Share

Bab 4

Author: Helena Ayu
Kedua bibir Henry saling menekan dan sepasang mata hitam pekatnya tertuju pada Sherry. "Dia mengalami kecelakaan mobil?" tanya Henry.

Seketika, Henry teringat panggilan telepon dari Miana tadi malam.

'Kalau itu benar ....'

Pada saat ini, pintu kamar rawat terbuka dan Miana masuk dengan aura yang dingin.

Saat Janice melihat Miana, matanya memancarkan rasa kebenciannya, tetapi dia segera menyembunyikannya dan berkata dengan tergesa-gesa, "Baru saja kudengar kamu mengalami kecelakaan mobil, cepat kemarilah, biar aku lihat apakah kamu terluka parah atau nggak?" Sikapnya ini seolah-olah sangat peduli pada Miana.

Pada saat ini, raut wajah Henry mengelap.

'Bisa-bisanya Miana bersekongkol dengan sahabatnya untuk membohongiku.'

Miana berjalan mendekat, lalu menarik Sherry ke belakangnya dan berkata, "Kamu pergi dulu, biar aku yang tangani masalah ini."

Sherry buru-buru berkata, "Aku sungguh nggak melakukan apa pun, dia sendiri yang menampar dirinya!"

Miana menyela, "Aku tahu, kamu pergi dulu."

Miana sekarang tidak yakin apa yang akan dilakukan Henry, tetapi dia tahu bahwa Sherry tidak akan mendapatkan keuntungan sama sekali dengan tetap berada di sini.

Sherry menggigit bibirnya sebelum berjalan keluar dengan mata merah.

Wiley melirik Henry sejenak, lalu juga meninggalkan kamar rawat.

Di dalam ruangan itu dalam sekejap hanya tersisa tiga orang.

Miana berjalan ke sisi ranjang rumah sakit, memandang Janice dari atas dan bertanya, "Kudengar kamu ditampar, apa lukanya parah? Sudah melakukan pemeriksaan?"

Sidik jari di wajah Janice sudah menjadi samar, jadi tidak memenuhi standar pemeriksaan lagi.

Janice menggigit bibirnya, memandang Miana dengan tatapan sedih sambil berkata, "Dia memukulku di bagian yang nggak terlihat, jadi nggak bisa diperiksa! Terserah kamu percaya atau nggak kalau dia sudah memukulku!"

"Apa kamu bodoh? Dia memukulmu di bagian lain, tapi kamu nggak mengatakannya! Bagaimana kalau terjadi sesuatu?" seru Henry yang marah pada Janice.

Mata Janice seketika berkaca-kaca dan dia berkata, "Aku nggak ingin, karena diriku, kamu dan Miana ribut. Kupikir, karena nggak ada yang salah dengan tubuhku, jadi aku nggak perlu mengatakannya!"

Ekspresi Henry makin masam dan dia berkata, "Masalahmu sendiri belum selesai, tapi kamu masih khawatir urusanku dengan dia. Sungguh, ada yang salah dengan otakmu!"

Nada suaranya dingin, tetapi penuh dengan perhatian.

Miana berdiri di sana melihat semua interaksi itu. Jelas-jelas hubungannya dengan Henry yang paling dekat, tetapi saat ini dia merasa seperti orang asing yang tidak dapat berbaur di antara mereka.

Saat berada di keluarga Senora, dia juga seperti orang asing di keluarga itu.

Hatinya mulai terasa sedikit sakit.

Janice memelototi Henry dan berkata dengan marah, "Hubungan kalian berdua sudah buruk dan kamu selalu terlihat masam di depanku, ini membuatku merasa nggak nyaman! Intinya, suasana hatimu memengaruhi suasana hatiku, bagaimana aku bisa nggak khawatir?"

"Logikamu itu sangat aneh!" hardik Henry dengan ekspresi masam. "Mulai sekarang, jangan ikut campur urusanku!" tambahnya.

"Siapa yang ingin ikut campur! Hmph!" Janice mendengkus dengan manja.

Henry meliriknya sejenak dan berkata, "Aku akan panggil dokter untuk memeriksamu!"

Setelah mengatakan itu, dia menekan tombol panggilan.

Miana menarik napas panjang dalam diam, berusaha keras menekan rasa sakit di hatinya.

Dia teringat, awal tahun ini, dirinya sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit selama setengah bulan, Henry tidak pernah sekali pun datang menjenguknya.

Pada saat itu, dia selalu menipu dirinya sendiri dan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa Henry sangat sibuk, jadi tidak punya waktu untuk datang.

Namun, sekarang melihat situasi ini, dia tidak bisa lagi membohongi dirinya sendiri.

Bukan karena Henry tidak punya waktu, dia hanya tidak peduli karena orang yang sakit bukanlah Janice.

....

Ketika dokter datang untuk memeriksa Janice, Henry meraih tangan Miana dan berjalan keluar.

Sambil menatap punggung dua orang itu, Janice mengepalkan tangannya yang di bawah selimut dengan erat.

Setelah keluar dari kamar rawat, Miana melepaskan tangan Henry dan berdiri berhadapan dengannya, "Henry, kita perlu bicara!"

"Oke, kita bicara tentang tren tagar semalam dulu." Tatapan Henry pada Miana tidak menunjukkan sedikit pun kehangatan.

Tiga tahun lalu, dia menikahi Miana karena terpaksa.

Sekalipun sudah tidur bersama selama tiga tahun, dia tidak pernah memiliki perasaan sedikit pun pada Miana.

Dia mengizinkan Miana cemburu, tetapi tidak akan pernah mengizinkan Miana membeli tren tagar untuk merusak reputasi Janice hanya karena rasa cemburu.

Miana mengernyit dan berkata dengan nada dingin, "Sudah kubilang, bukan aku yang membeli tren tagar itu! Aku nggak akan pernah mengakui sesuatu yang nggak kulakukan!"

Tren tagar itu sudah dihilangkan, siapa pun sudah tidak bisa menemukan berita itu di internet, tetapi Henry tetap membicarakan masalah tren tagar itu dengan Miana.

Miana pun merasa sikap Henry itu sedikit keterlaluan!

"Apa yang sudah kuputuskan nggak akan berubah! Kuberi kamu waktu setengah hari untuk memikirkannya. Beri tahu aku keputusanmu paling lambat sebelum jam pulang kerjamu hari ini!" Nada suara Henry begitu tegas, tersirat maksudnya bahwa sekalipun Miana tidak setuju, hasil akhirnya tidak akan berubah.

Miana menatap Henry yang memancarkan aura dingin dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Kamu bahkan nggak punya bukti dan langsung menyalahkanku, bukankah ini keterlaluan?"

Miana mengatakan setiap kata dengan penuh penekanan dan dengan ekspresi sangat dingin.

Dia merasa Henry sudah terlalu kejam pada dirinya.

"Janice baru memenangkan penghargaan, berita negatif apa pun akan berakibat fatal baginya! Pokoknya masalah ini akan diselesaikan seperti itu!"

Miana tiba-tiba tertawa dan berkata, "Untuk membersihkan nama Janice, kamu mendorongku ke dalam jurang! Henry, apa kamu pernah memikirkan apa konsekuensinya bagiku saat kamu mengatakan itu?"

'Dia pasti nggak memikirkan hal itu.'

'Kalau nggak, dia nggak akan mungkin mengatakan hal seperti itu.'

Henry mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Apa uang saku dua ratus juta per bulan yang kuberikan padamu masih belum cukup? Kamu yang bersikeras ingin bekerja! Kebetulan, ini kesempatan bagus untuk kamu berhenti bekerja. Kamu cukup berada di rumah dan melayaniku dengan baik!"

Ekspresi Miana mulai sedikit pucat, dia berkata dengan tegas, "Dua ratus juta yang kamu berikan tiap bulan itu semuanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, aku pribadi nggak menghabiskan uangmu! Selain itu, aku sangat menyukai pekerjaanku saat ini dan nggak pernah berpikir untuk berhenti! Kalau kamu merasa aku kurang melayanimu karena bekerja, kamu cari beberapa pembantu lagi untuk melayanimu!"

Memang benar Henry memberinya dua ratus juta setiap bulan, tetapi pengeluaran untuk kebutuhan rumah sebelum begitu besar hingga dua ratus juta pun tidak cukup.

Sementara sebagian besar gaji Miana digunakan untuk membayar biaya rawat inap neneknya.

Jika berhenti bekerja, dia sama sekali tidak akan mampu membayar biaya rumah sakit neneknya hanya dengan mendapatkan uang bulanan sebesar dua ratus juta itu.

Oleh karena itu, bagaimana mungkin dia berhenti bekerja!

Henry menekan tiba-tiba menekan Miana ke dinding, menatapnya dengan tatapan berbahaya sambil berkata, "Aku menikahimu untuk melayaniku sepenuh hati, bukan untuk membiarkan para pembantu menggantikan tugasmu! Kalau kamu merasa uang saku dua ratus juta nggak cukup, aku bisa tambahkan dua ratus juta lagi bulan ini!"

Bagi Miana, perkataan Henry terdengar seperti memberinya sedekah.

Miana merasa sangat sedih di dalam hatinya.

Selama tiga tahun pernikahan, Henry sepertinya tidak pernah menganggapnya sebagai istri, sebagai anggota keluarga.

Dirinya hanya dianggap sebagai aksesori.

Hanya dianggap sebagai teman tidur untuk melampiaskan hasrat yang berlebih.

"Setelah kamu berhenti bekerja, kamu bisa menghabiskan waktu dengan para istri dari kalangan atas, menjalin hubungan baik dengan mereka. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk bekerja sama di masa depan!" Menurut Henry, beginilah kehidupan para istri di kalangan atas. Miana sebagai istrinya juga seharusnya begitu.

Miana menarik napas dalam-dalam, lalu berkata perlahan, "Kenapa kamu nggak membiarkan Janice tinggal di rumah dan menjadi nona besar di keluarga Jirgan?"

Janice menikah dengan kakaknya Henry, tetapi dia masih bisa mengikuti kompetisi di luar.

Bukankah Janice juga memiliki karier di luar?

"Kamu dan Janice berbeda! Janice memiliki panggungnya sendiri, dia bisa bersinar di atas panggung, sedangkan kamu hanya memiliki pekerjaan biasa. Kamu nggak bekerja pun nggak akan ada bedanya, jadi lebih baik menjadi Nyonya Jirgan dengan tenang." Henry mengangkat dagu Miana dan mata mereka saling bertemu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lorenzo Abimayu
ceritanya keren tetapi hampir sama dgn kisah hidup saya cuma saya dgn sua.i menikah karena Sama2 saling mencintai namun rumah tangga saya dihancurkan oleh pelakor
goodnovel comment avatar
Sumiyati Sumiyati
keren bgt aku suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 5

    Miana menatap mata Henry untuk waktu yang lama sebelum berkata sambil tersenyum, "Jangan pernah berpikir untuk mengorbankan diriku demi dirinya! Selain itu, Henry, yang ingin kubicarakan adalah keputusanku untuk bercerai denganmu sudah buat, kapan kamu punya waktu untuk pergi ke kantor catatan sipil untuk mengurus surat cerai kita? Ini nggak akan memakan banyak waktu!"Meskipun senyuman di wajah terlihat begitu cerah, tetapi hatinya terasa sangat sakit.Dia selalu tahu bahwa Henry memihak pada Janice, tetapi dia tidak menyangka akan sampai sejauh ini.Mustahil dia membiarkan dirinya menjadi batu pijakan untuk Janice naik ke atas!"Selesaikan dulu masalah tren tagar Janice itu dan aku baru akan memenuhi keinginanmu! Kalau sampai aku yang turun tangan duluan, yang akan kamu hadapi nggak akan sesederhana mengklarifikasi saja!" seru Henry dengan marah tanpa berpikir panjang.Menurutnya, permintaan perceraian Miana hanyalah baru untuk menarik perhatiannya.Dia tidak percaya Miana benar-bena

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 6

    Mendengar suara tersebut, Wiley segera menaikkan sekat partisi mobil.Henry memandang wanita dalam pelukannya, seakan-akan telah tersihir, dan menundukkan kepalanya untuk mencium bibir wanita itu.Miana teringat adegan Henry mencium Janice di kamar rawat hari ini, merasa sedikit mual, dan mendorong Henry, dia menutup mulutnya dan muntah kering.Mendengar suara muntah Miana, raut wajah Henry langsung menggelap."Miana, apa maksudmu!"'Aku menciumnya, tapi dia malah muntah?'Miana segera mengambil tisu dan menyeka mulutnya. Kemudian, dia mengangkat kepalanya, menatap Henry dengan mata merah dan berseru, "Kita akan bercerai, nggak pantas melakukan hal seperti ini!"Henry mengangkat dagu Miana, memaksa Miana untuk menatapnya. "Janji yang kamu buat belum terpenuhi, 'kan? Sekarang belum saatnya kita bicara tentang perceraian!"Miana menatap wajah tampan pria di depannya, tertawa kecil dan berkata, "Aku pasti akan menyelesaikan hal itu sebelum fajar besok!"Henry begitu ingin segera membersih

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 7

    Kakak ipar dan adik ipar begitu dekat dan mereka tidak takut dibicarakan orang.Wiley hendak menghentikan kepala pelayan, tetapi mendapati Miana yang duduk di kursi belakang sudah membuka pintu dan keluar dari mobil.Mendengar ucapan kepala pelayan tadi, Miana sudah bisa menebak bahwa pingsannya Kakek disebabkan oleh kemunculan Janice.Miana sudah mengingatkan Henry sebelumnya, tetapi Henry tidak memercayainya.Sekarang Kakek pingsan karena marah, dia pun bertanya-tanya bagaimana perasaan Henry saat ini.Mungkin saja Henry tidak merasakan apa-apa.Lagi pula, Henry tidak peduli pada siapa pun kecuali Janice.Ketika kepala pelayan melihat Miana, dia menjadi sedikit emosional sampai tanpa sadar suaranya meninggi, "Nyonya, cepat ikut saya!"Miana mengikutinya sambil bertanya, "Sudah panggil dokter keluarga?""Sudah, butuh dua puluh menit untuk bisa tiba.""Sudah buka jendelanya untuk ventilasi?""Semua jendela sudah dibuka."Miana mengerutkan bibirnya, lalu mempercepat langkahnya.Saat tib

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 8

    Eddy hampir mati berdiri karena marah mendengar pertanyaan Henry.Henry terkenal di dunia bisnis karena kecerdasannya.Namun, setiap kali berbicara tentang Janice, dia seperti tidak menggunakan otaknya.Miana dengan tenang menyendok semangkuk sup untuk Eddy, lalu meletakkannya di depannya sambil berkata dengan lembut, "Kakek, minumlah sup dulu."Eddy mengambil mangkuk itu dan menyesap sup di dalamnya. Amarahnya mereda. Setelah meletakkan mangkuk itu, dia kembali menatap Henry dengan tajam dan berkata, "Karena kamu menanyakan itu, aku akan beri tahu kamu alasannya.""Mia selalu memasak untukku setiap kali dia datang kemari, dia juga tahu apa yang aku suka makan, kalau ada ikan, dia akan memilah tulang ikan untukku. Mia sangat memperhatikanku!""Sedangkan Janice? Setiap kali dia hanya duduk di sofa, berlagak menjadi nona besar dan membiarkan para pembantu melayaninya. Semua pembantu di rumah harus memprioritaskannya, siapa yang akan menjagaku!"Saat mengatakan itu, raut wajah Eddy sudah

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 9

    Suara Miana membuat Henry terangsang dan dia pun memeluk pinggang Miana dengan erat, seakan-akan ingin meremasnya ke dalam tubuhnya."Miana, kamu juga menginginkanku, 'kan? Ayo, panggil aku 'Sayang', aku ingin mendengarnya."Keduanya telah menikah selama tiga tahun, hampir setiap hari mereka melakukan hubungan intim. Bagaimana membuat Miana terangsang, membuat Miana merasa sangat nikmat, Henry paling tahu.Oleh karena itu, dia mampu membuat Miana merasakan sesuatu dalam waktu singkat setiap saat, bahkan tidak sabar untuk mengundangnya.Dia belum melakukannya dengan Miana selama dua hari, jadi dia tentu ingin melakukannya.Sekarang, wanita lembut itu berada dalam pelukannya, dia tentu tidak ingin melepaskannya.Selain itu, dia belum pernah melakukannya di luar, jadi ingin mencobanya.Miana menggigit bibirnya erat-erat, tidak ingin mengeluarkan suara yang memalukan.Henry terlihat dingin dan mulia di luar, tetapi memiliki selera buruk ketika berada di atas kasur, dia suka sengaja menyiks

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 10

    Mendengar itu, Janice marah sekali dan hanya bisa berkata, "Miana memanggilmu, cepat pergilah, jangan khawatirkan aku!""Aku minta sopir mengantarmu ke rumah sakit dulu, aku akan segera menyusul." Henry kemudian menggendong Janice masuk ke mobil dan meminta sopir untuk mengemudi.Janice yang duduk di dalam mobil memperhatikan sosok Henry yang makin menjauh, lalu mengepalkan tangannya erat-erat.'Tua bangka itu!''Suatu hari nanti, aku ingin melihatmu mati di depan mataku!'Henry masuk ke rumah setelah mengantar Janice pergi.Di ruang tamu, Miana sedang duduk di sofa sambil makan buah, berbincang dengan Pak Agam, suasana begitu harmonis.Melihat itu, Henry menghentikan langkahnya.'Hubungan Miana dengan orang-orang di rumah lama begitu baik, tapi kenapa dia selalu ingin berseteru dengan Janice?'Melihat Henry datang, Miana memasukkan buah ke dalam mulutnya sambil menunjuk ke lantai dua dan berkata "Kakek sedang menunggumu di ruang kerja."Miana tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Kake

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 11

    Eddy mendengkus dingin dan berkata, "Aku nggak akan bertaruh denganmu! Lagi pula, kalau Mia nggak menginginkanmu lagi, jangan datang mencariku! Malu-maluin!"Setelah mengatakan itu, dia bangkit berdiri dan berjalan ke pintu.'Henry dengan angkuh berpikir kalau Miana nggak akan pernah meninggalkannya. Suatu hari nanti, dia pasti akan menyesalinya!'Henry mengangkat alisnya, mengambil map dokumen dan berjalan keluar.Pada saat ini, Miana sudah turun ke bawah.Melihat raut wajah Miana, Pak Agam sedikit khawatir dan bertanya, "Apa Nyonya nggak enak badan? Kenapa wajah Nyonya terlihat begitu pucat?"Miana menggeleng dan menjawab, "Aku baik-baik saja."Perkataan Henry tadi sangat melukai hatinya."Duduklah sebentar, saya akan ambilkan segelas air," ujar Pak Agam, lalu segera pergi mengambilkan air minum untuknya.Eddy dan Henry turun bersama, mereka melihat Miana sedang duduk di sofa. Eddy pun berkata, "Sudah larut dan di luar dingin, kalian menginap saja di sini untuk semalam. Kamar selalu

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 12

    Henry mengernyit dan bertanya dengan suara rendah, "Apa yang terjadi!""Miana membeli tren tagar, mengatakan kalau penghargaan penari yang kudapatkan itu karena ada orang dalam! Juga mengatakan bahwa aku dinafkahi oleh seorang investor dan ayah dari bayi yang aku kandung ini adalah anak investor itu! Sekarang reputasiku hancur, aku nggak akan pernah bisa untuk berdiri di atas panggung lagi! Masa depanku, hidupku, semuanya menjadi gelap! Apa gunanya aku hidup!"Janice berteriak histeris.Ekspresi Henry langsung berubah masam. "Tren tagar? Apa yang terjadi?" tanyanya.Henry sama sekali tidak tahu hal itu."Tanya Miana! Dia yang melakukannya, dia pasti tahu!" teriak Janice, bahkan melalui telepon bisa merasakan kemarahannya."Baiklah, jangan emosi, aku akan tanya padanya." Setelah mengatakan ini, Henry pun menutup telepon.Miana awalnya berencana untuk memejamkan matanya sebentar, beristirahat, tetapi ketika dia mendengar percakapan antara Henry dan Janice, kelopak matanya langsung berked

Latest chapter

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 550

    Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 549

    Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 548

    Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 547

    Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 546

    Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 545

    "Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 544

    Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 543

    Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 542

    Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status