Share

Terjerat dalam Kecanduan Cinta
Terjerat dalam Kecanduan Cinta
Penulis: Helena Ayu

Bab 1

"Miana, aku hamil, jadi kamu harus segera bercerai dengan Henry, kalau nggak, betapa malangnya anak ini lahir tanpa ayah." Isak wanita itu terdengar dari ponsel. Miana mendengarnya sambil mengusap pelipisnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Apa lagi yang ingin kamu katakan, Kak Janice? Cepat katakan, akan kurekam, nanti saat proses perceraian dengan Henry, aku bisa memperoleh lebih banyak aset."

"Miana, kamu bajingan! Bisa-bisanya kamu merekam pembicaraan ini!" Wanita itu langsung menutup telepon setelah mengumpat.

Setelah panggilan tersebut terputus, Miana menunduk melihat ke lembar hasil pemeriksaan di tangannya. Tulisan "hamil empat minggu" yang tercetak di kertas itu terasa menyakitkan baginya.

Awalnya dia berniat memberi tahu Henry tentang kehamilannya malam ini, tetapi dia sekarang merasa tidak perlu lagi.

Anak ini datang pada waktu yang salah, tetapi anak ini adalah penyelamatnya.

....

Miana yang begitu tiba di rumah setelah pulang kerja disambut oleh Bibi Lina, "Nyonya, saya sudah siapkan bahan masakan sesuai dengan daftar yang Nyonya berikan tadi pagi. Nyonya bisa ganti pakaian dulu, lalu memasak."

Miana mengenakan sandalnya, berjalan masuk dan berkata, "Kamu yang masak saja, aku ingin mandi dulu."

Bibi Lina tertegun sejenak sebelum merespons, "Ah? Oh, baiklah!"

'Nyonya selalu masak untuk Tuan, bahkan sekalipun sedang sakit, apa yang terjadi hari ini?'

'Apa Nyonya sedang bertengkar dengan Tuan?'

Setelah seharian bekerja, Miana merasa sangat lelah. Dia yang tengah berendam, tanpa sadar tertidur di bak mandi.

Di tengah tidurnya, dia tiba-tiba merasakan tubuhnya kehilangan bobot.

Seketika itu juga dia membuka matanya karena terkejut.

Matanya bertemu dengan tatapan mata hitam pekat dari seorang pria.

"Bi Lina bilang kamu sedang nggak enak badan, kamu sakit?" tanya pria itu dengan nada datar. Ekspresinya tetap dingin seperti biasanya, tidak menunjukkan emosi apa pun.

Menatap mata hitam pekat pria itu, Miana tiba-tiba teringat panggilan telepon Janice. Dia pun tersenyum getir dan bertanya, "Kakak iparmu hamil, kamu ingin anak itu lahir?"

Pria itu menjawab, "Ya."

Miana mencoba membaca ekspresi pria itu, tetapi hasilnya mengecewakan.

Dia mendorong dan melompat turun dari pelukan pria itu, melilitkan handuk ke tubuhnya dan berkata dengan nada dingin, "Aku nggak akan mengizinkan dia melahirkan anak itu!"

Wanita mana pun tidak akan suka ada pihak ketiga dalam pernikahannya, apalagi sampai membiarkan pihak ketiga itu melahirkan seorang anak!

Di antara anaknya dan anak Janice, Henry hanya boleh memilih satu!

Dia tidak punya pilihan lain selain mengajukan perceraian jika Henry bersikeras memilih anak Janice.

Setelah dia mengatakan itu, Henry langsung menatapnya dengan tajam dan dingin. Sedikit menakutkan. "Kamu nggak berhak memutuskan dia boleh atau nggak melahirkan anak itu! Miana, kuperingatkan, jangan ganggu anaknya!"

Miana memandang suaminya yang telah berbagi ranjang selama tiga tahun. Dia dipelototi dengan tajam, pemilik mata itu seolah-olah ingin mencabik-cabiknya. Hatinya seakan-akan telah ditusuk-tusuk sampai berlumuran darah.

'Dia begitu melindungi anak itu!'

'Nggak heran Janice begitu arogan sampai meneleponku dan memaksaku bercerai!'

Miana tahu betul, cinta yang bersemi pada saat pertama kali bertemu, bermekar saat bertemu lagi dan makin kuat setelah bertahun-tahun, cinta yang tak terbalaskan ini pada akhirnya akan berakhir.

Miana menarik napas dalam-dalam, menahan rasa sakit yang hebat di hatinya dan perlahan berkata, "Henry, ayo kita bercerai!"

Dia tahu dirinya harus menyerahkan posisinya pada saat anak Janice lahir.

Oleh karena itu, dia merasa lebih baik sekarang bercerai daripada nanti diusir.

Kehamilan Janice merupakan bukti perselingkuhan Henry, jadi saat mengajukan perceraian, dia bisa mendapatkan lebih banyak kompensasi.

Ketika Henry mendengar kata "bercerai", ekspresinya langsung berubah masam. "Kamu ingin bercerai denganku? Apa karena Giyan yang sangat kamu cintai itu sudah kembali?"

Miana tertegun sesaat, lalu tersenyum dingin dan menjawab, "Karena kamu tahu aku sangat mencintai Giyan, cepatlah tanda tangan surat perceraian kita agar aku dan dia akhirnya bisa bersama!"

Selama tiga tahun menikah dengan Henry, dia telah berusaha untuk menjadi istri yang baik.

Meskipun dia tidak diperlakukan dengan baik oleh keluarganya, dia tetap seorang putri yang tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah. Namun, selama tiga tahun ini, demi Henry, dia belajar memasak, memanggang kue, merangkai bunga dan berbagai hal lainnya di waktu luangnya.

Henry memiliki masalah pencernaan, jadi dia setiap hari memasak makanan bergizi untuknya. Butuh waktu tiga tahun untuknya menyembuhkan kondisi pencernaan Henry.

Dia telah melakukan begitu banyak untuk Henry, tetapi Henry malah berpikir dirinya mencintai pria lain.

Bagaimana mungkin Miana tidak sedih.

Henry mengertakkan giginya, tiba-tiba mendekat ke arahnya dan berkata dengan penuh tekanan, "Kamu adalah wanitaku, sekalipun kita bercerai! Jangan pernah bermimpi untuk bisa bersama pria lain!"

Miana membalas tatapan Henry tanpa rasa takut dan berseru, "Kalau kamu nggak mau tanda tangan surat cerai, aku akan menggugatmu telah berselingkuh! Seluruh Kota Jirya akan tahu bahwa Janice adalah seorang pelakor! Kamu begitu melindunginya, pasti nggak ingin reputasinya hancur, 'kan!"

Sebelumnya, Miana masih bisa mengabaikan Janice yang sering muncul di depannya. Sekarang, bagaimana mungkin dia bisa terus bertingkah acuh tak acuh setelah tahu anak yang dikandung Janice memiliki ayah yang sama dengan anaknya!

Henry mengangkat dagu Miana dengan jari-jari rampingnya, sorot matanya terlihat dingin dan tajam. "Kalau nggak ingin Grup Senora bangkrut, bersikap yang baik! Jangan sentuh Janice!" serunya.

Setiap kata yang keluar dari mulut Henry bagaikan palu berat yang menghantam ke hati Miana.

Miana seketika merasa punggungnya merinding.

Henry melepaskan Miana, merapikan pakaiannya, penampilannya tetap terlihat sangat elite.

Setelah Henry pergi, Miana menunduk melihat penampilannya sendiri yang terlihat menyedihkan dan tersenyum getir, dia mentertawakan dirinya sendiri.

Bagaimanapun, dia merupakan seorang pengacara terkenal di Firma Hukum Astera dan salah satu pengacara terbaik di Kota Jirya. Di luar, dia terlihat begitu bermartabat, tetapi di depan Henry, dia terlihat sangat menyedihkan.

Miana segera menghentikan lamunannya, mengenakan pakaian rumah dan turun ke bawah.

Begitu tiba di ruang makan, dia mendengar suara Henry yang begitu lembut, "Jangan menangis, aku akan segera ke sana!"

Kemudian, Henry pun bergegas pergi.

Miana, menatap lima hidangan di atas meja, seketika kehilangan nafsu makannya.

Akan tetapi, memikirkan anak di dalam perutnya, dia memaksakan diri untuk makan sesuatu. Hanya saja, dia merasa seperti sedang mengunyah lilin.

Saat dia kembali ke kamarnya, ada panggilan telepon dari kliennya.

Mungkin karena minum terlalu banyak, klien itu tidak berhenti membicarakan bagaimana dia dan suaminya memulai dari nol setelah mereka menikah. Meskipun kehidupan mereka agak sulit dan melelahkan, hubungan mereka sangat baik. Sekarang mereka sudah kaya, tetapi hati suaminya pun berubah dan memiliki beberapa simpanan ....

Miana pun teringat akan tiga tahun pernikahannya dengan Henry. Selain beberapa orang terdekat yang tahu bahwa mereka adalah pasangan suami istri, orang luar lainnya tidak ada yang tahu bahwa mereka sudah menikah.

Dia berpikir bahwa kliennya ini setidaknya memiliki momen manis bersama sang suami.

Miana tiba-tiba merasa sedih memikirkan hal tersebut.

Dia dulu selalu berpikir selama dia bisa bersama pria yang sangat dia cintai, dia akan bahagia meski menjalani kehidupan yang sederhana.

Kini dia sadar bahwa dirinya hanyalah seorang budak cinta!

Pada akhirnya, klien itu tertidur di tengah curhatannya. Miana melirik ponselnya sejenak, lalu menutup matanya untuk tidur.

Dia berpikir bahwa setelah bangun, itu akan menjadi awal baru dalam hidupnya!

Di tengah malam, dia terbangun oleh dering ponselnya. Dalam keadaan linglung, sebuah suara terdengar di telinganya, "Kak Miana, tolong datang ke Nexia, jemput Kak Henry pulang, dia mabuk."

Panggilan terputus sebelum Miana dapat berbicara.

Miana menarik napas dalam-dalam. Dia sudah berpikir untuk pergi ke kantor catatan sipil besok pagi. Jika dia tidak menjemput Henry sekarang, jika Henry terlalu mabuk, dia tidak akan bisa bangun sama sekali besok pagi, urusan perceraian mereka akan tertunda lagi.

Oleh karena itu, Miana tidak punya pilihan selain keluar dari selimutnya dan bangun dari tempat tidur.

Dia berpikir, setelah mereka bercerai besok, sekalipun Henry meninggal dalam keadaan mabuk di kelab, itu sudah bukan urusannya lagi!

Selama tiga tahun pernikahan ini, Miana sudah lebih dari sekali datang ke Nexia untuk menjemput Henry, jadi dia dengan mudah menemukan ruang VIP yang dikunjungi Henry.

Melihat keberadaan Janice di ruang VIP itu, Miana tidak terkejut.

Janice akrab dengan para pemuda kaya raya tersebut, sementara dirinya, istri sah Henry, malah tampak seperti orang asing yang salah masuk ke lingkaran mereka, terlihat sangat tidak cocok.

"Kak Miana, maaf malam-malam merepotkanmu!" Carel Ferno, yang meneleponnya, paling muda di antara mereka, sangat mengagumi dan sangat peduli dengan urusan Henry.

"Nggak apa-apa," balas Miana dengan lembut dan tersenyum.

Para pemuda kaya raya yang bergaul dengan Henry tidak pernah menghargainya, selalu memanggil namanya secara langsung, hanya Carel yang memanggilnya "Kak Miana".

Selain itu, Carel adalah adik dari Giyan Ferno, jadi Miana memiliki kesan yang cukup baik terhadap Carel.

Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara dingin berkata, "Kak Janice sudah datang, dia pasti akan menjaga Henry, kamu nggak perlu di sini lagi, pulang saja."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status