Share

Bab 10

Mendengar itu, Janice marah sekali dan hanya bisa berkata, "Miana memanggilmu, cepat pergilah, jangan khawatirkan aku!"

"Aku minta sopir mengantarmu ke rumah sakit dulu, aku akan segera menyusul." Henry kemudian menggendong Janice masuk ke mobil dan meminta sopir untuk mengemudi.

Janice yang duduk di dalam mobil memperhatikan sosok Henry yang makin menjauh, lalu mengepalkan tangannya erat-erat.

'Tua bangka itu!'

'Suatu hari nanti, aku ingin melihatmu mati di depan mataku!'

Henry masuk ke rumah setelah mengantar Janice pergi.

Di ruang tamu, Miana sedang duduk di sofa sambil makan buah, berbincang dengan Pak Agam, suasana begitu harmonis.

Melihat itu, Henry menghentikan langkahnya.

'Hubungan Miana dengan orang-orang di rumah lama begitu baik, tapi kenapa dia selalu ingin berseteru dengan Janice?'

Melihat Henry datang, Miana memasukkan buah ke dalam mulutnya sambil menunjuk ke lantai dua dan berkata "Kakek sedang menunggumu di ruang kerja."

Miana tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Kakek dengan Henry.

Dia juga tidak peduli.

Pak Agam menghilangkan senyuman di wajahnya, berjalan ke arah Henry dan berkata, "Tuan Muda Henry, ikuti saya."

Dia merasa Janice begitu lembut dan baik hati, tetapi Henry sangat dingin dan kejam.

Dia sangat khawatir suatu saat Janice akan tidak tahan dengan sikap dingin Henry dan mengajukan perceraian.

Henry mengangguk dan berbalik pergi.

Saat naik tangga, dia bertanya kepada Pak Agam, "Kenapa kamu memanggil Janice dengan sebutan Nona Janice, sementara memanggil Miana dengan sebutan Nyonya Jirgan?"

Henry merupakan tuan muda kedua di keluarga ini, jadi seharusnya Miana juga dipanggil dengan sebutan nona.

"Pak Eddy pernah bilang kalau dia hanya mengakui Nyonya Jirgan sebagai cucu menantunya, jadi panggilannya harus berbeda dan hanya satu-satunya."

Henry mengernyit dan bertanya lagi, "Pak Agam tahu kenapa Kakek nggak menyukai Janice?"

Pak Agam tersenyum dan menjawab, "Saya nggak berani menebak apa yang dipikirkan Pak Eddy. Kalau Tuan Muda ingin tahu, bisa tanyakan sendiri kepadanya."

Semua orang bisa melihat bahwa Janice itu sangat manja, sombong dan memiliki niat jahat. Sungguh aneh jika ada yang menyukainya.

Dia juga tidak mengerti mengapa Henry begitu memanjakan Janice.

Perhatiannya sudah sangat melewati hubungan antara kakak ipar dan adik ipar.

Kedekatan mereka itu sangat mudah menyebabkan kesalahpahaman.

Henry mengatup bibirnya dan tidak berbicara lagi.

Dia tahu, kakeknya tidak akan memberitahunya meski sudah bertanya.

Setelah mengantar Henry sampai di depan pintu ruang kerja, Pak Agam pun pergi.

Henry membuka pintu dan melihat kakeknya sedang berdiri di depan jendela, punggungnya sudah sedikit membungkuk.

Pada saat ini, dia tiba-tiba menyadari bahwa kakeknya memang sudah sangat tua.

Eddy berbalik, menatap Henry dengan tajam dan berkata dengan suara nyaring, "Masuk dan tutup pintunya."

Sejak ditemukan kembali oleh keluarga Jirgan, Henry tumbuh besar di sisi Eddy, jadi dia sangat menghormati kakeknya ini.

Henry melangkah masuk dan menutup pintu ruang kerja.

Eddy menunjuk ke map dokumen di atas meja sambil berkata, "Di dalamnya ada kontrak pengalihan 5% saham Grup Eskaria dan gelang warisan keluarga Jirgan, berikan semua ini kepada Mia."

Henry mengernyit dan bertanya, "Janice adalah cucu menantu tertua, bukankah gelang warisan ini seharusnya diberikan padanya?"

Raut wajah Eddy mengelap dan dia berseru, "Wanita memalukan sepertinya nggak pantas mendapatkan gelang warisan keluarga Jirgan! Henry, kamu harus selalu ingat bahwa istrimu adalah Mia! Sementara Janice, dia adalah kakak iparmu! Kalian harus menjaga jarak!"

Dia tidak mengatakannya masalah itu, bukan berarti dia tidak mengetahuinya.

"Sekarang Janice hamil, anaknya akan menjadi cucu pertama keluarga Jirgan setelah lahir. Selain itu, Miana nggak suka memakai perhiasan, jadi gelang warisan keluarga Jirgan harus diberikan kepada Janice!" Henry ingat Janice sudah beberapa kali mengungkit gelang warisan keluarga Jirgan itu, dia tahu Janice menginginkannya.

"Mia nggak suka memakai perhiasan karena kamu nggak pernah membelikannya. Kalau kamu sering membelikannya, dia pasti akan memakainya!" Eddy memelototi Henry. "Minggu depan adalah ulang tahun Mia, saham ini adalah hadiah ulang tahun yang kuberikan untuknya, minta asistenmu untuk mengurus prosedur pengalihannya. Lalu, gelang ini, kamu harus berikan padanya!"

Henry mengambil map dokumen dan berkata, "Kalau begitu aku pergi dulu."

"Kamu dan Mia sudah menikah selama tiga tahun, kapan kamu berencana punya anak?" Eddy merasa tidak nyaman setelah membaca berita tentang Janice yang masuk ke tren tagar.

Dia cukup memahami Henry, yakin Henry tidak akan pernah melakukan perselingkuhan, tetapi orang lain hanya akan melihat dari permukaan saja dan akan berpikir bahwa memang ada sesuatu di antara Janice dan Henry.

Henry adalah orang yang dingin, tidak tahu bagaimana menjelaskan, apalagi menghibur istrinya. Miana pasti akan langsung percaya begitu melihat berita tersebut.

Seiring berjalannya waktu, Miana akan kecewa terhadap Henry.

Begitu seorang wanita benar-benar putus asa terhadap seorang pria, dia tidak akan pernah kembali lagi.

Namun, jika memiliki anak, mereka masih akan memiliki ikatan.

Eddy tahu bahwa Miana tampak kuat di luar, tetapi sebenarnya lembut di dalam. Begitu punya anak, Miana tidak akan dengan mudah meminta bercerai. Selama Miana bisa bertahan, mereka bisa bersama sampai hari tua.

"Aku nggak pernah berpikir untuk punya anak!" Henry merasa tidak ada yang salah dengan perkataannya ini.

Dia tidak mencintai Miana, jadi pasti tidak akan memilik anak dengannya.

Eddy sangat marah mendengar itu, mengambil asbak di meja dan melemparkannya ke Henry sambil berteriak, "Dasar bajingan!"

Dia berusaha keras untuk membantu Henry mempertahankan Miana, tetapi Henry sendiri malah menghalangi usahanya.

Henry tidak sepenuhnya menghindar, asbak itu pun mengenainya sedikit, dahinya terluka dan mulai berdarah.

"Keluar! Aku nggak ingin melihatmu! Jangan pernah kembali lagi, kamu membuatku jengkel!" hardik Eddy dengan marah. "Kalau suatu hari nanti Mia nggak ingin hidup denganmu lagi dan minta bercerai, jangan datang meminta bantuanku!"

Kepribadian Henry menjadi dingin sejak dia dibawa kembali.

Eddy selalu khawatir bahwa Henry akan hidup sendirian sampai akhir hayatnya.

Hingga suatu hari, dia bertemu Miana yang menyelamatkan nyawa Henry.

Miana tidak hanya cantik, berkarakter baik, mandiri, tetapi juga merupakan mahasiswa berprestasi di jurusan hukum di Universitas Jirya. Wanita seperti ini tidak akan ditemukan lagi di seluruh Kota Jirya. Miana bersedia menikah dengan Henry merupakan kehormatan bagi keluarga Jirgan.

Oleh karena itu, Eddy berusaha keras menjodohkan mereka hingga akhirnya menikah.

Dia berpikir bahwa setelah bersama untuk waktu yang lama, Henry akan melihat kebaikan Miana dan jatuh cinta padanya.

Namun, setelah tiga tahun menikah, hubungan mereka tetap tidak mengalami kemajuan.

Eddy yang menyadari semua ini mulai merasa cemas.

Dia sangat takut Miana akan meninggalkan Henry.

Dengan sifat buruk Henry, tidak ada yang bisa hidup dengannya lama-lama.

Memikirkan hal ini, Eddy ingin menghajar Henry untuk melampiaskan amarahnya.

Henry menutupi dahinya dengan tangan, sudut bibirnya melengkung membentuk senyum mengejek. "Kalau Miana ingin bercerai denganku, siapa yang akan mengurus kekacauan keluarga Senora? Siapa yang akan membiayai pengobatan neneknya? Dengan gajinya yang sedikit itu, apa dia bisa membeli pakaian yang dia pakai sekarang? Kakek, tenang saja, Miana nggak akan dan nggak berani meminta cerai!"

Henry begitu yakin Miana tidak bisa hidup tanpa dirinya!

Suara gaduh di lantai atas membuat Miana segera naik untuk mengecek apa yang sedang terjadi. Kebetulannya, dia mendengar semua perkataan Henry. Seketika, dia merasa darah di sekujur tubuhnya mematung.

'Ternyata, di mata Henry, aku begitu rendahan.'

Cinta yang dia inginkan sangat bertolak belakang dengan kenyataan.

Ironis sekali.

"Cepat pergi! Aku nggak ingin melihatmu!" Eddy sangat marah hingga sekujur tubuhnya terasa sakit. "Hati orang bisa berubah, nggak ada yang akan mencintaimu selamanya! Henry, kelak tanggung sendiri akibatnya!"

Melihat Henry begitu yakin bahwa Miana tidak akan pernah meninggalkannya, Eddy tahu sulit untuk mengubah pikirannya, hanya bisa menunggu sampai kenyataan membuat Henry tersadar!

"Bagaimana kalau kita bertaruh? Kita lihat apakah Miana akan meninggalkanku atau nggak?" ujar Henry dengan percaya diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status