Share

TMK (Bab 4)

Jangan lupa subscribe cerita ini ya. Beri bintang 5. Follow juga akun f* dan tiktokku.

F*: Za Alana

Tiktok: @miss_alana_author

*

“Ayolah, Run. Aku udah gak bisa nunggu lama lagi."

Aku yang sedang berdiri di depan cermin yang berada di dalam kamar mandi, tampak memejamkan mata saat mendengar suara tersebut.

Bahkan saat ini aku sudah mengenakan pakaian tidur pendek berwarna hitam yang kontras dengan warna kulitku yang putih. Banyak orang bilang kalau aku ini cantik meski tanpa pulasan make up. Bahkan ada yang menyebutku sebagai kembang desa.

“Sebentar, Mas,” ucapku dengan lirih.

Aku menangis tanpa suara. Malam ini terpaksa aku harus ambil keputusan yang mungkin akan kusesali seumur hidupku demi uang 200 juta, untuk biaya operasi suamiku. 

“Gak apa-apa. Anggap saja ini sebagai baktiku kepada suamiku,” gumamku di tengah kepedihan hatiku. “Aku yakin kalau Allah juga mengerti dengan keputusanku ini. Aku tak punya pilihan lain.”

Aku usap wajahku yang basah karena air mata lalu aku kuatkan langkahku untuk melangkah keluar dari kamar mandi menuju kamar yang bahkan cahayanya sudah dibuat redup. 

Dengan tatapan mata yang penuh dengan ketidak ikhlasan, aku melihat Mas Bisma sudah menungguku. Ada perjanjian diantara aku dan mas Bisma yang telah kusetujui dan harus kujalani.

‘Ya Allah … haruskah? Kenapa tidak ada pilihan lain di saat sulit seperti ini?’ batinku, mencoba mengeluhkan kondisi ini pada Allah. 

Sebelumnya saat masih berada di ruang tamu, Mas Bisma akhirnya bersuara setelah hening cukup lama.

“Aku akan memberimu uang bukan hanya 200 juta tapi 300 juta,” ucapnya.

Aku membelalakkan kedua mataku. Seumur-umur aku bekerja di rumah ini, baru kali ini aku merasa senang mendengar kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki urakan ini.

Bagaimana tidak kusebut sebagai laki-laki urakan. Lihat saja pakaiannya. Celana jeansnya robek-robek. Dia memakai jaket kulit yang modelnya saja gak jelas. Rambutnya gondrong dan selalu diikat ke belakang. Belum lagi ada piercing anting di kedua telinga dan di ujung alisnya. 

Bahkan kudengar dia anggota band beraliran rock alternatif. Kata ibuku biasanya laki-laki urakan seperti dia itu pergaulan tidak jauh dari hal-hal yang dilarang Allah.

Aku bergidik ngeri membayangkannya. Benar-benar manusia dur-h∆k∆ di mataku.

“Benarkah, Mas?” tanyaku dengan kelegaan tak terkira dalam hatiku.

“Iya. Tapi ada syaratnya.”

Kulihat wajahnya tampak mencurigakan. Terkesan datar dan penuh teka-teki.

“Apa itu?”

“Kamu harus mau jadi milikku seutuhnya. Setelah 6 kali pertemuan, aku anggap semua lunas.”

DEG!

Rasanya tubuhku seperti sedang dihempaskan ke jurang paling dalam mendengar ucapannya. Aku semakin jijik pada laki-laki ini.

Telepon genggamku kembali berdering. Rupanya ibu mertuaku yang menghubungiku.

“Gimana? Udah dapat uangnya?” tanyanya. Seolah tak peduli meski aku harus mengadaikan nyawaku sekalipun.

Wanita itu terus saja menekanku. Aku yang merasa kalut akhirnya gelap mata. Aku menyanggupi syarat dari mas Bisma.

Dan saat ini, aku hanya bisa pasrah sambil memejamkan kedua mata saat merasakan nafas mas Bisma menyatu denganku, tanpa bisa kutolak lagi.

'Mas Ihsan, lihat aku! Bahkan aku harus rela ada dalam kondisi seperti ini hanya demi mendapatkan biaya operasimu, Mas!" jeritku dalam hati. Berharap suamiku tak pernah menyalahkanku andai tahu kenyataan yang sesungguhnya.

“Bersiaplah, Run. Aku akan segera menuntaskannya,” bisiknya di telingaku hingga membuat bulu kudukku terasa meremang. 

“Jangan kasar, Mas. Soalnya–”

“Iya. Aku paham kok. Lagian aku juga masih newbie,” ucapnya.

Aku mengerutkan kening saat dia menyebutkan kata ‘Newbie’ yang bahkan tidak aku ketahui apa artinya. Tapi aku tak peduli. Yang pasti malam ini aku harus merelakan hal yang selama dua puluh dua tahun aku jaga padanya.

Ya, aku dan mas Ihsan memang belum sempat melewati indahnya malam bahagia sebagai pasangan suami istri.

Entahlah, Mas Ihsan selalu mengatakan belum siap untuk melewatinya. Padahal dari yang pernah kudengar, bahwa seorang laki-laki yak butuh cinta saat ingin menjalani kewajibannya.

“Argh!”

Aku memekik kencang saat kurasakan hal telah kujaga selama dua puluh dua tahun kini telah hilang dari genggaman tanganku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status