Share

Bab 3 —Awal Kegaduhan

Author: Cludsydayss
last update Last Updated: 2025-03-04 18:51:17

Eleanor pikir setelah pertemuan itu, Nathaniel akan membiarkannya hidup dengan tenang setidaknya untuk beberapa hari. Tapi ternyata, harapannya terlalu naif.

Pagi ini, ia baru saja selesai mandi ketika ponselnya bergetar di meja. Dengan rambut masih basah, ia mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk.

Nathaniel Aldric:

"Aku menunggumu di depan rumah. Lima menit."

Eleanor hampir menjatuhkan ponsel dari tangannya.

"APA?!"

Ia buru-buru berlari ke jendela kamarnya, menarik tirai, dan benar saja—sebuah mobil hitam mengilap sudah terparkir di depan rumah. Nathaniel berdiri di sampingnya, bersandar santai dengan tangan di saku celana.

Dengan jantung hampir copot, Eleanor mengetik balasan secepat mungkin.

Eleanor Windsor:

"Kau ngapain di sini?! Aku belum siap!"

Tidak sampai sepuluh detik, Nathaniel membalas.

Nathaniel Aldric:

"Tinggal berdandan dan turun. Aku tidak suka menunggu."

Eleanor mendengus kesal. Pria ini benar-benar…!

Ia buru-buru berdandan seadanya, lalu berlari turun. Begitu keluar rumah, ia langsung menghampiri Nathaniel dengan tatapan tajam.

"Aku tidak tahu sejak kapan kita membuat perjanjian bahwa kau bisa menjemputku semaumu," cetusnya.

Nathaniel membuka pintu mobil dengan tenang. "Kau terlalu banyak bicara. Masuk."

"Aku—"

"Kita akan terlambat."

Eleanor mengerang frustrasi, tapi akhirnya masuk juga ke dalam mobil, membanting pintu lebih keras dari yang seharusnya.

Begitu mobil melaju, ia menoleh dengan curiga. "Jadi, kita mau ke mana?"

Nathaniel tetap fokus menyetir. "Pertemuan keluarga."

Eleanor membelalakkan mata. "APA?!"

"Keluarga kita ingin melihat kita bersama. Aku yakin kau tidak ingin mengecewakan mereka, kan?"

Eleanor merasakan gelombang panik menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia belum siap menghadapi keluarga besar, apalagi jika mereka mengharapkan dia dan Nathaniel terlihat seperti pasangan bahagia!

Ia menatap Nathaniel dengan horor. "Kau pasti bercanda, kan?"

Nathaniel menoleh sekilas, lalu tersenyum miring. "Menurutmu?"

Eleanor mengusap wajahnya, nyaris putus asa. Hari ini akan jadi bencana. Dan semua ini gara-gara pria menyebalkan di sampingnya.

Mobil berhenti di sebuah restoran mewah. Eleanor bisa melihat beberapa anggota keluarga mereka sudah tiba. Ayahnya, ibunya, serta beberapa kerabat dekat. Sementara dari pihak Nathaniel, ada ayahnya, seorang pria paruh baya dengan aura otoriter, dan ibunya yang terlihat anggun dan elegan.

Eleanor menelan ludah. "Aku benar-benar harus melakukan ini?"

Nathaniel membuka pintu mobil dan menoleh padanya. "Tentu saja."

Eleanor menghela napas panjang. Tidak ada jalan keluar. Dengan langkah setengah hati, ia keluar dan mencoba mengatur ekspresi agar terlihat biasa saja.

Begitu mereka masuk, semua mata langsung tertuju pada mereka.

"Eleanor, sayang! Duduklah di sini," seru ibunya penuh harapan.

Eleanor mengangguk kecil dan duduk di kursi yang telah disediakan—tepat di sebelah Nathaniel.

"Kami senang akhirnya bisa melihat kalian bersama," ujar ibu Nathaniel dengan nada lembut.

Nathaniel hanya tersenyum tipis. "Kami berusaha menyesuaikan diri."

Eleanor menahan diri untuk tidak memutar bola mata. Oh ya? Aku tidak melihat usaha itu darinya.

"Jadi, bagaimana hubungan kalian sejauh ini?" tanya ayah Eleanor.

Eleanor hampir tersedak air putih. Ia melirik Nathaniel, berharap pria itu yang menjawab.

Tapi pria itu malah menatapnya balik seolah berkata, Silakan jawab sendiri.

Eleanor ingin sekali menendang kakinya di bawah meja.

"Uhm… ya, kami masih… mengenal satu sama lain," jawab Eleanor dengan senyum yang dipaksakan.

"Kau tidak terlalu banyak bicara seperti biasanya, Eleanor," ayahnya menyipitkan mata curiga.

Eleanor hampir mendengus. Tentu saja, bagaimana bisa ia bicara banyak kalau ia sedang berusaha bertahan dari situasi menyebalkan ini?

"Aku hanya… mencoba menyesuaikan diri," katanya akhirnya.

Ibu Nathaniel tersenyum. "Itu bagus. Perjalanan pernikahan memang dimulai dengan saling memahami."

Tiba-tiba, Nathaniel meletakkan tangannya di atas tangan Eleanor.

Eleanor langsung kaku.

"Kami baik-baik saja," kata Nathaniel santai, seolah mereka memang pasangan bahagia.

Eleanor ingin menarik tangannya, tapi di bawah meja, Nathaniel sedikit menekannya, memberi peringatan agar ia tetap diam.

Ia ingin marah, tapi ia tahu ini bukan tempat yang tepat. Jadi, dengan senyum palsu, ia membalas, "Ya… tentu saja."

Dalam hati, ia bersumpah—Nathaniel akan menerima balasan darinya setelah pertemuan ini selesai.

Setelah makan malam berakhir dan pertemuan keluarga selesai, Eleanor akhirnya bisa menghela napas lega. Tapi begitu mereka masuk ke mobil, ia langsung menoleh ke Nathaniel dengan tatapan tajam.

"Kau benar-benar keterlaluan," geramnya.

Nathaniel menaikkan alis. "Apa lagi sekarang?"

Eleanor melipat tangan di dada. "Kau tadi menggenggam tanganku di depan semua orang! Apa-apaan itu?!"

Nathaniel terkekeh. "Bukankah kita harus terlihat meyakinkan?"

Eleanor hampir mencakarnya. "Setidaknya beri aku peringatan dulu, dasar CEO menyebalkan!"

Nathaniel menoleh, ekspresinya tetap tenang. "Aku baru sadar kalau kau cerewet sekali."

Eleanor mendengus. "Baru sadar? Aku memang cerewet dari lahir."

Nathaniel tersenyum tipis. "Kalau begitu, mungkin aku harus mencari cara untuk membuatmu diam."

Eleanor menatapnya curiga. "Jangan macam-macam."

Nathaniel tidak menjawab lagi.

Di dalam mobil, suasana sedikit lebih tenang. Tapi Eleanor masih tidak terima dengan semua yang terjadi hari ini.

Ia bersandar di kursi, menatap Nathaniel dengan tatapan menyelidik. "Jadi, kenapa kau tiba-tiba menerima perjodohan ini? Aku pikir kau tipe pria yang menolak pernikahan yang diatur."

Nathaniel tetap fokus pada jalan. "Aku punya alasan."

Eleanor menunggu, tapi Nathaniel tidak melanjutkan.

"Jangan bilang kau menikah hanya karena bisnis keluarga," duganya.

Nathaniel tersenyum tipis. "Bukankah itu alasan yang cukup kuat?"

Eleanor mendengus. "Itu alasan yang membosankan."

Nathaniel tidak menjawab.

Eleanor mulai curiga pria itu menyembunyikan sesuatu.

Tapi untuk saat ini, ia terlalu lelah untuk mencari tahu. Yang jelas, perjodohan ini lebih rumit dari yang ia bayangkan. Dan itu semua gara-gara pria dingin bernama Nathaniel Aldric.

Mobil berhenti di depan rumah Eleanor. Nathaniel membuka kunci pintu mobil.

"Sampai jumpa," katanya singkat.

Eleanor melipat tangan. "Kau tidak mau memastikan aku masuk rumah dulu?"

Nathaniel menatapnya sekilas. "Kau bukan tipe wanita yang butuh diantar sampai ke pintu."

Eleanor merasa tersinggung. "Aku bisa saja diculik!"

Nathaniel terkekeh. "Kalau ada yang cukup berani menculikmu, aku ingin melihatnya."

Eleanor melotot. "Maksudmu apa?!"

Nathaniel hanya tersenyum.

Eleanor mendengus, lalu keluar. Tapi sebelum masuk rumah, ia mengetuk jendela mobil Nathaniel.

Nathaniel menurunkan kaca jendela. "Apa lagi?"

Eleanor menyeringai. "Aku tidak akan membuat hidupmu mudah."

Nathaniel tersenyum tipis. "Aku tidak pernah berharap begitu."

Eleanor masuk ke rumah dengan senyum puas.

Nathaniel menatapnya sesaat sebelum menjalankan mobilnya.

Ia tahu satu hal—hidupnya setelah ini tidak akan pernah membosankan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 4 — Kabar yang Menyebar

    Pagi itu, Eleanor baru saja turun dari kamarnya dengan mata setengah tertutup saat ponselnya bergetar tanpa henti di meja makan.Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan menoleh. “Teman-temanmu ribut sekali pagi ini. Dari tadi HP-mu nggak berhenti berbunyi.”Eleanor menguap kecil sebelum meraih ponselnya. Begitu melihat deretan notifikasi yang masuk, ia langsung tersadar seketika.Grup Chat – Geng GilaLana: ELEANOR! APAKAH INI BENAR?!Mia: LO DIJODOHIN SAMA NATHANIEL ALDRIC?Lana: KENAPA LO NGGAK BILANG DARI KEMARIN-KEMARIN?!Mia: CEPET JAWAB SEBELUM KAMI DATANG KE RUMAH LO!Eleanor hampir menjatuhkan ponselnya. Dari mana mereka tahu?!Ia buru-buru membuka media sosial dan matanya langsung membesar saat melihat sebuah unggahan yang mulai viral.Nathaniel Aldric Terlihat Bersama Seorang Wanita di Makan Malam Keluarga—Apakah Ini Tanda-Tanda Pernikahan?Berbagai foto yang diambil diam-diam terpampang jelas. Salah satunya adalah saat Nathaniel menggenggam tangannya di meja makan.Eleanor la

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 5 — Gala dan Gadis Misterius

    Malam yang dinanti tiba. Eleanor menatap bayangannya di cermin, sedikit ragu dengan gaun navy elegan yang membalut tubuhnya. Rambutnya disanggul dengan beberapa helai tergerai, memberi kesan anggun sekaligus santai.Lana dan Mia yang berdiri di belakangnya langsung bersiul.“Gila, kalau gue jadi cowok, pasti langsung jatuh cinta,” komentar Lana.Mia mengangguk. “Nggak nyangka Nathaniel punya selera bagus.”Eleanor mendengus. “Pasti asistennya yang pilih.”Lana tertawa. “Tetep aja, kasih dia nilai plus kali ini.”Eleanor hanya menghela napas sebelum mengambil clutch bag-nya. “Oke, gue berangkat.”Mia tersenyum lebar. “Jangan lupa ceritain semuanya nanti!”Begitu keluar rumah, sebuah mobil mewah sudah menunggu. Seorang sopir membukakan pintu.“Selamat malam, Nona Eleanor. Tuan Nathaniel sudah menunggu di venue.”Eleanor mengangguk dan masuk. Sesampainya di venue, kilatan kamera langsung menyambutnya. Ia hampir mundur, tapi sopir sudah membukakan pintu. Dengan napas panjang, ia turun dan

    Last Updated : 2025-03-11
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 6 – Rahasia yang Mulai Terungkap

    Eleanor tidak bisa tidur malam itu. Pikirannya masih dipenuhi dengan apa yang terjadi di gala. Wajah Vanessa, percakapan misteriusnya dengan Annelise, dan cara Nathaniel bersikap seolah semua itu bukan sesuatu yang penting—semuanya terus berputar di kepalanya. Siapa sebenarnya Vanessa? Dan apa yang ia bicarakan dengan Annelise? Eleanor mencoba mengabaikan pikirannya, tapi rasa penasaran terus menghantuinya. Ia membalikkan tubuh di tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan perasaan gelisah. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan Vanessa selalu muncul. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Ia baru saja akan turun ke dapur untuk mengambil segelas kopi ketika ponselnya berbunyi. Nathaniel Aldric menelepon. Eleanor mengerang frustrasi sebelum akhirnya mengangkat telepon dengan malas. “Apa?” Suara Nathaniel terdengar tenang seperti biasa. “Aku menjemputmu dalam lima belas menit. Kita akan pergi.” Eleanor mengernyit. “Pergi ke mana?

    Last Updated : 2025-03-11
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 7 – Bayangan di Balik Masa Lalu

    Eleanor menatap layar ponselnya dengan jantung berdebar. Pesan itu… terasa seperti peringatan. Ia menggigit bibir, mencoba mengabaikannya. Mungkin ini hanya lelucon? Tapi siapa yang akan mengiriminya pesan seperti itu? Tak ingin berpikir lebih jauh, ia menghela napas dan meletakkan ponselnya di samping bantal. Namun, bahkan saat ia mencoba tidur, pikirannya terus dihantui kata-kata di pesan tadi. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Tidur semalam rasanya sia-sia. Saat ia menyeret tubuhnya keluar kamar, ibunya sudah duduk di ruang makan dengan tatapan serius. "Eleanor, duduklah sebentar," kata ibunya. Eleanor mengerutkan kening. "Ada apa, Bu?" Ibunya menggeser majalah ke arahnya. Di sampul depan, ada foto Nathaniel dengan seorang wanita. "CEO Muda Nathaniel Aldric Terlihat Bertemu dengan Wanita Misterius—Apakah Ini Akhir dari Pertunangannya?"

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 8 – Ancaman yang Tak Terlihat

    Eleanor duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Pesan yang baru saja ia terima membuat jantungnya berdebar dengan tidak nyaman. "Kau pikir dia benar-benar mencintaimu? Jangan terlalu percaya. Tidak semua yang terlihat indah itu nyata." Kalimat itu singkat, tetapi cukup untuk menimbulkan rasa waspada dalam dirinya. Siapa yang mengirim pesan ini? Vanessa? Atau seseorang yang bahkan tidak ia ketahui? Ia menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan perasaan gelisah yang mulai merayap di hatinya. Ia menghela napas panjang dan mematikan layar ponselnya, berharap bisa melupakan pesan itu. Namun, kata-kata tersebut terus terngiang di kepalanya sepanjang malam. Tidurnya gelisah. Berulang kali ia terbangun dan memeriksa ponselnya, berharap ada pesan lain yang mungkin menjelaskan maksud dari peringatan tersebut. Namun, tidak ada pesan lanjutan. Keesokan paginya, Eleanor memutuskan untuk pergi k

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 9 – Perdebatan Tanpa Akhir

    Setelah percakapannya dengan Nathaniel di kantor, kepala Eleanor terasa penuh. Pria itu terlalu tenang menghadapi semuanya, seolah-olah gosip, Vanessa, dan segala peringatan yang mengarah padanya hanyalah angin lalu. Tapi bagi Eleanor, ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja! Maka, sore itu, ia kembali menemui Nathaniel di apartemennya. Tanpa pemberitahuan. Nathaniel membuka pintu dengan ekspresi bingung. "Lagi?" "Aku punya pertanyaan," kata Eleanor langsung, melangkah masuk tanpa menunggu undangan. Nathaniel memijit pelipisnya, lalu menutup pintu. "Sepertinya kau terlalu nyaman keluar-masuk rumahku." Eleanor menoleh cepat. "Dengar, Nathaniel. Aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang Vanessa katakan." Pria itu mendesah. "Apa kita harus membahas ini lagi?" "Ya! Karena kau tidak pernah benar-benar menjelaskan apa pun padaku!" Eleanor melipat tangan, mena

    Last Updated : 2025-03-15
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 10 – Hari yang Dinanti

    Hari pernikahan akhirnya tiba. Sejak pagi, kediaman keluarga Eleanor sudah dipenuhi kesibukan. Para penata rias berlalu-lalang, dekorasi diperiksa ulang, dan suara panitia yang sibuk memastikan segalanya berjalan sempurna. Eleanor duduk di depan cermin rias, mengenakan gaun putih elegan dengan veil menjuntai di punggungnya. Tangannya sedikit gemetar saat menyentuh gaun itu. "Kau gugup?" suara ibunya terdengar dari belakang. Eleanor menatap ibunya melalui pantulan cermin dan tersenyum tipis. "Sedikit." Ibunya berjalan mendekat, lalu menggenggam tangannya. "Tidak apa-apa merasa gugup. Ini hari besar untukmu." Eleanor mengangguk. "Aku hanya… tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini." Ibunya tersenyum lembut. "Kau dan Nathaniel mungkin sering berdebat, tapi aku bisa melihat bahwa dia memperhatikanmu dengan caranya sendiri." Eleanor tertawa kecil. "Ya, dengan caranya yang menyebal

    Last Updated : 2025-03-15
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 11 – Hidup Bersama Nathaniel

    Malam pertama di rumah Nathaniel, Eleanor mencoba menyesuaikan diri. Setelah Nathaniel keluar dari kamar, ia membereskan beberapa barangnya di dalam lemari. Suasana kamar yang luas dan mewah itu masih terasa asing, tapi tidak ada pilihan lain selain beradaptasi. Setelah selesai, ia masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya dengan piyama yang nyaman. Ia duduk di sofa sambil membaca buku yang dibawanya dari apartemen. Waktu berlalu tanpa terasa, hingga matanya mulai terasa berat. Nathaniel masih belum kembali. Eleanor tidak terlalu peduli, ia hanya naik ke tempat tidur dan menarik selimut. Tidak ada alasan untuk menunggunya. Keesokan paginya, ia terbangun karena suara samar dari luar kamar. Setelah mencuci muka, ia turun ke lantai bawah. Nathaniel sudah duduk di meja makan, menikmati kopi sambil membaca dokumen. Eleanor berjalan mendekat dan duduk di kursi seber

    Last Updated : 2025-03-16

Latest chapter

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 42 – Tarikan yang Tak Terhindarkan (Lanjutan)

    Eleanor berjalan menuju kamarnya dengan langkah cepat, tapi pikirannya masih berkecamuk. Pertanyaan Nathaniel tadi terus terngiang di kepalanya. Apa kau mulai merasa nyaman denganku? Ia mendesah pelan, berusaha menepis perasaan aneh yang mulai muncul dalam dirinya. Ini tidak boleh terjadi. Ia tidak boleh lengah. Namun, bayangan tatapan serius Nathaniel dan nada suaranya yang berbeda dari biasanya tetap melekat dalam benaknya. Setelah berganti pakaian dan bersiap untuk pergi, Eleanor turun kembali ke ruang tamu. Nathaniel masih di sana, berdiri dengan kemeja putihnya yang sudah tertata rapi, siap untuk berangkat ke kantor. Saat pria itu melihatnya, ia mengangkat alis. "Kau mau ke butik hari ini?" Eleanor mengangguk. "Ya, ada beberapa hal yang harus aku urus." Nathaniel menatapnya sesaat sebelum akhirnya berkata, "Aku bisa mengantarmu." Eleanor terkejut, lalu buru-bu

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 43 – Kebingungan yang Makin Jelas

    Setelah perjalanan yang terasa lebih lama dari seharusnya, mobil akhirnya berhenti di depan butik Eleanor. Wanita itu buru-buru membuka pintu dan keluar, seolah ingin segera menjauh dari aura mengganggu yang ditimbulkan oleh kehadiran Nathaniel di sisinya. Nathaniel menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. "Aku jemput nanti?" Eleanor menoleh sekilas, mencoba mencari alasan untuk menolak, tapi pada akhirnya hanya mengangguk kecil. "Terserah." Nathaniel tersenyum tipis mendengar jawaban itu. "Baiklah, sampai nanti." Tanpa menunggu lebih lama, Eleanor segera masuk ke dalam butiknya. Ia merasa perlu menenangkan pikirannya sebelum emosinya semakin kacau. Namun, begitu ia melangkah masuk, seorang pegawainya, Lisa, langsung menyambut dengan tatapan penuh selidik. "Kak Eleanor... tadi aku lihat bos besar nganterin kakak?" tanyanya dengan nada penasaran. Eleanor menghela napas panjang. "Jangan

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 40 – Kebiasaan Baru

    Pagi di apartemen terasa lebih tenang dari biasanya. Eleanor terbangun sedikit lebih awal dari alarmnya, matanya masih setengah terpejam saat ia menyadari suasana di sekelilingnya. Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat bahwa ini bukan kamarnya di rumah lama, melainkan apartemen tempat ia tinggal bersama Nathaniel.Ia menghela napas pelan sebelum turun dari tempat tidur. Setelah mencuci muka dan mengganti pakaian, Eleanor keluar dari kamar, sedikit terkejut saat melihat Nathaniel sudah berada di dapur, mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku.Pria itu sedang menuangkan kopi ke dalam cangkirnya sendiri, lalu melirik sekilas ke arah Eleanor. “Pagi.”Eleanor berjalan mendekat. “Kau bangun lebih awal.”Nathaniel menyesap kopinya sebelum menjawab. “Aku memang selalu bangun pagi.”Eleanor mengangguk pelan. Ia sempat melirik meja makan dan menemukan satu cangkir tambahan di sana. “Kau buatkan kopi untukku juga?”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 41 – Perasaan yang Mulai Mengusik

    Malam semakin larut, tetapi Eleanor masih belum bisa tidur. Pikirannya terus berputar, mengingat bagaimana Nathaniel mulai berubah. Ada sesuatu dalam tatapan pria itu, dalam caranya berbicara, yang terasa berbeda.Ia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan napas pelan. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, dan itu membuatnya frustrasi.“Apa aku terlalu banyak berpikir?” gumamnya pelan.Namun, meskipun ia mencoba mengabaikannya, kenyataan bahwa Nathaniel tidak lagi terasa seperti pria dingin yang dulu ia kenal tetap menghantuinya.Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari pintu kamarnya. Eleanor menoleh, sedikit terkejut.“Eleanor,” suara Nathaniel terdengar dari luar. “Kau masih bangun?”Eleanor ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Iya, ada apa?”Nathaniel tidak langsung menjawab. Ada jeda singkat sebelum akhirnya ia berkata, “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 38 – Perasaan yang Makin Sulit Dibantah

    Pagi datang dengan sinar matahari yang perlahan menerobos tirai kamar. Eleanor menggerakkan tubuhnya sedikit, matanya masih setengah terpejam. Ia merasa hangat, lebih nyaman dari biasanya.Saat kesadarannya kembali sepenuhnya, ia menyadari sesuatu—ada lengan kuat yang melingkar di pinggangnya.Jantungnya langsung berdetak lebih cepat. Dengan hati-hati, ia menoleh dan menemukan dirinya berada dalam pelukan Nathaniel.Lelaki itu masih tertidur, napasnya teratur, dan wajahnya tampak lebih tenang dari biasanya. Biasanya, Nathaniel selalu menjaga jarak darinya. Tapi sekarang…Eleanor menelan ludah, tidak yakin harus berbuat apa. Ia mencoba bergerak pelan agar tidak membangunkannya, tetapi saat ia sedikit bergeser, cengkeraman lengan Nathaniel justru mengerat."Jangan gerak," suara Nathaniel terdengar, serak dan dalam.Eleanor membeku. "Kau sudah bangun?"Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang sebelum akhi

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 37 – Kebersamaan yang Mengusik

    Eleanor masih terdiam di tempatnya, merasakan hembusan angin malam yang menyapu wajahnya. Perkataan Nathaniel barusan membuatnya kehilangan kata-kata. Ia tidak menyangka pria itu akan mengatakannya secara langsung seperti itu.Nathaniel tetap berdiri di hadapannya, menunggu reaksi. Tapi Eleanor hanya mengalihkan pandangan, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba tidak teratur."Apa kau selalu mengatakan hal seperti itu kepada semua wanita?" tanya Eleanor akhirnya, berusaha terdengar santai.Nathaniel menatapnya tanpa ekspresi. "Tidak."Jawaban singkat itu justru semakin mengganggunya. Eleanor berdeham pelan, mencoba mengembalikan kontrol atas emosinya. Ia tidak boleh terbawa suasana."Kau terlalu percaya diri, Nathaniel," katanya, berusaha tersenyum sinis. "Aku tidak merasa terganggu."Nathaniel tidak langsung membalas. Ia hanya mengamati Eleanor dengan mata tajamnya, seolah membaca setiap kebohongan kecil dalam kata

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 39 – Makan Malam Bersama Keluarga

    Keesokan harinya, Eleanor berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sebelum pergi. Gaun sederhana berwarna navy yang ia pilih terasa nyaman, dan riasannya cukup natural, tidak terlalu mencolok.Nathaniel yang baru keluar dari kamar mandi sempat meliriknya sekilas. "Kau terlihat baik-baik saja," komentarnya singkat.Eleanor menoleh. "Memangnya aku terlihat buruk sebelumnya?" tanyanya, sedikit mengangkat alis.Nathaniel hanya mengangkat bahu, tak ingin memperpanjang pembicaraan. "Ayo berangkat."Di perjalanan menuju kediaman keluarga Nathaniel, suasana di dalam mobil terasa lebih tenang dari yang ia bayangkan. Nathaniel tidak banyak bicara, hanya sesekali melirik ke luar jendela, sementara Eleanor berusaha menenangkan pikirannya.Begitu mereka tiba, pintu besar rumah keluarga Nathaniel sudah terbuka lebar, menyambut kedatangan mereka. Beberapa pelayan berlalu-lalang, menyiapkan hidangan di ruang makan."Eleanor!" Suara hang

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 36 – Bayangan Masa Lalu

    Eleanor masih berdiri di samping Nathaniel, memperhatikan interaksi pria itu dengan Vivian. Meskipun ekspresi Nathaniel tetap datar, Eleanor bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya. Seperti ada sejarah yang belum ia ketahui.Vivian tersenyum tipis, lalu mengambil segelas sampanye dari pelayan yang lewat. "Jadi, bagaimana kehidupan pernikahanmu, Nathaniel?"Nada suaranya terdengar terlalu santai, seolah-olah ia sedang menunggu jawaban yang menarik.Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Vivian beberapa detik sebelum berkata, "Cukup baik."Vivian mengangkat alis. "Hanya 'cukup baik'?"Eleanor merasakan Vivian sedang mencoba memancing sesuatu. Ia bisa saja diam dan membiarkan Nathaniel menangani ini, tapi tiba-tiba ia merasa tidak ingin membiarkan wanita itu berpikir bahwa dirinya bisa meremehkan mereka.Ia tersenyum manis dan meraih lengan Nathaniel dengan santai. "Mungkin bagi Nathaniel itu 'cukup

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 35 – Undangan yang Tak Bisa Ditolak

    Pagi itu, Eleanor duduk di meja makan, menyeruput kopinya dengan pelan. Matahari pagi masuk melalui jendela besar, menciptakan bayangan lembut di sekeliling ruangan. Namun, pikirannya masih dipenuhi oleh kata-kata Nathaniel tadi malam."Karena kamu adalah istriku."Kalimat itu sederhana, tapi entah kenapa, ada sesuatu di dalamnya yang terasa lebih dari sekadar pernyataan biasa.Nathaniel duduk di seberangnya, menikmati sarapannya seperti biasa. Tatapan Eleanor sesekali melirik pria itu, tapi ia tidak mengatakan apa-apa."Aku akan menjemputmu pukul tujuh malam," ujar Nathaniel tiba-tiba tanpa menoleh.Eleanor meletakkan cangkir kopinya dan menatapnya. "Aku belum bilang aku setuju untuk datang."Nathaniel akhirnya mengangkat kepalanya, menatap Eleanor dengan santai. "Aku tahu kamu akan datang."Eleanor mendengus. "Kenapa kamu terdengar begitu yakin?"Nathaniel menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tetap tena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status