Share

Bab 9

Author: Helena Ayu
Suara Miana membuat Henry terangsang dan dia pun memeluk pinggang Miana dengan erat, seakan-akan ingin meremasnya ke dalam tubuhnya.

"Miana, kamu juga menginginkanku, 'kan? Ayo, panggil aku 'Sayang', aku ingin mendengarnya."

Keduanya telah menikah selama tiga tahun, hampir setiap hari mereka melakukan hubungan intim. Bagaimana membuat Miana terangsang, membuat Miana merasa sangat nikmat, Henry paling tahu.

Oleh karena itu, dia mampu membuat Miana merasakan sesuatu dalam waktu singkat setiap saat, bahkan tidak sabar untuk mengundangnya.

Dia belum melakukannya dengan Miana selama dua hari, jadi dia tentu ingin melakukannya.

Sekarang, wanita lembut itu berada dalam pelukannya, dia tentu tidak ingin melepaskannya.

Selain itu, dia belum pernah melakukannya di luar, jadi ingin mencobanya.

Miana menggigit bibirnya erat-erat, tidak ingin mengeluarkan suara yang memalukan.

Henry terlihat dingin dan mulia di luar, tetapi memiliki selera buruk ketika berada di atas kasur, dia suka sengaja menyiksa Miana, tidak membiarkan Miana merasa puas dan memaksa Miana memanggilnya "Sayang".

Di rumah mereka sendiri tidak ada orang lain, keduanya bisa bermain sesuka hati.

Namun, mereka sekarang berada di taman di rumah lama.

Meskipun tidak akan ada pembantu yang datang, jika suaranya terlalu keras, orang lain pasti bisa mendengarnya.

Miana masih ingin menjaga harga dirinya!

Henry merasa sangat tidak nyaman, tetapi dia tetap ingin memaksa Miana untuk memanggilnya dengan sebutan "Sayang", jadi dia terus mengusap titik sensitif Miana dengan tangannya secara perlahan. Bibir tipisnya itu mendekat ke sisi telinga Miana dan dia berbisik.

"Turuti aku, panggil 'Sayang'!"

"Sayang, ayo, biarkan aku dengar kamu memanggilku 'Sayang'!"

Pada saat ini, Henry hanya ingin menekan wanita di pelukannya dan menindasnya dengan kejam.

Iblis ....'

Tubuhnya bergejolak, Miana tidak bisa mengendalikan dirinya dan berteriak, "Sayang ...."

Suaranya penuh dengan kegembiraan dan juga sedikit rasa malu.

Nafsu yang terpancar di mata Henry makin mendalam, dia langsung mengangkat ujung gaun Miana dengan tangannya.

Apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, mereka berdua tentu tahu tanpa perlu mengatakannya.

Miana tidak tahan digoda oleh Henry, dia pun menyembunyikan wajah merahnya di pelukan Henry. Ujung hidungnya bersentuhan dengan dada Henry, dia hanya merasa bahagia dan manis.

Dia mulai berpikir dirinya mungkin benar-benar sudah salah paham dengan Henry.

Henry tidak memiliki perasaan seperti itu terhadap Janice.

Dia mulai bertanya-tanya, bagaimana kalau dia memberi tahu Henry tentang kehamilannya?

Henry adalah ayah dari anak di dalam perutnya, berhak mengetahuinya.

Pada saat ini, jendela di lantai dua terbuka. Janice berdiri di depan jendela, memandangi dua orang di taman, tangan yang terkulai di sisi tubuhnya mengepal erat, kuku-kukunya sampai menancap ke dalam dagingnya, terasa sakit.

'Bagaimana Henry bisa mencintai Miana!'

Sorot matanya memancarkan kebencian, detik berikutnya, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon Henry.

....

Dering ponsel yang tiba-tiba memecah momen romantis di antara mereka.

Henry menyeka tangannya dengan ujung gaun Miana, lalu mengeluarkan ponselnya.

Melihat nama Janice di layar ponsel itu, Miana refleks mengepalkan tangannya.

'Lagi-lagi Janice.'

"Ada apa?" Di tengah pikirannya melayang-layang, Miana mendengar pria di sampingnya berbicara.

Suara itu penuh dengan hasrat, berpadu dengan malam yang menggoda, sungguh memikat hati.

Jika sebelumnya, Miana pasti akan tergelitik oleh suara itu.

Namun, dia saat ini hanya merasakan seperti ada duri yang tersangkut di tenggorokannya.

Tidak bisa dimuntahkan ataupun ditelan, sungguh tidak nyaman.

"Oke, aku akan segera kembali, tunggu aku!"

Miana tidak mendengar dengan jelas pembicaraan mereka, hanya mendapati suara Henry terdengar cemas.

"Perut Janice sakit, aku akan mengantarnya ke rumah sakit dulu, kamu istirahatlah lebih awal." Setelah mengatakan ini, Henry pergi dengan tergesa-gesa, tanpa melihat Miana sedikit pun sebelum pergi.

Jika berada di luar, Miana pasti akan menjadi sasaran para preman.

Henry mengambil langkah besar, lalu sosoknya pun menghilang dari pandangan.

Miana merasa seluruh kekuatannya seakan-akan telah terkuras, tubuhnya begitu lemas hingga hampir jatuh.

Hanya karena perut Janice sakit, Henry meninggalkannya di sini dan pergi.

Pada akhirnya, orang terpenting di hati Henry adalah Janice.

Bersandar di pohon, Miana menarik napas dalam-dalam.

Awalnya dia masih tidak rela dan ingin mencoba lagi dengan Henry.

Namun, melihat situasi ini, kini dia benar-benar putus asa.

Henry telah melewatkan dua kesempatan untuk mengetahui bahwa dia hamil, jadi dia tidak perlu memberitahunya lagi selamanya.

Setelah kekuatannya sedikit pulih, Miana perlahan berjalan masuk ke rumah.

Saat dia berjalan ke pintu, dia kebetulan melihat Henry sedang menggendong Janice dan berjalan keluar dengan tergesa-gesa.

Miana berhenti, pandangannya jatuh pada wanita di pelukan Henry. "Ada apa dengannya?"

Setiap kali Janice mengatakan terjadi sesuatu, Henry selalu bergegas mendatanginya.

Malam itu, ketika dia menelepon minta tolong, Henry malah mengira dia sedang berbohong.

Memang benar, mereka yang dimanjakan tidak akan takut apa pun.

"Miana, jangan membuat masalah! Kalau terjadi sesuatu padanya, kamu nggak akan bisa menanggung konsekuensinya!" Suara dingin Henry membuat orang terasa tertekan.

Miana pun teringat, Henry selalu berbicara dengan lembut dengan Janice.

Sungguh sangat berbedak ketika berbicara dengan dirinya.

"Ada sopir di rumah, biarkan sopir mengantarnya ke rumah sakit! Kalian semalam baru saja masuk topik tren tagar teratas, apa kamu ingin mengulanginya lagi malam ini? Henry, kamu barusan berjanji akan menghabiskan sisa hidupmu dengan Mia! Kamu harus menepati janjimu!" Suara Eddy yang keras tiba-tiba terdengar. Miana saat ini baru menyadari bahwa Eddy sedang berdiri di belakang Henry dengan ekspresi dingin.

Janice begitu marah ketika mendengar kata-kata itu.

'Bisa-bisanya Henry berjanji pada pria tua yang nggak kunjung mati ini kalau dia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama Miana!'

'Bagaimana mungkin!'

Mata dingin Henry tertuju Miana. Dia tidak menjawab Eddy, malah bertanya padan Miana, "Kamu nggak akan menjelaskan masalah tren tagar itu?"

Mengenai masalah tren tagar, Henry menyimpulkan bahwa Miana-lah yang sudah mengadu pada kakeknya.

Miana merasa hatinya sakit, tetapi menunjukkan senyuman sinis dan balik bertanya, "Kenapa kamu nggak menyuruh Kak Janice menjelaskan?"

'Bukan aku yang menyebabkan tren tagar itu muncul, bagaimana aku bisa menjelaskannya?'

'Aku harus berbohong?'

"Miana, apa maksudmu? Kamu berpikir aku yang membeli tren tagar itu?" Janice yang sebelumnya menghadap ke pelukan Henry menoleh, menatap Miana dengan mata berkaca-kaca, menunjukkan ekspresi terkejut dan sedih.

"Aku nggak bilang kamu yang beli, kalau kamu bersikeras berpikir seperti itu, aku nggak bisa berbuat apa-apa," balas Miana dengan ekspresi sangat tenang.

'Menyalahkan orang lain atas perbuatannya dan masih bersikap seolah-olah nggak bersalah.'

Miana merasa sayang sekali Janice tidak menjadi aktris.

Dia yakin, dengan bakat akting Janice itu, setidaknya bisa mendapatkan piala emas.

"Miana, kamu lupa apa yang kamu janjikan padaku?" Henry menatap Miana dengan tajam dan sedikit mengintimidasi.

"Aku yang akan menangani masalah tren tagar itu! Kalian semua diam!" seru Eddy. Dia kemudian memelototi Henry dan berkata, "Biarkan sopir yang antar dia ke rumah sakit! Ada yang ingin kubicarakan denganmu! Cepat ikut aku ke ruang kerja!"

Setelah mengatakan itu, Eddy menarik Miana dan masuk ke dalam rumah.

Henry mengatup-ngatupkan bibirnya.

Eddy sudah mengatakan bahwa dia yang akan menangani masalah tren tagar itu, jadi tidak ada yang berani melakukan protes.

'Miana, akal bulus kamu benar-benar banyak!' pikir Janice.

Janice menangis tersedu-sedu dan berkata, "Henry, turunkan aku, aku akan pergi ke rumah sakit sendiri, kalau nggak, Kakek akan pingsan lagi karena marah padaku."

Dia tahu bahwa Eddy berpura-pura pingsan sebelumnya, membohongi Henry untuk mengusir dirinya. Dia pun mengumpat Eddy beberapa kali di dalam hatinya.

'Dasar tua bangka!'

'Kenapa nggak mati saja sih!'

'Sungguh mengganggu saja!'

Raut wajah Henry makin mengelap dan dia berkata dengan nada dingin, "Kamu sedang hamil, kamu harus menjaga emosimu tetap stabil, jangan sebentar-bentar menangis!"

Henry tidak mengerti mengapa kakeknya tidak menyukai Janice.

Bahkan, berpura-pura pingsan karena tidak ingin melihat Janice.

Dengan ekspresi sedih dan rasa bersalah, Janice mengeluh, "Kakek terlalu memihak! Jelas-jelas itu kesalahan Miana, tapi Kakek tetap membelanya!"

Meskipun sekarang Eddy tidak lagi memegang kendali, dia masih memiliki hak mutlak dalam keluarga Jirgan.

Bahkan, Henry pun akan mendengarkannya.

Saat baru menjadi cucu menantunya, Janice selalu berusaha menyenangkan Eddy.

Akan tetapi, Eddy selalu bersikap suam-suam kuku terhadapnya.

Ketika Miana menjadi cucu menantunya. Eddy memberikan semua perhatian dan kasih sayangnya kepada Miana.

Janice tidak pernah bisa mengerti mengapa perlakukan Eddy berbeda seperti itu.

"Bicara begitu banyak, perutmu nggak sakit lagi?" tanya Henry dengan lembut sambil menatap Janice.

Miana memperlakukan Eddy dengan baik, Eddy tentu lebih menyukai Miana.

Janice tiba-tiba berteriak kesakitan, "Sakit sekali, cepat bawa aku ke rumah sakit!" Aktingnya kali ini sungguh terlihat sangat palsu.

Begitu dia selesai berbicara, terdengar suara Miana berteriak, "Henry, Kakek memintamu cepat datang!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sinta NAZWA
lanjut kaka
goodnovel comment avatar
Titin Sumarni
lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 10

    Mendengar itu, Janice marah sekali dan hanya bisa berkata, "Miana memanggilmu, cepat pergilah, jangan khawatirkan aku!""Aku minta sopir mengantarmu ke rumah sakit dulu, aku akan segera menyusul." Henry kemudian menggendong Janice masuk ke mobil dan meminta sopir untuk mengemudi.Janice yang duduk di dalam mobil memperhatikan sosok Henry yang makin menjauh, lalu mengepalkan tangannya erat-erat.'Tua bangka itu!''Suatu hari nanti, aku ingin melihatmu mati di depan mataku!'Henry masuk ke rumah setelah mengantar Janice pergi.Di ruang tamu, Miana sedang duduk di sofa sambil makan buah, berbincang dengan Pak Agam, suasana begitu harmonis.Melihat itu, Henry menghentikan langkahnya.'Hubungan Miana dengan orang-orang di rumah lama begitu baik, tapi kenapa dia selalu ingin berseteru dengan Janice?'Melihat Henry datang, Miana memasukkan buah ke dalam mulutnya sambil menunjuk ke lantai dua dan berkata "Kakek sedang menunggumu di ruang kerja."Miana tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Kake

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 11

    Eddy mendengkus dingin dan berkata, "Aku nggak akan bertaruh denganmu! Lagi pula, kalau Mia nggak menginginkanmu lagi, jangan datang mencariku! Malu-maluin!"Setelah mengatakan itu, dia bangkit berdiri dan berjalan ke pintu.'Henry dengan angkuh berpikir kalau Miana nggak akan pernah meninggalkannya. Suatu hari nanti, dia pasti akan menyesalinya!'Henry mengangkat alisnya, mengambil map dokumen dan berjalan keluar.Pada saat ini, Miana sudah turun ke bawah.Melihat raut wajah Miana, Pak Agam sedikit khawatir dan bertanya, "Apa Nyonya nggak enak badan? Kenapa wajah Nyonya terlihat begitu pucat?"Miana menggeleng dan menjawab, "Aku baik-baik saja."Perkataan Henry tadi sangat melukai hatinya."Duduklah sebentar, saya akan ambilkan segelas air," ujar Pak Agam, lalu segera pergi mengambilkan air minum untuknya.Eddy dan Henry turun bersama, mereka melihat Miana sedang duduk di sofa. Eddy pun berkata, "Sudah larut dan di luar dingin, kalian menginap saja di sini untuk semalam. Kamar selalu

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 12

    Henry mengernyit dan bertanya dengan suara rendah, "Apa yang terjadi!""Miana membeli tren tagar, mengatakan kalau penghargaan penari yang kudapatkan itu karena ada orang dalam! Juga mengatakan bahwa aku dinafkahi oleh seorang investor dan ayah dari bayi yang aku kandung ini adalah anak investor itu! Sekarang reputasiku hancur, aku nggak akan pernah bisa untuk berdiri di atas panggung lagi! Masa depanku, hidupku, semuanya menjadi gelap! Apa gunanya aku hidup!"Janice berteriak histeris.Ekspresi Henry langsung berubah masam. "Tren tagar? Apa yang terjadi?" tanyanya.Henry sama sekali tidak tahu hal itu."Tanya Miana! Dia yang melakukannya, dia pasti tahu!" teriak Janice, bahkan melalui telepon bisa merasakan kemarahannya."Baiklah, jangan emosi, aku akan tanya padanya." Setelah mengatakan ini, Henry pun menutup telepon.Miana awalnya berencana untuk memejamkan matanya sebentar, beristirahat, tetapi ketika dia mendengar percakapan antara Henry dan Janice, kelopak matanya langsung berked

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 13

    Miana memalingkan wajahnya untuk menghindari tangan pria itu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Aku adalah istri Henry Jirgan, sebelum kamu bertindak, sebaiknya pikirkan baik-baik apakah kamu bisa menanggung konsekuensi menyinggung Henry!"Di situasi genting seperti ini, Miana terpaksa menggunakan nama Henry.Di Kota Jirya, Henry dikenal dan ditakuti sebagai orang yang tidak berperasaan.Ada rumor mengenai Henry merupakan orang yang kejam dan berdarah dingin.Orang-orang ini pasti takut pada Henry dan mungkin akan melepaskannya."Semua orang di Kota Jirya tahu kalau pasangannya Henry adalah Janice, nggak pernah ada yang tahu kalau Henry sudah menikah! Cantik, berhenti membodohi kami, oke?" Pria itu meraih dagu Miana dengan kuat dan mengangkatnya, dia lalu tersenyum jahat dan berkata, "Kamu berlama-lama di sini, apa karena ingin aku yang menggendongmu masuk ke mobil?"Miana mengertakkan gigi dan berseru, "Aku nggak berbohong, aku benar-benar istri Henry! Kalau kalian nggak percaya,

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 14

    Tepat ketika tangan pria itu hendak merogoh gaunnya, beberapa jeritan terdengar dan membuat tangan pria itu gemetar ketakutan.Melihat kesempatan itu, Miana segera berteriak "Tolong aku!"Detik berikutnya, pria yang sedang menindihnya ditarik dengan kasar dan sebuah jaket pria menutupi tubuh Miana.Aroma kayu yang dingin pun tercium olehnya, membuat Miana yang sebelumnya gugup menjadi tenang."Tutup matamu dan jangan lihat!"Suara lembut seorang pria terdengar olehnya.Miana refleks melirik pria itu."Kak Giyan?"Dia sedikit tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Bagaimana bisa kebetulan seperti ini?"Ya, ini aku, tenanglah dan tutup matamu, aku akan menggendongmu ke mobilku." Mata hitam Giyan penuh kelembutan, begitu pula dengan suaranya.Miana menggigit bibirnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar, jadi dia menutup matanya dengan patuh.Suara teriakan kesakitan sewaktu-waktu terdengar olehnya.Miana refleks mengepalkan tangannya dan berkata pelan, "Kak

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 15

    Akhir-akhir ini, Miana sering mendengar rekan sekantornya membicarakan Firma Hukum Lacia yang baru dibuka. Mereka mengatakan bahwa pemiliknya merupakan seseorang yang baru pulang dari luar negeri. Karena sibuk, Miana tidak punya waktu untuk memedulikan hal ini. Dia sungguh tidak menyangka ternyata firma itu didirikan oleh Giyan.Bukankah bisnis keluarga Ferno di bidang maskapai penerbangan?Mengapa tiba-tiba membuka firma hukum?"Ternyata kamu sudah pernah mendengarnya! Benar, aku yang membuka Firma Hukum Lacia.""Seingatku Kak Giyan juga lulusan jurusan hukum di Universitas Jirya. Kalau dulu kamu menjadi pengacara, mungkin kita akan menjadi saingan!""Kalaupun aku menjadi pengacara, kita nggak akan pernah menjadi saingan!" Giyan kemudian melanjutkan ucapannya di dalam hatinya, "Aku hanya akan membantumu, membuatmu menjadi pengacara yang sukses!"Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara Sherry."Mia, Mia, kamu di mana!"Suaranya terdengar agak histeris.Miana merasa sangat terharu, dia

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 16

    Saat Miana melihat judul berita tersebut, pikirannya menjadi kosong untuk sesaat.'Gelang warisan keluarga Jirgan.''Bukankah Kakek menyuruh Henry memberikannya padaku sebagai hadiah ulang tahun?'Miana menarik napas panjang, menekan emosinya dan membuka berita tersebut.Berita itu dipublikasikan setengah jam yang lalu.Yang berarti baru saja melewati tengah malam.Miana ingat, hari ini adalah hari ulang tahun Janice.Dia memandang pria di foto itu, yang duduk tepat di tepi ranjang rumah sakit, sorot matanya begitu lembut ketika dia memakaikan gelang pada wanita itu.Wanita yang bersandar di ranjang itu tersenyum manis, terlihat begitu bahagia.Miana menggenggam ponsel dengan erat, tidak ingin lagi membaca isi berita itu, hanya merasakan tubuhnya makin dingin.Henry memberikan gelang yang seharusnya untuknya kepada Janice!Pada saat ini, terdengar bunyi notifikasi pesan masuk di ponselnya.Miana membukanya, pesan dari nomor tidak dikenal ....Isinya berupa foto yang memperlihatkan sebu

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 17

    Karena panik, Sherry segera memanggil ambulans.Setelah tiba di rumah sakit, Miana dibawa ke ruang gawat darurat.Sherry berjalan mondar-mandir di depan pintu, merasa cemas dan takut.'Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Miana?'....Di kamar VIP Rumah Sakit Tresna milik Grup Eskaria, Henry berdiri di depan ranjang dengan wajah dingin, tangannya memegang ponsel, dan sedang memarahi Janice, "Kamu sedang hamil, tengah malam bukannya tidur malah bertengkar dengan Miana, hebat sekali!"Janice merasa sangat tertekan, matanya berkaca-kaca, dan berkata, "Tadi Miana menelepon, karena kamu sedang nggak ada dan aku takut dia ada urusan mendesak, jadi aku mengangkatnya. Siapa sangka dia langsung memaki aku nggak tahu malu, mengataiku telah merebut gelang warisan keluarganya dan juga suaminya! Aku nggak tahan dan membalas ucapannya! Siapa sangka dia malah mengancamku, dia bilang akan menghancurkan reputasiku di internet! Akan membuatku nggak punya kesempatan lagi untuk tampil di atas panggung!"

Latest chapter

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 550

    Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 549

    Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 548

    Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 547

    Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 546

    Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 545

    "Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 544

    Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 543

    Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 542

    Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status