburnya. Pernikahan ini bukan sesuatu yang ia inginkan, tapi jika harus menjalaninya, ia akan melakukannya dengan caranya sendiri.

Dan yang jelas, ia akan memastikan Eleanor tahu bahwa dalam hubungan ini—dialah yang memegang kendali.

Keesokan paginya, Eleanor terbangun dengan kepala yang masih penuh dengan kejadian semalam. Ia berharap semua hanya mimpi buruk.

Tapi begitu membuka ponsel, satu pesan baru langsung mengingatkannya pada kenyataan.

Nathaniel Aldric:

"Jemput kau jam sembilan. Jangan terlambat."

Eleanor hampir menjatuhkan ponsel.

"Apa-apaan ini?! Jemput? Buat apa?!"

Ia buru-buru mengetik balasan.

Eleanor Windsor:

"Kau pikir aku tidak punya hidup sendiri? Aku sibuk!"

Balasannya langsung dibaca. Tak sampai satu menit, Nathaniel membalas.

Nathaniel Aldric:

"Lalu kau ingin aku melapor ke ayahmu bahwa kau menolak menemui tunanganmu?"

Eleanor menggigit bibir, frustasi. Pria ini benar-benar tahu cara membuatnya tidak berkutik!

Dengan dengusan kesal, ia bangkit dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Kalau harus bertemu pria itu, setidaknya ia tidak akan tampil berantakan.

Tepat pukul sembilan, sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan rumah keluarga Windsor. Eleanor keluar dengan blouse putih dan celana jeans—bukan outfit terlalu formal, tapi cukup rapi.

Begitu membuka pintu mobil, Nathaniel sudah duduk di dalam dengan kacamata hitam, terlihat seperti model majalah bisnis.

"Ayo," katanya tanpa banyak basa-basi.

Eleanor duduk dengan malas, melipat tangan di dada. "Kau tidak akan bilang kita pergi tanpa memberi tahu tujuannya, kan?"

Nathaniel menoleh sekilas, tersenyum tipis. "Aku bisa saja bilang, tapi di mana serunya?"

Eleanor mendengus. "Astaga, kau menyebalkan sejak pagi. Ini pasti semacam kutukan."

Nathaniel terkekeh sebelum menyalakan mesin mobil.

"Anggap saja ini kencan pertama kita," katanya santai.

Eleanor menoleh cepat. "Hah?! Kencan?!"

Nathaniel menaikkan alis, seolah menikmati keterkejutannya.

"Ya. Bukankah itu normal untuk pasangan yang akan menikah?"

Eleanor hampir kehilangan kata-kata. Pasangan yang akan menikah? Kalimat itu terdengar begitu absurd.

Ia bersumpah—kalau perjodohan ini terus berlanjut, ia tidak akan membiarkan Nathaniel menang begitu saja.

Bahkan kalau perlu, ia akan membuat pria itu menyesal telah mengajaknya hari ini.

Mobil berhenti di depan sebuah kafe elegan di pusat kota. Eleanor menatap ke luar jendela dengan kening berkerut.

"Kafe?" gumamnya, menoleh ke Nathaniel dengan curiga. "Aku pikir kau akan membawaku ke tempat yang lebih… bagaimana ya, sok eksklusif?"

Nathaniel melepas kacamata hitamnya dan menoleh dengan ekspresi santai. "Aku tidak selalu makan di restoran mewah. Dan aku tahu kau juga tidak suka tempat terlalu formal."

Eleanor mengerucutkan bibir. Oke, pria ini mungkin benar. Tapi tetap saja, ia tidak suka bagaimana Nathaniel seolah memahami seleranya.

"Kau bukan cenayang, jangan sok tahu," gumamnya sebelum keluar dari mobil.

Nathaniel terkekeh kecil dan mengikuti masuk ke dalam kafe. Begitu mereka melangkah masuk, seorang pelayan langsung menyambut dengan ramah dan mengantar mereka ke meja di dekat jendela.

Eleanor duduk dengan posisi malas, sementara Nathaniel tetap terlihat anggun meskipun hanya mengenakan kemeja simpel dan blazer.

"Jadi, mau apa?" Eleanor bertanya, menatapnya tajam.

Nathaniel mengangkat bahu. "Ngobrol. Mengenal satu sama lain."

Eleanor menatapnya tanpa ekspresi. "Aku tidak mau mengenalmu."

"Sayang sekali, karena aku cukup tertarik mengenalmu," balas Nathaniel santai, seolah menikmati interaksi ini.

Eleanor mendengus, lalu meraih buku menu dan mulai membolak-balik halamannya. "Kalau kau mengajakku ke sini hanya untuk menggangguku, aku akan pergi."

Nathaniel menyandarkan tubuh ke kursi, menatapnya dengan ekspresi penuh arti. "Aku ingin kita membuat kesepakatan."

Eleanor berhenti membaca menu dan mengangkat alis. "Kesepakatan?"

Nathaniel menautkan jemarinya di atas meja. "Kau jelas tidak suka pernikahan ini. Aku juga tidak terlalu peduli soal menikah. Tapi kalau kita sudah ditakdirkan harus bersama, setidaknya kita bisa membuatnya lebih mudah untuk diri kita sendiri."

Eleanor menyipitkan mata. "Mudah bagaimana?"

Nathaniel tersenyum tipis. "Kita jalani ini tanpa drama berlebihan. Kau tetap bisa hidup seperti biasa, aku juga. Kita hanya perlu bersikap seolah-olah ini berjalan lancar di depan orang lain."

Eleanor menatapnya lama, mencoba membaca niat di balik kata-katanya.

"Jadi... semacam perjanjian bisnis?" tanyanya pelan.

Nathaniel mengangguk. "Tepat sekali."

Eleanor menimbang tawaran itu. Jika itu berarti ia tidak perlu berpura-pura jatuh cinta pada pria ini, mungkin pernikahan ini tidak akan terlalu buruk.

"Baiklah," katanya akhirnya. "Tapi dengan satu syarat."

Nathaniel mengangkat alis. "Syarat?"

Eleanor menyeringai kecil. "Jangan pernah berpikir bisa mengendalikan hidupku."

Nathaniel tersenyum tipis. "Kita lihat saja nanti."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dedi Kurniawan
bagus banget lanjuttttt
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 3 —Awal Kegaduhan

    Eleanor pikir setelah pertemuan itu, Nathaniel akan membiarkannya hidup dengan tenang setidaknya untuk beberapa hari. Tapi ternyata, harapannya terlalu naif.Pagi ini, ia baru saja selesai mandi ketika ponselnya bergetar di meja. Dengan rambut masih basah, ia mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk.Nathaniel Aldric:"Aku menunggumu di depan rumah. Lima menit."Eleanor hampir menjatuhkan ponsel dari tangannya."APA?!"Ia buru-buru berlari ke jendela kamarnya, menarik tirai, dan benar saja—sebuah mobil hitam mengilap sudah terparkir di depan rumah. Nathaniel berdiri di sampingnya, bersandar santai dengan tangan di saku celana.Dengan jantung hampir copot, Eleanor mengetik balasan secepat mungkin.Eleanor Windsor:"Kau ngapain di sini?! Aku belum siap!"Tidak sampai sepuluh detik, Nathaniel membalas.Nathaniel Aldric:"Tinggal berdandan dan turun. Aku tidak suka menunggu."Eleanor mendengus kesal. Pria ini benar-benar…!Ia buru-buru berdandan seadanya, lalu berlari turun. Begitu kel

    Huling Na-update : 2025-03-04
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 4 — Kabar yang Menyebar

    Pagi itu, Eleanor baru saja turun dari kamarnya dengan mata setengah tertutup saat ponselnya bergetar tanpa henti di meja makan.Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan menoleh. “Teman-temanmu ribut sekali pagi ini. Dari tadi HP-mu nggak berhenti berbunyi.”Eleanor menguap kecil sebelum meraih ponselnya. Begitu melihat deretan notifikasi yang masuk, ia langsung tersadar seketika.Grup Chat – Geng GilaLana: ELEANOR! APAKAH INI BENAR?!Mia: LO DIJODOHIN SAMA NATHANIEL ALDRIC?Lana: KENAPA LO NGGAK BILANG DARI KEMARIN-KEMARIN?!Mia: CEPET JAWAB SEBELUM KAMI DATANG KE RUMAH LO!Eleanor hampir menjatuhkan ponselnya. Dari mana mereka tahu?!Ia buru-buru membuka media sosial dan matanya langsung membesar saat melihat sebuah unggahan yang mulai viral.Nathaniel Aldric Terlihat Bersama Seorang Wanita di Makan Malam Keluarga—Apakah Ini Tanda-Tanda Pernikahan?Berbagai foto yang diambil diam-diam terpampang jelas. Salah satunya adalah saat Nathaniel menggenggam tangannya di meja makan.Eleanor la

    Huling Na-update : 2025-03-04
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 5 — Gala dan Gadis Misterius

    Malam yang dinanti tiba. Eleanor menatap bayangannya di cermin, sedikit ragu dengan gaun navy elegan yang membalut tubuhnya. Rambutnya disanggul dengan beberapa helai tergerai, memberi kesan anggun sekaligus santai.Lana dan Mia yang berdiri di belakangnya langsung bersiul.“Gila, kalau gue jadi cowok, pasti langsung jatuh cinta,” komentar Lana.Mia mengangguk. “Nggak nyangka Nathaniel punya selera bagus.”Eleanor mendengus. “Pasti asistennya yang pilih.”Lana tertawa. “Tetep aja, kasih dia nilai plus kali ini.”Eleanor hanya menghela napas sebelum mengambil clutch bag-nya. “Oke, gue berangkat.”Mia tersenyum lebar. “Jangan lupa ceritain semuanya nanti!”Begitu keluar rumah, sebuah mobil mewah sudah menunggu. Seorang sopir membukakan pintu.“Selamat malam, Nona Eleanor. Tuan Nathaniel sudah menunggu di venue.”Eleanor mengangguk dan masuk. Sesampainya di venue, kilatan kamera langsung menyambutnya. Ia hampir mundur, tapi sopir sudah membukakan pintu. Dengan napas panjang, ia turun dan

    Huling Na-update : 2025-03-11
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 6 – Rahasia yang Mulai Terungkap

    Eleanor tidak bisa tidur malam itu. Pikirannya masih dipenuhi dengan apa yang terjadi di gala. Wajah Vanessa, percakapan misteriusnya dengan Annelise, dan cara Nathaniel bersikap seolah semua itu bukan sesuatu yang penting—semuanya terus berputar di kepalanya. Siapa sebenarnya Vanessa? Dan apa yang ia bicarakan dengan Annelise? Eleanor mencoba mengabaikan pikirannya, tapi rasa penasaran terus menghantuinya. Ia membalikkan tubuh di tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan perasaan gelisah. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan Vanessa selalu muncul. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Ia baru saja akan turun ke dapur untuk mengambil segelas kopi ketika ponselnya berbunyi. Nathaniel Aldric menelepon. Eleanor mengerang frustrasi sebelum akhirnya mengangkat telepon dengan malas. “Apa?” Suara Nathaniel terdengar tenang seperti biasa. “Aku menjemputmu dalam lima belas menit. Kita akan pergi.” Eleanor mengernyit. “Pergi ke mana?

    Huling Na-update : 2025-03-11
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 7 – Bayangan di Balik Masa Lalu

    Eleanor menatap layar ponselnya dengan jantung berdebar. Pesan itu… terasa seperti peringatan. Ia menggigit bibir, mencoba mengabaikannya. Mungkin ini hanya lelucon? Tapi siapa yang akan mengiriminya pesan seperti itu? Tak ingin berpikir lebih jauh, ia menghela napas dan meletakkan ponselnya di samping bantal. Namun, bahkan saat ia mencoba tidur, pikirannya terus dihantui kata-kata di pesan tadi. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Tidur semalam rasanya sia-sia. Saat ia menyeret tubuhnya keluar kamar, ibunya sudah duduk di ruang makan dengan tatapan serius. "Eleanor, duduklah sebentar," kata ibunya. Eleanor mengerutkan kening. "Ada apa, Bu?" Ibunya menggeser majalah ke arahnya. Di sampul depan, ada foto Nathaniel dengan seorang wanita. "CEO Muda Nathaniel Aldric Terlihat Bertemu dengan Wanita Misterius—Apakah Ini Akhir dari Pertunangannya?"

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 8 – Ancaman yang Tak Terlihat

    Eleanor duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Pesan yang baru saja ia terima membuat jantungnya berdebar dengan tidak nyaman. "Kau pikir dia benar-benar mencintaimu? Jangan terlalu percaya. Tidak semua yang terlihat indah itu nyata." Kalimat itu singkat, tetapi cukup untuk menimbulkan rasa waspada dalam dirinya. Siapa yang mengirim pesan ini? Vanessa? Atau seseorang yang bahkan tidak ia ketahui? Ia menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan perasaan gelisah yang mulai merayap di hatinya. Ia menghela napas panjang dan mematikan layar ponselnya, berharap bisa melupakan pesan itu. Namun, kata-kata tersebut terus terngiang di kepalanya sepanjang malam. Tidurnya gelisah. Berulang kali ia terbangun dan memeriksa ponselnya, berharap ada pesan lain yang mungkin menjelaskan maksud dari peringatan tersebut. Namun, tidak ada pesan lanjutan. Keesokan paginya, Eleanor memutuskan untuk pergi k

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 1 – Kabar yang Mengubah Segalanya

    Langit sore menjingga ketika Eleanor Windsor menyelesaikan lukisan terakhirnya di balkon apartemen kecilnya. Aroma cat minyak masih menggantung di udara saat ia menyandarkan tubuh di kursi kayu, membiarkan angin sepoi-sepoi mengusap wajahnya. Hidupnya sederhana, bebas tanpa aturan, dan ia menyukainya seperti itu.Dering ponselnya memecah ketenangan. Ia melirik layar dan melihat nama ayahnya. Sedikit heran, ia mengangkatnya."Eleanor, pulang sekarang. Ada hal penting yang harus kita bicarakan."Nada tegas tanpa basa-basi itu membuatnya mengernyit. Sangat jarang ayahnya, seorang pengusaha sukses di bidang real estate, berbicara seserius ini. Namun, ia tidak curiga. Mungkin hanya urusan keluarga biasa.Namun, saat ia tiba di rumah besar keluarga Windsor, suasana lebih berat dari biasanya. Ayahnya duduk dengan ekspresi serius, sementara ibunya berdiri dengan wajah sulit dibaca."Ada apa?" Eleanor bertanya.Ayahnya menatapnya lurus sebelum akhirnya berkata, "Kamu akan menikah."Eleanor ter

    Huling Na-update : 2025-03-04

Pinakabagong kabanata

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 8 – Ancaman yang Tak Terlihat

    Eleanor duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Pesan yang baru saja ia terima membuat jantungnya berdebar dengan tidak nyaman. "Kau pikir dia benar-benar mencintaimu? Jangan terlalu percaya. Tidak semua yang terlihat indah itu nyata." Kalimat itu singkat, tetapi cukup untuk menimbulkan rasa waspada dalam dirinya. Siapa yang mengirim pesan ini? Vanessa? Atau seseorang yang bahkan tidak ia ketahui? Ia menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan perasaan gelisah yang mulai merayap di hatinya. Ia menghela napas panjang dan mematikan layar ponselnya, berharap bisa melupakan pesan itu. Namun, kata-kata tersebut terus terngiang di kepalanya sepanjang malam. Tidurnya gelisah. Berulang kali ia terbangun dan memeriksa ponselnya, berharap ada pesan lain yang mungkin menjelaskan maksud dari peringatan tersebut. Namun, tidak ada pesan lanjutan. Keesokan paginya, Eleanor memutuskan untuk pergi k

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 7 – Bayangan di Balik Masa Lalu

    Eleanor menatap layar ponselnya dengan jantung berdebar. Pesan itu… terasa seperti peringatan. Ia menggigit bibir, mencoba mengabaikannya. Mungkin ini hanya lelucon? Tapi siapa yang akan mengiriminya pesan seperti itu? Tak ingin berpikir lebih jauh, ia menghela napas dan meletakkan ponselnya di samping bantal. Namun, bahkan saat ia mencoba tidur, pikirannya terus dihantui kata-kata di pesan tadi. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Tidur semalam rasanya sia-sia. Saat ia menyeret tubuhnya keluar kamar, ibunya sudah duduk di ruang makan dengan tatapan serius. "Eleanor, duduklah sebentar," kata ibunya. Eleanor mengerutkan kening. "Ada apa, Bu?" Ibunya menggeser majalah ke arahnya. Di sampul depan, ada foto Nathaniel dengan seorang wanita. "CEO Muda Nathaniel Aldric Terlihat Bertemu dengan Wanita Misterius—Apakah Ini Akhir dari Pertunangannya?"

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 6 – Rahasia yang Mulai Terungkap

    Eleanor tidak bisa tidur malam itu. Pikirannya masih dipenuhi dengan apa yang terjadi di gala. Wajah Vanessa, percakapan misteriusnya dengan Annelise, dan cara Nathaniel bersikap seolah semua itu bukan sesuatu yang penting—semuanya terus berputar di kepalanya. Siapa sebenarnya Vanessa? Dan apa yang ia bicarakan dengan Annelise? Eleanor mencoba mengabaikan pikirannya, tapi rasa penasaran terus menghantuinya. Ia membalikkan tubuh di tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan perasaan gelisah. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan Vanessa selalu muncul. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Ia baru saja akan turun ke dapur untuk mengambil segelas kopi ketika ponselnya berbunyi. Nathaniel Aldric menelepon. Eleanor mengerang frustrasi sebelum akhirnya mengangkat telepon dengan malas. “Apa?” Suara Nathaniel terdengar tenang seperti biasa. “Aku menjemputmu dalam lima belas menit. Kita akan pergi.” Eleanor mengernyit. “Pergi ke mana?

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 5 — Gala dan Gadis Misterius

    Malam yang dinanti tiba. Eleanor menatap bayangannya di cermin, sedikit ragu dengan gaun navy elegan yang membalut tubuhnya. Rambutnya disanggul dengan beberapa helai tergerai, memberi kesan anggun sekaligus santai.Lana dan Mia yang berdiri di belakangnya langsung bersiul.“Gila, kalau gue jadi cowok, pasti langsung jatuh cinta,” komentar Lana.Mia mengangguk. “Nggak nyangka Nathaniel punya selera bagus.”Eleanor mendengus. “Pasti asistennya yang pilih.”Lana tertawa. “Tetep aja, kasih dia nilai plus kali ini.”Eleanor hanya menghela napas sebelum mengambil clutch bag-nya. “Oke, gue berangkat.”Mia tersenyum lebar. “Jangan lupa ceritain semuanya nanti!”Begitu keluar rumah, sebuah mobil mewah sudah menunggu. Seorang sopir membukakan pintu.“Selamat malam, Nona Eleanor. Tuan Nathaniel sudah menunggu di venue.”Eleanor mengangguk dan masuk. Sesampainya di venue, kilatan kamera langsung menyambutnya. Ia hampir mundur, tapi sopir sudah membukakan pintu. Dengan napas panjang, ia turun dan

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 4 — Kabar yang Menyebar

    Pagi itu, Eleanor baru saja turun dari kamarnya dengan mata setengah tertutup saat ponselnya bergetar tanpa henti di meja makan.Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan menoleh. “Teman-temanmu ribut sekali pagi ini. Dari tadi HP-mu nggak berhenti berbunyi.”Eleanor menguap kecil sebelum meraih ponselnya. Begitu melihat deretan notifikasi yang masuk, ia langsung tersadar seketika.Grup Chat – Geng GilaLana: ELEANOR! APAKAH INI BENAR?!Mia: LO DIJODOHIN SAMA NATHANIEL ALDRIC?Lana: KENAPA LO NGGAK BILANG DARI KEMARIN-KEMARIN?!Mia: CEPET JAWAB SEBELUM KAMI DATANG KE RUMAH LO!Eleanor hampir menjatuhkan ponselnya. Dari mana mereka tahu?!Ia buru-buru membuka media sosial dan matanya langsung membesar saat melihat sebuah unggahan yang mulai viral.Nathaniel Aldric Terlihat Bersama Seorang Wanita di Makan Malam Keluarga—Apakah Ini Tanda-Tanda Pernikahan?Berbagai foto yang diambil diam-diam terpampang jelas. Salah satunya adalah saat Nathaniel menggenggam tangannya di meja makan.Eleanor la

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 3 —Awal Kegaduhan

    Eleanor pikir setelah pertemuan itu, Nathaniel akan membiarkannya hidup dengan tenang setidaknya untuk beberapa hari. Tapi ternyata, harapannya terlalu naif.Pagi ini, ia baru saja selesai mandi ketika ponselnya bergetar di meja. Dengan rambut masih basah, ia mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk.Nathaniel Aldric:"Aku menunggumu di depan rumah. Lima menit."Eleanor hampir menjatuhkan ponsel dari tangannya."APA?!"Ia buru-buru berlari ke jendela kamarnya, menarik tirai, dan benar saja—sebuah mobil hitam mengilap sudah terparkir di depan rumah. Nathaniel berdiri di sampingnya, bersandar santai dengan tangan di saku celana.Dengan jantung hampir copot, Eleanor mengetik balasan secepat mungkin.Eleanor Windsor:"Kau ngapain di sini?! Aku belum siap!"Tidak sampai sepuluh detik, Nathaniel membalas.Nathaniel Aldric:"Tinggal berdandan dan turun. Aku tidak suka menunggu."Eleanor mendengus kesal. Pria ini benar-benar…!Ia buru-buru berdandan seadanya, lalu berlari turun. Begitu kel

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 2 — Kesepakatan yang Mustahil

    Eleanor membanting pintu kamar begitu tiba di rumah."Ugh, dasar pria menyebalkan!" gumamnya, melempar tas tangan ke sofa.Seharusnya ia sudah tahu sejak awal kalau makan malam itu akan jadi bencana, tapi tetap saja, Nathaniel Aldric lebih arogan dari yang ia bayangkan. Bahkan pria itu tidak berusaha bersikap sedikit lebih menyenangkan!Eleanor berjalan mondar-mandir, masih kesal membayangkan betapa santainya Nathaniel menghadapi pernikahan ini. Seolah menikah dengannya hanya formalitas bisnis tanpa perasaan."Astaga, aku harus hidup dengan orang seperti itu?" keluhnya sambil mengacak rambut.Baru saja ia ingin menjatuhkan diri ke tempat tidur, ponselnya bergetar. Ia meraihnya dengan kasar, mengira itu pesan dari ibunya yang menyuruhnya bersikap lebih dewasa.Tapi ternyata bukan.Nathaniel Aldric:"Aku harap kau menikmati makan malam tadi. Karena ini baru awal."Eleanor menatap layar ponsel dengan mulut sedikit menganga."Apa maksud pria ini? Baru awal?"Dengan kesal, ia mengetik bala

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 1 – Kabar yang Mengubah Segalanya

    Langit sore menjingga ketika Eleanor Windsor menyelesaikan lukisan terakhirnya di balkon apartemen kecilnya. Aroma cat minyak masih menggantung di udara saat ia menyandarkan tubuh di kursi kayu, membiarkan angin sepoi-sepoi mengusap wajahnya. Hidupnya sederhana, bebas tanpa aturan, dan ia menyukainya seperti itu.Dering ponselnya memecah ketenangan. Ia melirik layar dan melihat nama ayahnya. Sedikit heran, ia mengangkatnya."Eleanor, pulang sekarang. Ada hal penting yang harus kita bicarakan."Nada tegas tanpa basa-basi itu membuatnya mengernyit. Sangat jarang ayahnya, seorang pengusaha sukses di bidang real estate, berbicara seserius ini. Namun, ia tidak curiga. Mungkin hanya urusan keluarga biasa.Namun, saat ia tiba di rumah besar keluarga Windsor, suasana lebih berat dari biasanya. Ayahnya duduk dengan ekspresi serius, sementara ibunya berdiri dengan wajah sulit dibaca."Ada apa?" Eleanor bertanya.Ayahnya menatapnya lurus sebelum akhirnya berkata, "Kamu akan menikah."Eleanor ter

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status