Terkabulnya Do'a Sang Mantan

Terkabulnya Do'a Sang Mantan

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-16
Oleh:  Mariah Siti  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
15Bab
665Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Fachrisa adalah anak yatim yang sedang menempuh pendidikan Ilmu agama. Namun, dikarenakan Ibunya sedang sakit, dia memutuskan untuk berhenti belajar, dan bertekad untuk segera menikah sesuai keinginan Sang Ibu. Merasa Sang Ibu tak memiliki umur panjang, Fachrisa lantas ingin mendukung kekasihnya untuk bisa segera membawa hubungan mereka ke sebuah ikatan pernikahan. "Kenapa enggak tahu Kang? Ibu sudah sering nanyain Akang kenapa belum ke rumah lagi. Aku nggak tega melihat Ibu, Kang." jawabku sendu serasa dunia ini tidak ada yang peduli padaku. "Dulu itu pertama dan terakhir Akang ke rumahmu! Jadi, jangan berharap Akang akan ke rumahmu lagi. Akang harap, kamu tidak menunggu Akang dan hidup bahagia dengan lelaki yang datang melamarmu nanti." Deg. Aku merasakan sakit hati yang luar biasa. entah kenapa, semenjak Kang Aldi dipindah tugaskan di cabang pesantren yang lain, Kang Aldi menjadi sedikit berubah. Entah karena apa! Yang aku tahu, bahwa ada banyak wanita yang menyukainya, sedangkan Kang Aldi tak ingin waktu belajarnya terganggu. Namun, apa jawaban tak terduga ini maksudnya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Do'a Yang Terkabul

"Kang, kapan Akang akan datang kerumah untuk memastikan hubungan kita?" tanyaku pada lelaki yang berada di sebrang sana yang bernama Aldi, yang sudah mewarnai hari-hariku selama tiga tahun di pondok. "Enggak tahu!" jawabnya ketus. Aku menahan rasa yang entah apa itu, yang pasti aku merasa dejavu dengan jawaban seperti itu. "Kenapa enggak tahu Kang? Ibu sudah sering nanyain Akang, katanya kenapa belum ke rumah lagi. Aku nggak tega melihat Ibu kang." keluhku yang membuat dia mendengus kesal. "Dulu itu pertama dan terakhir Akang ke rumahmu! Jadi, jangan berharap Akang akan ke rumahmu lagi! Akang harap, kamu tidak menunggu Akang. Kamu harus menerima siapapun yang melamarmu. Akang do'ain semoga kamu hidup bahagia dengan lelaki yang datang melamarmu nanti." Deg. Aku merasakan sakit hati yang luar biasa setelah apa yang dia ucapkan. Entah kenapa, semenjak Kang Aldi dipindah tugaskan di cabang pesantren yang lain, Kang Aldi menjadi sedikit berubah. entah karena apa! yang aku tahu, bahwa

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Siti Mariah
... harus tetap semangat..
2023-12-23 21:25:04
0
15 Bab

Do'a Yang Terkabul

"Kang, kapan Akang akan datang kerumah untuk memastikan hubungan kita?" tanyaku pada lelaki yang berada di sebrang sana yang bernama Aldi, yang sudah mewarnai hari-hariku selama tiga tahun di pondok. "Enggak tahu!" jawabnya ketus. Aku menahan rasa yang entah apa itu, yang pasti aku merasa dejavu dengan jawaban seperti itu. "Kenapa enggak tahu Kang? Ibu sudah sering nanyain Akang, katanya kenapa belum ke rumah lagi. Aku nggak tega melihat Ibu kang." keluhku yang membuat dia mendengus kesal. "Dulu itu pertama dan terakhir Akang ke rumahmu! Jadi, jangan berharap Akang akan ke rumahmu lagi! Akang harap, kamu tidak menunggu Akang. Kamu harus menerima siapapun yang melamarmu. Akang do'ain semoga kamu hidup bahagia dengan lelaki yang datang melamarmu nanti." Deg. Aku merasakan sakit hati yang luar biasa setelah apa yang dia ucapkan. Entah kenapa, semenjak Kang Aldi dipindah tugaskan di cabang pesantren yang lain, Kang Aldi menjadi sedikit berubah. entah karena apa! yang aku tahu, bahwa
Baca selengkapnya

Pertemuan Pertama

Ke esokan harinya. Aku membantu Ibu di dapur. Di rumah hanya ada kami berdua. Karena semua Kakak-ku sudah mempunyai rumah sendiri.Apabila aku di pondok, Ibu terkadang menginap di rumah Kakak. Terkadang juga sendirian di rumah. Semenjak pembicaraan kemarin, tak ada pesan lagi dari Kang Aldi untuk memberi kepastian tentang hubungannya. 'Mungkin lagi sibuk' batinku.Sempat merasa kecewa padanya, tapi aku tidak bisa apa-apa."Gimana dengan Aldi? Apa dia akan kesini?" pertanyaan Ibu yang membuatku tambah merasa bersalah."Enggak tahu Bu. Lagi sibuk mengajar di pesantren yang lain Kang Aldinya, Ibu jangan ngarep-ngarep dia ya, Do'akan aku ya Bu, semoga secepatnya bisa menikah." jawabku dengan senyum sumringah yang di buat-buat."Ibu pasti do'ain kamu. Kamu jangan sedih! Enggak apa-apa kalo enggak jodoh sama Aldi juga. Pasti Allah memberi gantinya dengan yang lebih baik." Beliau mencoba menenangkanku. Padahal yang aku tahu, beliau sangat berharap kepada Aldi. Tapi mungkin beliau tahu, bah
Baca selengkapnya

Musibah dan Lamaran

"Bang! ini kuncinya ketinggalan." seruku padanya. kulihat Bang Halim memeriksa saku jaketnya, dia menepuk jidatnya lalu menghampiriku. "Hati-hati di jalan." kataku padanya, sedangkan dia hanya menjawab dengan menganggukan kepalanya. dia pun pamit untuk pulang, karena waktu semakin malam. Dua hari berlalu setelah pertemuan pertamaku dengan Bang Halim. Hubunganku dengan Bang Halim berlanjut. Aku sempat berpikir bahwa apabila setelah pertemuan pertama kami Bang Halim berubah, oke, berarti kami tidak berjodoh, tetapi hingga kini bukannya Bang Halim menjauh, tetapi malah semakin dekat.Sedangkan Kang Aldi belum tahu tentang aku yang sudah dilamar orang lain. Aku belum siap bicara, karena belum ada kepastian yang sebenarnya dari pihak orang tua Bang Halim.Demi kehidupanku yang lebih baik untuk kedepannya. aku kencengin berdo'a kepada-Nya, agar diberi jalan yang pasti. Setiap malam aku selalu terbangun untuk melaksanakan Qiyamul lail. Sebelum sholat, ku tengok Ibu di kamarnya, karena aku
Baca selengkapnya

Berpisah Untuk Memulai

Setelah kejadian Ibu yang jatuh, dan Bapak Bang Halim melamar di hari yang sama, semua Anak-Anak Ibu berkumpul untuk bermusyawarah. Karena keadaan Ibu yang semakin parah. Kami putuskan untuk segera melaksanakan pernikahan. Aku dan Kak Akbar langsung berangkat kepondok pesantren tempatku belajar. Guna untuk meminta izin kepada Guruku untuk menentukan tanggal pernikahan."Jodoh itu gak bisa disangka-sangka ya... baru juga kemarin Risa daftar kesini mau belajar, sekarang sudah izin aja mau menikah." kata Kiyai terkekeh, "Iyah, Pak, Alhamdulillah.""Kenal dimana? keseharian Risa kan di Asrama, baru juga kemarin libur ngajinya." tanya Bu Nyai padaku. "Dikenalkan sama teman Bu, kebetulan itu juga saudaranya. kenalnya juga baru-baru ini." jawabku berusaha untuk sopan. "Alhamdulillah... Mungkin sudah jodohnya ya. Mudah-mudahan lancar hingga hari H nya." "Sekarang tanggal berapa Bu?" tanya Pak Kiyai kepada Istri beliau. "Tanggal satu Pak." Kulihat Guru sedang mengitung tanggal. "Dua ming
Baca selengkapnya

Gagal un-boxing

Setelah pembicaraan dengan Kang Aldi Dua minggu yang lalu, Hari ini adalah hari pernikahanku. Saat ini, aku sedang menunggu kedatangan rombongan keluarga Bang Halim. Pernikahanku tidak megah, hanya acara Walimatul Ursy tanpa resepsi. Karena aku dan Bang Halim tidak mau terlalu membebani orang tua.Bang Halim dan rombongannya datang, ku lihat Bang Halim dari jendela kaca kamarku. Ia memakai kemeja putih dibalut dengan jas hitam tanpa dasi. Sungguh rupawan Bang Halim. Diantara semua mantanku, hanya Bang Halim lah yang paling oke. Meski tidak segagah yang sering aku baca di Novel, meski tak setampan oppa oppa korea, tapi Bang Halim tetap termanis dari yang pernah kenal denganku, termasuk mantanku. Ternyata Allah kabulkan keinginanku yang dulu pernah aku utarakan didepan teman-temanku. Yaitu ingin memiliki suami yang hitam manis.Jantungku berdetak dengan cepat, Aku gugup.Sebentar lagi Bang Halim akan melaksanakan Ijab Qabul dengan Waliku, yaitu Kak Akbar Kakak sulungku. Sebentar lagi s
Baca selengkapnya

Apakah Dia Merindukanku?

Sehari setelah pernikahan, aku diajak ke rumah Bang Halim, dan berencana menginap satu malam di sana. Sebenarnya, aku kecewa dengan semua keluargaku. Dimana setelah menikah, tak ada seorangpun yang ikut menemaniku untuk pergi ke rumah Ibu Mertua. sebagaimana teradisi di kampung setelah melaksanakan akad pernikahan. Keluarga mempelai wanita berombongan pergi ke rumah mempelai laki-laki, biasa disebut juga dengan istilah ngunduh mantu. Namun, aku tidak melakukannya, padahal aku sangat ingin, tapi entahlah dengan semua saudaraku yang seperti enggan untuk mengantarkanku. Akhirnya, hanya aku dan Bang Halim yang pergi kerumah keluarga Bang Halim. Aku begitu perihatin dengan diriku sendiri, seakan-akan pernikahanku bukanlah hal yang penting dan istimewa bagi mereka. Seandainya Ibu masih sehat dan ingatannya belum lemah, mungkin aku akan ditemani olehnya. Karena Ibu belum pernah bertandang ke rumah Ibunya Bang Halim. Tetapi, aku mencoba ikhlas dan ridho dengan segalanya. Yang ku harapkan sa
Baca selengkapnya

Bab 7 Pov Halim

"Wa'alaikum salam.." Aku menjawab dengan gugup, sambil mencium tangan Bang Halim, meski sudah menjadi suami istri, aku masih canggung dengan Bang Halim. Karena usia pernikahan kami juga belum ada dua minggu.Aku menyuguhkan minuman untuknya. Sebentar mengobrol dan Setelahnya kami makan bersama. Ketika semuanya selesai, Bang Halim membuka tasnya, dan memberikan sebuah jam dingding yang aku pesan padanya.Lalu Bang Halim menggenggam tanganku."Maaf yaa, Abang pulang enggak bawa apa-apa, karena baru beberapa hari bekerja, jadi belum dapat uang banyak. Ini Abang kasbon dulu sama bos, bos cuma kasih 50 ribu, 30 ribu abang belikan Jam. 10 ribu dibelikan buat bensin, Nah ini 10 ribu sisanya." Aku tersenyum melihat Bang Halim menjelaskan sambil menyodorkan uang 10 ribu dengan ekspresi wajah yang merah, mungkin merasa malu."Maaf yaa, Abang baru bisa ngasih nafkah 10 ribu buat Adek, Nanti kalo udah gajihan, Abang kasih semua ke Adek." katanya dengan senyum sumringahnya. Aku pun menganggukan ke
Baca selengkapnya

Bab Delapan Mantan

[Akang kapan Menikah? dengan siapa? aku enggak nyangka Akang bisa secepat ini bisa melupakanku!] kubaca pesan itu. Aku mengernyitkan dahi dengan pesan yang dia kirim. Maksudnya apa? Kenapa dia berbicara seperti itu? Bukankah dirinya yang memutuskan untuk menghentikan hubungannya. apa dia kira aku menemuinya waktu itu adalah main-main? [Baru dua hari yang lalu. Saya menikah dengan perempuan yang menerima Saya apa adanya.] kucoba menjawab dengan menyindirnya, agar dirinya tahu bahwa setiap orang itu berbeda cara berpikirnya, jangan mentang-mentang saat ini aku belum punya perkerjaan, hingga orang tuanya menolakku sebelum mencoba maju.[Syukurlah, maaf kalau seandainya dulu perkataan Bapak menyakiti hati Akang.][Iyah, tidak apa-apa. lagian juga udah berlalu. lagi pula saya juga sekarang udah punya istri, jadi enggak perlu dipikirkan.][Hmmm.. Yaudah terimakasih sebelum ya Kang. maaf sudah lancang bertanya. semoga rumah tangganya samawa][Oke. Aammiinn.]"Siapa?" tanya Risa yang melihat
Baca selengkapnya

jagung

"Assalamu'alaikum.." Aku dan Bang halim bersamaan mengucapkan salam. kulihat Ibu sedang berbaring di atas kasurnya. "Wa'alaikum salam..." jawabnya lirih. Aku langsung masuk ke dalam kamar yang ditempati Ibu, lalu mencium tangannya diikuti oleh Bang Halim. Lalu aku ke dapur untuk mengambil air minum untuk Bang Halim.Karena merasa lelah dengan perjalanan jauh, aku dan Bang Halim duduk menonton televisi. Kulihat Ibu masuk ke dapur, aku tak menghiraukan beliau, aku hanya berpikir mungkin beliau mau ke kamar mandi. ternyata setengah jam berlalu, Ibu tak kunjung keluar juga dari arah dapur. Karena merasa khawatir dengan keadaan Ibu, akupun beranjak untuk melihatnya. Aku bernafas lega, ternyata Ibu sedang mengupas jagung. ku lihat juga di tungku ternyata Ibu sudah merebusnya sebagian."Ibu Lagi rebus jagung?" Aku bertanya ketika Ibu sedang meniup api di tungku. Lalu beliau menoleh padaku."Iyah, ini jagung manis pemberian dari tetangga." jawabnya. Sembari membenarkan letak kayu api."Padah
Baca selengkapnya

Gosong

"Bu! selai yang dimeja kemanain?" "Enggak tahu!" jawabnya sambil mengusap-ngusap rambut basahnya."Itu Ibu pakai minyak rambut yang mana?" "Yang di meja!" "Astaghfirullah.. Bu! Itu selai nanas bu, bukan minyak rambut!" "Masa?" Ibu memegang rambutnya, lalu mengusap rambut itu. Aku terkekeh melihat tingkah ajaibnya seorang Ibu yang sudah pikun, eh! Menurun daya ingatnya maksudnya. "Iyaah Bu! itu selai nanas, coba dah Ibu rasain, rasanya pasti manis. kalo minyak rambut yang biasa Ibu pakai ada di kamar." Kulihat Ibu terkekeh geli. "Ibu keramas lagi gih, nanti susah ngilanginnya kalo udah kering."Ibu pun berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan rambutnya dari selai tanpa menjawab ucapanku sedikitpun. Aku hanya menghela nafas dalam melihatnya. Rasanya itu campur aduk, sedih ada, pengen ketawa ada, merasa cape hati pun ada. 'Semoga Allah memberi yang terbaik. Bila memang berumur panjang semoga aku kuat serta ikhlas mengurusnya. Namun apabila pendek, semoga Allah merahmatinya.' gumamk
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status