Share

Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin
Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin
Author: Chocoday

Pernikahan Tanpa Cinta

Author: Chocoday
last update Last Updated: 2024-11-21 21:00:19

Pria berjas hitam, gagah nan tampan dengan wanita yang cantik dengan balutan gaun pernikahan di sampingnya, masuk ke rumah mewah bernuansa hitam itu.

Koper yang cukup besar itu didorong hingga menabrak pintu kamar yang masih tertutup dekat dengan dapur.

"Itu kamar kamu," ucap laki-laki berjas hitam itu.

Iya, laki-laki itu bernama Jevano Naratama. CEO yang terkenal dengan wajah dingin dan sifat gila kerjanya. Suami dari Anna Safira, gadis 25 tahun yang terpaksa menikah dengannya.

"Kamar kita kayaknya kecil, Mas," timpal Anna.

Jevano malah mendengus, "kita? Kamu pikir kita akan tidur sekamar?"

"Lah terus gimana? Emangnya beda ya Mas?" tanya Anna.

Jevano tersenyum remeh, "ya beda lah. Gila banget mau sekamar sama Aku."

"Tapi kan kita udah menikah Mas. Udah sepatutnya kita sebagai suami istri tidur sekamar," timpal Anna.

Lagi-lagi Jevano tersenyum remeh, "menikah?"

"Kita memang sudah menikah tapi bukan berarti saya akan jadi suami kamu," sambungnya.

"Jangan pernah berharap sedikitpun!" tekannya lalu pergi naik ke lantai atas.

Anna hanya menghela napasnya berat.

"Kenapa sih Yah?" gumam Anna.

"Kenapa harus Anna yang tanggung semuanya? Tubuh Anna masih kurang luka? Luka dari orang tua aja belum sembuh sekarang Ayah malah tambah luka aku dengan suami dan hidup di rumah yang seperti neraka ini," gumam Anna kembali sembari menarik koper besarnya masuk ke kamar.

Wanita itu menghela napasnya, melihat kamar yang sudah berdebu bahkan sepertinya tidak pernah dibersihkan sebelumnya.

Suara ketukan pintu terdengar, Anna langsung membukanya lalu mengulas senyumannya pada wanita paru baya yang kini berhadapan dengannya.

"sini nyonya biar saya bersihkan kamarnya," ucapnya.

"Ibu ini-"

"Panggil aja Bi Ani, nyonya."

Anna mengangguk, "panggilnya Mbak aja Bi. Saya gak pantes dipanggil nyonya."

"Loh kenapa?" tanyanya, "kan sudah jadi istrinya Tuan berarti saya harus panggilnya nyonya."

Aku hanya menyimpulkan senyuman mendengarnya.

Baru saja Bi Ani akan membersihkan kamarnya, Jevano dengan suara lantangnya itu meminta Bi Ani untuk menyajikan kopi hitamnya.

"Biar saya aja Bi, gak apa-apa," ucap Anna dengan senyumannya.

Bi Ani mengangguk, apalagi memang sudah sepatutnya Anna sebagai istri yang menyajikan kopi untuk sang suami.

Anna dengan santainya naik ke ruang kerja Jevano yang berseberangan dengan kamar suaminya itu.

Wanita cantik itu mengulas senyumannya lalu masuk ke ruang kerja dengan kopi hangatnya.

Jevano dengan tatapan dinginnya itu mendelik, "kamu ngapain ke sini?" tanyanya.

"Anna antarkan kopi buat Mas," jawab Anna sembari menaruh kopinya di meja.

"Saya mintanya Bi Ani, bukan kamu," ucapnya.

"Ya gak apa-apa Mas. Kan Aku istri kamu, emang udah seharusnya sama Aku kan?" tukas Anna.

Jevano menatapnya sinis, ia beranjak dari kursinya lalu berhadapan dengan sang istri yang kini setengah ketakutan melihat tatapan suaminya.

Dengan santainya, Jevano menyiramkan kopi hangatnya itu pada tubuh anna hingga wanita itu menjerit kesakitan.

"Keluar kamu, saya gak mau liat kamu lagi! Sekali lagi kamu masuk ke sini. Saya akan lebih parah memperlakukan kamu," ancam Jevano sembari menunjuk pintu ruangan dengan tatapannya yang begitu kesal.

Tubuh anna gemetar turun melalui banyaknya anak tangga. Bi Ani yang melihatnya terkejut dan langsung memapah wanita itu masuk ke kamar.

"Kok nyonya bisa kayak gini? Disiram sama Tuan Jevano?" tanyanya sembari membersihkan noda kopinya dengan pelan karena kulit yang mulai memerah.

"Gak apa-apa kok Bi. Cuman barusan katanya terlalu panas aja, makanya Mas Jevano gak suka," jawab Anna.

Bi Ani hanya menyimpulkan senyumannya. Padahal wanita paru baya itu tahu tentang pernikahan Anna dan tuannya, yang jelas pernikahan ini hanya menjadi jurang untuk Anna.

Keesokan paginya, suara ketukan pintu terdengar begitu keras hingga Anna terbangun dengan tubuhnya yang kini cukup panas.

Ia buka dengan tangan lemahnya, tenaganya bahkan hampir terkuras habis karena membereskan kamar yang sangat berdebu bersama Bi Ani kemarin, belum lagi dengan siraman kopi yang kini membuat tubuhnya terasa perih untuk memakai pakaian.

"Ada apa Mas?" tanya Anna melirih.

"Ada apa, Ada apa. Kamu harus tau diri dong, tinggal jangan cuman numpang doang di sini! Bantuin Bi Ani tuh bersih-bersih," suruh Jevano dengan nada tingginya.

"Tapi badan anna lagi gak enak Mas. Nanti aja ya agak siangan," bujuk Anna pada suaminya.

"Gak usah banyak alasan kamu, saya gak mau tau. Sekarang juga kamu harus pergi ke pasar, beli keperluan buat sebulan," ucap Jevano.

Anna menjulurkan telapak tangannya.

"Apa?" tanya Jevano.

"Uangnya mana?" tanya Anna memintanya.

Jevano memberikan kartu ATM nya, "di sini ada jatah dapur untuk 1 bulan."

Anna hanya mengangguk, lalu bersiap dengan pakaian seadanya dan tubuhnya yang lemas itu.

Tidak lupa wanita itu meminta Bi Ani untuk menuliskan apa saja yang harus dibelinya.

"Mbak gimana kalau bibi aja yang belanja?" tanyanya.

"Gak usah Bi. Bibi di rumah aja," tolak Anna.

Setelah memastikan catatannya selesai, Anna pergi dengan taksi online yang dipesannya. Sesampainya di pasar, wanita itu mulai membeli beberapa sayuran dan lauk pauk. Sedangkan sabun dan lainnya akan ia beli di supermarket.

Hari sudah mulai siang, terik matahari terasa menyorot penuh pada Anna yang kini membawa banyak barang di tangannya.

Wanita itu menghela napasnya berat, "panas banget hari ini."

Ia buru-buru masuk ke Supermarket untuk membeli barang yang lain. Bahkan keranjang supermarket saja akan penuh kembali.

Bagaimana Anna yang bertubuh kecil itu membawa barang belanjaan ini semua?

Berulang kali ia berhenti untuk membenahi kantong-kantong yang cukup banyak karena taksi yang dia pesan terparkir cukup jauh dari pintu masuk.

Seseorang menahan tangannya, "mbak butuh bantuan?" tanyanya.

Anna menoleh tersenyum padanya, "gak usah. Saya bisa kok."

"Gak apa-apa Mbak! sini biar saya yang bawa beberapa," ucapnya sembari merebut kantong plastik dari tangan Anna.

Anna tersenyum, "makasih Mas."

"Sama-sama, yuk!" ajaknya diangguki oleh Anna dengan cepat.

Wanita itu berjalan menuju parkiran, taksi online itu sudah menunggunya cukup lama.

"Mbak kemana dulu sih lama banget!" protes supirnya.

"Maaf Mas! Saya tadi kebanyakan bawa barangnya," ungkapku.

"Alasan," timpal sang supir membuat Anna ikut kesal.

Anna berbalik pada laki-laki yang membawa belanjaannya itu, "makasih ya Mas!"

"Sama-sama," jawabnya dengan senyuman manis.

Anna langsung masuk dan berjalan begitu saja. Ia hanya ucapkan rasa terima kasihnya setelah ditawari bantuan oleh orang lain.

Laki-laki itu cukup manis dengan tubuh yang semampai hampir sama dengan suaminya.

"loh iya Lupa nanyain namanya," ujar Anna menepuk jidatnya.

"Udah lah gak bakal ketemu lagi ini," ucap Anna kembali.

Sepanjang perjalanan, Anna memilih untuk tidur setelah berbelanja yang cukup lama dan juga kekurangan tidur karena semalam.

"Lama banget kamu, abis darimana aja?" tanya Jevano.

Related chapters

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Suami dan Istri

    "Abis belanja Mas. kan kamu juga suruh beli sabun makanya harus pergi ke sana kemari selain ke pasar," jawab Anna langsung melengos ke dapur dengan kantong belanjaannya. Setelahnya, Jevano meminta Anna memasak sarapan untuknya. Laki-laki itu akan bersiap sembari menunggu masakan sang istri selesai. Beberapa waktu berlalu, nasi goreng dengan ceplok telur mata sapi di atasnya sudah tersaji sesuai dengan permintaan Jevano tadi. "Mas udah selesai nih!" ucap Anna dengan senyuman senangnya. Jevano duduk pada kursi meja makan. Laki-laki itu mulai mencicipi masakannya bahkan mulai menikmati nasi goreng buatan istrinya. Anna mengulas senyumannya, bersyukur sang suami sepertinya menyukai nasi goreng yang ia buatkan. Sekalipun tidak ada kata terima kasih sedikitpun keluar dari mulut laki-laki dingin itu. Bahkan setelah makanannya itu habis, Jevano langsung pergi begitu saja tanpa berpamitan pad

    Last Updated : 2024-11-22
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Hidup masing-masing

    Malamnya, Jevano menggedor pintu kamar Anna hingga Anna yang sedang sholat pun terburu-buru bangkit dari sejadah setelah salam. "Ada apa sih? Bisa gak pelan-pelan, kan ini lagi waktunya sholat," ucap Anna dengan wajah kesal. "Bikinin saya makan malam," pintanya lalu melengos begitu saja. Anna mengepal tangannya kuat, "kalau aja Ayah gw gak punya hutang, males banget harus nikah sama dia." "Ayah!! Anna gak akan pernah anggap Ayah sebagai orang tua Anna lagi. Ayah tega banget jual Anna sama laki-laki gak tau diri ini," gerutu Anna dengan kesalnya. Wanita itu emang sudah biasa dengan perilaku sang ayah yang sering mabuk dan judi. Tidak jarang juga Anna sering menjadi pelampiasan emosinya setelah ditinggal sang istri beberapa tahun lalu. Tubuh Anna semakin kurus setelah Ibunya meninggal. Dia juga yang kerja kesana kemari sebagai buruh cuci untuk makan sehari

    Last Updated : 2024-11-23
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Pernikahan Atas Kertas

    Jevano mengedarkan pandangannya, "ya gak baik aja buat reputasi saya kalau semua orang tau kamu adalah istri saya dan dekat-dekat dengan laki-laki lain." "Tapi kan nyatanya gak ada yang tau kalau Aku istri kamu. Lagipula bukannya aku cuman istri di atas kertas? Kenapa harus kayak gini kalau pernikahan kita aja gak pernah kita inginkan?" tanya Anna, "kamu tenang aja. Aku gak akan pernah membiarkan media tau tentang pernikahan ini." Anna kembali keluar dari mobil Jevano. Laki-laki itu mengepalkan tangannya dengan wajah kesal. "Kamu harus buat dia bekerja di Perusahaan saya. Jangan pernah ada Perusahaan yang bisa menerima selain Perusahaan saya," pinta Jevano pada sekretaris sekaligus supirnya itu. Laki-laki itu hanya mengangguk mengiyakan. Setibanya di Perusahaan, Jevano langsung masuk ke ruangan kerjanya. Laki-laki itu menatap sinis wanita seksi yang kini duduk di sofa.

    Last Updated : 2024-11-24
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Berubah

    "Yuk Bi!" ajak Anna menggandeng tangan Bi Ani keluar dari rumah. Jevano menghela napasnya sembari menikmati makanan yang disajikan sang istri. Pikirannya terus terbayang Anna saat di mimpinya tadi. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, lalu meraih jas abu-abu tua di kursi dengan tas kerjanya. Setelahnya, ia pergi mengendarai mobilnya. Seharian ini, Anna memilih untuk tidak bepergian kemana-mana, apalagi uangnya saja sudah tidak tersisa. "Mbak kemarin malam kemana?" tanya Bi Ani, "tuan sampe nungguin Mbak loh di ruang tengah." "Dia nungguin saya karena emang mau marahin saya, Bi. Saya kemarin dari makam Ibu saya, udah lama saya gak ke sana," jawab Anna diangguki paham oleh Bi Ani. Siangnya, Jevano kembali ke rumah. Dengan langkah gagahnya ia masuk ke rumah, celingukan mencari seseorang. Langkahnya berhenti di ruang tengah dimana Anna berada. Anna mendelik pada laki-la

    Last Updated : 2024-11-25
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Pacarnya Model Pakaian Dewasa

    "Kamu masih aja curiga sama Saya. Maunya kamu, saya gimana?" tanya Jevano sembari menikmati makan malamnya. "Mau Aku, kamu baik Mas," timpal Anna namun dalam hatinya. "Terserah maunya gimana," jawab Anna. Jevano hanya manggut-manggut sembari menikmati makan malamnya. Setelahnya meminta Anna untuk menyiapkan kopi tanpa gula dan diantarnya ke ruangan kerja. Sementara dirinya akan berganti pakaian lebih dulu di kamar. Anna dengan santainya masuk ke ruangan kerja. Ia taruh kopinya di atas meja kerja sang suami lalu menoleh pada majalah yang ada di meja kerja suaminya. "ini kan cewek yang Mas Jevano gandeng kemarin di rumah sakit," gumam Anna. Dengan rasa penasarannya, ia mulai membuka majalah pakaian itu. "Astaghfirullah!! Pacar Mas Jevano model kayak beginian? Kok bisa?" Anna masih sibuk dengan obrolannya di dalan hati. Wanita itu hanya tidak menyangka pada wanita yang kini dir

    Last Updated : 2024-11-26
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Sebagai Jaminan Hutang

    Anna menoleh lalu menjawab, "baik kok Mas. Keterima kerja juga, jadi besok udah bisa mulai kerja." "Wah selamat ya!" ungkapnya dengan senyuman. "Makasih Mas!" ungkap Anna membuat Arkan mengangguk lalu memintanya untuk menikmati kopi yang ia pesan. Cukup lama Anna mengobrol dengan Arkan ini, apalagi memang Arkan sedang ada waktu sebelum jadwal kerjanya dimulai. Siangnya, Anna mendapat pesan dari sang suami. Laki-laki itu meminta Anna untuk segera pulang dan menyerahkan berkas yang tertinggal di ruangan kerjanya pada Gio yang akan ke rumah. Anna bergegas pulang setelah berpamitan pada Arkan. Sekalipun wanita itu sebenarnya malas untuk segera pulang, tapi hatinya tetap saja tidak bisa menolak jika itu Jevano. Setibanya di rumah, Anna naik ke ruangan kerja suaminya. Ia cari berkas yang dikatakan sang suami itu. Beberapa waktu setelah mencarinya, Anna menemukan berkas dengan map biru yang berad

    Last Updated : 2024-11-27
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Menjaminnya Tetap Aman

    "Kamu pura-pura gak ngerti kan Mas?" tanya Anna. Jevano menghela napasnya, "anna, saya sama sekali gak mengerti tentang surat jaminan dan hal yang kamu sebutkan. Kamu tau sendiri kalau kita berdua hanya dijadikan korban atas orang tua kita, kenapa malah jadi nyalahin saya?" tukasnya. Anna mengangguk lalu keluar dari kamarnya. Ia pergi ke ruangan kerja sang suami, mengambil berkas yang ia baca kemarin lalu melemparkannya pada wajah sang suami. "Mas baca sendiri! Kalau kamu gak tau hal ini, kenapa berkasnya ada di ruangan kamu, Mas," pungkas Anna. Dengan wajah mengantuknya, Jevano membuka berkasnya itu. Ia baca setiap kalimat yang tertera sampai tandatangan sang ayah dan mertua yang sekaligus adalah orang bersangkutan dengan hutang dan jaminan yang disiapkan. "Anna, saya bener-bener gak tau tentang hal ini. Bahkan berkas ini juga saya gak tau ada di ruangan saya. Sepertinya ini terbawa dari rumah Ayah w

    Last Updated : 2024-11-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Protes Panggilan Mas

    Gio menggaruk lehernya yang tidak gatal lalu menoleh pada beberapa rekan kerjanya. "lebih baik kita sudahi dulu meeting nya sampai di sini ya!" ucapnya diangguki oleh rekan-rekannya itu. Berikut Jevano yang memilih untuk masuk ke ruangannya, disusul Gio yang kini membawa banyak berkas untuk ditandatangani oleh atasannya. Jevano terperanjat, "apa-apaan ini? Kamu kenapa bawa banyak berkas seperti ini?" tanyanya. "Ya itu kan salah Bapak tadi gak dengerin meeting nya, jadi berkasnya Bapak baca sendiri aja nanti tinggal bicarain sama yang lain," ucap Gio langsung memilih pergi setelahnya dibanding harus kena marah Jevano yang sudah mengeluarkan tanduknya itu. Jevano menghela napasnya, namun ia sedikit lega juga karena Anna akan pulang malam hari ini. Di tengah-tengah pekerjaannya itu, Jevano mendapatkan sebuah pesan dari seseorang. Namun nampaknya itu bukan dari seseorang yang ia nantikan,

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Hal-hal Yang Berubah

    "Kata istri saya, kalau kamu suka sama dia atau mau memulai mengenal dia lebih dulu gak ada yang salah buat ketemu dulu, sekedar ngobrol dulu. Toh dia juga udah kenal kamu, jadi kayaknya gak masalah kalau kamu mau temuin dia dulu," jelas Jevano. Gio terdiam mendengarnya. "Gi kesempatan gak akan datang 2 kali. Setau saya dia juga baik dan ramah sama orang lain, bukannya kamu yang lebih berpengalaman sama dia dibanding saya? Kamu juga lebih banyak interaksi sama dia kan?" Gio mengangguk mengiyakan. Laki-laki itu juga mulai memikirkan pendapat dari istri atasannya ini. Selama dirinya mencoba aplikasi kencan ini, memang dia tidak pernah merespon wanita lain kecuali Intan ini. Siang harinya, Gio memutuskan untuk tidak makan siang bersama dengan sang atasan. Kebetulan juga, Jevano akan diantarkan makan siang oleh istrinya. Anna berjalan dengan santainya menuju ruangan sang suami. Wanita itu mendorong stroller dengan sang anak yang tertidur dan kotak bekal yang Anna simpan di bawahnya.

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Suami Istri

    "Loh kenapa?" tanya Anna. Jevano kembali menceritakan kembali alasan mengapa sekretarisnya itu membatalkan janji kencannya. Anna terkekeh pelan, "dia batalin cuman karena temen sekantornya?" "Iya Sayang. Padahal anaknya ramah, terus kayak interaksi banyak banget sama Gio. Kalaupun udah merasa cocok menurut Mas pantes aja mereka kalau saling suka juga," jelas Jevano. "Cantik, mas?" tanya Anna. Jevano mengulas senyumannya, "lebih cantik kamu." Anna mendelik, "bohong banget." "Loh kok bohong?" tanya Jevano, "beneran loh Sayang." "Iya deh iya," timpal Anna dengan senyumannya. Setelah makan malam selesai, Anna dan Jevano memilih untuk masuk ke kamar. Sekalipun memang keduanya belum mengantuk setelah kenyang menyantap masakan Anna. Jevano merangkul pinggang sang istri yang sedang memainkan ponselnya di kasur, "sayang.""Iya Mas?" tanya Anna menoleh pada suaminya. "Kamu mau tas-nya?" tanya Jevano, "perasaan dari kemarin Mas liat kamu liatin tas itu terus." Anna tersenyum, "mau si

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Makan Siang Sang Istri

    "Kenapa Pak?" tanya Gio. "Anna udah bilang kalau dia mau bawain makan siang tadi pagi. Tapi saya malah makan siang sama kamu," jawabnya. "Hayoh loh Pak! Mbak Anna pasti marah itu, kesel karena Bapak udah makan siang sendirian," ucapnya. Jevano mendelik pada sekretarisnya, ia menarik tangan Gio untuk ke ruangannya juga. Laki-laki itu berpura-pura belum mengetahui sang istri sudah berada di ruangannya. Jevano tersenyum ketika membuka pintu ruangannya. "Dikira Mas belum sampai," pungkas Jevano lalu duduk di samping istri dan anaknya. Rezkiano yang sudah mulai aktif itu sudah terlihat senang melihat Jevano yang baru saja duduk. Anak itu sudah merentangkan tangannya untuk dipangku oleh sang ayah. Jevano dengan senang hati memangkunya, Bercanda dengan sang anak memang waktunya yang paling berharga kali ini. Apalagi jika dirinya sedang merindukan sang ayah yang sudah meninggalkannya setahun yang lalu. Sekalipun semasa kecilnya, Jevano tidak pernah merasakan hal seperti ini. Setidakn

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Kencan Buta 1

    Gio menggelengkan kepalanya. "Terus kenapa bisa gagal?" tanya Jevano lagi. "Saya kenal sama dia," jawab Gio. "Kenal? Siapa?" tanya Jevano beruntun. Gio sempat terdiam sebelumnya. Laki-laki itu menghela napasnya lalu menjawab, "Intan." "Intan yang kerja di sebelah kamu?" tanya Jevano. Gio mengangguk mengiyakan. "Kok bisa?" tanya Jevano, "emang sebelumnya gak pernah lihat foto atau apapun?" Gio menggelengkan kepalanya, "di aplikasinya gak nunjukin foto juga gak apa-apa Pak. Makanya saya awalnya tertarik karena emang gak harus keluarin foto saya," jelasnya. "Ya terus kenapa gak jadi kencannya?" tanya Jevano lagi, "kan bisa aja kalian pacaran nantinya karena nyambung dan cocok. Syukur-syukur kalau sampai menikah." Gio menggelengkan kepalanya, "enggak deh Pak. Mending saya cari yang lain aja." "Emangnya kenapa?" tanya Jevano heran. Intan kerjaannya baik kok." "Iya sih Pak. Cuman dia suka ngeselin aja," jawab Gio. Jevano terkekeh mendengarnya. Ia menggelengkan kepalanya heran p

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   MP-ASI Rezkiano

    "Ya enggak sih, cuman kadang suka gemes aja kalau kamu kelakuannya kayak bayi begini. Badan aja gede," jawab Anna sembari mencubit pipi suaminya. "Biarin yang penting Mas bisa manja sama kamu," timpal sang suami. Anna manggut-manggut, "ya udah awas dulu! Anna bawain dulu makanan buat Mas." "Makannya bareng aja," jawabnya. "Katanya tadi mau di kamar!" "Iya di kamar, maksudnya kamu sambil makan sambil suapin Mas," jelasnya.Anna mengangguk, "ya udah tunggu ya!" Jevano mengangguk dengan senyumannya. Dengan cepat Anna kembali ke kamar dengan masakan makan malam yang sudah dimasaknya tadi. Ia menyuapi suaminya dengan telaten hingga makanan yang ada di piring itu habis dimakan bersama. Jevano meminum obatnya kembali lalu mengganti pakaiannya dan segera beristirahat. Begitupun dengan Anna yang segera menidurkan sang anak yang mulai aktif itu, lalu tidur di samping suaminya. Keesokan paginya, syukurnya Jevano tidak sampai demam. Mungkin laki-laki itu pusing karena kerjaan yang selalu

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   manjanya sang suami

    "Bukan gitu Sayang," "maksudnya gimana dong Mas?" tanya Anna, "kan kamu yang bilang barusan kayak begitu." Jevano terus membujuk istrinya hingga Anna menahan senyuman melihat wajah suaminya yang menggemaskan itu. "Bukan maksud Mas begitu loh Sayang. Maafin ya!" pintanya. Anna mengangguk, "iya deh iya. Anna maafin." "Tapi kalau ada yang ngajakin kencan mau?" tanya Anna dengan gurauannya. "Kalau kamu yang ngajakin Mas terima," jawabnya membuat Anna terkekeh. Hari-hari berikutnya,Gio nampak terlihat biasa-biasanya sebelumnya, hingga akhirnya Anna dan Jevano mendapati laki-laki itu sedang berdandan seolah akan bertemu dengan seseorang yang penting. "kamu mau ketemu sama siapa Gi?" tanya Jevano, "perasaan sekarang gak ada jadwal ketemu client." "emang gak ada Pak. Saya cuman pengen rapih aja," jawab Gio membuat Jevano menatapnya curiga. Begitupun dengan Anna. "Ada apa Pak?" tanya Gio. Jevano menggelengkan kepalanya, "enggak deh. Yuk berangkat," ajaknya lalu masuk ke mobil dan m

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Perihal Kencan Gio

    "Mungkin itu privasinya kali Mas," jawab Anna. "Tapi jangan lama-lama ya!" pinta Jevano. Anna mendecak lalu mengangguk mengiyakan. Setelah suaminya makan siang, Anna keluar untuk mengobrol dengan Gio, sedangkan anaknya dititipkan pada sang ayah. Gio mengajaknya untuk mengobrol di pantry sembari menyajikan teh hangat untuk Anna. "Makasih ya Gi," "Sama-sama Mbak," jawab Gio sembari terlihat gugup untuk berbicara. "Gak usah gugup sampe celingukan begitu, Mas Jevano jagain Rezky gak bakal ke sini," ucap Anna. Gio terkekeh, "bukan Mbak. Saya takut ada yang dengerin aja." "Emangnya mau ngobrol apa?" tanya Anna penasaran. Gio menjelaskan bahwa dirinya sedang mendekati seorang wanita dari aplikasi kencan. Namun dirinya sedikit kebingungan ketika sang pasangan memintanya untuk bertemu dan lebih dalam untuk berkomunikasi. Anna menautkan alisnya, mengapa hal ini saja Gio menanyakan padanya. Padahal Gio juga bukan lagi laki-laki yang baru saja menginjak usia remaja. "Menurut Mbak gima

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Pemalsuan Produk

    Seharian itu Jevano dan Gio berada di butiknya, mengurus beberapa pekerjaan hingga waktu berlalu begitu cepat. Jevano melirik jam di tangannya. Laki-laki itu memilih untuk mengajak sang sekretaris untuk pulang sekarang. Anna yang menunggunya sejak tadi itu sudah berada di depan teras. Jevano mengulas senyumannya melihat sang istri terlihat khawatir sekarang. "Mas baik-baik aja kan?" tanya Anna. "Baik kok Sayang. Mas gak kenapa-napa," jawab Jevano sembari membawa sang istri pada pelukannya. "Terus butiknya? apa yang terjadi Mas?" tanya Anna penasaran. Jevano terkekeh, "ya udah yuk masuk dulu! Mas jelasin di kamar nanti." Anna mengangguk mengiyakan, begitupun dengan Gio yang berpamitan setelahnya. Padahal laki-laki itu membawa motornya tadi, tapi harus pulang mengantar sang atasan membuat Gio harus membawa mobil atasannya ke apartemen miliknya yang tentu tidak terlalu jauh dari rumah Jevano.

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO Dingin   Penjelasan Sang Ayah

    Pak Surya kembali menceritakan apa yang terjadi pada hari dimana ibu anna pernah di kurung pada ruangan yang sama dengan ayah dari suaminya sendiri tepat sebelum pernikahan dengan Pak Surya terjadi. Memang Pak Surya juga menghamili Ibu anna sebelum pernikahan, karena dia memang ingin merebut ibu Anna dari cinta pertamanya yaitu ayah dari suami anna itu sendiri. Sebelumnya, Ibu Anna dan Ayah Jevano itu menjalin hubungan yang cukup lama. Hingga perjodohan itu terjadi karena dendam Pak Surya pada pesaing bisnisnya. Ibu dan Ayah Anna menikah, begitupun dengan Ayah Jevano dan Ibunya. Pada awalnya, Pak Surya tidak mengetahui tentang istrinya yang di kurung seseorang dengan mantan kekasihnya pada ruangan semalaman. Dan apa yang terjadi pun tidak ada yang tahu hingga Ibu anna meninggal karena disiksa sang ayah. Begitupun dengan Ibu Jevano yang meninggal karena sebuah penyakit. "Jadi sampai sekarang hal itu juga Ayah gak tau gimana

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status