Home / Rumah Tangga / Terpaksa menjadi istri dadakan CEO / Bab 42 – Tarikan yang Tak Terhindarkan (Lanjutan)

Share

Bab 42 – Tarikan yang Tak Terhindarkan (Lanjutan)

Author: Cludsydayss
last update Last Updated: 2025-03-31 09:00:39

Eleanor berjalan menuju kamarnya dengan langkah cepat, tapi pikirannya masih berkecamuk. Pertanyaan Nathaniel tadi terus terngiang di kepalanya.

Apa kau mulai merasa nyaman denganku?

Ia mendesah pelan, berusaha menepis perasaan aneh yang mulai muncul dalam dirinya. Ini tidak boleh terjadi. Ia tidak boleh lengah.

Namun, bayangan tatapan serius Nathaniel dan nada suaranya yang berbeda dari biasanya tetap melekat dalam benaknya.

Setelah berganti pakaian dan bersiap untuk pergi, Eleanor turun kembali ke ruang tamu. Nathaniel masih di sana, berdiri dengan kemeja putihnya yang sudah tertata rapi, siap untuk berangkat ke kantor.

Saat pria itu melihatnya, ia mengangkat alis. "Kau mau ke butik hari ini?"

Eleanor mengangguk. "Ya, ada beberapa hal yang harus aku urus."

Nathaniel menatapnya sesaat sebelum akhirnya berkata, "Aku bisa mengantarmu."

Eleanor terkejut, lalu buru-bu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 1 – Kabar yang Mengubah Segalanya

    Langit sore menjingga ketika Eleanor Windsor menyelesaikan lukisan terakhirnya di balkon apartemen kecilnya. Aroma cat minyak masih menggantung di udara saat ia menyandarkan tubuh di kursi kayu, membiarkan angin sepoi-sepoi mengusap wajahnya. Hidupnya sederhana, bebas tanpa aturan, dan ia menyukainya seperti itu.Dering ponselnya memecah ketenangan. Ia melirik layar dan melihat nama ayahnya. Sedikit heran, ia mengangkatnya."Eleanor, pulang sekarang. Ada hal penting yang harus kita bicarakan."Nada tegas tanpa basa-basi itu membuatnya mengernyit. Sangat jarang ayahnya, seorang pengusaha sukses di bidang real estate, berbicara seserius ini. Namun, ia tidak curiga. Mungkin hanya urusan keluarga biasa.Namun, saat ia tiba di rumah besar keluarga Windsor, suasana lebih berat dari biasanya. Ayahnya duduk dengan ekspresi serius, sementara ibunya berdiri dengan wajah sulit dibaca."Ada apa?" Eleanor bertanya.Ayahnya menatapnya lurus sebelum akhirnya berkata, "Kamu akan menikah."Eleanor ter

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 2 — Kesepakatan yang Mustahil

    Eleanor membanting pintu kamar begitu tiba di rumah."Ugh, dasar pria menyebalkan!" gumamnya, melempar tas tangan ke sofa.Seharusnya ia sudah tahu sejak awal kalau makan malam itu akan jadi bencana, tapi tetap saja, Nathaniel Aldric lebih arogan dari yang ia bayangkan. Bahkan pria itu tidak berusaha bersikap sedikit lebih menyenangkan!Eleanor berjalan mondar-mandir, masih kesal membayangkan betapa santainya Nathaniel menghadapi pernikahan ini. Seolah menikah dengannya hanya formalitas bisnis tanpa perasaan."Astaga, aku harus hidup dengan orang seperti itu?" keluhnya sambil mengacak rambut.Baru saja ia ingin menjatuhkan diri ke tempat tidur, ponselnya bergetar. Ia meraihnya dengan kasar, mengira itu pesan dari ibunya yang menyuruhnya bersikap lebih dewasa.Tapi ternyata bukan.Nathaniel Aldric:"Aku harap kau menikmati makan malam tadi. Karena ini baru awal."Eleanor menatap layar ponsel dengan mulut sedikit menganga."Apa maksud pria ini? Baru awal?"Dengan kesal, ia mengetik bala

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 3 —Awal Kegaduhan

    Eleanor pikir setelah pertemuan itu, Nathaniel akan membiarkannya hidup dengan tenang setidaknya untuk beberapa hari. Tapi ternyata, harapannya terlalu naif.Pagi ini, ia baru saja selesai mandi ketika ponselnya bergetar di meja. Dengan rambut masih basah, ia mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk.Nathaniel Aldric:"Aku menunggumu di depan rumah. Lima menit."Eleanor hampir menjatuhkan ponsel dari tangannya."APA?!"Ia buru-buru berlari ke jendela kamarnya, menarik tirai, dan benar saja—sebuah mobil hitam mengilap sudah terparkir di depan rumah. Nathaniel berdiri di sampingnya, bersandar santai dengan tangan di saku celana.Dengan jantung hampir copot, Eleanor mengetik balasan secepat mungkin.Eleanor Windsor:"Kau ngapain di sini?! Aku belum siap!"Tidak sampai sepuluh detik, Nathaniel membalas.Nathaniel Aldric:"Tinggal berdandan dan turun. Aku tidak suka menunggu."Eleanor mendengus kesal. Pria ini benar-benar…!Ia buru-buru berdandan seadanya, lalu berlari turun. Begitu kel

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 4 — Kabar yang Menyebar

    Pagi itu, Eleanor baru saja turun dari kamarnya dengan mata setengah tertutup saat ponselnya bergetar tanpa henti di meja makan.Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan menoleh. “Teman-temanmu ribut sekali pagi ini. Dari tadi HP-mu nggak berhenti berbunyi.”Eleanor menguap kecil sebelum meraih ponselnya. Begitu melihat deretan notifikasi yang masuk, ia langsung tersadar seketika.Grup Chat – Geng GilaLana: ELEANOR! APAKAH INI BENAR?!Mia: LO DIJODOHIN SAMA NATHANIEL ALDRIC?Lana: KENAPA LO NGGAK BILANG DARI KEMARIN-KEMARIN?!Mia: CEPET JAWAB SEBELUM KAMI DATANG KE RUMAH LO!Eleanor hampir menjatuhkan ponselnya. Dari mana mereka tahu?!Ia buru-buru membuka media sosial dan matanya langsung membesar saat melihat sebuah unggahan yang mulai viral.Nathaniel Aldric Terlihat Bersama Seorang Wanita di Makan Malam Keluarga—Apakah Ini Tanda-Tanda Pernikahan?Berbagai foto yang diambil diam-diam terpampang jelas. Salah satunya adalah saat Nathaniel menggenggam tangannya di meja makan.Eleanor la

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 5 — Gala dan Gadis Misterius

    Malam yang dinanti tiba. Eleanor menatap bayangannya di cermin, sedikit ragu dengan gaun navy elegan yang membalut tubuhnya. Rambutnya disanggul dengan beberapa helai tergerai, memberi kesan anggun sekaligus santai.Lana dan Mia yang berdiri di belakangnya langsung bersiul.“Gila, kalau gue jadi cowok, pasti langsung jatuh cinta,” komentar Lana.Mia mengangguk. “Nggak nyangka Nathaniel punya selera bagus.”Eleanor mendengus. “Pasti asistennya yang pilih.”Lana tertawa. “Tetep aja, kasih dia nilai plus kali ini.”Eleanor hanya menghela napas sebelum mengambil clutch bag-nya. “Oke, gue berangkat.”Mia tersenyum lebar. “Jangan lupa ceritain semuanya nanti!”Begitu keluar rumah, sebuah mobil mewah sudah menunggu. Seorang sopir membukakan pintu.“Selamat malam, Nona Eleanor. Tuan Nathaniel sudah menunggu di venue.”Eleanor mengangguk dan masuk. Sesampainya di venue, kilatan kamera langsung menyambutnya. Ia hampir mundur, tapi sopir sudah membukakan pintu. Dengan napas panjang, ia turun dan

    Last Updated : 2025-03-11
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 6 – Rahasia yang Mulai Terungkap

    Eleanor tidak bisa tidur malam itu. Pikirannya masih dipenuhi dengan apa yang terjadi di gala. Wajah Vanessa, percakapan misteriusnya dengan Annelise, dan cara Nathaniel bersikap seolah semua itu bukan sesuatu yang penting—semuanya terus berputar di kepalanya. Siapa sebenarnya Vanessa? Dan apa yang ia bicarakan dengan Annelise? Eleanor mencoba mengabaikan pikirannya, tapi rasa penasaran terus menghantuinya. Ia membalikkan tubuh di tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan perasaan gelisah. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan Vanessa selalu muncul. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Ia baru saja akan turun ke dapur untuk mengambil segelas kopi ketika ponselnya berbunyi. Nathaniel Aldric menelepon. Eleanor mengerang frustrasi sebelum akhirnya mengangkat telepon dengan malas. “Apa?” Suara Nathaniel terdengar tenang seperti biasa. “Aku menjemputmu dalam lima belas menit. Kita akan pergi.” Eleanor mengernyit. “Pergi ke mana?

    Last Updated : 2025-03-11
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 7 – Bayangan di Balik Masa Lalu

    Eleanor menatap layar ponselnya dengan jantung berdebar. Pesan itu… terasa seperti peringatan. Ia menggigit bibir, mencoba mengabaikannya. Mungkin ini hanya lelucon? Tapi siapa yang akan mengiriminya pesan seperti itu? Tak ingin berpikir lebih jauh, ia menghela napas dan meletakkan ponselnya di samping bantal. Namun, bahkan saat ia mencoba tidur, pikirannya terus dihantui kata-kata di pesan tadi. Keesokan paginya, Eleanor bangun dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Tidur semalam rasanya sia-sia. Saat ia menyeret tubuhnya keluar kamar, ibunya sudah duduk di ruang makan dengan tatapan serius. "Eleanor, duduklah sebentar," kata ibunya. Eleanor mengerutkan kening. "Ada apa, Bu?" Ibunya menggeser majalah ke arahnya. Di sampul depan, ada foto Nathaniel dengan seorang wanita. "CEO Muda Nathaniel Aldric Terlihat Bertemu dengan Wanita Misterius—Apakah Ini Akhir dari Pertunangannya?"

    Last Updated : 2025-03-14
  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 8 – Ancaman yang Tak Terlihat

    Eleanor duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya dengan ekspresi serius. Pesan yang baru saja ia terima membuat jantungnya berdebar dengan tidak nyaman. "Kau pikir dia benar-benar mencintaimu? Jangan terlalu percaya. Tidak semua yang terlihat indah itu nyata." Kalimat itu singkat, tetapi cukup untuk menimbulkan rasa waspada dalam dirinya. Siapa yang mengirim pesan ini? Vanessa? Atau seseorang yang bahkan tidak ia ketahui? Ia menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan perasaan gelisah yang mulai merayap di hatinya. Ia menghela napas panjang dan mematikan layar ponselnya, berharap bisa melupakan pesan itu. Namun, kata-kata tersebut terus terngiang di kepalanya sepanjang malam. Tidurnya gelisah. Berulang kali ia terbangun dan memeriksa ponselnya, berharap ada pesan lain yang mungkin menjelaskan maksud dari peringatan tersebut. Namun, tidak ada pesan lanjutan. Keesokan paginya, Eleanor memutuskan untuk pergi k

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 42 – Tarikan yang Tak Terhindarkan (Lanjutan)

    Eleanor berjalan menuju kamarnya dengan langkah cepat, tapi pikirannya masih berkecamuk. Pertanyaan Nathaniel tadi terus terngiang di kepalanya. Apa kau mulai merasa nyaman denganku? Ia mendesah pelan, berusaha menepis perasaan aneh yang mulai muncul dalam dirinya. Ini tidak boleh terjadi. Ia tidak boleh lengah. Namun, bayangan tatapan serius Nathaniel dan nada suaranya yang berbeda dari biasanya tetap melekat dalam benaknya. Setelah berganti pakaian dan bersiap untuk pergi, Eleanor turun kembali ke ruang tamu. Nathaniel masih di sana, berdiri dengan kemeja putihnya yang sudah tertata rapi, siap untuk berangkat ke kantor. Saat pria itu melihatnya, ia mengangkat alis. "Kau mau ke butik hari ini?" Eleanor mengangguk. "Ya, ada beberapa hal yang harus aku urus." Nathaniel menatapnya sesaat sebelum akhirnya berkata, "Aku bisa mengantarmu." Eleanor terkejut, lalu buru-bu

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 43 – Kebingungan yang Makin Jelas

    Setelah perjalanan yang terasa lebih lama dari seharusnya, mobil akhirnya berhenti di depan butik Eleanor. Wanita itu buru-buru membuka pintu dan keluar, seolah ingin segera menjauh dari aura mengganggu yang ditimbulkan oleh kehadiran Nathaniel di sisinya. Nathaniel menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. "Aku jemput nanti?" Eleanor menoleh sekilas, mencoba mencari alasan untuk menolak, tapi pada akhirnya hanya mengangguk kecil. "Terserah." Nathaniel tersenyum tipis mendengar jawaban itu. "Baiklah, sampai nanti." Tanpa menunggu lebih lama, Eleanor segera masuk ke dalam butiknya. Ia merasa perlu menenangkan pikirannya sebelum emosinya semakin kacau. Namun, begitu ia melangkah masuk, seorang pegawainya, Lisa, langsung menyambut dengan tatapan penuh selidik. "Kak Eleanor... tadi aku lihat bos besar nganterin kakak?" tanyanya dengan nada penasaran. Eleanor menghela napas panjang. "Jangan

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 40 – Kebiasaan Baru

    Pagi di apartemen terasa lebih tenang dari biasanya. Eleanor terbangun sedikit lebih awal dari alarmnya, matanya masih setengah terpejam saat ia menyadari suasana di sekelilingnya. Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat bahwa ini bukan kamarnya di rumah lama, melainkan apartemen tempat ia tinggal bersama Nathaniel.Ia menghela napas pelan sebelum turun dari tempat tidur. Setelah mencuci muka dan mengganti pakaian, Eleanor keluar dari kamar, sedikit terkejut saat melihat Nathaniel sudah berada di dapur, mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku.Pria itu sedang menuangkan kopi ke dalam cangkirnya sendiri, lalu melirik sekilas ke arah Eleanor. “Pagi.”Eleanor berjalan mendekat. “Kau bangun lebih awal.”Nathaniel menyesap kopinya sebelum menjawab. “Aku memang selalu bangun pagi.”Eleanor mengangguk pelan. Ia sempat melirik meja makan dan menemukan satu cangkir tambahan di sana. “Kau buatkan kopi untukku juga?”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 41 – Perasaan yang Mulai Mengusik

    Malam semakin larut, tetapi Eleanor masih belum bisa tidur. Pikirannya terus berputar, mengingat bagaimana Nathaniel mulai berubah. Ada sesuatu dalam tatapan pria itu, dalam caranya berbicara, yang terasa berbeda.Ia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan napas pelan. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, dan itu membuatnya frustrasi.“Apa aku terlalu banyak berpikir?” gumamnya pelan.Namun, meskipun ia mencoba mengabaikannya, kenyataan bahwa Nathaniel tidak lagi terasa seperti pria dingin yang dulu ia kenal tetap menghantuinya.Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari pintu kamarnya. Eleanor menoleh, sedikit terkejut.“Eleanor,” suara Nathaniel terdengar dari luar. “Kau masih bangun?”Eleanor ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Iya, ada apa?”Nathaniel tidak langsung menjawab. Ada jeda singkat sebelum akhirnya ia berkata, “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.”

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 38 – Perasaan yang Makin Sulit Dibantah

    Pagi datang dengan sinar matahari yang perlahan menerobos tirai kamar. Eleanor menggerakkan tubuhnya sedikit, matanya masih setengah terpejam. Ia merasa hangat, lebih nyaman dari biasanya.Saat kesadarannya kembali sepenuhnya, ia menyadari sesuatu—ada lengan kuat yang melingkar di pinggangnya.Jantungnya langsung berdetak lebih cepat. Dengan hati-hati, ia menoleh dan menemukan dirinya berada dalam pelukan Nathaniel.Lelaki itu masih tertidur, napasnya teratur, dan wajahnya tampak lebih tenang dari biasanya. Biasanya, Nathaniel selalu menjaga jarak darinya. Tapi sekarang…Eleanor menelan ludah, tidak yakin harus berbuat apa. Ia mencoba bergerak pelan agar tidak membangunkannya, tetapi saat ia sedikit bergeser, cengkeraman lengan Nathaniel justru mengerat."Jangan gerak," suara Nathaniel terdengar, serak dan dalam.Eleanor membeku. "Kau sudah bangun?"Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang sebelum akhi

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 37 – Kebersamaan yang Mengusik

    Eleanor masih terdiam di tempatnya, merasakan hembusan angin malam yang menyapu wajahnya. Perkataan Nathaniel barusan membuatnya kehilangan kata-kata. Ia tidak menyangka pria itu akan mengatakannya secara langsung seperti itu.Nathaniel tetap berdiri di hadapannya, menunggu reaksi. Tapi Eleanor hanya mengalihkan pandangan, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba tidak teratur."Apa kau selalu mengatakan hal seperti itu kepada semua wanita?" tanya Eleanor akhirnya, berusaha terdengar santai.Nathaniel menatapnya tanpa ekspresi. "Tidak."Jawaban singkat itu justru semakin mengganggunya. Eleanor berdeham pelan, mencoba mengembalikan kontrol atas emosinya. Ia tidak boleh terbawa suasana."Kau terlalu percaya diri, Nathaniel," katanya, berusaha tersenyum sinis. "Aku tidak merasa terganggu."Nathaniel tidak langsung membalas. Ia hanya mengamati Eleanor dengan mata tajamnya, seolah membaca setiap kebohongan kecil dalam kata

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 39 – Makan Malam Bersama Keluarga

    Keesokan harinya, Eleanor berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya sebelum pergi. Gaun sederhana berwarna navy yang ia pilih terasa nyaman, dan riasannya cukup natural, tidak terlalu mencolok.Nathaniel yang baru keluar dari kamar mandi sempat meliriknya sekilas. "Kau terlihat baik-baik saja," komentarnya singkat.Eleanor menoleh. "Memangnya aku terlihat buruk sebelumnya?" tanyanya, sedikit mengangkat alis.Nathaniel hanya mengangkat bahu, tak ingin memperpanjang pembicaraan. "Ayo berangkat."Di perjalanan menuju kediaman keluarga Nathaniel, suasana di dalam mobil terasa lebih tenang dari yang ia bayangkan. Nathaniel tidak banyak bicara, hanya sesekali melirik ke luar jendela, sementara Eleanor berusaha menenangkan pikirannya.Begitu mereka tiba, pintu besar rumah keluarga Nathaniel sudah terbuka lebar, menyambut kedatangan mereka. Beberapa pelayan berlalu-lalang, menyiapkan hidangan di ruang makan."Eleanor!" Suara hang

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 36 – Bayangan Masa Lalu

    Eleanor masih berdiri di samping Nathaniel, memperhatikan interaksi pria itu dengan Vivian. Meskipun ekspresi Nathaniel tetap datar, Eleanor bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya. Seperti ada sejarah yang belum ia ketahui.Vivian tersenyum tipis, lalu mengambil segelas sampanye dari pelayan yang lewat. "Jadi, bagaimana kehidupan pernikahanmu, Nathaniel?"Nada suaranya terdengar terlalu santai, seolah-olah ia sedang menunggu jawaban yang menarik.Nathaniel tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Vivian beberapa detik sebelum berkata, "Cukup baik."Vivian mengangkat alis. "Hanya 'cukup baik'?"Eleanor merasakan Vivian sedang mencoba memancing sesuatu. Ia bisa saja diam dan membiarkan Nathaniel menangani ini, tapi tiba-tiba ia merasa tidak ingin membiarkan wanita itu berpikir bahwa dirinya bisa meremehkan mereka.Ia tersenyum manis dan meraih lengan Nathaniel dengan santai. "Mungkin bagi Nathaniel itu 'cukup

  • Terpaksa menjadi istri dadakan CEO   Bab 35 – Undangan yang Tak Bisa Ditolak

    Pagi itu, Eleanor duduk di meja makan, menyeruput kopinya dengan pelan. Matahari pagi masuk melalui jendela besar, menciptakan bayangan lembut di sekeliling ruangan. Namun, pikirannya masih dipenuhi oleh kata-kata Nathaniel tadi malam."Karena kamu adalah istriku."Kalimat itu sederhana, tapi entah kenapa, ada sesuatu di dalamnya yang terasa lebih dari sekadar pernyataan biasa.Nathaniel duduk di seberangnya, menikmati sarapannya seperti biasa. Tatapan Eleanor sesekali melirik pria itu, tapi ia tidak mengatakan apa-apa."Aku akan menjemputmu pukul tujuh malam," ujar Nathaniel tiba-tiba tanpa menoleh.Eleanor meletakkan cangkir kopinya dan menatapnya. "Aku belum bilang aku setuju untuk datang."Nathaniel akhirnya mengangkat kepalanya, menatap Eleanor dengan santai. "Aku tahu kamu akan datang."Eleanor mendengus. "Kenapa kamu terdengar begitu yakin?"Nathaniel menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tetap tena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status