Share

Bab 8

Penulis: Helena Ayu
Eddy hampir mati berdiri karena marah mendengar pertanyaan Henry.

Henry terkenal di dunia bisnis karena kecerdasannya.

Namun, setiap kali berbicara tentang Janice, dia seperti tidak menggunakan otaknya.

Miana dengan tenang menyendok semangkuk sup untuk Eddy, lalu meletakkannya di depannya sambil berkata dengan lembut, "Kakek, minumlah sup dulu."

Eddy mengambil mangkuk itu dan menyesap sup di dalamnya. Amarahnya mereda. Setelah meletakkan mangkuk itu, dia kembali menatap Henry dengan tajam dan berkata, "Karena kamu menanyakan itu, aku akan beri tahu kamu alasannya."

"Mia selalu memasak untukku setiap kali dia datang kemari, dia juga tahu apa yang aku suka makan, kalau ada ikan, dia akan memilah tulang ikan untukku. Mia sangat memperhatikanku!"

"Sedangkan Janice? Setiap kali dia hanya duduk di sofa, berlagak menjadi nona besar dan membiarkan para pembantu melayaninya. Semua pembantu di rumah harus memprioritaskannya, siapa yang akan menjagaku!"

Saat mengatakan itu, raut wajah Eddy sudah terlihat sangat masam.

Keduanya sama-sama tumbuh besar di keluarga kaya, tetapi sifat mereka begitu jauh berbeda.

"Di rumah ada koki, kenapa harus memasak sendiri? Selain itu, para pembantu di rumah dipekerjakan memang untuk melayani majikan. Janice dimanjakan sejak kecil, tentu saja butuh pembantu untuk melayaninya," ujar Henry sambil melirik ke Miana.

Baik saat bekerja maupun saat di rumah, Miana mengenakan pakaian yang formal. Setiap saat berpenampilan elegan sebagai Nyonya Jirgan.

Bahkan, saat di atas kasur pun dia berpenampilan membosankan.

Saat bersamanya, Henry selalu merasa ada sesuatu yang kurang.

Akan tetapi, kakeknya sangat menyukai Miana.

Tiga tahun lalu, kakeknya yang membuat keputusan agar dia menikahi Miana.

Cahaya di mata Miana meredup. Saat dia menundukkan kepalanya untuk meminum sup, tangannya yang memegang sendok sedikit bergetar.

Di mata Henry, semua yang dia lakukan tidak ada artinya.

Dia bekerja, Henry mengatakan itu hanya pekerjaan biasa.

Dia memasak, Henry mengatakan ada koki di rumah, jadi tidak perlu memasak sendiri.

Namun, Henry sudah makan masakannya selama tiga tahun.

Sungguh ironis.

"Kakakmu sudah meninggal dan dia belum menikah lagi, jadi dia masih kakak iparmu. Orang yang seharusnya kamu lindungi adalah istrimu sendiri, bukan kakak iparmu!" seru Eddy yang mulai sedikit marah.

Dia tidak pernah bisa mengerti mengapa Henry begitu peduli pada Janice setelah kakaknya meninggal, padahal saat kakaknya menikah, dia tidak memperbuatkannya?

"Janice hamil," jawab Henry dengan datar.

Setelah kakaknya meninggal, dia merasa memiliki kewajiban untuk menjaga Janice.

Terlebih lagi, Janice pernah menyelamatkan nyawanya saat dia masih kecil.

Sekarang Janice sedang hamil, dia harus memastikan keselamatan ibu dan anak itu.

"Henry ...." Eddy tersentak mendengar itu, lalu terbatuk hebat sebelum sempat memarahinya.

'Anak siapa itu!'

Miana segera berdiri, menepuk-nepuk punggung Eddy sambil berkata, "Sudah, jangan marah, itu nggak baik untuk kesehatan Kakek!"

Suaranya saat mengatakan itu begitu lembut.

Seolah-olah bukan dia yang duduk di sini dan mendengarkan percakapan mereka tadi.

Eddy memegang tangan Miana dengan mata berkaca-kaca sambil berkata, "Mia, Kakek minta maaf padamu!"

Jika bukan karena dirinya memaksa mereka menikah tiga tahun lalu, Mia pasti akan lebih bahagia dari sekarang.

Henry mengatup-ngatupkan bibirnya, raut wajahnya menggelap, terlihat jelas dia tidak senang.

Miana tersenyum dan berkata, "Kakek memperlakukanku seperti cucu kandung sendiri, Kakek nggak bersalah padaku, sudah, jangan membicarakan hal ini lagi, ayo makan dulu."

Jika dia mendengar Henry berkata seperti itu sebelumnya, dia pasti akan sedih.

Namun, sejak memutuskan untuk bercerai, dia mulai belajar berdamai dengan dirinya sendiri, emosinya tidak lagi bergejolak seperti dulu.

Melihat senyuman di wajah Miana, Eddy entah mengapa merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Mia, duduklah, ayo makan, aku baik-baik saja."

'Mia pasti merasa nggak nyaman karena Janice sedang hamil.'

'Masalah ini harus ditangani dengan baik, kalau nggak, hati Mia akan hancur.'

Miana menuruti ucapan Kakek, kembali duduk, lalu makan dengan tenang dan anggun.

Di mata Henry, wanita di depannya ini seperti segelas air putih, hambar dan tidak menarik.

Setelah makan malam, Eddy meminta Henry dan Miana menemaninya jalan santai.

Di taman, dia meletakkan tangan Miana ke tangan Henry dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Keinginan terbesar Kakek dalam hidup ini adalah melihat kalian menjalani hidup bersama sampai akhir hayat. Sekarang, berjanjilah di hadapanku, kalian nggak akan pernah berpisah, nggak boleh bercerai!"

Henry mengangkat alisnya, melirik Miana, dan lengkungan yang samar muncul di sudut bibirnya.

'Di depanku, dia bersikeras bilang ingin bercerai, tapi sekarang mencari dukungan dari Kakek.'

'Aku tahu, Miana, kamu sebenarnya nggak ingin bercerai.'

Miana melirik Henry tanpa mengatakan apa pun.

Karena sudah memutuskan untuk bercerai, dia tentu tidak akan membuat janji itu di hadapan Kakek.

Dia tidak ingin membohongi Kakek dengan membuat janji palsu.

Melihat kedua orang itu diam, Eddy pun menjadi marah dan bertanya, "Kalian sudah membicarakan perceraian ya!"

Dia tahu betul berita tren tagar mengenai Henry belakangan ini. Jika dia berada di posisi Miana, dia juga akan mengajukan perceraian.

Meskipun menurutnya Henry bukan pasangan yang cocok untuk Miana, dia tetap dengan egois ingin Miana tetap bersama Henry.

"Aku berjanji, aku akan terus bersama dengan Miana seumur hidupku dan nggak akan pernah bercerai dengannya." Melihat kakeknya marah, Henry segera berjanji.

Sekalipun Miana kaku dan tidak menarik, dia tidak pernah berpikir untuk mengganti istri, mungkin karena dia sudah terbiasa.

Miana memandang pria di depannya, di bawah lampu jalan yang redup, dia mendapati mata pria itu penuh kelembutan.

Pada saat ini, dia tiba-tiba merasa ingin mencoba lagi dengan Henry.

Setelah mencobanya, dia tidak akan menyesal meski hasilnya tidak baik.

Miana pun mengangguk kecil.

Eddy menghela napas lega dan berkata dengan gembira, "Henry, karena kamu sudah berjanji, kamu harus menepatinya! Di luar dingin, aku akan kembali ke kamar untuk beristirahat dulu, kalian bisa lanjut jalan-jalan sambil bergandengan tangan."

Setelah mengatakan itu, dia meminta Agam untuk menuntunnya kembali ke kamar.

Miana memiringkan kepalanya, melihat Henry dan bertanya, "Apa kamu masih ingin aku yang menyelesaikan masalah tren tagar Janice itu?"

Tangan kecil lembut wanita itu di atas telapak tangannya dan suara lembut wanita itu masuk ke telinganya. Henry menunduk, sepasang matanya bertemu sepasang mata indah yang memikat itu, membuatnya merasakan sesuatu.

Hanya dengan satu tarikan, wanita itu jatuh ke dalam pelukannya.

Kepalanya menunduk lebih dalam dan bibir seksinya menutupi bibir yang lembut itu.

"Nyonya Jirgan harus menyelesaikan masalahku dulu sekarang."

Suaranya terdengar seperti iblis yang sedang menggoda mangsanya, membuat hati orang berdebar kencang.

Tubuh mereka sangat dekat, Miana dengan jelas merasakan perubahan pada tubuh pria itu dan wajahnya pun memerah.

"Henry, ini di taman!"

'Si mesum ini!'

"Kakek pasti sudah memerintahkan para pembantu untuk nggak keluar, jadi Nyonya Jirgan nggak perlu khawatir akan ada orang yang melihat kita." Henry menggigit daun telinga Miana dan berbisik, "Nyonya Jirgan sudah basah seperti ini, kelihatannya sudah sangat menginginkanku."

Jari-jari Henry menggeliat di dalam tubuhnya. Tubuh Miana, yang telah dibuat mencapai euforia oleh Henry, segera melunak dan menempel erat pada Henry.

"Henry, jangan di sini."

Miana, dengan sisa rasionalnya, menggenggam erat ujung gaunnya, tidak membiarkan Henry berhasil.

Sekalipun tidak ada pembatu yang keluar, mereka sekarang berada di taman.

"Nyonya Jirgan nggak ingin mencoba bagaimana rasanya berada di luar, hmm?" Suara yang ditarik panjang itu terdengar penuh nafsu dan menggoda.

Sepasang mata indah Mina telah diwarnai dengan nafsu. "Henry ... hmm ...."

Saat berbicara, dia menyadari bahwa suaranya menjadi begitu sensual, seakan-akan dia sedang mengundang pria di depannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ShÌntà Rusman
Perempuan BODOH
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 9

    Suara Miana membuat Henry terangsang dan dia pun memeluk pinggang Miana dengan erat, seakan-akan ingin meremasnya ke dalam tubuhnya."Miana, kamu juga menginginkanku, 'kan? Ayo, panggil aku 'Sayang', aku ingin mendengarnya."Keduanya telah menikah selama tiga tahun, hampir setiap hari mereka melakukan hubungan intim. Bagaimana membuat Miana terangsang, membuat Miana merasa sangat nikmat, Henry paling tahu.Oleh karena itu, dia mampu membuat Miana merasakan sesuatu dalam waktu singkat setiap saat, bahkan tidak sabar untuk mengundangnya.Dia belum melakukannya dengan Miana selama dua hari, jadi dia tentu ingin melakukannya.Sekarang, wanita lembut itu berada dalam pelukannya, dia tentu tidak ingin melepaskannya.Selain itu, dia belum pernah melakukannya di luar, jadi ingin mencobanya.Miana menggigit bibirnya erat-erat, tidak ingin mengeluarkan suara yang memalukan.Henry terlihat dingin dan mulia di luar, tetapi memiliki selera buruk ketika berada di atas kasur, dia suka sengaja menyiks

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 10

    Mendengar itu, Janice marah sekali dan hanya bisa berkata, "Miana memanggilmu, cepat pergilah, jangan khawatirkan aku!""Aku minta sopir mengantarmu ke rumah sakit dulu, aku akan segera menyusul." Henry kemudian menggendong Janice masuk ke mobil dan meminta sopir untuk mengemudi.Janice yang duduk di dalam mobil memperhatikan sosok Henry yang makin menjauh, lalu mengepalkan tangannya erat-erat.'Tua bangka itu!''Suatu hari nanti, aku ingin melihatmu mati di depan mataku!'Henry masuk ke rumah setelah mengantar Janice pergi.Di ruang tamu, Miana sedang duduk di sofa sambil makan buah, berbincang dengan Pak Agam, suasana begitu harmonis.Melihat itu, Henry menghentikan langkahnya.'Hubungan Miana dengan orang-orang di rumah lama begitu baik, tapi kenapa dia selalu ingin berseteru dengan Janice?'Melihat Henry datang, Miana memasukkan buah ke dalam mulutnya sambil menunjuk ke lantai dua dan berkata "Kakek sedang menunggumu di ruang kerja."Miana tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Kake

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 11

    Eddy mendengkus dingin dan berkata, "Aku nggak akan bertaruh denganmu! Lagi pula, kalau Mia nggak menginginkanmu lagi, jangan datang mencariku! Malu-maluin!"Setelah mengatakan itu, dia bangkit berdiri dan berjalan ke pintu.'Henry dengan angkuh berpikir kalau Miana nggak akan pernah meninggalkannya. Suatu hari nanti, dia pasti akan menyesalinya!'Henry mengangkat alisnya, mengambil map dokumen dan berjalan keluar.Pada saat ini, Miana sudah turun ke bawah.Melihat raut wajah Miana, Pak Agam sedikit khawatir dan bertanya, "Apa Nyonya nggak enak badan? Kenapa wajah Nyonya terlihat begitu pucat?"Miana menggeleng dan menjawab, "Aku baik-baik saja."Perkataan Henry tadi sangat melukai hatinya."Duduklah sebentar, saya akan ambilkan segelas air," ujar Pak Agam, lalu segera pergi mengambilkan air minum untuknya.Eddy dan Henry turun bersama, mereka melihat Miana sedang duduk di sofa. Eddy pun berkata, "Sudah larut dan di luar dingin, kalian menginap saja di sini untuk semalam. Kamar selalu

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 12

    Henry mengernyit dan bertanya dengan suara rendah, "Apa yang terjadi!""Miana membeli tren tagar, mengatakan kalau penghargaan penari yang kudapatkan itu karena ada orang dalam! Juga mengatakan bahwa aku dinafkahi oleh seorang investor dan ayah dari bayi yang aku kandung ini adalah anak investor itu! Sekarang reputasiku hancur, aku nggak akan pernah bisa untuk berdiri di atas panggung lagi! Masa depanku, hidupku, semuanya menjadi gelap! Apa gunanya aku hidup!"Janice berteriak histeris.Ekspresi Henry langsung berubah masam. "Tren tagar? Apa yang terjadi?" tanyanya.Henry sama sekali tidak tahu hal itu."Tanya Miana! Dia yang melakukannya, dia pasti tahu!" teriak Janice, bahkan melalui telepon bisa merasakan kemarahannya."Baiklah, jangan emosi, aku akan tanya padanya." Setelah mengatakan ini, Henry pun menutup telepon.Miana awalnya berencana untuk memejamkan matanya sebentar, beristirahat, tetapi ketika dia mendengar percakapan antara Henry dan Janice, kelopak matanya langsung berked

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 13

    Miana memalingkan wajahnya untuk menghindari tangan pria itu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Aku adalah istri Henry Jirgan, sebelum kamu bertindak, sebaiknya pikirkan baik-baik apakah kamu bisa menanggung konsekuensi menyinggung Henry!"Di situasi genting seperti ini, Miana terpaksa menggunakan nama Henry.Di Kota Jirya, Henry dikenal dan ditakuti sebagai orang yang tidak berperasaan.Ada rumor mengenai Henry merupakan orang yang kejam dan berdarah dingin.Orang-orang ini pasti takut pada Henry dan mungkin akan melepaskannya."Semua orang di Kota Jirya tahu kalau pasangannya Henry adalah Janice, nggak pernah ada yang tahu kalau Henry sudah menikah! Cantik, berhenti membodohi kami, oke?" Pria itu meraih dagu Miana dengan kuat dan mengangkatnya, dia lalu tersenyum jahat dan berkata, "Kamu berlama-lama di sini, apa karena ingin aku yang menggendongmu masuk ke mobil?"Miana mengertakkan gigi dan berseru, "Aku nggak berbohong, aku benar-benar istri Henry! Kalau kalian nggak percaya,

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 14

    Tepat ketika tangan pria itu hendak merogoh gaunnya, beberapa jeritan terdengar dan membuat tangan pria itu gemetar ketakutan.Melihat kesempatan itu, Miana segera berteriak "Tolong aku!"Detik berikutnya, pria yang sedang menindihnya ditarik dengan kasar dan sebuah jaket pria menutupi tubuh Miana.Aroma kayu yang dingin pun tercium olehnya, membuat Miana yang sebelumnya gugup menjadi tenang."Tutup matamu dan jangan lihat!"Suara lembut seorang pria terdengar olehnya.Miana refleks melirik pria itu."Kak Giyan?"Dia sedikit tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Bagaimana bisa kebetulan seperti ini?"Ya, ini aku, tenanglah dan tutup matamu, aku akan menggendongmu ke mobilku." Mata hitam Giyan penuh kelembutan, begitu pula dengan suaranya.Miana menggigit bibirnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar, jadi dia menutup matanya dengan patuh.Suara teriakan kesakitan sewaktu-waktu terdengar olehnya.Miana refleks mengepalkan tangannya dan berkata pelan, "Kak

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 15

    Akhir-akhir ini, Miana sering mendengar rekan sekantornya membicarakan Firma Hukum Lacia yang baru dibuka. Mereka mengatakan bahwa pemiliknya merupakan seseorang yang baru pulang dari luar negeri. Karena sibuk, Miana tidak punya waktu untuk memedulikan hal ini. Dia sungguh tidak menyangka ternyata firma itu didirikan oleh Giyan.Bukankah bisnis keluarga Ferno di bidang maskapai penerbangan?Mengapa tiba-tiba membuka firma hukum?"Ternyata kamu sudah pernah mendengarnya! Benar, aku yang membuka Firma Hukum Lacia.""Seingatku Kak Giyan juga lulusan jurusan hukum di Universitas Jirya. Kalau dulu kamu menjadi pengacara, mungkin kita akan menjadi saingan!""Kalaupun aku menjadi pengacara, kita nggak akan pernah menjadi saingan!" Giyan kemudian melanjutkan ucapannya di dalam hatinya, "Aku hanya akan membantumu, membuatmu menjadi pengacara yang sukses!"Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara Sherry."Mia, Mia, kamu di mana!"Suaranya terdengar agak histeris.Miana merasa sangat terharu, dia

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 16

    Saat Miana melihat judul berita tersebut, pikirannya menjadi kosong untuk sesaat.'Gelang warisan keluarga Jirgan.''Bukankah Kakek menyuruh Henry memberikannya padaku sebagai hadiah ulang tahun?'Miana menarik napas panjang, menekan emosinya dan membuka berita tersebut.Berita itu dipublikasikan setengah jam yang lalu.Yang berarti baru saja melewati tengah malam.Miana ingat, hari ini adalah hari ulang tahun Janice.Dia memandang pria di foto itu, yang duduk tepat di tepi ranjang rumah sakit, sorot matanya begitu lembut ketika dia memakaikan gelang pada wanita itu.Wanita yang bersandar di ranjang itu tersenyum manis, terlihat begitu bahagia.Miana menggenggam ponsel dengan erat, tidak ingin lagi membaca isi berita itu, hanya merasakan tubuhnya makin dingin.Henry memberikan gelang yang seharusnya untuknya kepada Janice!Pada saat ini, terdengar bunyi notifikasi pesan masuk di ponselnya.Miana membukanya, pesan dari nomor tidak dikenal ....Isinya berupa foto yang memperlihatkan sebu

Bab terbaru

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 380

    'Bukankah demi aku, Yosef bahkan bersedia melepaskan segalanya?'Kenapa sekarang ....'"Janice, maafkan aku." Wajah Yosef penuh dengan rasa bersalah.Kehilangan Janice, dia mungkin masih bisa menemukan orang yang dia cintai di masa depan.Sementara jika dia kehilangan ibunya, tidak akan ada lagi orang yang akan sepenuh hati memikirkannya.Janice tersenyum dan berkata, "Kenapa kamu bicara seperti itu! Dasar bodoh!"Janice tiba-tiba merasa bingung akan masa depannya."Istirahatlah, aku akan menelepon dulu, akan aku selesaikan secepatnya." Yosef memeluk Janice, dan dengan hati-hati mencium pipinya.Mungkin tidak ada lagi kesempatan untuk bisa bersama di masa depan.Mata Janice seketika menjadi merah.Dia bertanya-tanya seandainya dulu dia memilih Yosef, apakah dia sudah hidup bahagia sekarang?Sayang sekali, tiada seandainya di dunia ini.Dia sendiri yang telah memilih jalan ini, jadi sekalipun penuh kesulitan, dia tetap harus menjalaninya."Jangan menangis! Tunggu beberapa tahun. Setelah

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 379

    Mendengar ucapan Yosef, Nadia langsung menangis dengan keras. "Yosef, aku adalah ibumu, bagaimana kamu bisa memperlakukanku seperti ini!"Mentalnya terguncang sejak tahu suaminya berselingkuh, dan menjadi sangat posesif.Dia tidak bisa mengendalikan suaminya, tetapi putranya adalah miliknya. Oleh karena itu, dia harus menjaga putranya erat-erat di sisinya dan tidak membiarkan wanita lain merebutnya.Selama beberapa hari ini, Yosef sangat tersiksa karena sikap ibunya itu. Dia merasa kesal, mengusap keningnya, lalu berteriak, "Diam!"Dia heran, mengapa ibunya tidak mengamuk pada ayahnya yang berselingkuh, malah mencari masalah dengannya.Yosef hampir dibuat gila oleh ibunya."Kukatakan lagi, Yosef, kamu hanya boleh menikahi Alisa Ingra! Wanita lain nggak boleh, terutama Janice, si wanita licik itu! Kalau kamu berani menikahinya, aku akan bunuh diri di depanmu!" Berita tentang Janice telah memenuhi internet selama dua hari ini. Setiap kali melihat berita itu, dia selalu mengutuk Janice.M

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 378

    Tekad dan kecemasan yang belum pernah ada sebelumnya terlihat di mata Janice. Kedua tangannya mencengkeram erat seprai, seakan-akan hanya itu satu-satunya sandaran yang dia miliki saat ini.Di samping ranjangnya berdiri Yosef yang sedang menatapnya dengan ekspresi yang tidak jelas."Yosef, aku mohon, bantu aku keluar dari sini," pinta Janice dengan suara yang bergetar dan penuh ketulusan.Mata Janice sudah merah berkaca-kaca, sorot matanya dipenuhi rasa ketakutan akan masa depan dan ketidakberdayaan terhadap situasi saat ini.Sosok Yosef yang bertubuh tinggi menciptakan bayangan berat di dalam kamar yang remang-remang.Dia menatap Janice dalam-dalam, tatapan yang dipenuhi emosi yang rumit. Ada kasihan, tidak berdaya, dan tekad yang sulit untuk diungkapkan. "Janice, aku janji akan membantumu, tapi kamu harus mengerti itu bukan hal yang mudah. Batasan internasional jauh lebih rumit dari yang kita bayangkan. Aku hanya bisa melakukan sebisaku, menyediakan jalan pelarian untukmu."Dia berka

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 377

    Ucapan Miana membuat amarah Henry bertambah. "Apa yang kamu bicarakan! Aku dan Janice nggak ada hubungan apa pun, nggak pernah melakukannya!"Dengan sangat jelas, dia ingat pernah menjelaskan hubungannya kepada Miana sebelumnya, tetapi dia bingung mengapa Miana masih berkata seperti itu!Dia merasa Miana benar-benar tidak memperhatikan apa yang dia katakan."Malam setelah kita bercerai, Janice mengirim banyak swafoto dirinya di kamar tidur ini padaku. Setelah mengenakan pakaian yang begitu seksi, kamu nggak menyentuhnya?"Miana tidak percaya. Bagaimanapun, Henry bukan pertama kali berbohong padanya.Setelah dibohongi berkali-kali, dia tentu tidak akan percaya."Nggak! Aku di ruang kerja! Selain itu, aku juga nggak tahu dia datang!" Jika dulu, Henry tidak akan repot-repot menjelaskan seperti ini.Namun, setelah mengalami perceraian dengan Miana, dia mulai memahami beberapa cara berkomunikasi dalam pernikahan.Jika ada keraguan, tanyakan langsung. Karena dipendam terlalu lama, hanya akan

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 376

    Sorot mata Kevin menajam. "Henry, kalian sudah bercerai! Apa yang kamu lakukan!"Menurutnya, Henry tidak berhak membawa pergi Miana!"Dia nggak beri tahu kamu, semalam, dia memohon untuk kembali bersamaku demi menyelamatkan Giyan?" Henry tersenyum sinis, lalu melihat Miana yang berada di pelukannya dan bertanya, "Nona Miana, yang kukatakan benar, 'kan?"Miana memelototi Henry. "Tutup mulutmu!"'Nggak ada yang menyuruhmu untuk bicara!'Kevin tersentak sejenak.Dia masih merasa bersalah atas kejadian tadi malam.Jika bukan karena dia membawa Miana keluar, orang-orang itu tidak akan membawa Miana pergi."Nona Miana, apakah kamu ingin menyelamatkan kakak seniormu ini? Hm?" tanya Henry sambil tersenyum, tanpa memedulikan tatapan Miana yang tajam itu.Miana menggigit bibirnya dan mengangguk. "Ya!"Meskipun begitu, dia tidak ingin memohon pada Henry di depan Kevin."Hanya itu?" tanya lagi Henry dengan pelan sambil mengangkat alisnya."Aku akan pulang bersamamu!" Ini adalah kompromi terbesar M

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 375

    "Mia, aku bawakan kamu sarapan ...." Begitu masuk, Kevin melihat dua orang dalam posisi yang terlihat begitu intim hingga membuatnya tidak bisa melanjutkan ucapannya.Sejurus itu, dia tidak tahu apakah dia harus masuk atau keluar.Miana segera mengulurkan tangan untuk mendorong Henry.Akan tetapi, Henry malah memegang kepala Miana, memperdalam ciumannya.Miana menjadi marah dan menggigit bibir Henry dengan keras.Mulut keduanya penuh dengan rasa darah.Henry mengerutkan keningnya'Lagi-lagi dia menggigitku!''Sebegitu nggak suka berciuman denganku?'"Henry, cepat pergi!" Miana tidak ingin melihat Henry.Raut wajah Henry menjadi dingin. "Apa? Aku di sini, mengganggumu?"Miana tidak ingin meladeni Henry lagi, langsung bangkit dan menghampiri Kevin, "Kak Kevin, kenapa kamu ke sini?""Aku khawatir kamu nggak punya waktu untuk pergi beli, jadi aku bawakan sarapanmu. Aku beli bubur kesukaanmu. Ayo, sarapan dulu," ujar Kevin sambil berjalan ke sofa, meletakkan kantong berisikan bubur itu di m

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 374

    "Belum.""Bagaimana dengan Miana?""Nona Miana sedang berjaga di kamar pasien.""Batalkan semua jadwal hari ini, aku akan pergi ke rumah sakit."Wiley mengurungkan niatnya untuk mengatakan sesuatu sebelum meninggalkan ruangan.'Sekarang yang ada di benak Pak Henry hanya Nona Miana, benar-benar sudah jadi bucin.'Mengerikan ....'Setelah Wiley pergi, Henry menandatangani beberapa dokumen mendesak sebelum meninggalkan kantor.Ketika mobil sudah berhenti di tempat parkir rumah sakit, Henry merokok dua batang rokok sebelum turun dari mobil dan memasuki gedung rumah sakit.Di depan pintu kamar VIP, dia berdiri sebentar baru mendorong pintu masuk.Giyan masih terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit, tubuhnya dipenuhi berbagai alat medis, dan alat medis di sampingnya terus mengeluarkan bunyi.Miana tertidur di tepi ranjang rumah sakit dengan rambut panjangnya terurai menutupi sebagian wajahnya.Melihat situasi ini, Henry merasa tidak nyaman.Jika dia bisa memperkirakan bahwa Giya

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 373

    "Serahkan ponselmu dulu!" seru Janice dengan pelan namun tegas sambil menatap Felica.Dia takut Felica akan merekam percakapan mereka, baik secara audio ataupun video."Janice, kamu jangan berlebihan!" seru Felica dengan tampang sangat marah."Berlebihan? Aku nggak merasa begitu." Janice tersenyum. "Bisa saja kamu diam-diam ingin menjebakku, jadi cepat serahkan ponselmu!"Felica mengeluarkan ponselnya dan meletakkannya di samping. "Ponselku sudah aku taruh di sini, cepat bilang kamu ingin aku melakukan apa!"Janice melirik ponsel tersebut."Cepat bilang!" seru Felica lagi sambil memelototi Janice.Janice kemudian mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Felica."Nggak bisa!" Ekspresi Felica sangat terkejut setelah mendengar apa yang dikatakan Janice."Aku tahu kamu bisa melakukannya!" Janice melambaikan tangannya. "Cepat pergi siapkan semua itu, paling lambat besok aku sudah harus pergi!"Henry tidak akan melepaskannya, jadi dia tidak bisa hanya duduk diam!Pergi ke luar negeri sec

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 372

    "Henry, kembali!" teriak Janice dengan histeris sambil menatap punggung Henry. Karena emosinya yang bergejolak, luka di dadanya terus mengeluarkan darah.Seketika, dia merasa sangat pusing dan pandangannya menjadi gelap.Saat Janice sadar lagi sudah keesokan paginya.Mungkin karena kehilangan banyak darah, kepalanya masih terasa pusing dan tubuhnya terasa lemas."Ada orang nggak? Aku mau minum air!" seru Janice dengan suara yang serak.Suaranya menjadi serak mungkin karena dia berteriak terlalu keras kemarin.Pintu kamar terbuka, dan seorang perawat masuk sambil mendorong troli medis.Troli medis penuh dengan botol dan kantong berisi cairan."Aku mau minum air!" seru Janice, sekali lagi.Perawat itu tidak merespons, langsung mengganti cairan infus dan mengukur suhu tubuh Janice. Sikapnya benar-benar dingin.Melihat reaksi itu, Janice sangat marah hingga menampar perawat itu. "Aku bilang aku ingin minum air! Kenapa kamu nggak bantu aku bantu ambilkan!"Perawat itu menatap Janice sejenak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status