Share

Bab 9

Author: Helena Ayu
Suara Miana membuat Henry terangsang dan dia pun memeluk pinggang Miana dengan erat, seakan-akan ingin meremasnya ke dalam tubuhnya.

"Miana, kamu juga menginginkanku, 'kan? Ayo, panggil aku 'Sayang', aku ingin mendengarnya."

Keduanya telah menikah selama tiga tahun, hampir setiap hari mereka melakukan hubungan intim. Bagaimana membuat Miana terangsang, membuat Miana merasa sangat nikmat, Henry paling tahu.

Oleh karena itu, dia mampu membuat Miana merasakan sesuatu dalam waktu singkat setiap saat, bahkan tidak sabar untuk mengundangnya.

Dia belum melakukannya dengan Miana selama dua hari, jadi dia tentu ingin melakukannya.

Sekarang, wanita lembut itu berada dalam pelukannya, dia tentu tidak ingin melepaskannya.

Selain itu, dia belum pernah melakukannya di luar, jadi ingin mencobanya.

Miana menggigit bibirnya erat-erat, tidak ingin mengeluarkan suara yang memalukan.

Henry terlihat dingin dan mulia di luar, tetapi memiliki selera buruk ketika berada di atas kasur, dia suka sengaja menyiksa Miana, tidak membiarkan Miana merasa puas dan memaksa Miana memanggilnya "Sayang".

Di rumah mereka sendiri tidak ada orang lain, keduanya bisa bermain sesuka hati.

Namun, mereka sekarang berada di taman di rumah lama.

Meskipun tidak akan ada pembantu yang datang, jika suaranya terlalu keras, orang lain pasti bisa mendengarnya.

Miana masih ingin menjaga harga dirinya!

Henry merasa sangat tidak nyaman, tetapi dia tetap ingin memaksa Miana untuk memanggilnya dengan sebutan "Sayang", jadi dia terus mengusap titik sensitif Miana dengan tangannya secara perlahan. Bibir tipisnya itu mendekat ke sisi telinga Miana dan dia berbisik.

"Turuti aku, panggil 'Sayang'!"

"Sayang, ayo, biarkan aku dengar kamu memanggilku 'Sayang'!"

Pada saat ini, Henry hanya ingin menekan wanita di pelukannya dan menindasnya dengan kejam.

Iblis ....'

Tubuhnya bergejolak, Miana tidak bisa mengendalikan dirinya dan berteriak, "Sayang ...."

Suaranya penuh dengan kegembiraan dan juga sedikit rasa malu.

Nafsu yang terpancar di mata Henry makin mendalam, dia langsung mengangkat ujung gaun Miana dengan tangannya.

Apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, mereka berdua tentu tahu tanpa perlu mengatakannya.

Miana tidak tahan digoda oleh Henry, dia pun menyembunyikan wajah merahnya di pelukan Henry. Ujung hidungnya bersentuhan dengan dada Henry, dia hanya merasa bahagia dan manis.

Dia mulai berpikir dirinya mungkin benar-benar sudah salah paham dengan Henry.

Henry tidak memiliki perasaan seperti itu terhadap Janice.

Dia mulai bertanya-tanya, bagaimana kalau dia memberi tahu Henry tentang kehamilannya?

Henry adalah ayah dari anak di dalam perutnya, berhak mengetahuinya.

Pada saat ini, jendela di lantai dua terbuka. Janice berdiri di depan jendela, memandangi dua orang di taman, tangan yang terkulai di sisi tubuhnya mengepal erat, kuku-kukunya sampai menancap ke dalam dagingnya, terasa sakit.

'Bagaimana Henry bisa mencintai Miana!'

Sorot matanya memancarkan kebencian, detik berikutnya, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Henry.

....

Dering ponsel yang tiba-tiba memecah momen romantis di antara mereka.

Henry menyeka tangannya dengan ujung gaun Miana, lalu mengeluarkan ponselnya.

Melihat nama Janice di layar ponsel itu, Miana refleks mengepalkan tangannya.

'Lagi-lagi Janice.'

"Ada apa?" Di tengah pikirannya melayang-layang, Miana mendengar pria di sampingnya berbicara.

Suara itu penuh dengan hasrat, berpadu dengan malam yang menggoda, sungguh memikat hati.

Jika sebelumnya, Miana pasti akan tergelitik oleh suara itu.

Namun, dia saat ini hanya merasakan seperti ada duri yang tersangkut di tenggorokannya.

Tidak bisa dimuntahkan ataupun ditelan, sungguh tidak nyaman.

"Oke, aku akan segera kembali, tunggu aku!"

Miana tidak mendengar dengan jelas pembicaraan mereka, hanya mendapati suara Henry terdengar cemas.

"Perut Janice sakit, aku akan mengantarnya ke rumah sakit dulu, kamu istirahatlah lebih awal." Setelah mengatakan ini, Henry pergi dengan tergesa-gesa, tanpa melihat Miana sedikit pun sebelum pergi.

Jika berada di luar, Miana pasti akan menjadi sasaran para preman.

Henry mengambil langkah besar, lalu sosoknya pun menghilang dari pandangan.

Miana merasa seluruh kekuatannya seakan-akan telah terkuras, tubuhnya begitu lemas hingga hampir jatuh.

Hanya karena perut Janice sakit, Henry meninggalkannya di sini dan pergi.

Pada akhirnya, orang terpenting di hati Henry adalah Janice.

Bersandar di pohon, Miana menarik napas dalam-dalam.

Awalnya dia masih tidak rela dan ingin mencoba lagi dengan Henry.

Namun, melihat situasi ini, kini dia benar-benar putus asa.

Henry telah melewatkan dua kesempatan untuk mengetahui bahwa dia hamil, jadi dia tidak perlu memberitahunya lagi selamanya.

Setelah kekuatannya sedikit pulih, Miana perlahan berjalan masuk ke rumah.

Saat dia berjalan ke pintu, dia kebetulan melihat Henry sedang menggendong Janice dan berjalan keluar dengan tergesa-gesa.

Miana berhenti, pandangannya jatuh pada wanita di pelukan Henry. "Ada apa dengannya?"

Setiap kali Janice mengatakan terjadi sesuatu, Henry selalu bergegas mendatanginya.

Malam itu, ketika dia menelepon minta tolong, Henry malah mengira dia sedang berbohong.

Memang benar, mereka yang dimanjakan tidak akan takut apa pun.

"Miana, jangan membuat masalah! Kalau terjadi sesuatu padanya, kamu nggak akan bisa menanggung konsekuensinya!" Suara dingin Henry membuat orang terasa tertekan.

Miana pun teringat, Henry selalu berbicara dengan lembut dengan Janice.

Sungguh sangat berbedak ketika berbicara dengan dirinya.

"Ada sopir di rumah, biarkan sopir mengantarnya ke rumah sakit! Kalian semalam baru saja masuk topik tren tagar teratas, apa kamu ingin mengulanginya lagi malam ini? Henry, kamu barusan berjanji akan menghabiskan sisa hidupmu dengan Mia! Kamu harus menepati janjimu!" Suara Eddy yang keras tiba-tiba terdengar. Miana saat ini baru menyadari bahwa Eddy sedang berdiri di belakang Henry dengan ekspresi dingin.

Janice begitu marah ketika mendengar kata-kata itu.

'Bisa-bisanya Henry berjanji pada pria tua yang nggak kunjung mati ini kalau dia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama Miana!'

'Bagaimana mungkin!'

Mata dingin Henry tertuju Miana. Dia tidak menjawab Eddy, malah bertanya padan Miana, "Kamu nggak akan menjelaskan masalah tren tagar itu?"

Mengenai masalah tren tagar, Henry menyimpulkan bahwa Miana-lah yang sudah mengadu pada kakeknya.

Miana merasa hatinya sakit, tetapi menunjukkan senyuman sinis dan balik bertanya, "Kenapa kamu nggak menyuruh Kak Janice menjelaskan?"

'Bukan aku yang menyebabkan tren tagar itu muncul, bagaimana aku bisa menjelaskannya?'

'Aku harus berbohong?'

"Miana, apa maksudmu? Kamu berpikir aku yang membeli tren tagar itu?" Janice yang sebelumnya menghadap ke pelukan Henry menoleh, menatap Miana dengan mata berkaca-kaca, menunjukkan ekspresi terkejut dan sedih.

"Aku nggak bilang kamu yang beli, kalau kamu bersikeras berpikir seperti itu, aku nggak bisa berbuat apa-apa," balas Miana dengan ekspresi sangat tenang.

'Menyalahkan orang lain atas perbuatannya dan masih bersikap seolah-olah nggak bersalah.'

Miana merasa sayang sekali Janice tidak menjadi aktris.

Dia yakin, dengan bakat akting Janice itu, setidaknya bisa mendapatkan piala emas.

"Miana, kamu lupa apa yang kamu janjikan padaku?" Henry menatap Miana dengan tajam dan sedikit mengintimidasi.

"Aku yang akan menangani masalah tren tagar itu! Kalian semua diam!" seru Eddy. Dia kemudian memelototi Henry dan berkata, "Biarkan sopir yang antar dia ke rumah sakit! Ada yang ingin kubicarakan denganmu! Cepat ikut aku ke ruang kerja!"

Setelah mengatakan itu, Eddy menarik Miana dan masuk ke dalam rumah.

Henry mengatup-ngatupkan bibirnya.

Eddy sudah mengatakan bahwa dia yang akan menangani masalah tren tagar itu, jadi tidak ada yang berani melakukan protes.

'Miana, akal bulus kamu benar-benar banyak!' pikir Janice.

Janice menangis tersedu-sedu dan berkata, "Henry, turunkan aku, aku akan pergi ke rumah sakit sendiri, kalau nggak, Kakek akan pingsan lagi karena marah padaku."

Dia tahu bahwa Eddy berpura-pura pingsan sebelumnya, membohongi Henry untuk mengusir dirinya. Dia pun mengumpat Eddy beberapa kali di dalam hatinya.

'Dasar tua bangka!'

'Kenapa nggak mati saja sih!'

'Sungguh mengganggu saja!'

Raut wajah Henry makin mengelap dan dia berkata dengan nada dingin, "Kamu sedang hamil, kamu harus menjaga emosimu tetap stabil, jangan sebentar-bentar menangis!"

Henry tidak mengerti mengapa kakeknya tidak menyukai Janice.

Bahkan, berpura-pura pingsan karena tidak ingin melihat Janice.

Dengan ekspresi sedih dan rasa bersalah, Janice mengeluh, "Kakek terlalu memihak! Jelas-jelas itu kesalahan Miana, tapi Kakek tetap membelanya!"

Meskipun sekarang Eddy tidak lagi memegang kendali, dia masih memiliki hak mutlak dalam keluarga Jirgan.

Bahkan, Henry pun akan mendengarkannya.

Saat baru menjadi cucu menantunya, Janice selalu berusaha menyenangkan Eddy.

Akan tetapi, Eddy selalu bersikap suam-suam kuku terhadapnya.

Ketika Miana menjadi cucu menantunya. Eddy memberikan semua perhatian dan kasih sayangnya kepada Miana.

Janice tidak pernah bisa mengerti mengapa perlakukan Eddy berbeda seperti itu.

"Bicara begitu banyak, perutmu nggak sakit lagi?" tanya Henry dengan lembut sambil menatap Janice.

Miana memperlakukan Eddy dengan baik, Eddy tentu lebih menyukai Miana.

Janice tiba-tiba berteriak kesakitan, "Sakit sekali, cepat bawa aku ke rumah sakit!" Aktingnya kali ini sungguh terlihat sangat palsu.

Begitu dia selesai berbicara, terdengar suara Miana berteriak, "Henry, Kakek memintamu cepat datang!"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sinta NAZWA
lanjut kaka
goodnovel comment avatar
Titin Sumarni
lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 10

    Mendengar itu, Janice marah sekali dan hanya bisa berkata, "Miana memanggilmu, cepat pergilah, jangan khawatirkan aku!""Aku minta sopir mengantarmu ke rumah sakit dulu, aku akan segera menyusul." Henry kemudian menggendong Janice masuk ke mobil dan meminta sopir untuk mengemudi.Janice yang duduk di dalam mobil memperhatikan sosok Henry yang makin menjauh, lalu mengepalkan tangannya erat-erat.'Tua bangka itu!''Suatu hari nanti, aku ingin melihatmu mati di depan mataku!'Henry masuk ke rumah setelah mengantar Janice pergi.Di ruang tamu, Miana sedang duduk di sofa sambil makan buah, berbincang dengan Pak Agam, suasana begitu harmonis.Melihat itu, Henry menghentikan langkahnya.'Hubungan Miana dengan orang-orang di rumah lama begitu baik, tapi kenapa dia selalu ingin berseteru dengan Janice?'Melihat Henry datang, Miana memasukkan buah ke dalam mulutnya sambil menunjuk ke lantai dua dan berkata "Kakek sedang menunggumu di ruang kerja."Miana tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Kake

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 11

    Eddy mendengkus dingin dan berkata, "Aku nggak akan bertaruh denganmu! Lagi pula, kalau Mia nggak menginginkanmu lagi, jangan datang mencariku! Malu-maluin!"Setelah mengatakan itu, dia bangkit berdiri dan berjalan ke pintu.'Henry dengan angkuh berpikir kalau Miana nggak akan pernah meninggalkannya. Suatu hari nanti, dia pasti akan menyesalinya!'Henry mengangkat alisnya, mengambil map dokumen dan berjalan keluar.Pada saat ini, Miana sudah turun ke bawah.Melihat raut wajah Miana, Pak Agam sedikit khawatir dan bertanya, "Apa Nyonya nggak enak badan? Kenapa wajah Nyonya terlihat begitu pucat?"Miana menggeleng dan menjawab, "Aku baik-baik saja."Perkataan Henry tadi sangat melukai hatinya."Duduklah sebentar, saya akan ambilkan segelas air," ujar Pak Agam, lalu segera pergi mengambilkan air minum untuknya.Eddy dan Henry turun bersama, mereka melihat Miana sedang duduk di sofa. Eddy pun berkata, "Sudah larut dan di luar dingin, kalian menginap saja di sini untuk semalam. Kamar selalu

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 12

    Henry mengernyit dan bertanya dengan suara rendah, "Apa yang terjadi!""Miana membeli tren tagar, mengatakan kalau penghargaan penari yang kudapatkan itu karena ada orang dalam! Juga mengatakan bahwa aku dinafkahi oleh seorang investor dan ayah dari bayi yang aku kandung ini adalah anak investor itu! Sekarang reputasiku hancur, aku nggak akan pernah bisa untuk berdiri di atas panggung lagi! Masa depanku, hidupku, semuanya menjadi gelap! Apa gunanya aku hidup!"Janice berteriak histeris.Ekspresi Henry langsung berubah masam. "Tren tagar? Apa yang terjadi?" tanyanya.Henry sama sekali tidak tahu hal itu."Tanya Miana! Dia yang melakukannya, dia pasti tahu!" teriak Janice, bahkan melalui telepon bisa merasakan kemarahannya."Baiklah, jangan emosi, aku akan tanya padanya." Setelah mengatakan ini, Henry pun menutup telepon.Miana awalnya berencana untuk memejamkan matanya sebentar, beristirahat, tetapi ketika dia mendengar percakapan antara Henry dan Janice, kelopak matanya langsung berked

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 13

    Miana memalingkan wajahnya untuk menghindari tangan pria itu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Aku adalah istri Henry Jirgan, sebelum kamu bertindak, sebaiknya pikirkan baik-baik apakah kamu bisa menanggung konsekuensi menyinggung Henry!"Di situasi genting seperti ini, Miana terpaksa menggunakan nama Henry.Di Kota Jirya, Henry dikenal dan ditakuti sebagai orang yang tidak berperasaan.Ada rumor mengenai Henry merupakan orang yang kejam dan berdarah dingin.Orang-orang ini pasti takut pada Henry dan mungkin akan melepaskannya."Semua orang di Kota Jirya tahu kalau pasangannya Henry adalah Janice, nggak pernah ada yang tahu kalau Henry sudah menikah! Cantik, berhenti membodohi kami, oke?" Pria itu meraih dagu Miana dengan kuat dan mengangkatnya, dia lalu tersenyum jahat dan berkata, "Kamu berlama-lama di sini, apa karena ingin aku yang menggendongmu masuk ke mobil?"Miana mengertakkan gigi dan berseru, "Aku nggak berbohong, aku benar-benar istri Henry! Kalau kalian nggak percaya,

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 14

    Tepat ketika tangan pria itu hendak merogoh gaunnya, beberapa jeritan terdengar dan membuat tangan pria itu gemetar ketakutan.Melihat kesempatan itu, Miana segera berteriak "Tolong aku!"Detik berikutnya, pria yang sedang menindihnya ditarik dengan kasar dan sebuah jaket pria menutupi tubuh Miana.Aroma kayu yang dingin pun tercium olehnya, membuat Miana yang sebelumnya gugup menjadi tenang."Tutup matamu dan jangan lihat!"Suara lembut seorang pria terdengar olehnya.Miana refleks melirik pria itu."Kak Giyan?"Dia sedikit tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Bagaimana bisa kebetulan seperti ini?"Ya, ini aku, tenanglah dan tutup matamu, aku akan menggendongmu ke mobilku." Mata hitam Giyan penuh kelembutan, begitu pula dengan suaranya.Miana menggigit bibirnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar, jadi dia menutup matanya dengan patuh.Suara teriakan kesakitan sewaktu-waktu terdengar olehnya.Miana refleks mengepalkan tangannya dan berkata pelan, "Kak

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 15

    Akhir-akhir ini, Miana sering mendengar rekan sekantornya membicarakan Firma Hukum Lacia yang baru dibuka. Mereka mengatakan bahwa pemiliknya merupakan seseorang yang baru pulang dari luar negeri. Karena sibuk, Miana tidak punya waktu untuk memedulikan hal ini. Dia sungguh tidak menyangka ternyata firma itu didirikan oleh Giyan.Bukankah bisnis keluarga Ferno di bidang maskapai penerbangan?Mengapa tiba-tiba membuka firma hukum?"Ternyata kamu sudah pernah mendengarnya! Benar, aku yang membuka Firma Hukum Lacia.""Seingatku Kak Giyan juga lulusan jurusan hukum di Universitas Jirya. Kalau dulu kamu menjadi pengacara, mungkin kita akan menjadi saingan!""Kalaupun aku menjadi pengacara, kita nggak akan pernah menjadi saingan!" Giyan kemudian melanjutkan ucapannya di dalam hatinya, "Aku hanya akan membantumu, membuatmu menjadi pengacara yang sukses!"Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara Sherry."Mia, Mia, kamu di mana!"Suaranya terdengar agak histeris.Miana merasa sangat terharu, dia

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 16

    Saat Miana melihat judul berita tersebut, pikirannya menjadi kosong untuk sesaat.'Gelang warisan keluarga Jirgan.''Bukankah Kakek menyuruh Henry memberikannya padaku sebagai hadiah ulang tahun?'Miana menarik napas panjang, menekan emosinya dan membuka berita tersebut.Berita itu dipublikasikan setengah jam yang lalu.Yang berarti baru saja melewati tengah malam.Miana ingat, hari ini adalah hari ulang tahun Janice.Dia memandang pria di foto itu, yang duduk tepat di tepi ranjang rumah sakit, sorot matanya begitu lembut ketika dia memakaikan gelang pada wanita itu.Wanita yang bersandar di ranjang itu tersenyum manis, terlihat begitu bahagia.Miana menggenggam ponsel dengan erat, tidak ingin lagi membaca isi berita itu, hanya merasakan tubuhnya makin dingin.Henry memberikan gelang yang seharusnya untuknya kepada Janice!Pada saat ini, terdengar bunyi notifikasi pesan masuk di ponselnya.Miana membukanya, pesan dari nomor tidak dikenal ....Isinya berupa foto yang memperlihatkan sebu

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 17

    Karena panik, Sherry segera memanggil ambulans.Setelah tiba di rumah sakit, Miana dibawa ke ruang gawat darurat.Sherry berjalan mondar-mandir di depan pintu, merasa cemas dan takut.'Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Miana?'....Di kamar VIP Rumah Sakit Tresna milik Grup Eskaria, Henry berdiri di depan ranjang dengan wajah dingin, tangannya memegang ponsel, dan sedang memarahi Janice, "Kamu sedang hamil, tengah malam bukannya tidur malah bertengkar dengan Miana, hebat sekali!"Janice merasa sangat tertekan, matanya berkaca-kaca, dan berkata, "Tadi Miana menelepon, karena kamu sedang nggak ada dan aku takut dia ada urusan mendesak, jadi aku mengangkatnya. Siapa sangka dia langsung memaki aku nggak tahu malu, mengataiku telah merebut gelang warisan keluarganya dan juga suaminya! Aku nggak tahan dan membalas ucapannya! Siapa sangka dia malah mengancamku, dia bilang akan menghancurkan reputasiku di internet! Akan membuatku nggak punya kesempatan lagi untuk tampil di atas panggung!"

Latest chapter

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 366

    Jika Henry mendengar semuanya, citra Janice yang lemah lembut dan baik hati akan runtuh!Sebelum Henry bisa berbicara, Giyan sudah lebih dulu berkata, "Pak Henry, sebelum aku mati, aku mohon padamu untuk melindungi Mia seumur hidupmu!"Hidup Miana begitu malang.Miana sudah sangat menderita sejak kecil.Tuhan sungguh tidak adil jika Miana masih harus menderita lagi sekarang."Bruk."Tubuh Giyan jatuh ke lantai.Mendengar suara itu, Miana baru teringat bahwa Giyan terluka.Dia sepertinya sudah kehilangan akal, malah memikirkan masalah Henry dan Janice di situasi seperti ini.Miana menggelengkan kepalanya, menghilangkan berbagai pikiran yang muncul di benaknya, kemudian dia berjongkok di depan Giyan.Melihat darah tidak berhenti mengalir, dia segera melepas dasi Giyan, menggunakannya untuk menghentikan pendarahan sambil berteriak, "Apakah ada orang di luar? Cepat masuk dan tolong kami!"Henry melihat Miana hampir menangis karena cemas, hatinya terasa kurang nyaman.Janice berdiri paling

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 365

    Miana sangat kaget dan ingin menghindar, tetapi sudah terlambat.Tepat pada saat ini, dia merasakan tubuhnya di dorong dengan kuat oleh seseorang.Kekuatan dorongan itu begitu besar hingga membuatnya terjatuh ke lantai."Jleb!"Suara pisau menusuk daging terdengar.Sekejap, udara dipenuhi bau darah yang menyengat.Miana segera mengangkat kepalanya dan melihat Giyan berdiri di sana, dengan pisau tertancap di dadanya. Janice berdiri di depannya dengan wajah penuh kebingungan."Kak ... Kak Giyan!"Saat memanggilnya, suara Miana bergetar hebat."Mia, cepat pergi!" teriak Giyan dengan panik.Janice sudah benar-benar gila, dia pasti tidak akan melepaskan Miana!Saat tersadar kembali, Janice menatap Giyan dengan matanya yang sangat merah. "Kamu tahu dia nggak mencintaimu, tapi kenapa kamu masih menyelamatkan dia? Sepadankah mengorbankan nyawamu sendiri?"Dia mencintai Henry, tetapi jika Henry dalam bahaya, dia pasti akan menolak untuk mengorbankan nyawanya!Baginya, hidup tentu saja lebih pen

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 364

    Miana tercengang.'Kebetulan macam apa yang bisa membuat Zeno terbunuh?'Janice tenggelam dalam ingatan tentang kejadian hari itu, tidak memperhatikan ekspresi Miana, dan melanjutkan ceritanya, "Kecelakaan mobil itu memang kebetulan. Pada saat itu, Zeno sadar dan mencoba merangkak keluar dari mobil. Aku mengambil ornamen yang dipajang di atas dashboard dan memukulnya hingga pingsan. Setelah aku keluar, mobil mulai terbakar. Pada akhirnya, Zeno terbakar hingga menjadi abu, sementara aku selamat! Itulah karma dari kejahatannya!" Janice terlihat sangat puas ketika mengingatnya kembali.Zeno di luar tampak lembut dan murah hati, tetapi di atas ranjang, dia adalah seorang psikopat, menggunakan berbagai alat untuk menyiksanya dan melarangnya menangis.Dia terbebas dari penderitaan itu setelah Zeno mati.Miana menatap wajah kejam Janice dengan tenang, sama sekali tidak bersimpati padanya.Zeno adalah suami yang Janice pilih sendiri. Jika Zeno adalah seorang psikopat, Janice bisa mengajukan pe

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 363

    Mata Miana berkilap sekilas, lalu dia mencibir, "Janice, Henry nggak mencintaimu! Aku mati pun, dia nggak akan melupakanku, apalagi menikahimu! Janice, akui saja, Henry nggak menganggapmu penting! Dia bersikap baik padamu hanya karena kamu seorang janda!"Sebutan "janda" berhasil menyulut kemarahan Janice. Dengan cepat, dia mengarahkan pisau ke arah jantung Miana. Sambil menyeringai gila, dia berkata, "Percaya atau nggak, kalau pisau ini masuk, tahun depan hari ini akan jadi hari peringatan kematianmu! Penyesalan terbesarku adalah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk menikah dengan Zeno yang ternyata hanya seorang pengecut!"Pisau itu sangat tajam dan bilahnya terasa dingin, membuat mulai agak ketakutan.Begitu Janice menggila sepenuhnya, nasibnya hanya satu, yaitu mati!Miana menenangkan dirinya dan bertanya, "Kamu sudah berteman dengan Henry sejak kecil, kenapa akhirnya memilih Zeno? Apakah kematian Zeno ada hubungannya denganmu?"Dia mendengar dari Felica bahwa kematian Zeno p

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 362

    Miana mengedip-ngedipkan matanya.Hanya ada beberapa lampu kuning redup yang menerangi ruang besar dan kosong ini. Barang-barang berserakan di sekeliling, menciptakan bayangan yang berbeda-beda.Pada saat ini, Miana sudah melihat Janice.Janice berdiri di tengah gudang dan sosoknya tampak sangat kesepian dan dingin.Dia membelakangi Miana, dan sedang memainkan pisau tajam di tangannya. Bilah pisau itu berkilau di bawah cahaya redup. Setiap pisau itu bergerak, seolah-olah menandakan bencana akan segera datang.Mendengar suara langkah kaki, Janice membalikkan badannya. Dia tersenyum sinis, dan sorot matanya seakan bisa melihat ketakutan terdalam seseorang."Miana, akhirnya kamu datang." Suaranya penuh dengan ejekan. "Aku pikir mereka menipuku."Miana menekan kepanikan dan kemarahan di hatinya. Dia menatap Janice, dan setiap kata yang diucapkan seperti keluar dari sela-sela giginya, "Apa yang kamu inginkan?"Janice tersenyum dan berkata, "Tentu saja aku ingin mengirimmu menemani nenekmu!

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 361

    "Jangan menakut-nakuti dirimu sendiri! Tunggu aku datang." Suara Kevin terdengar cemas.Miana mengangguk patuk. "Oke!"Dia sebenarnya ingin mengatakan dirinya tidak takut.Namun, dia memang merasa takut!Jika orang di luar bukan gurunya, melainkan orang yang menyamar menjadi gurunya, apa tujuannya?"Jangan tutup telepon. Kalau ada apa-apa, panggil aku!" Kevin mengingatkan."Kak Kevin, kamu jangan mengebut!""Ya, aku tahu!"Miana dapat mendengar suara mesin mobil yang dinyalakan, dan rasa paniknya sudah berkurang sedikit.Kevin khawatir terjadi apa-apa dengan Miana, jadi dia mengemudi sangat cepat di sepanjang jalan.Miana melihat lagi ke layar monitor pintu, dan menemukan bahwa pria itu sudah tidak ada.Seketika itu juga dia merinding.Film-film horor yang pernah ditontonnya, meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, sekarang teringat sangat jelas.Miana agak kesal mengapa dia memiliki ingatannya yang begitu baik.Ketika Kevin tiba, dia memeriksa setiap sudut lantai, tetapi tidak menemuka

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 360

    Janice merasa orang-orang ini tampak sangat profesional ....'Apakah mereka juga akan begitu profesional saat membunuhku?'Saat memikirkan itu, tangannya sudah diikat kembali, dan kemudian matanya ditutup dengan kain.Pandangannya seketika menjadi gelap.Kepanikan kembali memenuhi hatinya.'Apakah orang-orang ini akan melakukan sesuatu padaku?'Pada saat ini, dia mendengar salah satu pria berbicara.Pria itu sedang mengingatkan yang lain, "Aku pergi dulu, kalian awasi dia baik-baik, jangan biarkan dia kabur."Janice berpikir bahwa dia tentu tidak akan kabur sebelum Miana datang.Dia ingin melihat Miana mati dengan mata kepalanya sendiri!Setelah itu, dia baru akan merasa tenang!....Setelah menutup telepon dari Janice, Miana pergi ke ruang kerjanya.Saat membuka brankas, dia melihat kotak yang diberikan oleh Kakek waktu itu.Kemudian, dia meletakkan kotak di tangannya ke dalam brankas.Ketika dua kotak itu diletakkan berdampingan, mereka tampak agak mirip.Menyadari hal itu, Miana ter

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 359

    Janice mulai panik karena tidak mendengar jawaban.Dia tidak ingin mati.Dia ingin hidup.Karena itulah dia akan mengorbankan Miana."Kalian, kenapa nggak bicara? Apakah kalian nggak tahu rupanya? Aku punya fotonya di ponselku. Kalau kalian berikan ponselku, aku bisa menunjukkannya pada kalian!" seru Janice dengan suara yang terdengar agak cemas.Ini adalah kesempatan terakhirnya, dia harus memanfaatkannya dengan baik!Jika dia tidak bisa melarikan diri, dia akan menyeret Miana bersamanya.Jika dia bisa melarikan diri, dia akan membuat Miana mati di sini! Satu mayat, dua nyawa menghilang! Memikirkannya saja sudah membuatnya senang!Intinya, selama orang-orang ini bisa membawa Miana ke sini, dia bisa membuat Miana mati!Jika Miana mati, semua masalah yang menghalanginya akan otomatis terselesaikan."Oke! Kami hanya percaya padamu sekali! Lepaskan tangannya!" Mendengar akhirnya ada yang menjawabnya, Janice merasa sangat senang di dalam hatinya.Setelah ikatan di tangannya dilepas, dia me

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 358

    Miana merasa bersyukur dia sudah tidak mencintai Henry. Jika tidak, mendengar kata-kata seperti itu akan sangat menyakitkan hatinya.Kevin melihat Miana melamun, lalu bertanya, "Kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja, ayo kembali makan!" Miana tersenyum pada Kevin.Kevin mengangguk, dan mereka kembali ke ruang VIP mereka.Setelah mereka duduk kembali, Dina pun bertanya, "Melihatmu seperti ini, apakah ada kabar baik yang ingin kamu sembunyikan dari kami?"Ucapan Dina penuh dengan canda, tetapi membuat hati Miana berdebar. Dia menggelengkan kepalanya dengan tegas, seolah berkata pada dirinya sendiri bahwa dia tidak boleh mengatakan yang sebenarnya sekarang."Nggak ada. Bu Dina sudah salah paham," ujar Miana dengan tegas. Dia tahu bahwa dia akan terjebak dalam banyak masalah jika berita kehamilannya tersebar. Di dunia yang rumit seperti ini, lebih baik berhati-hati agar hidup lebih aman.Melihat sikap Miana, Dina tersenyum dan tidak bertanya lagi. Dia menepuk kursi di selebahnya, mengi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status