Share

Ternyata Aku Istri Kedua
Ternyata Aku Istri Kedua
Author: Jannah Zein

Istri Kedua

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2024-08-05 18:40:43

Bab 1

Istri Kedua 

"Duh, airnya habis," keluh Hanina saat menemukan kardus berisi air mineral yang ternyata telah kosong. Dia lupa menyuruh suaminya membawakan kardus berisi air mineral yang baru ke kamar ini. 

Sebagai ibu menyusui, tentu Hanina begitu mudah haus, apalagi sekarang ia baru saja selesai menyusui Aqila, bayinya yang baru berusia sebulan.

"Ya sudah, sebaiknya aku ambil minum di dapur saja, sekalian menemui Mas Akmal. Pasti dia sedang berada di ruang tengah. Dia harus tahu jika air minum di kamar sudah habis." Hanina memutuskan. Dia merasa sangat yakin, pasalnya Akmal memang seringkali bekerja di tengah malam, menghabiskan waktu sampai subuh di belakang meja kerjanya di ruang tengah.

Wanita muda itu menguap beberapa kali, lalu berjalan perlahan menuju pintu. Sebelum menutup pintu kamar, Hanina menoleh ke arah box bayi dan terlihat bayi kecilnya aman di tempat tidurnya. 

Aqila kembali terlelap setelah kenyang minum ASI dari ibunya.

Perlahan kaki Hanina menapaki anak-anak tangga untuk turun ke lantai dasar menuju dapur. Kamar pribadi ini memang terletak di lantai dua rumah ini. Cukup merepotkan sebenarnya jika setiap malam harus ambil air minum di dapur. Itulah kenapa Hanina meminta Akmal untuk menyediakan air mineral kemasan di kamar pribadi mereka.

Kini Hanina sudah selesai menuruni anak-anak tangga dan tiba di ruang tengah. 

Namun dia tidak mendapati Akmal berada di tempat itu. Meja kerjanya kosong dan tidak ada laptop yang menyala. Namun Hanina memilih untuk tidak ambil pusing. Rasa haus yang mendera tenggorokan membuatnya kian mempercepat langkah menuju dapur.

Suasana rumah ini agak remang, karena lampu-lampu utama sudah dimatikan. Tidak ada pembantu yang menginap, kecuali baby sister. Itu pun baby sister yang hanya ia izinkan untuk mengurus Aqila pada siang hari saja, karena kasihan juga jika malam hari dia harus turut mengurus Aqila yang sering sekali terbangun malam.

"Suara-suara apa itu?" Bulu kuduk Hanina seketika meremang. Spontan ia merapat ke sisi dinding yang menghubungkan antara dapur dengan kamar baby sister yang bernama Risty itu. Suara-suara itu semakin dekat dan jelas terdengar.

"Risty?" gumam perempuan itu lirih. 

Apa yang sedang Risty lakukan di kamarnya? 

Bukankah itu seperti suara orang yang sedang bercinta? 

Bukankah status Risty adalah single dan dia seorang diri saat Hanina menerimanya bekerja di rumah ini seminggu yang lalu?

Tanpa sadar Hanina meninggikan alisnya. Dia keheranan.

Namun suara yang terdengar ternyata bukan cuma suara Risty, tetapi ada suara lainnya juga. Suara seorang lelaki, seperti suara Akmal, suaminya. Telinga Hanina tegak, dan dia makin merapatkan tubuhnya ke dinding. Suara-suara itu kian nyata terdengar, karena kamar Risty memang tidak dilengkapi dengan alat peredam suara dan tentu saja suara-suara itu bisa terdengar sampai keluar.

Seketika tubuh Hanina menjadi gemetar. Tanpa pikir panjang lagi, ia segera mengetuk kamar itu. Ketukan yang berubah menjadi gedoran. Suara-suara itu pun berhenti dan menghilang untuk sesaat, lalu sesosok tubuh muncul di depan pintu. Sosok pria yang hanya mengenakan celana boxer.

"Mas Akmal!" Hanina memekik. Nyaris tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Otaknya segera mencerna hasil tangkapan matanya yang sepersekian detik. Mana ada seorang pria yang berpenampilan nyaris polos, jika sebelumnya tidak melakukan apa-apa di kamar ini dengan sang penghuni kamar?

Hanina menerobos masuk tanpa memperdulikan tangan sang pria yang menahannya. Sekuat tenaga Hanina menyingkirkan tangan pria itu dan dia berhasil masuk ke dalam kamar. Matanya membulat menatap Risty yang berbaring terlentang di tempat tidur dengan selembar selimut yang menutupi tubuhnya. Hanina berani taruhan jika Risty tidak mengenakan apapun di balik selimut itu.

Fix.

Ternyata suara-suara itu....

"Dasar perempuan jalang! Kamu baru seminggu bekerja di rumah ini, itupun atas rekomendasi suami saya, dan sekarang kamu tega melakukan ini?!" Hanina melangkah mendekat ke tempat tidur, tetapi lagi-lagi Akmal menahan langkahnya, hingga akhirnya langkah Hanina terhenti. 

Tubuh perempuan itu seketika gemetar.

"Dan kamu, Mas! Kamu sama saja! Kenapa sampai tergoda? Kurangnya aku selama ini apa? Aku sudah memberikan segalanya sama kamu, tapi kenapa kamu mengkhianatiku?!"

"Aku tidak pernah mengkhianatimu, Hanina. Tidak pernah. Kamu salah paham." Akmal menangkap tubuh perempuan itu, mengungkungnya kuat sehingga Hanina bahkan sedikit kesulitan untuk bernafas.

Hanina meronta-ronta. Dia berteriak tanpa peduli ini sudah tengah malam.

Rumah ini sangat sepi dan hanya mereka bertiga yang berada di dalamnya, di tambah seorang bayi.

"Apa yang tidak aku pahami dari kamu? Dari mana kamu mengenal perempuan ini? Kenapa kamu malah bercinta dengannya? Kenapa kamu malah selingkuh? Apa kamu sudah tidak menyukai aku lagi, lantaran aku sudah melahirkan, lantaran bentuk tubuhku tidak lagi bagus seperti dulu?!" Hanina memekik. Dia terus memukuli dada suaminya supaya bisa lepas dari kungkungan sang suami. Namun pemilik dada bidang itu sepertinya tidak merasakan pukulan Hanina bahkan mungkin pukulan itu mirip seperti elusan saja.

"Aku tahu, aku masih dalam masa nifas, tapi bukan berarti itu menjadi alasan bagi kamu untuk selingkuh. Mas, puasalah sebentar. Dan setelah selesai masa nifas, aku akan segera kembali melayanimu seperti biasa. Kenapa kamu nggak sabar sih, Mas?" Air matanya kembali berderai. 

Dia terus berontak dan kali ini Hanina berhasil melepaskan diri dari kungkungan suaminya setelah menggigit lengan sang suami. Hanina mencapai bibir ranjang dengan tubuh sedikit membungkuk. Namun, sebuah tendangan mendarat di bahunya, sehingga membuat wanita muda itu terjengkang. Kepalanya jatuh ke lantai. Hanina terkejut. Seketika ia merasakan pusing yang teramat sangat.

Rasanya tak percaya jika Akmal tega melakukan ini kepadanya, padahal sebelumnya Akmal tidak pernah bersikap kasar, bahkan cenderung romantis. Apa karena dia tidak mendapatkan hak biologisnya sebagai pria dewasa, lalu pria itu malah jadi semena-mena? Mengapa Akmal tidak bisa mengerti jika dia masih dalam masa nifas dan pemulihan pasca melahirkan?

Setidaknya itu yang ada di benak Hanina saat ini. 

Hanina memegangi kepalanya. Sakit sekali. Benturan yang cukup keras. Kepalanya serasa ingin pecah, karena lantai kamar ini yang terbuat dari keramik. Pandangannya berkunang-kunang. Dia berusaha mengerjapkan matanya berkali-kali, tetapi pandangannya tetap saja buram. Rasanya dia ingin pingsan saja.

Akmal memang bak kuda liar jika sedang bersamanya di tempat tidur, tetapi itu seharusnya bukan menjadi alasan. Bukankah keinginan memiliki buah hati adalah keputusan bersama, bahkan suaminya lah yang terlihat sangat antusias agar mereka segera memiliki anak. Jadi seharusnya Akmal paham, jika buah hati mereka telah lahir, maka dia harus rehat dulu dari kegiatan seksual untuk sementara waktu.

"Aku sudah bilang, kamu itu salah paham! Risty itu bukan selingkuhanku. Aku lebih lama mengenal Risty daripada kamu," geram Akmal seraya kembali mencekal tangan Hanina yang sudah siap terangkat.

"Jangan coba-coba kamu sentuh Risty, atau kamu akan tahu akibatnya!" Lagi-lagi pria itu mengancam.

"Betul sekali, Hanina." Suara Risty terdengar. Wanita itu kini beringsut dan duduk sembari mengapit kain selimut di kedua ketiaknya, supaya kain penutup tubuh itu tidak melorot ke bawah.

"Kalau bukan selingkuhan Mas Akmal, lalu kamu itu siapa?! Istri muda?" Tawa sumbang Hanina terdengar. Hanina berusaha bangkit, meski kepalanya masih sangat pusing. Efek benturan  di kepalanya mungkin akan terasa selama beberapa jam ke depan. Tendangan Akmal cukup keras, walaupun mungkin dia melakukannya lantaran tak sengaja karena tidak ingin Hanina menyentuh Risty.

Kenapa Akmal terlihat begitu melindungi Risty? Sementara dia malah tega mendorong tubuh istrinya sendiri sampai terjatuh? Dada Hanina seketika bergemuruh. Sesak sekali.

Hanina benar-benar tak habis pikir.

"Istri muda?" Risty tertawa sumbang. Matanya menatap Hanina dengan tajam, sorot mata yang memancarkan kebencian yang baru sekarang Hanina sadari.

"Justru yang jadi istri muda itu kamu, Hanina. Kamu itu istri kedua, sedangkan aku adalah istri pertama Mas Akmal. Kamu sudah salah paham!" Risty menyeringai penuh kemenangan.

"Istri kedua?" Spontan Hanina menatap tajam sang suami. Namun pria itu tak terlihat menggeleng seperti yang ia harapkan.

"Benar, Hanina. Risty adalah istri pertamaku dan aku sengaja mengajaknya tinggal di rumah ini agar ia bisa merawat Aqila...."

Related chapters

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Bukan Ibu Pengganti

    Bab 2Bukan Ibu Pengganti "Aku istri kedua?!" Hanina tergagap. Perlu usaha lebih keras untuk membuat tubuhnya tegak. Tubuhnya serasa remuk dan sakit, terutama bagian perutnya. Hanina meringis atas rasa perih di area jahitan bekas luka caesarnya.Tampaknya Akmal melupakan satu hal, jika Hanina melahirkan Aqila melewati operasi caesar. Apa yang membuat pria ini begitu emosi, hingga sampai hati membuat tubuhnya terbanting ke lantai? Apakah benar apa yang dikatakan oleh Akmal jika dia hanyalah istri kedua?Tapi jika benar Akmal hanya berbohong, tidak mungkin ia semarah ini kepadanya.Air mata Hanina kembali menderas."Kamu nggak perlu menangis, Hanina. Kenyataannya kamu itu hanyalah istri kedua. Dan kamu harus bisa menerima kenyataan ini. Aku ini adalah istri pertama Mas Akmal dan aku lebih berhak daripada kamu!" Risty berujar sinis tanpa beranjak dari tempat duduknya semula."Sudah saatnya kamu mengetahui kenyataan ini. Aku sudah bosan menjadi istri pertama yang disembunyikan. Aku juga

    Last Updated : 2024-08-05
  • Ternyata Aku Istri Kedua    Ajakan Untuk Berdamai

    Bab 3Ajakan Untuk Berdamai"Maaf..." Suara lirih itu seketika membuyarkan lamunan Hanina. Dia menoleh ke belakang, bahkan memutar badannya tanpa sadar. Kini posisinya dengan Akmal menjadi berhadapan. Hanina menatap pria ini sekilas, kemudian kembali membuang pandangannya ke bawah, menatap taman yang gelap di bawah sana. Pria ini kini sudah berpakaian lengkap. Dia berdiri dengan tangan bersedekap di dada."Mau apa lagi kamu kemari, Mas? Bukankah seharusnya kamu berada di kamar Risty? Apa masih belum puas menyakitiku?""Maaf atas rasa sakit yang kamu rasakan, tetapi sekarang ataupun nanti akan sama saja. Aku tahu kamu kaget, tapi Mas tidak mungkin terus berbohong. Kenyataannya memang begitu. Risty adalah istri pertama Mas yang selama ini Mas sembunyikan...." Akmal berusaha meralat."Itu karena malam ini topengmu terbuka, Mas. Jadi Mas akhirnya mengaku. Iya, kan?" sergah Hanina. Dia memundurkan tubuhnya hingga punggungnya kini membentur dinding. Lagi-lagi dia membuang pandangannya tat

    Last Updated : 2024-08-06
  • Ternyata Aku Istri Kedua    Jangan Bawa Anakku!

    Bab 4Jangan Bawa Anakku!"Kalau kamu ingin sarapan, silahkan minta buatkan sama istri pertamamu. Bukankah aku hanya diperlukan rahimnya untuk melahirkan anakmu?! Sementara tugas-tugas yang lain, biarlah dilimpahkan kepada istri pertamamu. Bukankah seharusnya begitu yang lebih adil?""Lancang mulutmu! Seperti tidak pernah diajari bagaimana caranya menjadi istri yang baik!" Tanpa sadar Akmal mencengkeram lengan istrinya. Sebelah tangannya yang lain meraih nampan dan tanpa bisa dicegah lagi, Akmal menjatuhkan nampan itu ke lantai.Cairan susu tumpah kemana-mana, berceceran membasahi karpet yang terhampar. Untung saja lantai dialasi oleh karpet, sehingga gelas dan piring yang terbuat dari kaca itu tidak pecah. Hanina menatap menu sarapannya yang akhirnya menjadi sia-sia."Seharusnya kamu lah yang perlu diajari bagaimana caranya menjadi suami yang baik. Kamu pikir keputusanmu untuk membohongiku lalu menjadikanku sebagai istri kedua itu adalah benar?!" balas Hanina. Dia mendorong tubuh sa

    Last Updated : 2024-08-07
  • Ternyata Aku Istri Kedua    Kamu Mengancamku?

    Bab 5"Bertanyalah kepada istri pertamamu, Mas. Jangan bertanya padaku," sarkas Hanina seraya menepis tangan Akmal yang mencoba meraih bayinya. "Kamu nggak perlu peduli sama Aqila. Sana pergi. Kamu akan terlambat ke kantor jika harus menangani Aqila.""Tapi dia tengah menangis." Akmal menggeletakkan tasnya begitu saja di lantai, lalu mencoba meraih dan menggendong putri kecilnya. Anehnya, bayi itu langsung tenang setelah pundaknya ditepuk-tepuk oleh Akmal. Ini sungguh ajaib. Seketika Hanina menghela nafas dan dalam sekejap dadanya terasa kembali normal. "Segeralah kamu ke kantor, Mas. Jangan sampai Papa marah karena kamu terlambat pagi ini. Hari ini bukannya jadwal pertemuan bulanan dengan dewan komisaris?" Hanina mengingatkan seraya mengambil kembali Aqila yang sudah tenang dari gendongan suaminya."Ya baiklah. Kalau begitu aku berangkat." Pria itu berbalik tanpa menoleh lagi. Bersamaan dengan itu, asisten rumah tangganya yang bernama Wati itu datang. Perempuan berumur 45 tahun it

    Last Updated : 2024-08-08
  • Ternyata Aku Istri Kedua    Kembalikan Aqila!

    Bab 6 Bukannya tadi pagi Risty sangat menginginkan untuk menimang Aqila dan Akmal harus rela mengalah, menahan egonya yang ingin membela kepentingan istri pertamanya, demi menjaga ketentraman di rumah ini? Namun sekarang Akmal tidak akan mau mengalah lagi, karena ternyata Hanina mulai menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.Aqila adalah kelemahan Hanina dan sudah saatnya Akmal melanjutkan rencananya, karena baginya negosiasi dengan Hanina sudah menemukan jalan buntu.Hanina tetap memaksa Akmal untuk memilih antara dirinya dan Risty.Hanina pun sudah terlanjur tahu jika ia memiliki istri yang lain. Akmal tidak pernah berpikir jika Hanina akan berbuat sejauh itu, tapi nasi sudah menjadi bubur. Seandainya dia tidak keceplosan malam itu, mungkin Hanina masih bisa diajak kompromi. Namun nalurinya sebagai seorang suami tidak rela jika Hanina menganggap Risty sebagai selingkuhannya. Setidaknya dia lebih dulu hidup bersama dengan Risty ketimbang dengan Hanina. Akmal selalu mensugesti diri

    Last Updated : 2024-08-09
  • Ternyata Aku Istri Kedua    Tahu Diri

    Bab 7"Setidaknya Hanina tidak perlu tahu jika aku punya istri yang lain dan dia hanya dijadikan sebagai istri kedua. Kau tahu apa arti istri kedua bagi sebagian orang, bukan?" Akmal mendengus, lalu memilih berbalik. Tidak ada gunanya ia marah-marah, toh tetap saja ia harus memikirkan cara supaya jabatan itu kembali kepada dirinya. Dia tidak mau menjadi pengangguran. Mencari pekerjaan lain di situasi sekarang ini bukan hal yang mudah. Dulu pun dia hanya bekerja sebagai seorang staf dan gaji yang diterimanya tidak seberapa, sementara dia harus membiayai Risty, juga ibunya. Jika yang menjadi istrinya hanya Hanina, tentu tidak masalah, karena tanpa ia biayai sekalipun, Hanina sudah kaya, bahkan apa yang ia miliki sekarang ini sebenarnya juga milik Hanina, hanya saja Risty yang terlalu pongah ataupun percaya diri dan menganggap jika Akmal sudah memiliki segalanya.Hal yang tidak dipahami oleh sebagian orang, jika sebenarnya seorang pimpinan perusahaan itu bisa saja di depak, karena bag

    Last Updated : 2024-08-10
  • Ternyata Aku Istri Kedua    Sandiwara

    Bab 8"Kamu mau bikin usaha apa, Mal? Kalau memang prospeknya bagus, Papa pasti dukung kok. Nanti kamu bikin proposal, biar Papa yang jadi investor pertama kamu," tawar pria setengah tua itu antusias.Hanina memutar bola matanya malas, tak mau menanggapi ucapan sang papa. Dia menyerahkan Aqila kepada ibunya, kemudian segera menggamit lengan pria muda yang kini tengah duduk berhadapan dengan papanya itu."Aduh, Pa, soal itu nanti saja dibahasnya ya. Bakalan panjang pembicaraan. Aku mau buru-buru ke kantor nih. Mas Akmal udah janji mau nganterin," sergah perempuan itu. Mukanya sengaja dibuat cemberut, yang di tanggapi Darmawan dengan tawanya yang lebar."Kamu itu, Nak. Ada-ada saja." Pria itu bangkit, lalu menepuk bahu menantunya. "Kalau kamu butuh sharing sama Papa, Papa selalu bersedia kapanpun. Jangan sungkan sama papa ya, Nak. Kamu sudah nunjukin di hadapan Papa, jika kamu punya kemampuan yang bagus.""Terima kasih, Pa. Nanti kita bahas lagi soal itu. Sekarang aku mau mengantar Han

    Last Updated : 2024-08-11
  • Ternyata Aku Istri Kedua    Ceraikan Aku, Mas

    Bab 9Hanina sengaja pulang dengan dijemput oleh sopir papanya karena dia akan menjemput Aqila terlebih dulu. Bayi lucu itu nampak berbinar-binar saat mendapati Hanina datang dan membawanya ke dalam gendongan."Mau langsung pulang, Nak?" tanya ibunya."Iya, Ma. Takutnya keburu magrib. Kasihan Aqila," sahut perempuan itu. Hanina meraih tas perlengkapan Aqila, tapi tangan ibunya lebih sigap. Dia mengiringi langkah Hanina sembari membawa tas itu menuju ke mobil."Mama akan senang sekali seandainya kamu menginap, Nak. Sejak melahirkan, kamu belum pernah menginap di sini. Nggak apa-apa, ajak Akmal juga. Rumah ini selalu sepi tanpa kamu," bujuk perempuan paruh baya itu."Salah Mama dan Papa karena hanya punya anak tunggal." Hanina mencebikkan bibirnya."Mau bagaimana lagi? Papa dan Mama sudah tua. Sudah tidak bisa lagi bikin adik buat kamu." Tawa Liani, nama perempuan baya yang melahirkan Hanina ini seketika pecah. Dia mencubit pipi putrinya yang juga terlihat memerah."Ada-ada saja Mama in

    Last Updated : 2024-08-12

Latest chapter

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Hanya Soal Waktu

    Bab 145"Nggak usah didengerin ucapan Mama. Kalau memang kamu nggak siap melakukan hubungan suami istri, aku bisa menunggu kok. Santai aja," ujar Reza menenangkan Dira yang terlihat amat gelisah saat mereka dalam perjalanan pulang dari bandara untuk mengantar rombongan ibunya."Bukan soal itu. Aku hanya kepikiran soal kita kedepannya. Aku nggak menyangka kita bisa melangkah sejauh ini," keluh gadis itu."Tidak apa-apa. Memang sudah jalannya begitu, yang penting kamu bisa menjalaninya dengan baik.""Aku nggak yakin." Tatapan Dira nampak kosong, meski di sepanjang perjalanan, nampak gedung-gedung pencakar langit berdiri dengan angkuh, mengalahkan rumah-rumah petak di sekitarnya."Aku akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meyakinkan kamu. Yang penting kamu nggak menentang jalan yang sudah kita ambil. Ini hanya soal waktu, jadi kita kembalikan saja kepada waktu.""Kamu begitu yakin, Reza?""Tidak ada hal yang membuatku tidak yakin, karena kurasa yang ada dalam dirimu itu bukan cinta,

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Kamu Nggak Sendirian

    Bab 144Luka itu kembali terbuka. Dia tidak menyangka Rio dan Risty muncul, padahal gadis itu merasa tidak pernah mengundang kedua orang itu. Lalu siapa yang mengundangnya? Apakah Hanina?!"Kamu harus hadapi semuanya, Dira. Jangan menghindar terus, karena terapi yang paling baik buat kesembuhan hati kamu adalah bertemu dengan orang yang membuat hatimu sakit, walaupun mungkin di awal perih. Tapi percayalah, lukamu akan segera sembuh." Hanina berbisik, lalu dia segera undur dua langkah dan memberikan kesempatan kepada para undangan yang lain untuk bersalaman dengan Dira dan Reza.Lagi-lagi gadis itu mengangguk dan anggukan itu pula yang ia tunjukkan saat harus bersalaman dengan Rio dan Risty. Pria di samping Dira itu hanya tersenyum kecut manakala akhirnya bisa bertemu langsung dengan pria yang sangat dicintai oleh Dira.Tanpa sadar dia membandingkan antara ia dengan Rio. Dilihat dari postur tubuh, dia tidak kalah dengan Rio, sama-sama gagah dan tampan, meski tentu struktur wajah mereka

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Menjalani Takdir

    Bab 143Aroma bunga yang semerbak tercium dengan jelas dari bunga-bunga yang disebarkan ke seluruh penjuru ruangan ini. Ruangan tamu di rumahnya yang tidak terlalu luas kini disulap menjadi ruangan tempat akad nikah. Pagi ini Reza akan melafalkan akad nikah atas nama dirinya. Dira menghela nafas. Akhirnya dia menyerah. Dia bersedia menikah dengan Reza, meski tak ada sedikitpun rasa cintanya pada pria itu. Sebelumnya dia selalu berkhayal jika ia akan menikah satu kali seumur hidup dengan orang yang ia cintai, tapi kenapa semuanya menjadi begini? Seolah takdir memaksanya untuk menerima pria itu. Dia hanya menganggap Reza sebagai teman, malaikat penolongnya. Seandainya tidak ada Reza waktu itu, maka barangkali dia sudah rusak oleh kecerobohan yang dibuatnya sendiri.Klub malam bukanlah tempat yang baik untuk gadis perawan seperti dirinya."Sebentar lagi mempelai pria akan datang, Nak. Jangan cemberut terus," tegur ibunya yang saat itu sudah masuk ke dalam ruangan dan kini duduk di sis

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Rezeki Anak-anak

    Bab 142Hanina celingak-celinguk, sembari mengerjapkan matanya berulang kali. Bayangan yang sempat dilihatnya barusan kini telah lenyap, padahal dia merasa belum lima menit ia memalingkan wajah ke arah lain, tapi sosok yang ia kenali sebagai Reza dan Dira itu sudah lenyap dari pandangannya."Kenapa, Sayang?" Akmal yang tengah menggendong Aqila itu pun memasang tampang keheranan menyaksikan tingkah istrinya. Dia memang lebih fokus pada putrinya dan mengabaikan sekelilingnya."Aku seperti melihat Dira di sini, tapi ke mana ya? Barusan dia ada di situ," tunjuk Hanina pada sebuah bangku dan meja yang memang barusan digunakan oleh Dira dan Reza untuk duduk bersantai sembari menikmati udara dan pemandangan laut."Nggak ada tuh." Akmal menatap arah yang ditunjuk oleh istrinya. Hanya ada sepasang kursi dan meja yang di atasnya dua batok kelapa dan bungkus cemilan."Tapi aku seperti melihat mereka. Aku masih mengenali Dira dan...." Perempuan itu menyanggah."Kok bilang mereka? Memangnya kamu l

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Teman Tapi Mesra?

    Bab 141Reza tertegun sejenak. Namun sedetik kemudian dia sudah bisa menguasai diri. "Tenanglah, aku nggak sakit kok. Kamu nggak perlu segitunya." Pria itu menarik tubuh Dira hingga akhirnya gadis itu kembali bangkit dan terduduk di ranjang.Keduanya kini duduk berhadapan dan lagi-lagi Reza menangkup kedua pipi gadis itu."Aku akan tanggung jawab. Sejak awal aku yang membawamu kemari, meskipun itu atas keinginanmu sendiri. Jika memang kedua orang tua kita mengira kita tinggal bersama atau melakukan hal yang tidak benar, aku akan berusaha meluruskannya. Kamu tenang aja." Reza meyakinkan."Bagaimana aku bisa tenang jika sudah seperti ini? Bagaimana kalau nanti kita dipaksa untuk menikah? Aku nggak mau kita terlibat dengan urusan pribadi. Lagi pula kita nggak ada hubungan apa-apa, masa iya dipaksakan gitu? Aku nggak mau tahu, kamu harus pastikan mereka bisa mengerti bahwa kita nggak ada hubungan apa-apa. Aku ke sini cuma untuk kerja," oceh Dira panjang lebar."Ya, tinggal nikah saja." P

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Tanggung Jawab

    Bab 140Dengan berat hati, Adira memberikan alamatnya di Jakarta. Kali ini ia tidak punya pilihan, meski perasaannya semakin resah, tak bisa membayangkan bagaimana tanggapan orang tuanya nanti seandainya ibunya Reza benar-benar datang ke rumahnya.Dia tidak kuasa membayangkan kemarahan bapak dan ibunya.Namun menilik dari sikap yang ditunjukkan oleh perempuan tua itu, sepertinya Kartika memang serius. Ibunda dari Reza itu kini sedang menelpon seseorang dan terlibat pembicaraan serius. Bahkan Dira mendengar namanya dan Reza disebut-sebut dalam pembicaraan mereka.Apa yang sedang direncanakan oleh perempuan tua itu?"Baiklah. Sekarang Mama pamit dulu. Dan ingat Reza, jangan macam-macam dengan anak gadis orang selama kamu belum bisa menghalalkannya," pesan Kartika yang iringi anggukan oleh Reza."Iya Ma. Jangan khawatir. Aku bukan pria rendahan yang suka mengumbar hawa nafsuku pada sembarang wanita," sahut Reza menimpali."Kecuali pada gadis ini, kan?" balas Kartika seraya mendengus. Seb

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Terlihat Begitu Murahan

    Bab 139Perempuan bernama Kartika itu menatap Adira dari atas ke bawah. "Jadi kamu yang bernama Adira?!""Iya Tante, maaf." Adira seolah kehabisan kata-kata. Dia tidak menyangka jika ternyata ibunda dari Reza ini pagi-pagi sudah sampai di apartemen ini. Apakah Sonya sudah bercerita tentang mereka? Mengapa Sonya bercerita secepat itu? Padahal mereka baru saja bertemu kemarin siang. "Sudah berapa lama kalian tinggal bersama?" Tentu saja perempuan tua itu langsung mengira hal yang tidak-tidak. Saat ini Adira hanya mengenakan celana pendek dengan atasan gaun tanpa lengan, itu pun dari bahan kain yang cenderung menerawang. Adira pun tidak menyadari penampilannya ini karena saat keluar kamar pertama kali usai bangun tidur, dia lupa jika di apartemennya ini ada seorang lelaki dewasa yang berpotensi akan terangsang saat melihat penampilannya yang seksi.Gadis itu meringis saat menyadari penampilannya. Pantas saja tatapan Reza saat ia memasak tadi begitu berbeda. "Ya Tuhan, aku terlihat beg

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Memangnya Kamu Mau?

    Bab 138"Malam ini Papa ingin mengunjungimu, Nak. Jangan marah ya," ucap Akmal dalam hati saat ia memulai penyatuan mereka. Hanina memekik tertahan ketika merasakan liang surgawinya yang terasa penuh. Seperti biasa, Akmal memang seperti itu. Dan kali ini pria itu begitu kuat, menghentak di atas tubuhnya.Dia tak munafik. Salah satu alasan yang membuat dia bertahan selama ini adalah karena permainan Akmal di tempat tidur. Sentuhannya, caranya mendamba, serta saat dia meracau nikmat, semua itu membuatnya tak bisa move on, walaupun sudah bertahun-tahun mereka berpisah. Nyatanya Akmal memang sedahsyat itu di atas pembaringan. Jadi tidak heran jika ia dengan mudah hamil Aqila sebulan setelah mereka menikah. Dan hal itu pula yang membuat Sierra begitu tergila-gila dan penasaran karena mendengar cerita Risty tentang Akmal yang begitu luar biasa jika tengah berada di tempat tidur.Satu pelajaran yang membuat semua orang harusnya tahu jika urusan tempat tidur adalah rahasia rumah tangga yang

  • Ternyata Aku Istri Kedua    Bicara Masa Depan

    Bab 137"Lumayan, tapi opening stand Hanina Collection tadi cukup ramai. Para jamaahnya Ustadz Zubair juga terlihat antusias mungkin mereka senang karena mendapatkan barang sekelas butik dengan harga kaki lima." Perempuan itu terkekeh-kekeh mengenang keseruan tadi sore. Dia memang sangat menikmati berinteraksi dengan para jamaahnya Ustadz Zubair yang ramah-ramah. Berasa mendapatkan teman baru saja! "Emak-emak memang begitu. Termasuk aku sendiri. Memangnya siapa sih yang nggak mau dapat barang berkualitas dengan harga murah?"Akmal langsung tepuk jidat. Dia melirik Aqila yang kini sudah berbaring di tempat tidur, berharap semoga saja pembicaraan mereka tidak membuat tidur putrinya terganggu. Aqila tidur di dalam gendongannya saat mereka akan menuju kemari, sehingga Akmal langsung merebahkan putrinya di pembaringan, sementara Hanina menaruh tasnya di atas meja nakas."Para perempuan memang selalu begitu, dan aku nggak masalah, Sayang. Lagi pula kecintaan kamu pada dunia fashion akhirn

DMCA.com Protection Status