Share

Bab 6

Author: Helena Ayu
Mendengar suara tersebut, Wiley segera menaikkan sekat partisi mobil.

Henry memandang wanita dalam pelukannya, seakan-akan telah tersihir, dan menundukkan kepalanya untuk mencium bibir wanita itu.

Miana teringat adegan Henry mencium Janice di kamar rawat hari ini, merasa sedikit mual, dan mendorong Henry, dia menutup mulutnya dan muntah kering.

Mendengar suara muntah Miana, raut wajah Henry langsung menggelap.

"Miana, apa maksudmu!"

'Aku menciumnya, tapi dia malah muntah?'

Miana segera mengambil tisu dan menyeka mulutnya. Kemudian, dia mengangkat kepalanya, menatap Henry dengan mata merah dan berseru, "Kita akan bercerai, nggak pantas melakukan hal seperti ini!"

Henry mengangkat dagu Miana, memaksa Miana untuk menatapnya. "Janji yang kamu buat belum terpenuhi, 'kan? Sekarang belum saatnya kita bicara tentang perceraian!"

Miana menatap wajah tampan pria di depannya, tertawa kecil dan berkata, "Aku pasti akan menyelesaikan hal itu sebelum fajar besok!"

Henry begitu ingin segera membersihkan reputasi Janice hanya karena Janice pernah memenangkan penghargaan, telah bersinar di atas panggung.

Dibandingkan dirinya, meskipun merupakan seorang pengacara perceraian terkenal di Kota Jirya, di mata Henry, pekerjaannya ini hanya sekadar untuk mencari nafkah, jadi Henry tidak peduli sama sekali dengan situasinya.

"Semoga kamu bisa menepati janjimu!" Henry tiba-tiba terlihat sedikit marah. 'Wanita ini sungguh keras kepala. Karena dia nggak kembali memohon padaku, kita lihat dia bisa berlagak sampai kapan.'

"Aku tentu akan menepatinya, kalau nggak, apa aku masih bisa hidup dengan damai kalau kamu yang turun tangan?" Sekalipun Miana merasa sedih, senyumannya makin terlihat cerah.

Selama tiga tahun pernikahan, dia telah merawat dan memperhatikan Henry dengan penuh kasih. Dia berpikir bahwa sedingin-dinginnya hati seseorang akan ada saatnya terhangatkan. Namun, tidak dengan Henry, yang sampai sekarang tetap bersikap begitu kejam padanya.

"Bagus kalau kamu tahu! Pokoknya, jangan bermain trik di depanku!" Henry entah mengapa merasa tidak nyaman saat melihat senyuman Miana itu.

"Bagaimana mungkin aku berani bermain trik dengan Pak Henry!" balas Miana sambil tersenyum.

Wajahnya tersenyum, tetapi hatinya berdarah.

Sudah seharusnya dia menyerah.

"Aku tentu tahu kamu nggak berani!" Henry mendengkus. Entah mengapa, dia merasa sikap Miana saat ini membuatnya tidak senang.

Miana menoleh ke samping, terlihat pantulan wajah pria itu di kaca jendela mobil.

Dia harus mengakui bahwa pria itu memang tampan.

Tidak heran begitu banyak wanita di Kota Jirya mengaguminya.

Sayang sekali, para wanita itu tidak ada yang bisa memenangkan hatinya.

Terkadang Miana sungguh mengagumi Janice karena mampu membuat pria seperti Henry hanya memikirkannya.

Suara dering ponsel memecah keheningan.

Henry mengeluarkan ponselnya, Miana pun melihat sekilas nama Janice muncul di layar ponsel itu dengan foto latar belakang Janice yang tersenyum cerah, ini membuat hatinya sedikit tidak nyaman.

"Ada apa?" ​​Henry melembutkan suaranya.

"Henry, bukankah kamu berjanji untuk datang dan makan malam bersamaku? Kenapa kamu belum datang?" Janice selalu bersikap manja di depan Henry.

Dia bisa bersikap seperti itu karena memang dimanjakan.

Volume ponsel Henry sangat keras, jadi Miana dapat mendengarnya dengan jelas. Hatinya saat ini terasa seperti tersumbat kapas, sedikit tidak nyaman, dan dia segera memalingkan wajahnya, melihat pohon-pohon di luar jendela.

Sebelum berumur enam tahun, dia juga dimanjakan oleh orang tuanya dan menjalani kehidupan yang sangat bahagia.

Suatu hari ketika dia berusia enam tahun, adik perempuannya yang berusia lima tahun mengajaknya keluar untuk membeli permen kapas. Namun, entah bagaimana, adiknya tersesat dan menghilang. Keluarganya telah menggunakan semua koneksi yang ada, tetapi tetap tidak berhasil menemukan adiknya.

Sejak hari itu, hari-harinya di rumah bagaikan neraka.

Tidak peduli seberapa bagus nilai ujiannya, berapa banyak piala, medali, atau beasiswa yang dia menangkan, orang tuanya tidak akan pernah memandangnya.

Mereka membencinya karena dia telah membuat putri kesayangan mereka menghilang.

Ketika dia berumur tujuh belas tahun, orang tuanya akhirnya menemukan adik perempuannya.

Dia pikir hidupnya akan menjadi lebih baik.

Namun, untuk menebus rasa bersalah mereka kepada si adik yang tidak mendapatkan kasih sayang, orang tuanya pun sangat memanjakan adiknya. Sementara dirinya, dia menjadi orang yang harus menebus dosa di depan adiknya.

Tiga tahun lalu, setelah menghadiri sebuah pesta, entah bagaimana dia tidur di kasur yang sama dengan Henry.

Kemudian, dia pun menikah dengan Henry.

Pada awalnya, dia punya banyak harapan pada pernikahan ini. Dia berusaha keras untuk belajar bagaimana merawat Henry dengan baik.

Namun, baru sekarang dia sadar bahwa hubungan antara dia dan Henry mirip dengan hubungannya dengan keluarganya.

Tidak peduli seberapa hebat dia, tidak peduli seberapa banyak dia berkorban, mereka tidak akan pernah memperhatikannya, apalagi menyukainya.

"Kakek meneleponku, memintaku pulang untuk makan malam bersama. Kalau kamu ingin ikut, aku akan mengirim seseorang untuk menjemputmu."

"Aku ingin kamu yang menjemputku!" Suara manja Janice terdengar di ujung ponsel.

Miana merasa sedikit sesak di dadanya.

Memang benar mereka yang dimanjakan tidak akan takut apa pun.

"Aku akan mengirim seseorang untuk menjemputmu, dengarkan aku ya!" Nada suara Henry tanpa dia sadari terdengar sedikit penuh kasih.

Miana membuka jendela mobil, suara deru angin yang masuk ke telinganya menutupi suara Henry, ini membuat rasa sakit di hatinya lumayan berkurang.

Henry menutup telepon, mengernyit sambil menatap sisi wajah wanita di sampingnya.

"Miana, apa yang kamu lakukan!"

'Bisa-bisanya buka jendela di cuaca dingin seperti ini.'

'Wajah pun akan mati rasa karena kedinginan.'

Miana menutup jendela mobil, menoleh ke arah Henry dan berkata, "Kakek nggak menyukai Janice, kalau Janice datang, tekanan darah Kakek mungkin akan naik."

Dia tidak berhak mencegah Janice datang, jadi hanya bisa mengingatkan Henry dengan cara ini.

"Kamu yang nggak ingin bertemu Janice, jadi sengaja menggunakan Kakek sebagai alasan! Miana, cemburu ada batasnya!" seru Henry sambil menelepon seseorang.

Miana pun tidak mengatakan apa-apa lagi.

Dia bermaksud baik mengingatkan, tetapi Henry malah mengatainya sedang cemburu.

'Terserah saja,' pikir Miana di dalam hatinya.

Kemudian, sepanjang perjalanan, Henry sibuk melakukan rapat panggilan video.

Miana kehilangan minat untuk memandang Henry, dia pun bersandar di sandaran kursi, menutup matanya untuk beristirahat, dan pada akhirnya tertidur.

Mobil terus melaju menuju rumah lama.

Setelah menutup laptop, Henry mengusap-usap keningnya.

Dia saat ini baru menyadari bahwa Miana tertidur. Melihat ini, dia tanpa sadar mengatup-ngatupkan bibirnya.

Kecantikan Miana memang tidak diragukan. Meskipun sedang tidur, tanpa sepasang mata yang indah itu, Miana tetap saja sangat cantik.

Henry tiba-tiba teringat bahwa selama tiga tahun pernikahan mereka, dia belum pernah melihat wajah Miana yang sedang tidur.

Setiap malam, tidak peduli seberapa larut atau lelahnya , Miana akan mandi, mengoleskan losion badan, merawat kulit wajahnya., dan kadang-kadang pergi ke ruang kerja untuk menyiapkan berkas kasus yang akan dibawa ke pengadilan keesokan harinya.

Pada saat Miana naik ke kasur, Henry sudah tertidur.

Di pagi hari, Miana akan bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan, memilih pakaian yang akan Henry kenakan hari itu, menyetrikanya dan meletakkannya di samping kasur. Saat Henry bangun, kasur di sebelahnya sudah dingin.

Henry mengerutkan kening.

Setelah dihitung-hitung, waktu tidur Miana sehari hanya lima jam.

Meskipun begitu melelahkan, dia tetap menolak ketika disuruh berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.

Pada saat ini, pintu mobil terbuka dan suara Janice terdengar, "Henry, cepat turun dan masuk bersamaku. Aku khawatir Kakek akan memarahiku!"

Janice mengulurkan tangan untuk menarik Henry keluar.

"Tunggu sebentar." Henry sadar kembali dari lamunannya. Dia melepaskan tangan Janice, melepas mantelnya dan menutupi Miana dengan mantel itu sebelum dia keluar dari mobil.

Melihat tindakan Henry itu, terpancar sekilas rasa kebenciannya.

Wiley menatap kedua orang itu pergi sambil berpikir, 'Selama tiga tahun ini, Pak Henry akan memintaku menyiapkan hadiah untuk istrinya. Aku selalu berpikir bahwa istrinya memiliki tempat istimewa di hatinya!'

'Sekarang aku tiba-tiba ragu dengan penglihatanku sendiri, apa aku perlu memeriksanya ke dokter mata?'

'Pak Henry begitu dingin terhadap istrinya, sama seperti terhadap orang lain, jadi apanya yang istimewa?'

Pada saat ini, kepala pelayan tiba-tiba datang dengan tergesa-gesa dan berteriak, "Nyonya, cepat turun dari mobil, Pak Eddy pingsan!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nadia Loveka
seru KK ceritanya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 7

    Kakak ipar dan adik ipar begitu dekat dan mereka tidak takut dibicarakan orang.Wiley hendak menghentikan kepala pelayan, tetapi mendapati Miana yang duduk di kursi belakang sudah membuka pintu dan keluar dari mobil.Mendengar ucapan kepala pelayan tadi, Miana sudah bisa menebak bahwa pingsannya Kakek disebabkan oleh kemunculan Janice.Miana sudah mengingatkan Henry sebelumnya, tetapi Henry tidak memercayainya.Sekarang Kakek pingsan karena marah, dia pun bertanya-tanya bagaimana perasaan Henry saat ini.Mungkin saja Henry tidak merasakan apa-apa.Lagi pula, Henry tidak peduli pada siapa pun kecuali Janice.Ketika kepala pelayan melihat Miana, dia menjadi sedikit emosional sampai tanpa sadar suaranya meninggi, "Nyonya, cepat ikut saya!"Miana mengikutinya sambil bertanya, "Sudah panggil dokter keluarga?""Sudah, butuh dua puluh menit untuk bisa tiba.""Sudah buka jendelanya untuk ventilasi?""Semua jendela sudah dibuka."Miana mengerutkan bibirnya, lalu mempercepat langkahnya.Saat tib

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 8

    Eddy hampir mati berdiri karena marah mendengar pertanyaan Henry.Henry terkenal di dunia bisnis karena kecerdasannya.Namun, setiap kali berbicara tentang Janice, dia seperti tidak menggunakan otaknya.Miana dengan tenang menyendok semangkuk sup untuk Eddy, lalu meletakkannya di depannya sambil berkata dengan lembut, "Kakek, minumlah sup dulu."Eddy mengambil mangkuk itu dan menyesap sup di dalamnya. Amarahnya mereda. Setelah meletakkan mangkuk itu, dia kembali menatap Henry dengan tajam dan berkata, "Karena kamu menanyakan itu, aku akan beri tahu kamu alasannya.""Mia selalu memasak untukku setiap kali dia datang kemari, dia juga tahu apa yang aku suka makan, kalau ada ikan, dia akan memilah tulang ikan untukku. Mia sangat memperhatikanku!""Sedangkan Janice? Setiap kali dia hanya duduk di sofa, berlagak menjadi nona besar dan membiarkan para pembantu melayaninya. Semua pembantu di rumah harus memprioritaskannya, siapa yang akan menjagaku!"Saat mengatakan itu, raut wajah Eddy sudah

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 9

    Suara Miana membuat Henry terangsang dan dia pun memeluk pinggang Miana dengan erat, seakan-akan ingin meremasnya ke dalam tubuhnya."Miana, kamu juga menginginkanku, 'kan? Ayo, panggil aku 'Sayang', aku ingin mendengarnya."Keduanya telah menikah selama tiga tahun, hampir setiap hari mereka melakukan hubungan intim. Bagaimana membuat Miana terangsang, membuat Miana merasa sangat nikmat, Henry paling tahu.Oleh karena itu, dia mampu membuat Miana merasakan sesuatu dalam waktu singkat setiap saat, bahkan tidak sabar untuk mengundangnya.Dia belum melakukannya dengan Miana selama dua hari, jadi dia tentu ingin melakukannya.Sekarang, wanita lembut itu berada dalam pelukannya, dia tentu tidak ingin melepaskannya.Selain itu, dia belum pernah melakukannya di luar, jadi ingin mencobanya.Miana menggigit bibirnya erat-erat, tidak ingin mengeluarkan suara yang memalukan.Henry terlihat dingin dan mulia di luar, tetapi memiliki selera buruk ketika berada di atas kasur, dia suka sengaja menyiks

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 10

    Mendengar itu, Janice marah sekali dan hanya bisa berkata, "Miana memanggilmu, cepat pergilah, jangan khawatirkan aku!""Aku minta sopir mengantarmu ke rumah sakit dulu, aku akan segera menyusul." Henry kemudian menggendong Janice masuk ke mobil dan meminta sopir untuk mengemudi.Janice yang duduk di dalam mobil memperhatikan sosok Henry yang makin menjauh, lalu mengepalkan tangannya erat-erat.'Tua bangka itu!''Suatu hari nanti, aku ingin melihatmu mati di depan mataku!'Henry masuk ke rumah setelah mengantar Janice pergi.Di ruang tamu, Miana sedang duduk di sofa sambil makan buah, berbincang dengan Pak Agam, suasana begitu harmonis.Melihat itu, Henry menghentikan langkahnya.'Hubungan Miana dengan orang-orang di rumah lama begitu baik, tapi kenapa dia selalu ingin berseteru dengan Janice?'Melihat Henry datang, Miana memasukkan buah ke dalam mulutnya sambil menunjuk ke lantai dua dan berkata "Kakek sedang menunggumu di ruang kerja."Miana tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Kake

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 11

    Eddy mendengkus dingin dan berkata, "Aku nggak akan bertaruh denganmu! Lagi pula, kalau Mia nggak menginginkanmu lagi, jangan datang mencariku! Malu-maluin!"Setelah mengatakan itu, dia bangkit berdiri dan berjalan ke pintu.'Henry dengan angkuh berpikir kalau Miana nggak akan pernah meninggalkannya. Suatu hari nanti, dia pasti akan menyesalinya!'Henry mengangkat alisnya, mengambil map dokumen dan berjalan keluar.Pada saat ini, Miana sudah turun ke bawah.Melihat raut wajah Miana, Pak Agam sedikit khawatir dan bertanya, "Apa Nyonya nggak enak badan? Kenapa wajah Nyonya terlihat begitu pucat?"Miana menggeleng dan menjawab, "Aku baik-baik saja."Perkataan Henry tadi sangat melukai hatinya."Duduklah sebentar, saya akan ambilkan segelas air," ujar Pak Agam, lalu segera pergi mengambilkan air minum untuknya.Eddy dan Henry turun bersama, mereka melihat Miana sedang duduk di sofa. Eddy pun berkata, "Sudah larut dan di luar dingin, kalian menginap saja di sini untuk semalam. Kamar selalu

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 12

    Henry mengernyit dan bertanya dengan suara rendah, "Apa yang terjadi!""Miana membeli tren tagar, mengatakan kalau penghargaan penari yang kudapatkan itu karena ada orang dalam! Juga mengatakan bahwa aku dinafkahi oleh seorang investor dan ayah dari bayi yang aku kandung ini adalah anak investor itu! Sekarang reputasiku hancur, aku nggak akan pernah bisa untuk berdiri di atas panggung lagi! Masa depanku, hidupku, semuanya menjadi gelap! Apa gunanya aku hidup!"Janice berteriak histeris.Ekspresi Henry langsung berubah masam. "Tren tagar? Apa yang terjadi?" tanyanya.Henry sama sekali tidak tahu hal itu."Tanya Miana! Dia yang melakukannya, dia pasti tahu!" teriak Janice, bahkan melalui telepon bisa merasakan kemarahannya."Baiklah, jangan emosi, aku akan tanya padanya." Setelah mengatakan ini, Henry pun menutup telepon.Miana awalnya berencana untuk memejamkan matanya sebentar, beristirahat, tetapi ketika dia mendengar percakapan antara Henry dan Janice, kelopak matanya langsung berked

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 13

    Miana memalingkan wajahnya untuk menghindari tangan pria itu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Aku adalah istri Henry Jirgan, sebelum kamu bertindak, sebaiknya pikirkan baik-baik apakah kamu bisa menanggung konsekuensi menyinggung Henry!"Di situasi genting seperti ini, Miana terpaksa menggunakan nama Henry.Di Kota Jirya, Henry dikenal dan ditakuti sebagai orang yang tidak berperasaan.Ada rumor mengenai Henry merupakan orang yang kejam dan berdarah dingin.Orang-orang ini pasti takut pada Henry dan mungkin akan melepaskannya."Semua orang di Kota Jirya tahu kalau pasangannya Henry adalah Janice, nggak pernah ada yang tahu kalau Henry sudah menikah! Cantik, berhenti membodohi kami, oke?" Pria itu meraih dagu Miana dengan kuat dan mengangkatnya, dia lalu tersenyum jahat dan berkata, "Kamu berlama-lama di sini, apa karena ingin aku yang menggendongmu masuk ke mobil?"Miana mengertakkan gigi dan berseru, "Aku nggak berbohong, aku benar-benar istri Henry! Kalau kalian nggak percaya,

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 14

    Tepat ketika tangan pria itu hendak merogoh gaunnya, beberapa jeritan terdengar dan membuat tangan pria itu gemetar ketakutan.Melihat kesempatan itu, Miana segera berteriak "Tolong aku!"Detik berikutnya, pria yang sedang menindihnya ditarik dengan kasar dan sebuah jaket pria menutupi tubuh Miana.Aroma kayu yang dingin pun tercium olehnya, membuat Miana yang sebelumnya gugup menjadi tenang."Tutup matamu dan jangan lihat!"Suara lembut seorang pria terdengar olehnya.Miana refleks melirik pria itu."Kak Giyan?"Dia sedikit tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Bagaimana bisa kebetulan seperti ini?"Ya, ini aku, tenanglah dan tutup matamu, aku akan menggendongmu ke mobilku." Mata hitam Giyan penuh kelembutan, begitu pula dengan suaranya.Miana menggigit bibirnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar, jadi dia menutup matanya dengan patuh.Suara teriakan kesakitan sewaktu-waktu terdengar olehnya.Miana refleks mengepalkan tangannya dan berkata pelan, "Kak

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 550

    Amanda tidak pernah meragukan Miana.Dia hanya meragukan dirinya sendiri."Duduklah, kita diskusikan lagi," ujar Miana dengan suara lembut, sambil mengangkat cangkir kopinya dan mengaduknya perlahan."Oke!" Amanda menarik kursi dan duduk di depannya, kemudian mereka mulai berdiskusi.Diskusi mereka selesai tepat sebelum waktu yang ditentukan.Amanda segera mengemas dokumen-dokumen dengan rapi, lalu dia dan Miana meninggalkan kantor bersama-sama.Kendati sudah empat tahun meninggalkan Kota Jirya, Miana tetap menjadi sosok yang dihormati dan diingat.Setibanya di pengadilan, banyak wajah akrab yang menyapanya dengan antusias.Pemandangan itu membuat Amanda teringat pertama kali dia berada di pengadilan.Saat itu, tubuhnya gemetar karena gugup, tetapi Miana segera membantunya duduk dan menenangkan dirinya.Setelah beberapa saat, sidang hari ini pun dimulai.Sidang berlangsung penuh ketegangan, kedua belah pihak saling beradu argumentasi dalam perdebatan sengit, masing-masing mengupayakan

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 549

    Menurut Miana, reaksi Ariz terasa sedikit berlebihan.Sepertinya Ariz juga menyadari hal itu, lalu mencoba untuk tenang sebelum bertanya, "Apa yang terjadi dengan Bu Sherry? Kenapa dia dirawat di rumah sakit?"Dalam beberapa hari terakhir, dia menganggap Sherry sedang dalam perjalanan bisnis karena tidak bisa dihubungi.Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Sherry sebenarnya berada di rumah sakit.Miana memandangnya, mempertimbangkan ucapan sebelum mengungkapkan berita berat itu. Dengan suara pelan, dia berkata, "Dia mengalami kecelakaan mobil, kehilangan salah satu kakinya, dan kini dirawat di rumah sakit."Wajah Ariz memucat, seolah sulit mencerna informasi itu, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana ... keadaannya sekarang?'"'Kehilangan salah satu kaki, dia pasti sangat terpukul.''Aku bahkan sama sekali nggak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.'"Dia memang terlihat biasa saja, tapi aku yakin hatinya nggak sepenuhnya tenang," ujar Miana, sorot matanya tajam memperhatikan Ariz, m

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 548

    Selesai berbicara dengan kepala sekolah, Miana menuju tempat parkir dan sebuah mobil Maybach sengaja menghalangi mobilnya.Dia berjalan mendekat dan mengetuk kaca mobil ituBegitu kaca jendela mobil diturunkan, wajah dingin Henry terlihat."Tolong pindahkan mobilmu," ujar Miana yang masih dengan nada sopan."Masuklah, aku akan mengantarmu," ujar Henry dengan nada tegas.Miana mengernyit dan nada bicaranya berubah ketus, "Aku bawa mobil sendiri, nggak perlu kamu antar. Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, langsung saja!"Dia pikir, setelah kejadian semalam, Henry tidak akan mengusiknya untuk sementara waktu.Dia sungguh tidak menyangka, pagi ini, Henry muncul lagi.Benar-benar pria tidak tahu malu!"Kapan kamu akan membawa putra kita dan tinggal bersamaku?" Henry memandang wajah Miana yang begitu dekat, dan perasaan yang lama terpendam dalam dirinya mengalir kembali dengan kuat.Dia mencintai Miana.Namun, Miana tidak mencintainya lagi."Henry, bisakah kamu bertindak normal?" Miana mera

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 547

    Sherry dan Miana bertukar pandang, lalu dia melambaikan tangan kepada Nevan sambil berkata, "Baiklah, kamu pergilah ke taman kanak-kanak. Jangan lupa dengarkan gurumu dengan baik, ya. Ibu angkat pasti akan merindukanmu!"Miana tertawa mendengar perkataan Sherry.Nevan menggembungkan pipinya, memberungut marah. Matanya memerah menahan amarah, lalu dia mengentakkan kakinya beberapa kali dengan keras sebelum bergegas keluar."Dia benaran marah?" tanya Sherry kepada Miana.Miana tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja dia marah. Baginya, Kamu itu adalah harapannya, dan ternyata kamu membuatnya kecewa. Jangan khawatir, dia anak yang mudah dibujuk. Sebentar lagi dia akan kembali ceria.""Baguslah kalau begitu. Jangan buang waktu lagi, kamu cepat pergi bujuk dia." Sherry akhirnya merasa lega."Setelah selesai sarapan, kamu kembali istirahat saja. Nanti aku akan mengirim Ariz ke sini," ujar Miana sambil melambaikan tangan kepada Sherry, sebelum dia berbalik dan pergi.Di pos suster, Nevan sedan

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 546

    Pada hari itu, Sherry keluar dari kantor dekan dengan tergesa-gesa, lalu tertabrak sepeda Ariz dan terjatuh ke tanah.Ariz segera memarkir sepedanya dengan baik, lalu mengendong Sherry ke klinik kampus.Setelah itu, Ariz tetap bersikeras mengantar Sherry kembali ke perusahaan, meskipun Sherry terus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.Hari pertama Ariz bergabung di perusahaan, barulah Sherry sadar bahwa Ariz adalah orang yang menabraknya waktu itu.Sejak saat itu, Ariz tetap berada di sisinya hingga kini.Dalam beberapa tahun kebersamaan mereka, Sherry merasa sangat bersyukur atas keputusan yang dia buat pada hari itu."Kalau begitu, minta Ariz ke Universitas Jirya dan carikan orang berbakat seperti dirinya untuk membantu perkembangan perusahaan kita ke depannya." Miana sangat puas dengan kemampuan Ariz. Dia percaya, dengan Ariz bertanggung jawab atas perekrutan, hasilnya akan sangat memuaskan. Selain itu, dia memang sudah berencana merekrut orang baru untuk belajar darinya."Baikl

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 545

    "Begitu aku bangun pagi ini, aku langsung menyadari kalau informasi lokasi adikmu nggak lagi dapat dilacak. Aku mencoba beberapa cara untuk menemukannya, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya, aku meretas ponselnya dan memeriksa riwayat panggilan. Panggilan terakhirnya adalah kepada Nyonya Besar keluarga Jirgan."Miana menyipitkan matanya, sementara otaknya bekerja keras menyusun setiap petunjuk yang telah dia dapatkan.'Untuk apa Celine mencari Felica?''Hubungan mereka sangat dekat?'"Bos, apa masih perlu mencari keberadaannya?""Tetap cari!" Miana merasa ada sesuatu yang tidak beres.'Ke mana Celine pergi?'"Oke, aku akan segera mencarinya! Lalu, bagaimana dengan penyelidikan kecelakaan Sherry?""Begitu urusanku selesai, aku akan langsung mengecek ulang informasi tentang orang itu untuk memastikan identitas aslinya.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Miana bersandar di dinding. Kekhawatiran membanjiri pikirannya.Tiba-tiba, terdengar suara Nevan dari kamar perawatan. "Ibu, cepat masuk!"

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 544

    Perawat sibuk bekerja, menyeka tangan Sherry dengan lembut.Ketika Nevan masuk ke kamar perawatan, suaranya yang ceria memecah keheningan."Ibu angkat, aku datang!" serunya sambil berlari kecil menuju ranjang.Mendengar suara ceria Nevan, senyum langsung menghiasi wajah Sherry. Dia menoleh kepada perawat dan berkata dengan lembut, "Kamu siapkan sarapan dulu."Perawat mengangguk dan berjalan keluar ruangan.Dengan langkah-langkah kecil yang penuh semangat, Nevan tiba di sisi ranjang. Sepasang mata jernihnya menatap Sherry yang sedang berbaring, dan dia bertanya dengan suara manis, "Apakah Ibu merindukan?"Sherry merasa hatinya terisi kebahagiaan, dia tertawa sambil meraih tangan Nevan. "Tentu saja sangat merindukanmu!"Nevan berjinjit, berusaha memanjat ke ranjang, tetapi tinggi tubuhnya membuatnya kesulitan. Dengan senyum kecil, dia menundukkan kepala dan memberikan ciuman hangat di punggung tangan Sherry. "Aku juga merindukan Ibu angkat!"Miana menyaksikan interaksi hangat antara Neva

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 543

    Miana tertegun.Dia pernah memikirkan kemungkinan menikah dengan Giyan suatu hari nanti.Namun, tidak terlintas dalam benaknya bahwa Giyan akan menyatakannya pada waktu seperti sekarang.Ekspresi tertegun Miana membuat Giyan merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap mempertahankan senyumnya. "Aku hanya bercanda! Aku nggak bermaksud memaksamu untuk menikah! Sore nanti, kalau kamu punya waktu, aku bisa membawamu melihat rumah itu. Kalau kamu merasa cocok, kita bisa langsung pindah besok, bagaimana?"Dia tidak yakin apakah Henry masih memiliki tempat di hati Miana, tetapi dia sangat menyadari bahwa perasaan Miana terhadapnya belum cukup kuat untuk membangun masa depan bersama.Tentu saja, ini membuat hatinya terasa perih.Namun, dia tahu bahwa memaksakan sesuatu bukanlah jawabannya.Yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu Miana siap."Giyan ...." Miana menyadari bahwa senyum di wajah Giyan terlihat dipaksakan, membuat hatinya diliputi rasa bersalah. Namun, dia tahu bahwa dia harus jujur. "M

  • Terjerat dalam Kecanduan Cinta   Bab 542

    Miana dengan penuh hati-hati menggeser Nevan ke samping dan bangkit dari ranjang.Setelah mencuci muka dan bersiap-siap, dia turun ke lantai bawah.Giyan sudah menyiapkan sarapan dan sedang membersihkan ruang tamu."Kenapa bangun sepagi ini? Tidur lagi saja sebentar," ujar Giyan, sembari menghentikan penyedot debu. Tatapan lembutnya tertuju pada Miana, dan suaranya tetap penuh kehangatan."Nggak deh, terlalu banyak yang harus aku kerjakan hari ini," ujar Miana dengan lembut, sambil mendekat dan merangkul pinggang Giyan."Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Aku akan pergi membangunkan Nevan," ujar Giyan dengan suara yang agak serak, lalu mencium kening Miana."Oke, kamu pergi bangunkan dia," ujar Miana sambil menyandarkan wajahnya ke dada Giyan.Dengan Giyan di sisinya, semuanya tampak begitu damai dan hangat.Hidup dalam momen ini terasa begitu menyenangkan."Kamu makanlah, aku naik ke atas sekarang." Giyan mencubit pipi Miana dengan lembut.Miana menyadari telinga Giyan yang agak merah,

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status