Samuel dekan maupun semua orang terdiam, sungguhkah Michael akan mempermalukan Samuel sebanyak itu?
"Apa perlu ku ulangi lagi, kau akan ku maafkan. Asal kau berlutut di kakiku dan lewat di bawah kakiku." tambahnya sambil menaikkan sebelah kakinya pada kaki meja. "Aku tidak bersalah, anak manjamu itu yang bersalah. Dia-dia sudah membuang telephone genggamku yang ku beli susah payah." jelas Samuel. "Hah, hahah apa katamu? Hanya sebuah telephone genggam, hanya untuk barang busukmu itu kau memiliki keberanian untuk memukul anakku ha?" tanya Michael, merasa lucu atas Samuel. "Karena kau tidak pernah tau bagaimana perjuanganku untuk mendapatkannya," Samuel menjawab sambil meronta. Namun, sebuah pukulan keras yang justru ia dapat dari Michael hingga bibirnya berdarah. Luka kemarin yang bahkan kemarin belum sembuh kembali berdarah. "Berlutut padamu, hhh. Jangan harap aku melakukannya, kau fikir kau begitu terhormat untuk membuatku berlutut padamu? Kau sama sekali tidak pantas, Tuan Smith." tolak Samuel sambil bersmirk. "Beraninya kau! Hajar dia, jangan beri dia ampun sebelum dia bersedia berlutut dan meminta maaf kepadaku!" perintah Michael tanpa bisa di ganggu gugat. Pukulan demi pukulan Samuel terima dari anak buah Michael, dua orang memukul dan dua orang lagi memegangi kedua tangannya. Beberapa pukulan yang di terima Samuel membuatnya babak belur dan hampir tidak sadarkan diri. Bahkan darah sudah mengalir dari bibirnya, sebagi pertanda jika Samuel mengalami luka dalam juga. Pukulan itu baru berhenti begitu Michael menginterupsinya. "Berhenti! Aku masih memberimu waktu, kau mau berlutut atau tidak? Aku tidak akan segan untuk membuatmu di keluarkan dan beasiswamu di copot karena permasalahan ini." tanya Michael lagi. Namun, tampaknya itu tidak membuat Samuel berubah pikiran. Samuel itu keras kepala, wajar jika dia tetap pada pendiriannya sekalipun akhir kuliahnya sudah di depan mata. "Aku Samuel Adams, sampai kapanpun tidak akan berlutut padamu. Karena aku tidak bersalah. Jadi untuk apa aku berlutut?" tanya Samuel menuntut penjelasan. "Sialan! Hajar dia sampai kapok!" perintah Michael mutlak, membuat Samuel kembali di pukuli oleh anak buahnya, setelahnya Samuel tidak berdaya. Michael berdiri dari duduknya sambil berucap. "Damian kau tentunya tau apa yang harusnya kau lakukan kan? Aku tidak ingin melihat anak ini lagi kelak. Apalagi sampai membuat masalah kembali dengan Gerald, terlalu memalukan berurusan dengan orang sampah sepertinya. Tutupnya kemudian pergi meninggalkan ruang dekan bersama para pengawalnya. Meninggalkan Samuel yang masih mengatur nafasnya di lantai. "Samuel, kau benar-benar mengecewakanku kali ini. Meakipun kau mahasiswa berprestasi, aku tidak bisa membantumu lagi. Mungkin jika kau tidak keras kepala, tuan Smith masih akan mengampunimu. Kau di keluarkan dari universitas, segera kemasi barang-barangmu dan tinggalkan asrama secepatnya!" setelah mengatakannya Damien melangkah pergi. "Aku tidak bersalah di sini, aku hanya membela diriku. Kalian tunggu saja, cepat atau lambat aku pasti akan kembali. Kalian tidak bisa memperlakukanku seperti ini." gumam Samuel kemudian beridiri dan pergi dengan langkah tertatih. Di kamar asrama beberapa menit kemudian. Samuel memasukkan semua pakainnya ke dalam tas ransel miliknya, sedangkan kedua teman sekamarnya itu menatapnya khawatir. "Samuel kau yakin pak dekan memintamu untuk segera pergi? Bukankah dia sangat membanggakanmu sebelumnya?" tanya Harper. "Samuel? Aku tau benar kau tidak akan menyerah begitu saja, apalagi Gerald dan ayahnya itu jelas-jelas hanya memfitnahmu. Samuel kau tidak dengar aku?" Harper mendekat dan merebut tas ransel di tangan Samuel. Namun Samuel kembali merebutnya. "Aku akan tetap pergi sesuai yang mereka mau, aku memang tidak terima. Tapi kau tau aku tidak bisa melakukan apapun, jadi jangan campuri urusanku kak!" pinta Samuel. "Tapi Sam, kau tidak bersalah. Kau tidak mau menuntut keadilan atas semuanya, kau tidak pantas di perlakuakn begini Sam. Kau tidak mau menuntut? Jika kau mau aku akan berada di pihakmu," tanya Harper. "Jika aku bisa pasti aku sudah melakukannya, sayangnya aku tidak bisa, aku juga tidak terima. Aku juga tidak ingin ada korban selanjutnya setelah diriku di kampus ini. "Sam," "Aku pasti akan kembali cepat atau lambat. Terima kasih sudah menemaniku selama ini Kak. Mungkin memang ini sudah saatnya aku harus belajar hidup sendiri dan berhenti merepotkan kalian." Samuel menjelaskan sambil melihat ke arah Harper. "Aku pasti akan kembali Kak, cepat atau lambat." setelahnya Samuel bangkit berniat meninggalkan asramanya, namun Harper menahan tangannya. "Jika kau akan pergi setidaknya obati lukamu dulu! Kau lihat wajahmu bagaiman bentuknya itu!" "Aku akan mengobatinya sendiri nanti, aku harus segera pergi Kak. Aku tidak ingin berlama-lama di sini." jawab Samuel melepaskan genggaman tangan Harper kemudian melangkah pergi. Malam itu, langit tampaknya ikut bersedih akan kesedihan Samuel karena tampak mendung. Di keluarkan dari Universitas, adalah pukulan terbesarnya. Selama beberapa tahun, hidupnya ia serahkan pada kuliahnya. Bahkan dia rela bekerja siang malam demi biaya kuliahnya, tanpa memiliki rumah sewa. Meskipun di bantu oleh beasiswa, sebagian besar biaya kuliah tetap di tanggung sendiri bukan? Namun, tuhan nampaknya masih ingin mengujinya lebih lagi, dan membuatnya di keluarkan dari kampus di pertengahan pendidikan semester 3 nya. Apalagi dalam posisinya adalah sebatang kara tanpa keluarga, orang-orang kampus sebagai keluarganya dan asrama adalah rumahnya. Namun ia terusir kali ini, Samuel bingung dimana sekiranya dia bisa tinggal setelah ini. Namun, di tengah-tengah lamunanya. Samuel melihat pada sebuah mobil mewah yang baru saja berhenti di tepian jalan. Melihat siapa yang turun dari sana, membuat Samuel mengikuti kemana perginya mereka hingga sampai pada taman terdekat. "Oliv, aku tidak salah lihat bukan? Dia benar-benar Olive, dengan siapa dia?" Samuel bertanya dengan penasaran. Yah, Olive. Kekasih Samuel sejak dua tahun yang lalu, gadis cantik dari keluarga Bailey di Kota Hozo. Sebagai orang yang menemaninya sejak ia bahkan tidak tau dimana dia bisa menempatkan diri, Samuel tentunya sangat menyayanginya. Setelah memastikan bahwa benar itu sang kekasih bersama dengan pria lain, Samuel mendekatinya. "Olive?" panggil Samuel seketika membuat Olive menoleh ke belakang. Begitu pula dengan pria yang tengah merangkulnya. "E-em, Sam? Kamu-kamu kok di sini?" tanya Olive dengan gugup. "Aku tidak boleh di sini? Aku ingin tau, dia siapa Olive? Apa dia teman yang kamu maksud?" tanya Samuel. "I-iya, dia. Dia temanku." Olive menjawabnya sambl melepaskan pelukannya pada pria di sebelahnya. "Kau yakin tidak berbohong, teman tidak mungkin seintens itu bukan?" tanya Samuel menuntut penjelasan sambuil mendekat. Namun, belum berhasil mendekat. Pria di samping Olive tiba-tiba mendorongnya menjauh. "Hei kau, kau? Jangan dekat-dekat! Jika aku tidak salah, kau pasti pacar tidak bergunanya Olive itu kan? Sebaiknya kau pergi, Olive adalah milikku sekarang. Kau tidak lihat ya? Gadis secantik Olive ini, bagaimana bisa bersama orang tidak berguna sepertimu. Tentunya dia akan lebih memilihku yang lebih baik bukan?" ejek pria itu. "Olive, bisa jelaskan apa maksudnya ini!" tanya Samuel. "Apakah kurang jelas? Sepertinya kau selain tidak berguna, telingamu juga bermasalah ya? Sudah jelas Olivia tidak menginginkanmu. Kau tidak lihat dirimu, kau hanya orang tidak berguna, sampah!" ucapnya. "Aku tidak bertanya padamu, aku bertanya pada Olive. Minggir!" marah Samuel mendorong Damian dan membuat pria tersebut marah dan berakhir mereka bekelahi. "SUDAH CUKUP!!" teriakan Olive tampaknya tak menghentikan pertengkaran Damian dan Samuel. Hingga akhirnya gadis itu mendekat dan menarik samuel untuk menjauh dari Damian dan, "Plakk," bukannya penjelasan yang di dapatkannya, Samuel justru mendapatkan tamparan keras dari Olive. Damian yang melihat itu justru tersenyum smirk. "Tidak bisakah kau berhenti membuatku malu Sam? Kau selalu saja membuatku malu dengan dirimu." tanya Olive marah. "Olive?" panggil Samuel berusaha meraih pergelangan tangan Olive namun gadis itu memilih menghindar. "Kau pasti berbohong, kau mengatakan bahwa kau mencintaku saat itu. Aku juga selalu mengusahakan skripsimu, aku juga selalu memberikan apa yang kau mau. Meskipun kau harus menunggu lama karen aku harus mengumpulkan gajiku lebih dulu. Juga saat itu, saat kau bahkan bersedia menemaniku meskipun hanya makan roti kukus da minum teh susu." tanya Samuel menuntut penjelasan. "Aku sudah muak. Jujur saja, aku tidak pernah mencintamu selama ini. Kau hanya ku jadikan batu loncatanku saja untuk mancapai posisi kedua di universitas. Skripsiku? aku bahkan tidak memintamu untuk mengerjakannya. Menemanimu makan saat itu, itu hanya caraku untuk mendekatimu. Dengan begitu, setidaknya aku bisa mendapatkan nilai lebih baik. Awalnya aku benar-benar mencintamu Sam, tapi aku juga seorang wanita yang menginginkan kebahagiaan dari kekasihnya seperti gadis-gadis lain. Tapi kau, apa yang kau lakukan selain hanya bisa membuatku malu dengan semua yang kau lakukan. Untuk uangmu, aku tidak pernah memintanya juga. Mendapatkan apa yang ku mau? Jelas-jelas kau hanya memberikan barang palsu dan rongsokan kepadaku. Aku bisa menggantinya jika kau mau." jelas Olive membuat samuel terkejut. "Olive tidak, kau tidak seperti ini. Apa dia memaksamu untuk melakukan ini padaku? Katakan!" tanya Samuel. "Memangnya jika benar tuan Damian memaksaku, apa memangnya yang bisa kau lakukan. Kau mau membuaku malu lagi? Andai kau lebih kaya dan memiliki sedikit lebih banyak uang, aku pasti akan mempertahankanmu." Olive. "Olive kau," "Aku ini cantik, dan pastinya aku bisa mendapatkan orang yang lebih unggul darimu. Sebagai contoh ya tuan Damian ini, kau tidak lihat. Samuel, dengan begitu. Malam ini juga kita akhiri hubungan kita dan jangan pernah menggangguku lagi apalagi muncul kembali di hadapanku. Pergi jauh-jauh dari hidupku!" marah Olive sambil mendorong dada Samuel, lalu mengajak Damian pergi meninggalkan Samuel yang masih berdiri mematung.Setelah semua yang terjadi, Samuel akhirnya kembali seorang diri. Dikeluarkan dari universitas, di campakkan oleh orang yang ia pikir masih bisa di harapkan membuatnya begitu terpukul. Apalagi keduanya terjadi di hari yang sama."Kenapa hidupku harus seperti ini? Tidak bisakah takdir berpihak padaku sekali saja? Benar, andai aku bisa sedikit lebih kaya. Aku pasti tidak akan di perlakukan seperti ini." gumam Samuel, kemudian berjalan menyusuri jalan di bawah sinar rembulan menuju hotel dimana ia mengambil kerja paruh waktunya. Setibanya di sana, Samuel meletakkan ranselnya di ruangan khusus pegawai hotel kemudian berganti pakaian dengan pakaian waiters."Andai aku tau siapa diriku, mungkin itu akan sedikit lebih baik. Dari pada aku hidup begini, tanpa aku tau siapa diriku dan siapa keluargaku sebenarnya." ucap Samuel menghadap cermin toilet yang menampakkan wajahnya sendiri."Samuel Adams, siapa dirimu sebenarnya?" tanya Samuel pada dirinya sendiri kemudian menghela nafas lalu pe
Dua hari usai di drop out dari universitas, Samuel menjalaninya harinya dengan normal-normal saja. Selain, bertemu dengan Gerald sehari yang lalu dan anak itu mencari masalah dengannya tanpa sebab yang pasti. Sedangkan hari itu, hotel La Daviella di sewa seorang konglomerat untuk sebuah acara pesta. Sebagai seorang waiters di sana, Samuel tentunya memiliki tugas di sana sejak pagi untuk ikut menyiapkan beberapa keperluan pesta. Karena pesta tersebut akan di laksanakan malam nanti, yang pastinya akan di hadiri oleh orang-orang golongan atas di Negara S. Namun, satu yang Samuel harapkan adalah tidak adanya Gerald di sana. Sebagai salah satu keluarga golongan atas di kota Hozo, keluarga Smith pastinya memiliki undangan untuk hadir di dalam pesta."Sam, segar bersiap-siaplah! Beberapa jam lagi pesta akan di mulai. Mungkin malam ini akan sedikit lebih sibuk dan sulit untukmu. Semangat Samuel," ujar salah seorang gadis pada Samuel dan di respon dengan sedikit senyuman."Kau juga, Ali
Malam itu di kamar 409, bahkan hingga pagi ini. Tuan Adams yang tengah sibuk mengotak atik Atik laptopnya. Pikirannya sama sekali tidak tengah setelah pertemuan singkatnya dengan Samuel yang mengantarkan makanan padanya malam tadi. Meskipun sudah mendapatkan informasi singkat mengenai Samuel, pikirannya tetap tidak tenang. Dikarenakan informasi tentang Samuel yang ia dapatkan masih samar dan tidak ada kejelasan. "Cari tau informasi tentang pelayan tadi dan berikan padaku secepatnya, sebisa mungkin hari ini juga!" perintahnya pada seorang pelayan pria di sampingnya, sambil menyerahkan sebuah flashdisk yang kemudian di terima dengan baik. Bukan tanpa alasan tuan Adams bereaksi demikian, karena bagaimanapun juga. Ia berada di kota Hozo dengan membawa tugas resmi dari tuan besar Adams. Dan kini, ia sudah mulai menemukan sedikit titik terang meskipun belum ada kejelasan. "Tuan muda, apakah itu benar-benar anda?" gumamnya sambil bersandar pada sandaran kursi. Beberapa jam kemudian di
Mendengar penuturan Michael, Victory langsung terkejut. Matanya langsung membelalak dengan raut muka panik muncul pada wajahnya."Tu-tuan, saya mohon jangan berhentikan saya. Saya akan berusaha untuk memperbaiki diri dan sikap saya. Saya," jawab Victory yang langsung melihat ke arah Samuel, lalu berjalan cepat mendekati Samuel."Dia-dia yang melakukannya Tuan, bukan saya. Tolong jangan pecat saya, Gerald yang melakukannya." tuduh Victory terhadap Gerald membuat Gerald berekpresi tidak terima."Kenapa kau menuduhku, bukankah kau juga melakukannya. Jangan hanya melimpahkan kesalahan padaku saja, padahal jelas-jelas kau juga ikut memukul dan menganiaya Samuel." bantah Gerald."Apa katamu, bukankah kau juga yang memintaku untuk datang kemari ha??" bentak Victory. Membuat mereka berdua saling berdebat selama beberapa saat,"CUKUP!! Kalian benar-benar membuatku sangat muak, bawa mereka berdua pergi!" perintah Michael di iyakan oleh para pengawalnya."Tuan?" panggil Victory."Keluar sebe
Pagi itu, Samuel terlihat sibuk di kamarnya. Bukan kamarnya, lebih tepatnya kamar yang di sediakan hotel untuk para karyawan. Ia terlihat mengemasi semua barang-barangnya ke dalam sebuah tas ranselnya. Ia merasa tidak tenang jika tinggal di sini, ia merasa jika lingkungan orang kaya sepertinya tidak cocok untuknya."Sam, kau mau kemana?" tanya seorang pemuda yang memasuki kamar lalu duduk di tepian ranjang milik Samuel."Ku rasa aku harus pergi kak Vin, sepertinya aku akan menghadapi masalah yang lebih serius setelah ini. Aku tidak ingin jika kalian semua menjadi korban dari masalahku dengan Gerald juga tuan Victor." jelas Samuel."Tapi bukannya tadi kau yakin sekali jika dia tidak akan mengganggumu lagi? Kau bilang begitu pada Via kan?" tanya Kevin."Via? Dia bilang begitu padamu?" tanya Samuel menuntut."Iya, dia menceritakan apa yang terjadi pada kalian kemarin malam. Tuan Victor juga sudah di pecat, ku dengar tuan Gerald juga di hapus dari daftar member hotel." jelas Kevin."Ka
Karena kericuhan di depan hotel, Samuel akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam hotel. Sambil melihat kesana-kemari ada kejadian apakah di sana. Di tambah ia mendengar jika tuan besar Adams akan berkunjung. Ia bisa menebak, tentunya ada hal besar bukan, jika sekelas tuan besar Adams sampai datang secara pribadi. Sebelum kemudian suara seseorang menginterupsinya."Kau masih berani ya ternyata, memperlihatkan dirimu di kalangan kelas atas seperti ini?" tanya seseorang itu membuat Samuel menoleh dan di lihatnya Gerald di sana."Kau tau tempat apa ini? Ooo, atau jangan-jangan kau sengaja mengikuti ku ya untuk bisa masuk ke tempat ini? Kau tau, masuk hotel Grand tidak semudah memasuki gubuk mu itu, tau? Masuk hotel Grand di butuhkan akses untuk bisa melewati pintu utama. Atau jangan-jangan kau mau mencuri di sini ya?" tuduh Gerald."Hei, hei ada orang yang mau mencuri di sini." seru Gerald membuat semua pengunjung hotel Grand melihat ke arah mereka."Aku penasaran bagaimana keamanan h
Kegaduhan di lobi hotel Grand nampaknya menimbulkan masalah yang lebih serius, apalagi saat direktur utama hotel Grand baru kembali dari perjalanannya dan menemukan masalah besar tampaknya telah terjadi di sana."Ya ampun, apa ini ha? Vas bunganya, lukisannya, siapa yang akan bertanggung jawab atas semua ini?" raungnya memisahkan diri dari teman-temannya dan berlari mendekati pecahan vas keramik yang bercampur kaca pelindung lukisan."Mati aku, ini adalah barang-barang berharga milik keluarga Adams yang sengaja di pajang di sini. Ini adalah barang-barang langka, siapa yang melakukan ini?" marahnya kemudian beralih melihat ke arah Samuel, Damian, Gerald maupun Olive."Kalian, pasti kalian anak-anak nakal. Oh, bukannya kau Damian dan Gerald. Kalian yang melakukannya? Kalian tidak tau betapa berharganya kedua benda ini, kau tau harganya ratusan juta. Siapa yang akan bertanggung jawab, ha?" tanyanya marah."Kau tau siapa aku kan? Kenapa kau masih menyerang kami?" tanya Gerald tidak terima
Ketika mereka tengah melanjutkan perdebatan panjang, suara sirine mobil polisi terdengar nyaring sebelum berhenti di depan lobi hotel Grand. Semua orang yang semula berkerumun di depan banner beralih melihat apa yang tengah terjadi hingga berurusan dengan polisi."Siapa yang menghubungi polisi?" tanya seorang polisi."Saya, saya pak. Saya ingin orang ini di tangkap saat ini juga. Dia sudah memecahkan barang berharga milik hotel Grand yang bernilai ratusan juta dolar. Tapi dia tidak mau ganti rugi." tuduh Gerald sambil menunjuk ke arah Samuel."Anda, bukankah anda tuan muda Smith. Putra dari tuan Michael Smith?" tanya polisi tersebut, detik itu juga Samuel menyadarinya. Suasana mendadak tidak enak sekali untuk di rasakan, polisi tersebut tiba-tiba saja sangat memuji-muji Gerald. Jelas jika ia adalah seorang penjilat keluarga Smith. Tentunya dapat di tebak bagaimana akhirnya kan?"Saya Richard, komandan polisi di wilayah pusat kota ini. Sekaligus yang bertanggung jawab di wilayah sin
Perbuatan Samuel yang lebih kasar padanya dari pada dulu benar-benar membuat Olive terkejut bercampur dengan rasa takut. Apalagi ketika pemuda tersebut memegangi janggutnya dengan tatapan tajam. Pegangan Samuel padanya ia rasa mungkin membekas di pipinya."Samuel," panggil Olive berusaha untuk melepaskan cengkraman Samuel, namun yang ada pemuda tersebut bersmirk ketika menatapnya."Aku tidak butuh penjelasan mu, sebenarnya sudah benar aku melupakanmu Olive. Tapi ntah kenapa begitu aku melihatmu aku bisa mengingat semuanya, seorang wanita pecinta uang sepertimu. Aku tidak akan memasuki kesalahan yang sama dengan membawamu kembali ke dalam hidup ku, tentunya aku tidak akan melakukannya." ujar Samuel sambil melepaskan cengkeramannya pada Olive dengan kasar lalu meraih dompet di saku celananya. Mengambil uang cash di dalam sana lalu melemparnya ke arah Olive, bukannya mengambil. Olive justru menatapnya tajam."Kau tidak terima? Ingat, kau pernah melakukan hal yang lebih dari ini Olive.
Sementara itu Samuel, pemuda tersebut berdiri di depan dinding kaca menghadap hamparan gedung-gedung tinggi di hadapannya. Memikirkan perempuan yang tadi memanggilnya di depan kediaman keluarga Bardford."Theo, periksa apakah perempuan itu adalah Alice?" pinta Samuel langsung di setujui oleh Theodore dan melakukan nya saat itu juga."Benar, Tuan muda. Perempuan itu adalah Alice, nona muda keluarga Bardford dari putra sulung keluarga Bardford. Namun, keluarga Bardford nampaknya keluarga Bardford tidak terlalu mengutamakan keluarga anak pertama itu, dan hanya sebagai anggota keluarga saja tapi tidak memiliki kontribusi apapun." jelas Theodore."Cukup menarik." ujar Samuel kembali duduk di kursi kebesarannya."Kedua teman anda itu mengatakan jika_" ujar Theodore."Aku tidak peduli siapa dia, mau dia temanku atau bukan. Sekalipun dia teman dan yang ingin ku selesaikan adalah keluarganya. Aku tidak peduli itu, masalahku dengan keluarganya bukan dengannya selama dia tidak ikut campur. Tapi
Melihat semua anggota keluarga dan keturunannya berdebat, tuan besar Bardford muak sendiri. Berakhir dengan ia menggebrak meja lalu berteriak."DIAMMM!" teriaknya dengan posisi berdiri dan menatap tajam semua orang yang mengelilingi meja, membuat semua orang terdiam."Kalian sudah seperti binatang saja, kalian tidak paham ucapan manusia ya? Sudah ku katakan bukan? Keluarga Crawford jauh lebih baik dari keluarga Adams, keluarga Crawford bahkan sudah berjanji akan membuat keluarga Bardford menjadi keluarga terpandang selama bisa membantu mereka merebut posisi keluarga Adams. Mereka sudah menjanjikan imbalan yang tinggi untuk kita, jadi sekarang. Kita jalankan saja sesuai rencana dan kita akan memetik hasilnya setelah kita bisa menghancurkan keluarga Adams." ujar tuan besar Bardford, membuat semua orang mengangguk mengerti."Kalian tau, keluarga Crawford sudah memberi ku nilai yang tinggi sebagai jaminan, dan kita bisa mengambilnya sebagai milik kita kita keluarga Crawford gagal." tam
Setelah pertemuannya dengan tuan besar Bardford yang justru di terima dengan tidak baik. Samuel akhirnya memutuskan untuk menghentikan semua hubungan antara keluarga Adams dan keluarga Bardford. Ia juga memutuskan tidak akan datang baik-baik untuk kedua kalinya kelak."Kita tetap di kota Hozo, aku ingin tau. Dengan di hentikan nya semua hubungan keluarga Bardford dan Adams, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Siapa tau ini akan menarik orang penting itu keluar." ujar Samuel."Bagaimana dengan keluarga Bailey Tuan?" tanya Theodore."Keluarga Bailey, aku hampir lupa dengan mereka. Tapi biarkan saja, keluarga Bailey sudah bangkrut. Mereka juga menggunakan asupan dana dari keluarga Bardford. Aku tau satu orang dari keluarga Bailey, mereka hanyalah orang-orang yang memuja uang. Jika keluarga Bardford tidak bisa memberikan mereka uang, mereka juga pasti akan berhenti melakukan apapun untuk keluarga Bardford." jelas Samuel membuat Theodore mengangguk-anggukkan kepalanya."Anda ingin
Setelah mendapatkan izin masuk, Samuel dan Theodore akhirnya masuk ke dalam mansion. Selama menyusuri halaman, Samuel juga merasa sangat tidak asing dengan tempat tersebut."Theo, apa aku pernah kemari sebelumnya?" tanya Samuel."Kalau soal itu, saya kurang tau Tuan muda. Tetapi Evan bilang, nona muda keluarga Bardford adalah teman anda, mungkin itu sebabnya anda merasa familiar dengan tempat ini." jelas Theodore, di jawab anggukan oleh Samuel. Setelahnya mereka sampai dan memasuki pintu masuk mansion keluarga Bardford, bukan sambutan yang mereka dapat. Justru tuan besar Bardford memperlakukan mereka seperti memperlakukan tamu tidak penting. Ia justru duduk di sofa sambil membaca koran dengan kedua kaki menyilang."Ada perlu apa orang keluarga Adams kemari sepagi ini?" tanya Tuan besar Bardford meletakkan koran di tangannya, tanpa mempersilahkan mereka berdua untuk duduk."Apakah anda sudah benar-benar mengabaikan semua hubungan keluarga Bardford dengan keluarga Adams yang sudah
Setelah insiden tumbangnya Samuel, pemuda tersebut terpaksa harus di larikan ke rumah sakit. Semalaman suntuk ia terpaksa harus menginap di rumah sakit, memang pada dasarnya Samuel tidak di izinkan untuk berusaha mengingat terlalu keras. Hal itu membuat Aiden dan Harper menyesalinya. Namun karena hal itu, akhirnya Samuel juga memaksa mereka untuk menceritakan semuanya. Apapun yang terjadi padanya selama di kota Hozo."Tapi Sam, untuk yang terakhir kalinya aku tidak tau. Malam itu kita bertemu di apartemen mu, kami pulang juga di antar oleh sopir pribadimu. Tapi setelah malam itu kau tidak ada kabar salah satu pengawal di apartemen mu yang kembali ke sana mengatakan jika kau kembali ke kota W malam itu juga. Kami tidak tau jika kau mengalami kecelakaan seserius itu," ujar Harper."Maaf karena sudah berprasangka buruk." tambah Aiden."Tidak masalah." ujar Samuel pelan."Tapi aku penasaran, sekiranya siapa yang melakukan hal seperti itu padaku. Caranya sangat tidak jantan." ujar S
Keesokan harinya, jalanan komersial kota Hozo seketika ribut. Beberapa mobil dan kendaraan bermotor lainnya memilih untuk menepi, ketika rombongan mobil mewah dengan warna senada yaitu hitam. Bahkan beberapa mobil polisi juga polisi bersepeda menggiring perjalanan mereka."Tuan Muda, kami akan membawa anda ke Hozo komersial street. Anda sudah melewati jam sarapan dan makan siang anda. Jadi kami akan akan membawa anda kesana agar anda bisa menikmati suasana sedikit malam kota Hozo dari lantai atas. Sekaligus menikmati beberapa makanan dan hiburan di sana." jelas Theodore. Sementara Samuel hanya melambaikan tangannya sebagai tanda ia membiarkan Theodore membawanya kemanapun asal itu baik."Baik, ke Hozo komersial street." ujar Theodore pada Evan yang langsung di iyakan. Beberapa saat kemudian, rombongan mobil tersebut berhenti di depan lobi sebuah gedung tinggi. Bertuliskan Hozo Komersial Street.Kedatangan rombongan tersebut di sambut oleh banyak pegawai Hozo Komersial Street ba
Malam harinya sepulang dari kantor, Samuel bergegas kembali ke mansion keluarga Adams. Karena begitu menawannya Samuel di ikuti beberapa rumor yang menerpanya, banyak sekali orang yang ingin melihat secara langsung bagaimana tampang tuan muda keluarga Adams itu. Hal seperti itulah yang membuat Samuel langsung di jemput oleh pengawal pribadinya hingga masuk ke dalam mobil sebelum meninggalkan kantor. Di dalam mobil, Theodore sudah ada di dalam mobil dengan Evan sebagai sopir duduk di sampingnya."Bagaimana dengan permintaan ku Theo?" tanya Samuel."Seperti yang Tuan muda minta, kita bisa pergi ke kota Hozo lusa. Seperti yang anak buah saya katakan, keluarga Bardford masih terus berjalan di kota Hozo. Jika Anda perlu, saya bisa memberikan informasi selengkapnya tentang keluarga itu." jelas Theodore, Samuel terdiam. Hatinya menyatakan ia harus tau, namun di sisi lain ia enggan. Keluarga Bradford sudah berkali-kali merugikan keluarga Adams selama setahun belakangan ini. Bagaiman
Tiga tahun berlalu semenjak malam kelam di kota Hozo. Pemuda yang dulunya selalu berpenampilan lusuh dan selalu di katakan pecundang dan gelandangan. Kini terlihat menawan dengan kemeja dan dasi juga bersepatu. Tubuhnya yang proporsional dengan tinggi semampai dan kulit putih bersih membuatnya semakin terlihat tampan. Samuel, setelah tiga bulan lamanya mendekam di rumah sakit universitas kota Hozo karena kecelakaan. Ia kembali ke rumah utama keluarga Adams, dan kini ia di posisikan sebagai wakil direktur utama Adams Group di bawah komando sang kakek William Adams secara langsung. Ia sebenarnya menyesali perbuatannya yang meninggalkan kota Hozo tanpa berpamitan setelah ia di nyatakan pulih dari cidera kepala yang di deritanya. Namun, ia juga bersyukur. Berkat kejadian tidak menyenangkan tersebut, ia berhasil mengingat semua hal yang ia lupakan sebelumnya. Justru beberapa ingatan nya di kota Hozo lah yang berantakan. Siang ini setelah selesai jam makan siang kantor. Samuel,