Home / Rumah Tangga / Terpaksa menjadi istri dadakan CEO / Bab 4 — Kabar yang Menyebar

Share

Bab 4 — Kabar yang Menyebar

Author: Cludsydayss
last update Last Updated: 2025-03-04 19:04:17

Pagi itu, Eleanor baru saja turun dari kamarnya dengan mata setengah tertutup saat ponselnya bergetar tanpa henti di meja makan.

Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan menoleh. “Teman-temanmu ribut sekali pagi ini. Dari tadi HP-mu nggak berhenti berbunyi.”

Eleanor menguap kecil sebelum meraih ponselnya. Begitu melihat deretan notifikasi yang masuk, ia langsung tersadar seketika.

Grup Chat – Geng Gila

Lana: ELEANOR! APAKAH INI BENAR?!

Mia: LO DIJODOHIN SAMA NATHANIEL ALDRIC?

Lana: KENAPA LO NGGAK BILANG DARI KEMARIN-KEMARIN?!

Mia: CEPET JAWAB SEBELUM KAMI DATANG KE RUMAH LO!

Eleanor hampir menjatuhkan ponselnya. Dari mana mereka tahu?!

Ia buru-buru membuka media sosial dan matanya langsung membesar saat melihat sebuah unggahan yang mulai viral.

Nathaniel Aldric Terlihat Bersama Seorang Wanita di Makan Malam Keluarga—Apakah Ini Tanda-Tanda Pernikahan?

Berbagai foto yang diambil diam-diam terpampang jelas. Salah satunya adalah saat Nathaniel menggenggam tangannya di meja makan.

Eleanor langsung memekik kecil.

Ibunya menoleh. “Kenapa, sayang?”

Eleanor menoleh panik. “Ibu… Ini… Aku…”

Bel pintu rumahnya tiba-tiba berbunyi keras.

BRAK! BRAK! BRAK!

“ELEANOR! BUKA PINTUNYA!” suara Lana terdengar dari luar.

Eleanor mengusap wajahnya dengan frustasi. Hari ini baru dimulai, dan ia sudah bisa merasakan kekacauan yang menunggunya.

Semua ini gara-gara Nathaniel Aldric!

Ia menghela napas panjang sebelum berjalan ke pintu. Begitu membukanya, Lana dan Mia langsung masuk tanpa permisi.

“JELASKAN!” Lana menunjuk layar ponselnya.

Mia menyilangkan tangan. “Gimana mungkin lo jadian sama Nathaniel Aldric dan nggak bilang sama kita?!”

Eleanor mengerang frustasi. “Gue nggak jadian! Ini—”

Lana menyipitkan mata. “Terus? Lo pegang tangan cowok itu di depan keluarganya hanya karena iseng?”

Eleanor tersedak udara sendiri. “Itu… itu situasi yang terpaksa! Gue dijodohkan, oke?”

Mia melotot. “Jodoh? Kayak di sinetron?”

Eleanor mengangguk lesu.

Lana dan Mia bertukar pandang sebelum kembali menatap Eleanor penuh selidik.

“Jadi… lo bakal nikah sama Nathaniel Aldric?” tanya Mia pelan.

Eleanor mengerang dan menjatuhkan kepalanya ke meja. “Gue nggak tahu… semuanya berantakan banget.”

Lana duduk di sampingnya. “Lo sadar nggak kalau ini berita besar banget? Nathaniel itu bukan cowok sembarangan.”

Eleanor mendesah. “Ya, Gue tahu. CEO muda, tampan, sukses, dan sangat menyebalkan.”

Mia menyeringai. “Tampan, ya?”

Eleanor langsung menegakkan tubuhnya. “Fokus, Mia!”

Mia tertawa. “Oke, oke. Tapi serius, lo harus hati-hati. Kalau berita ini sudah menyebar, berarti orang-orang mulai mengawasi lo.”

Eleanor menggigit bibirnya. Ia tidak pernah berpikir sejauh itu.

Ponselnya tiba-tiba berdering.

Nathaniel Aldric.

Lana dan Mia langsung membungkuk untuk mengintip layar ponsel Eleanor.

Lana bersiul pelan. “Wah, wah… calon suami lo menelepon.”

Eleanor menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk sebelum akhirnya mengangkatnya.

“Halo?”

Suara Nathaniel terdengar datar di seberang sana. “Kita perlu bicara.”

“Bicara tentang apa?”

“Temui aku di kafe dekat kantorku. Aku kirim alamatnya.”

Klik.

Eleanor menatap ponselnya dengan mulut menganga. “Dia… dia baru aja nutup telepon sebelum Gue jawab?”

Lana mendecak. “Ya ampun, cowok itu bener-bener CEO arogan.”

Mia mengangguk. “Tapi lo tetep harus pergi, kan?”

Eleanor mendesah. “Iya, kayaknya nggak ada pilihan.”

Lana tersenyum nakal. “Oke, kalau gitu…”

Eleanor langsung curiga. “Kalau gitu apa?”

Mia terkikik. “Kita harus pilih outfit yang pas buat lo! Ini pertemuan penting.”

Eleanor mengerang. “Gue mau pergi buat konfrontasi, bukan buat kencan!”

“Tapi tetep aja, lo harus tampil stunning,” sahut Lana.

Eleanor hanya bisa pasrah saat mereka menyeretnya ke kamar dan mulai mengacak-acak lemarinya.

Beberapa jam kemudian, Eleanor tiba di kafe. Ia mengenakan blouse putih dengan rok midi beige.

Matanya langsung menangkap Nathaniel yang duduk di sudut ruangan.

Eleanor berjalan mendekat dan menjatuhkan diri ke kursi di hadapannya. “Oke, aku di sini. Mau bicara apa?”

Nathaniel meletakkan ponselnya di meja. “Kau sudah lihat beritanya?”

Eleanor mendengus. “Ya, dan aku juga sudah dapat serangan interogasi dari teman-temanku.”

Nathaniel menyandarkan tubuhnya. “Kita harus menetapkan aturan.”

Eleanor menaikkan alis. “Aturan?”

“Kita tidak bisa membiarkan rumor ini berkembang liar. Aku tidak ingin ada drama berlebihan.”

Eleanor menatapnya skeptis. “Dan aturan macam apa yang kau maksud?”

“Pertama, kita akan bertemu lebih sering di depan publik untuk meyakinkan semua orang bahwa hubungan ini nyata.”

Eleanor hampir tersedak. “Apa?! Kau mau aku berpura-pura pacaran denganmu?”

Nathaniel mengangkat bahu. “Bukankah itu bagian dari perjodohan ini?”

Eleanor mengerang. “Lalu apa lagi?”

“Tidak ada hubungan personal. Ini murni kesepakatan.”

Eleanor mendengus. “Percaya deh, aku juga tidak tertarik dengan hubungan personal.”

Nathaniel tersenyum tipis. “Bagus.”

Eleanor menyipitkan mata. “Dan kalau aku melanggar aturan ini?”

Nathaniel menatapnya tajam. “Kau tidak akan melanggarnya.”

Eleanor mendecak. “Dasar CEO menyebalkan.”

Nathaniel hanya tersenyum samar. “Dan kau calon istri yang cerewet.”

Eleanor hampir melempar sendok ke arahnya.

“Besok malam, akan ada acara gala. Aku butuh kau ada di sana bersamaku.”

Eleanor nyaris tersedak. “Gala? Yang dihadiri orang-orang penting itu?!”

Nathaniel mengangguk. “Aku sudah menyiapkan gaun untukmu.”

Eleanor menatapnya dengan tidak percaya. “Serius? Aku bahkan tidak diberi pilihan?”

Nathaniel mengangkat bahu. “Kau punya pilihan. Tapi jika menolak, rumor akan semakin liar.”

Eleanor mendesah. “Baiklah. Aku akan datang.”

Nathaniel tersenyum kecil. “Bagus.”

Eleanor memutar matanya. “Tapi ingat, aku tidak akan membuat ini mudah untukmu.”

Nathaniel menatapnya dengan penuh arti. “Aku tidak pernah berharap sebaliknya.”

Malam itu, Eleanor menemukan sebuah kotak besar di ranjangnya.

Di dalamnya, ada gaun navy elegan dan sepatu hak tinggi serasi.

Di atasnya, ada kartu kecil bertuliskan:

"Kuharap kau tidak terlalu cerewet saat mengenakan ini. – Nathaniel."

Eleanor langsung memekik kesal. “Astaga! Aku benar-benar akan membuat hidupnya sulit!”

Tapi meskipun begitu, ia tetap tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gaun itu.

Dan di lubuk hatinya yang terdalam, ia mulai merasa… gugup.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 5 — Gala dan Gadis Misterius

    Malam yang dinanti tiba. Eleanor menatap bayangannya di cermin, sedikit ragu dengan gaun navy elegan yang membalut tubuhnya. Rambutnya disanggul dengan beberapa helai tergerai, memberi kesan anggun sekaligus santai.Lana dan Mia yang berdiri di belakangnya langsung bersiul.“Gila, kalau gue jadi cowok, pasti langsung jatuh cinta,” komentar Lana.Mia mengangguk. “Nggak nyangka Nathaniel punya selera bagus.”Eleanor mendengus. “Pasti asistennya yang pilih.”Lana tertawa. “Tetep aja, kasih dia nilai plus kali ini.”Eleanor hanya menghela napas sebelum mengambil clutch bag-nya. “Oke, gue berangkat.”Mia tersenyum lebar. “Jangan lupa ceritain semuanya nanti!”Begitu keluar rumah, sebuah mobil mewah sudah menunggu. Seorang sopir membukakan pintu.“Selamat malam, Nona Eleanor. Tuan Nathaniel sudah menunggu di venue.”Eleanor mengangguk dan masuk. Sesampainya di venue, kilatan kamera langsung menyambutnya. Ia hampir mundur, tapi sopir sudah membukakan pintu. Dengan napas panjang, ia turun dan

    Last Updated : 2025-03-11
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 6 – Rahasia yang Mulai Terungkap

    Eleanor tidak bisa tidur malam itu. Pikirannya masih dipenuhi dengan apa yang terjadi di gala. Wajah Vanessa, percakapan misteriusnya dengan Annelise, dan cara Nathaniel bersikap seolah semua itu bukan sesuatu yang penting—semuanya terus berputar di kepalanya. Siapa sebenarnya Vanessa? Dan apa yang ia bicarakan dengan Annelise? Eleanor mencoba mengabaikan pikirannya, tapi rasa penasaran terus menghantuinya. Ia membalikkan tubuh di tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan perasaan gelisah. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan Vanessa selalu muncul. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Ia baru saja akan turun ke dapur untuk mengambil segelas kopi ketika ponselnya berbunyi. Nathaniel Aldric menelepon. Eleanor mengerang frustrasi sebelum akhirnya mengangkat telepon dengan malas. “Apa?” Suara Nathaniel terdengar tenang seperti biasa. “Aku menjemputmu dalam lima belas menit. Kita akan pergi.” Eleanor mengernyit. “Pergi ke mana?

    Last Updated : 2025-03-11
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 7 – Bayangan di Balik Masa Lalu

    Eleanor menatap layar ponselnya dengan jantung berdebar. Pesan itu… terasa seperti peringatan. Ia menggigit bibir, mencoba mengabaikannya. Mungkin ini hanya lelucon? Tapi siapa yang akan mengiriminya pesan seperti itu? Tak ingin berpikir lebih jauh, ia menghela napas dan meletakkan ponselnya di samping bantal. Namun, bahkan saat ia mencoba tidur, pikirannya terus dihantui kata-kata di pesan tadi. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Tidur semalam rasanya sia-sia. Saat ia menyeret tubuhnya keluar kamar, ibunya sudah duduk di ruang makan dengan tatapan serius. "Eleanor, duduklah sebentar," kata ibunya. Eleanor mengerutkan kening. "Ada apa, Bu?" Ibunya menggeser majalah ke arahnya. Di sampul depan, ada foto Nathaniel dengan seorang wanita. "CEO Muda Nathaniel Aldric Terlihat Bertemu dengan Wanita Misterius—Apakah Ini Akhir dari Pertunangannya?"

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 8 – Ancaman yang Tak Terlihat

    Eleanor duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Pesan yang baru saja ia terima membuat jantungnya berdebar dengan tidak nyaman. "Kau pikir dia benar-benar mencintaimu? Jangan terlalu percaya. Tidak semua yang terlihat indah itu nyata." Kalimat itu singkat, tetapi cukup untuk menimbulkan rasa waspada dalam dirinya. Siapa yang mengirim pesan ini? Vanessa? Atau seseorang yang bahkan tidak ia ketahui? Ia menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan perasaan gelisah yang mulai merayap di hatinya. Ia menghela napas panjang dan mematikan layar ponselnya, berharap bisa melupakan pesan itu. Namun, kata-kata tersebut terus terngiang di kepalanya sepanjang malam. Tidurnya gelisah. Berulang kali ia terbangun dan memeriksa ponselnya, berharap ada pesan lain yang mungkin menjelaskan maksud dari peringatan tersebut. Namun, tidak ada pesan lanjutan. Keesokan paginya, Eleanor memutuskan untuk pergi k

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 9 – Perdebatan Tanpa Akhir

    Setelah percakapannya dengan Nathaniel di kantor, kepala Eleanor terasa penuh. Pria itu terlalu tenang menghadapi semuanya, seolah-olah gosip, Vanessa, dan segala peringatan yang mengarah padanya hanyalah angin lalu. Tapi bagi Eleanor, ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja! Maka, sore itu, ia kembali menemui Nathaniel di apartemennya. Tanpa pemberitahuan. Nathaniel membuka pintu dengan ekspresi bingung. "Lagi?" "Aku punya pertanyaan," kata Eleanor langsung, melangkah masuk tanpa menunggu undangan. Nathaniel memijit pelipisnya, lalu menutup pintu. "Sepertinya kau terlalu nyaman keluar-masuk rumahku." Eleanor menoleh cepat. "Dengar, Nathaniel. Aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang Vanessa katakan." Pria itu mendesah. "Apa kita harus membahas ini lagi?" "Ya! Karena kau tidak pernah benar-benar menjelaskan apa pun padaku!" Eleanor melipat tangan, mena

    Last Updated : 2025-03-15
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 10 – Hari yang Dinanti

    Hari pernikahan akhirnya tiba. Sejak pagi, kediaman keluarga Eleanor sudah dipenuhi kesibukan. Para penata rias berlalu-lalang, dekorasi diperiksa ulang, dan suara panitia yang sibuk memastikan segalanya berjalan sempurna. Eleanor duduk di depan cermin rias, mengenakan gaun putih elegan dengan veil menjuntai di punggungnya. Tangannya sedikit gemetar saat menyentuh gaun itu. "Kau gugup?" suara ibunya terdengar dari belakang. Eleanor menatap ibunya melalui pantulan cermin dan tersenyum tipis. "Sedikit." Ibunya berjalan mendekat, lalu menggenggam tangannya. "Tidak apa-apa merasa gugup. Ini hari besar untukmu." Eleanor mengangguk. "Aku hanya… tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini." Ibunya tersenyum lembut. "Kau dan Nathaniel mungkin sering berdebat, tapi aku bisa melihat bahwa dia memperhatikanmu dengan caranya sendiri." Eleanor tertawa kecil. "Ya, dengan caranya yang menyebal

    Last Updated : 2025-03-15
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 11 – Hidup Bersama Nathaniel

    Malam pertama di rumah Nathaniel, Eleanor mencoba menyesuaikan diri. Setelah Nathaniel keluar dari kamar, ia membereskan beberapa barangnya di dalam lemari. Suasana kamar yang luas dan mewah itu masih terasa asing, tapi tidak ada pilihan lain selain beradaptasi. Setelah selesai, ia masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya dengan piyama yang nyaman. Ia duduk di sofa sambil membaca buku yang dibawanya dari apartemen. Waktu berlalu tanpa terasa, hingga matanya mulai terasa berat. Nathaniel masih belum kembali. Eleanor tidak terlalu peduli, ia hanya naik ke tempat tidur dan menarik selimut. Tidak ada alasan untuk menunggunya. Keesokan paginya, ia terbangun karena suara samar dari luar kamar. Setelah mencuci muka, ia turun ke lantai bawah. Nathaniel sudah duduk di meja makan, menikmati kopi sambil membaca dokumen. Eleanor berjalan mendekat dan duduk di kursi seber

    Last Updated : 2025-03-16
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 12 – Suami Dingin, Istri Canggung

    Pagi hari di rumah Nathaniel terasa berbeda bagi Eleanor. Ia terbangun di tempat tidur luas dengan selimut yang masih rapi di sisi lain. Nathaniel pasti sudah bangun lebih dulu. Setelah mandi dan turun ke lantai bawah, ia melihat pria itu duduk di meja makan dengan kopi dan koran di tangannya. "Selamat pagi," sapa Eleanor sambil berjalan ke dapur. Nathaniel hanya mengangguk tanpa menoleh. Eleanor membuka kulkas, melihat bahan makanan yang ia beli kemarin. Ia memutuskan untuk membuat sarapan. "Kau mau omelet atau roti panggang?" tanyanya. "Apa saja." Eleanor mendengus pelan. "Jawabanmu selalu tidak membantu." Nathaniel hanya menyeruput kopinya. Beberapa menit kemudian, Eleanor meletakkan piring berisi omelet di depannya. Nathaniel menatapnya sebentar seb

    Last Updated : 2025-03-17

Latest chapter

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 42 – Tarikan yang Tak Terhindarkan (Lanjutan)

    Eleanor berjalan menuju kamarnya dengan langkah cepat, tapi pikirannya masih berkecamuk. Pertanyaan Nathaniel tadi terus terngiang di kepalanya. Apa kau mulai merasa nyaman denganku? Ia mendesah pelan, berusaha menepis perasaan aneh yang mulai muncul dalam dirinya. Ini tidak boleh terjadi. Ia tidak boleh lengah. Namun, bayangan tatapan serius Nathaniel dan nada suaranya yang berbeda dari biasanya tetap melekat dalam benaknya. Setelah berganti pakaian dan bersiap untuk pergi, Eleanor turun kembali ke ruang tamu. Nathaniel masih di sana, berdiri dengan kemeja putihnya yang sudah tertata rapi, siap untuk berangkat ke kantor. Saat pria itu melihatnya, ia mengangkat alis. "Kau mau ke butik hari ini?" Eleanor mengangguk. "Ya, ada beberapa hal yang harus aku urus." Nathaniel menatapnya sesaat sebelum akhirnya berkata, "Aku bisa mengantarmu." Eleanor terkejut, lalu buru-bu

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 43 – Kebingungan yang Makin Jelas

    Setelah perjalanan yang terasa lebih lama dari seharusnya, mobil akhirnya berhenti di depan butik Eleanor. Wanita itu buru-buru membuka pintu dan keluar, seolah ingin segera menjauh dari aura mengganggu yang ditimbulkan oleh kehadiran Nathaniel di sisinya. Nathaniel menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. "Aku jemput nanti?" Eleanor menoleh sekilas, mencoba mencari alasan untuk menolak, tapi pada akhirnya hanya mengangguk kecil. "Terserah." Nathaniel tersenyum tipis mendengar jawaban itu. "Baiklah, sampai nanti." Tanpa menunggu lebih lama, Eleanor segera masuk ke dalam butiknya. Ia merasa perlu menenangkan pikirannya sebelum emosinya semakin kacau. Namun, begitu ia melangkah masuk, seorang pegawainya, Lisa, langsung menyambut dengan tatapan penuh selidik. "Kak Eleanor... tadi aku lihat bos besar nganterin kakak?" tanyanya dengan nada penasaran. Eleanor menghela napas panjang. "Jangan

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 40 – Kebiasaan Baru

    Pagi di apartemen terasa lebih tenang dari biasanya. Eleanor terbangun sedikit lebih awal dari alarmnya, matanya masih setengah terpejam saat ia menyadari suasana di sekelilingnya. Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat bahwa ini bukan kamarnya di rumah lama, melainkan apartemen tempat ia tinggal bersama Nathaniel.Ia menghela napas pelan sebelum turun dari tempat tidur. Setelah mencuci muka dan mengganti pakaian, Eleanor keluar dari kamar, sedikit terkejut saat melihat Nathaniel sudah berada di dapur, mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku.Pria itu sedang menuangkan kopi ke dalam cangkirnya sendiri, lalu melirik sekilas ke arah Eleanor. “Pagi.”Eleanor berjalan mendekat. “Kau bangun lebih awal.”Nathaniel menyesap kopinya sebelum menjawab. “Aku memang selalu bangun pagi.”Eleanor mengangguk pelan. Ia sempat melirik meja makan dan menemukan satu cangkir tambahan di sana. “Kau buatkan kopi untukku juga?”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 41 – Perasaan yang Mulai Mengusik

    Malam semakin larut, tetapi Eleanor masih belum bisa tidur. Pikirannya terus berputar, mengingat bagaimana Nathaniel mulai berubah. Ada sesuatu dalam tatapan pria itu, dalam caranya berbicara, yang terasa berbeda.Ia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan napas pelan. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, dan itu membuatnya frustrasi.“Apa aku terlalu banyak berpikir?” gumamnya pelan.Namun, meskipun ia mencoba mengabaikannya, kenyataan bahwa Nathaniel tidak lagi terasa seperti pria dingin yang dulu ia kenal tetap menghantuinya.Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari pintu kamarnya. Eleanor menoleh, sedikit terkejut.“Eleanor,” suara Nathaniel terdengar dari luar. “Kau masih bangun?”Eleanor ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Iya, ada apa?”Nathaniel tidak langsung menjawab. Ada jeda singkat sebelum akhirnya ia berkata, “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 38 – Perasaan yang Makin Sulit Dibantah

    Pagi datang dengan sinar matahari yang perlahan menerobos tirai kamar. Eleanor menggerakkan tubuhnya sedikit, matanya masih setengah terpejam. Ia merasa hangat, lebih nyaman dari biasanya.Saat kesadarannya kembali sepenuhnya, ia menyadari sesuatu—ada lengan kuat yang melingkar di pinggangnya.Jantungnya langsung berdetak lebih cepat. Dengan hati-hati, ia menoleh dan menemukan dirinya berada dalam pelukan Nathaniel.Lelaki itu masih tertidur, napasnya teratur, dan wajahnya tampak lebih tenang dari biasanya. Biasanya, Nathaniel selalu menjaga jarak darinya. Tapi sekarang…Eleanor menelan ludah, tidak yakin harus berbuat apa. Ia mencoba bergerak pelan agar tidak membangunkannya, tetapi saat ia sedikit bergeser, cengkeraman lengan Nathaniel justru mengerat."Jangan gerak," suara Nathaniel terdengar, serak dan dalam.Eleanor membeku. "Kau sudah bangun?"Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang sebelum akhi

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 37 – Kebersamaan yang Mengusik

    Eleanor masih terdiam di tempatnya, merasakan hembusan angin malam yang menyapu wajahnya. Perkataan Nathaniel barusan membuatnya kehilangan kata-kata. Ia tidak menyangka pria itu akan mengatakannya secara langsung seperti itu.Nathaniel tetap berdiri di hadapannya, menunggu reaksi. Tapi Eleanor hanya mengalihkan pandangan, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba tidak teratur."Apa kau selalu mengatakan hal seperti itu kepada semua wanita?" tanya Eleanor akhirnya, berusaha terdengar santai.Nathaniel menatapnya tanpa ekspresi. "Tidak."Jawaban singkat itu justru semakin mengganggunya. Eleanor berdeham pelan, mencoba mengembalikan kontrol atas emosinya. Ia tidak boleh terbawa suasana."Kau terlalu percaya diri, Nathaniel," katanya, berusaha tersenyum sinis. "Aku tidak merasa terganggu."Nathaniel tidak langsung membalas. Ia hanya mengamati Eleanor dengan mata tajamnya, seolah membaca setiap kebohongan kecil dalam kata

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 39 – Makan Malam Bersama Keluarga

    Keesokan harinya, Eleanor berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sebelum pergi. Gaun sederhana berwarna navy yang ia pilih terasa nyaman, dan riasannya cukup natural, tidak terlalu mencolok.Nathaniel yang baru keluar dari kamar mandi sempat meliriknya sekilas. "Kau terlihat baik-baik saja," komentarnya singkat.Eleanor menoleh. "Memangnya aku terlihat buruk sebelumnya?" tanyanya, sedikit mengangkat alis.Nathaniel hanya mengangkat bahu, tak ingin memperpanjang pembicaraan. "Ayo berangkat."Di perjalanan menuju kediaman keluarga Nathaniel, suasana di dalam mobil terasa lebih tenang dari yang ia bayangkan. Nathaniel tidak banyak bicara, hanya sesekali melirik ke luar jendela, sementara Eleanor berusaha menenangkan pikirannya.Begitu mereka tiba, pintu besar rumah keluarga Nathaniel sudah terbuka lebar, menyambut kedatangan mereka. Beberapa pelayan berlalu-lalang, menyiapkan hidangan di ruang makan."Eleanor!" Suara hang

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 36 – Bayangan Masa Lalu

    Eleanor masih berdiri di samping Nathaniel, memperhatikan interaksi pria itu dengan Vivian. Meskipun ekspresi Nathaniel tetap datar, Eleanor bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya. Seperti ada sejarah yang belum ia ketahui.Vivian tersenyum tipis, lalu mengambil segelas sampanye dari pelayan yang lewat. "Jadi, bagaimana kehidupan pernikahanmu, Nathaniel?"Nada suaranya terdengar terlalu santai, seolah-olah ia sedang menunggu jawaban yang menarik.Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Vivian beberapa detik sebelum berkata, "Cukup baik."Vivian mengangkat alis. "Hanya 'cukup baik'?"Eleanor merasakan Vivian sedang mencoba memancing sesuatu. Ia bisa saja diam dan membiarkan Nathaniel menangani ini, tapi tiba-tiba ia merasa tidak ingin membiarkan wanita itu berpikir bahwa dirinya bisa meremehkan mereka.Ia tersenyum manis dan meraih lengan Nathaniel dengan santai. "Mungkin bagi Nathaniel itu 'cukup

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 35 – Undangan yang Tak Bisa Ditolak

    Pagi itu, Eleanor duduk di meja makan, menyeruput kopinya dengan pelan. Matahari pagi masuk melalui jendela besar, menciptakan bayangan lembut di sekeliling ruangan. Namun, pikirannya masih dipenuhi oleh kata-kata Nathaniel tadi malam."Karena kamu adalah istriku."Kalimat itu sederhana, tapi entah kenapa, ada sesuatu di dalamnya yang terasa lebih dari sekadar pernyataan biasa.Nathaniel duduk di seberangnya, menikmati sarapannya seperti biasa. Tatapan Eleanor sesekali melirik pria itu, tapi ia tidak mengatakan apa-apa."Aku akan menjemputmu pukul tujuh malam," ujar Nathaniel tiba-tiba tanpa menoleh.Eleanor meletakkan cangkir kopinya dan menatapnya. "Aku belum bilang aku setuju untuk datang."Nathaniel akhirnya mengangkat kepalanya, menatap Eleanor dengan santai. "Aku tahu kamu akan datang."Eleanor mendengus. "Kenapa kamu terdengar begitu yakin?"Nathaniel menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tetap tena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status