Share

Terjerat Pesona Vampir Tampan
Terjerat Pesona Vampir Tampan
Author: Glory Bella

1. Seperti Mimpi

Author: Glory Bella
last update Last Updated: 2022-08-05 22:56:23

"Shada... apa kau menikmatinya?" tanya sebuah suara yang terdengar serak dan begitu sensual di telinga wanita yang kini berada dalam kungkungannya.

Wanita bernama Shada itu menggeliat dengan mata masih tertutup. Ia merasakan sentuhan lembut di pipinya, kemudian mulai turun ke bawah. Bibirnya menerima sapuan hangat dan lembut, membiarkannya terus masuk ke dalam dan membelai setiap ruang di mulutnya.

Pria bermata merah dengan kobaran api gairah itu tak tinggal diam. Ia terus melumat bibir Shada, tak membiarkan ada jarak di antara mereka. Perlahan ia mulai menyatukan tubuhnya dengan Shada.

Shada memekik karena sensasi aneh yang menjalari tubuhnya. Namun, setelahnya ia mulai menikmati permainan pria tampan yang kini menurunkan kepalanya ke ceruk leher Shada, memberikan tanda kepemilikannya di sana.

"Selamat tidur, Shada," bisik si pria sembari mengecup bibir Shada sekali lagi.

Shada sungguh tak ingin terbangun dari mimpi indah ini. Ia tak tahu kapan lebih tepatnya, ada pria tampan yang tak ia kenali datang ke dalam tidurnya dan memberikan kasih sayang yang tak pernah Shada dapatkan sebelumnya.

Jika Shada bisa, ia tak akan bangun dari mimpinya ini. Tapi, jika ini mimpi kenapa rasanya begitu nyata dan luar biasa? Entahlah, Shada hanya ingin terlelap lagi, berharap jika pria itu akan datang kembali ke mimpinya besok.

♡♡♡

Sinar matahari yang menyelinap lewat celah jendela membangunkan seorang wanita yang masih menggeliat di bawah selimutnya.

"Hoaaam.. "

Shada meregangkan tubuhnya, merasa segar setelah semalaman ia tertidur nyenyak. Ia berjingkat dari tempat tidurnya dan menggiring kedua kaki jenjangnya menuju ke kamar mandi.

Shada mengguyur tubuhnya di bawah pancuran shower. Ia menikmati serbuan air hangat yang menerpa tubuh serta wajahnya.

Shada terdiam. Ia teringat dengan mimpinya semalam. Tanpa sadar ia mengulas senyum sambil menyentuh bibirnya. Rasa lembut yang ditinggalkan pria di dalam mimpi Shada seakan masih bisa ia rasakan. Bahkan sentuhan tangan pria itu yang menggerayangi setiap inci tubuhnya. Sungguh mematik hasrat Shada kembali.

"Sial... Shada, singkirkan pikiran kotormu itu," ujar Shada pada dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepala kuat-kuat untuk mengusir pikiran laknat dari dalam kepalanya.

Shada segera menyelesaikan aktivitas mandinya. Selepas itu, ia bergerak menuju dapur untuk mengisi perutnya dengan makanan seadanya. Sepotong sandwich sudah cukup untuk mengganjal perutnya di pagi ini.

Sembari mengunyah makanannya, Shada mengambil ponselnya dan meletakkan benda pipih itu ke telinganya setelah menerima panggilan dari Max, tunangannya.

"Sayang, kapan kau ke sini, hmm?" tanya Max dari seberang telepon, menerbitkan senyum Shada di bibir merah mudanya.

"Setelah ini, Max. Kau pasti sudah sangat merindukanku kan?" tanya Shada menggoda sesudah ia berhasil menelan sandwichnya.

"Aku sangat... sangat... merindukanmu, Shada."

"Padahal kemarin kita juga sudah menghabiskan waktu bersama," tukas Shada mengejek. Shada ingin membayangkan wajah Max yang sedang cemburut ketika ia goda, tapi wajah lain yang muncul di kepalanya. Wajah tampan pria semalam. Meskipun tidak terlalu jelas, dan, memang apa yang kau harapkan dari mimpi?

Ah, Shada bisa gila jika terus memikirkan pria yang tak nyata itu.

"Shada, kau dengar apa yang aku katakan barusan?" Suara Max menyadarkan Shada dari lamunan.

"Apa? Bisa kau ulangi, Max?" Shada mengerjap cepat.

"Aku bilang jika pernikahan kita dipercepat. Apa kau senang?" Max terdengar bersemangat, bahkan suara pria itu setengah memekik sekarang.

Shada tak langsung menjawab. Padahal kabar yang baru saja didengarnya adalah kabar baik.

Shada mengangguk pelan. "Tentu saja, aku senang."

Tentu saja, Shada bagaimanapun sangat mencintai Max. Mereka telah berpacaran sejak kelas satu di sekolah menengah atas, terhitung sudah lima tahun. Waktu itu ia menjadi warga yang dibilang cukup baru di Toronto, Canada ini, memulai segala sesuatu dengan beradaptasi kembali.

Sebelumnya, ia tinggal di Sierra Madre, daerah kecil tepi hutan dan lembah di Los Angeles. Shada dan kedua orang tuanya pindah ke sini lantaran nenek yang biasa menemani Shada telah memutuskan pergi selama-lamanya dari sisinya.

Dan dimulailah, kehidupan barunya, meskipun kedua orang tuanya tetap sibuk bekerja, di suatu kota maju yang damai ditepi pesisir ini.

Shada memutus sambungan teleponnya selepas Max mengucapkan kalau pria itu akan menanti di ruangannya. Ia bergegas keluar rumah dan menunggu taksi lewat. Kali ini ia ingin naik taksi dibanding menyetir sendiri.

Memang, rumah Shada tenang berada di pinggiran kota, tepat di tepi jalan besar namun dengan intensitas jumlah kendaraan yang cukup ramai seperti di pusat kota. Ia beruntung taksi masih lewat di depan rumahnya.

Shada langsung melambaikan sebelah tangannya untuk menghentikan taksi yang melaju ke arahnya.

"Nona, mau pergi ke mana?" tanya sopir sembari memutar setirnya ketika Shada sudah duduk di jok belakang.

"Antar saya ke perusahaan Holy Food, Pak," jawab Shada yang dibalas oleh anggukan dari sang sopir.

Tak perlu waktu lama untuk Shada sampai di perusahaan Holy Food. Taksi yang dinaiki Shada kini sudah berhenti tepat di depan gedung perusahaan.

"Terima kasih, Pak," ucap Shada setelah membayar ongkosnya.

"Sama-sama, Nona," balas sang sopir, melajukan kembali taksinya.

Shada bergegas menuju ke ruangan di mana Max sedang menunggunya. Ia masuk ke dalam lift dan menekan tombol delapan belas.

Lift segera membawa Shada melesat ke ruangan Max. Ia melangkahkan kaki begitu pintu lift terbuka.

Shada menggiring kedua kakinya ke ruangan yang bertuliskan 'Ruang Direktur' di bagian pintunya yang besar.

Sebelah tangan Shada memutar knop pintu. Ia mendorong dan masuk tanpa permisi untuk mengejutkan pria berambut pirang yang sedang duduk di balik meja besar.

Max tampak fokus dengan laptop di depannya, sampai tak menyadari kedatangan Shada di ruangannya.

"Max..." seru Shada memberikan pelukan erat untuk Max dari arah belakang.

Kedua mata biru Max berbinar. "Shada, kapan kau datang?" tanyanya dengan sebuah senyuman yang tercetak di bibir tipisnya.

"Kau terlalu sibuk dengan laptopmu sampai tak tahu aku datang," ujar Shada dengan sedikit cemberut, menggoda Max.

Max menarik sudut mulutnya ke bawah. "Astaga. Maafkan aku, Sayang."

"It's okay, Babe."

Max mengernyit melihat noda merah yang cukup mencolok di leher putih Shada. Perlahan ia melepaskan pelukannya. "Noda apa itu, Shada?" tanyanya penuh curiga.

Shada spontan mengeluarkan ponselnya cepat untuk melihat noda yang dimaksud Max. Ia seketika tercekat melihat noda merah di lehernya. Shada tak tahu dari mana ia mendapatkan noda tersebut. Tapi, jika ia menjawab pertanyaan Max seperti itu. Max tak akan percaya.

Shada mengerahkan seluruh tenaganya untuk berpikir. Ia harus memberikan alasan secepatnya kepada Max karena pria itu sedang menanti jawabannya.

"Semalam ada nyamuk yang menggigit leherku. Aku yang tak tahan terhadap gatalnya, jadi aku menggaruknya terus. Aku tak sadar jika itu membuat leherku seperti ini." Shada berucap dengan menyapu lehernya pelan. Ia memaksakan senyumnya, berharap Max akan mempercayai ucapannya tersebut.

Max mengangguk dan membuang wajahnya kembali kepada laptop di depannya. "Sebesar apa nyamuknya sampai membuat noda seperti itu?"

Shada terbungkam. Sekelebat bayangan pria bermata merah itu kembali memenuhi kepalanya. Mungkinkah itu semua bukan mimpi? Dia nyata?

- Bersambung..

Related chapters

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   2. Membuktikan Sendiri

    "Tentu saja, nyamuk yang berukuran normal, Max. Hanya saja gigitan itu membuatku alergi hingga menjadi selebar ini," tunjuk Shada pada lehernya. Matanya memohon agar Max segera mempercayainya.Max memalingkan wajahnya. Menyibukkan diri pada beberapa lembar kertas di depannya. "Sejak kapan kau punya alergi terhadap gigitan nyamuk?" kejar Max, semakin membuat Shada gugup."Aku memang tidak punya alergi, Max. Hanya saja. Kali ini," Shada semakin tidak menemukan jawaban ketika mata biru Max beralih menghunjam mata coklat terang Shada, mencari-cari kepastian di sana."Aku percaya." sergah Max, lalu berpaling lagi pada dokumennya. Kini tangannya dengan lincah membubuhkan tanda tangan di kertas-kertasnya."A-apa?" Shada melotot tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Benarkah semudah itu?"Beberapa jenis nyamuk tertentu memang menyebabkan reaksi alergi pada orang-orang yang tak memiliki alergi sekali pun," tukas Max singkat diikuti oleh anggukan Shada.Shada mengembuskan napas lega. Na

    Last Updated : 2022-08-06
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   3. Siapa Dia?

    Dilihatnya sosok yang berdiri di hadapannya sekarang. Shada mematung terpukau dengan keindahan yang sedang disaksikannya. Seumur hidup, ia tak pernah melihat paras seelok ini. Jauh elok dibanding aktor dunia dimana pun.Alis tebal dengan mata perunggu yang terkesan tegas. Kulit yang putih pucat, bahkan lebih putih dari batu pualam marmer yang murni. Rambutnya hitam legam. Dan setelah ia amati lagi, hidung mancung dan bibir merah merekah.Beberapa menit ia terhanyut pada rupanya. Tiba-tiba ada perasaan ingin menangis sejak pertama kali melihatnya. Ia tak tahu kenapa. Apakah mungkin ia mengagumi keindahannya? Ia benar-benar frustasi dan kelewat sedih. Sontak ia sadar dan sepenuhnya membawa diri."Aaaakh! Kau siapaaaa?!"Suara Shada nyaris teriak, namun nyatanya tercekat di kerongkongannya sendiri.Tak ada jawaban, sosok yang dilihatnya cuma diam, menatap skeptis lawannya."Shada.."Shada tergegau. Bagaimana mungkin pria asing yang di hadapannya sekarang sudah tahu namanya. Ia ingin sekal

    Last Updated : 2022-08-09
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   4. Terpatri Pikirannya Sendiri

    "Seperti apa rupanya, Shada?"Sekarang Ruth benar-benar penasaran dengan sosok yang diceritakan oleh Shada. Bagaimana mungkin keyakinannya bahwa Shada akan bertemu dengan orang yang ada di mimpinya bakal terbukti? Ia menatap lawan bicaranya sekarang dengan tak sabar."Ia tinggi dan gagah, dari otot-ototnya terlihat kuat." Shada menjawab rasa penasaran Ruth dengan berusaha keras mengingat kejadian semalam yang tetap rasanya seperti mimpi."Lalu? Kau bisa tidak menjawab langsung semuanya sekaligus?!" sergah Ruth kesal, ia benar-benar bisa mati sekarang juga karena penasaran."Husss.. pelankan suaramu, Ruth!" Bagaimana pun suara Ruth semakin lama semakin tak terkontrol."Ups! Maaf, jadi silahkan melanjutkan sampai selesai. Dan jangan berhenti!" perintah Ruth tegas. Shada melihatnya ngeri. Matanya hampir copot dari rongganya, Ruth mulai serius."Ia sangat tidak nyata, Ruth. Sangat tampan, aku sampai terpesona dengannya. Lalu ia juga berkulit putih pucat, seputih kulitmu ini." Shada menjela

    Last Updated : 2022-08-10
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   5. Hasrat yang Menyatu

    Shada mendelik melihat ponselnya sudah berada di tangan Demian. Meskipun tak membacanya dengan cermat, tapi sekilas ia sudah mampu menangkap siapa yang telah meneleponnya itu."Halo, Sayang. Aku sekarang sudah ada di depan rumahmu."Shada terpegun, lalu dengan cepat meraih ponselnya kembali, sebelum Demian menjawab teleponnya."Ha-halo, Max." jawab Shada dengan suara bergetar. Tidak bisa seperti ini, ia harus segera menyembunyikan kegugupan yang tengah ia rasakan. Ia pasti bisa."Sayang, kau mendengarku? Aku sudah berada di depan rumahmu. Bolehkah aku langsung masuk? Atau kau yang akan membukakan pintu untukku?" desak Max semakin membuat Shada buncah.Bagaimana ini? Pikirnya cepat. Sedangkan di dalam sini, di kamarnya, masih ada seorang pria yang tidak dikenalnya. Meskipun bukan manusia, pasti Max yang adalah pria normal, marah besar kepada Shada. Yang lebih beratnya lagi, hal ini tidak boleh sampai menggagalkan rencana pernikahan mereka. Ia lalu menatap Demian yang sudah merah padam.

    Last Updated : 2022-08-11
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   6. Ingin Lebih Mengenalmu

    Max menggendong Shada di pelukannya. Ia lalu dengan perlahan mendaratkan tubuh Shada di tempat tidur yang didominasi oleh warna pastel itu. Ia membelai lembut wajah Shada. Ia pandangi wajah cantiknya kemudian mendorong bibirnya memagut bibir Shada. Mereka saling mengulum lembut, terlihat menikmati momen milik bersama.Dengan pelan, tangan Max menjelajahi tubuh Shada kembali. Ia mengeksplorasi tubuh halus yang ada di bawahnya. Kedua tangannya menelusuk ke dalam kaos Shada, menggerayangi kedua dada yang menggembung itu.Sedangkan Shada terlihat menikmati setiap sentuhan Max yang dilayangkan untuknya.Kini tangan Max sudah berada di balik bra, bermain-main di kulit polos Shada.Max sontak melepas ciumannya, dengan cepat segera melepaskan kaos ketat yang dipakai wanita tersebut. Dilihatnya pemandangan menggoda yang menyembul di balik bra berenda coklat yang sangat menawan.Ia tak sabar, segera ia singkap bra itu dan membebaskan pemandangan indah di dalamnya."So beautiful," kagum Max tetap

    Last Updated : 2022-09-23
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   7. Bukan Manusia

    Kedua mata Ruth mengerjap tak percaya setelah mendengar apa yang baru saja Shada katakan. Ia tergagap dan terlihat kelimpungan."Apa maksudmu, Shada?" tanya Ruth meminta penjelasan kepada Shada. Kedua mata bronze terang Ruth semakin lama terlihat semakin gelap."Maksudku, aku sadar bahwa selama ini aku belum pernah mendengar tentang keluarga maupun kisah cintamu, Ruth," runtut Shada serius. Ia mengamati bagaimana reaksi sahabatnya itu. Juga kedua matanya.Sadar tengah diamati oleh Shada, Ruth segera menunduk membenamkan kedua wajahnya. Ia terlihat sedang mengendalikan dirinya saat ini. Beberapa detik kemudian, ia kembali menghadap Shada."Tentu, aku akan menceritakan kepadamu, Shada. Maafkan aku," ungkap Ruth seraya meraih kedua tangan Shada, dan menggenggamnya erat ke dalam jemarinya.Shada hanya mematung melihat sikap Ruth. Ia tetap menatap jauh ke dalam manik mata wanita itu yang kini berubah menjadi terang kembali."Sumpah, aku memang berencana untuk menceritakan semuanya kepadamu

    Last Updated : 2022-09-24
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   8. Perihal Dusta dan Curiga

    Pria bermata perunggu terang itu dengan hati-hati meneliti wanita cantik yang ada di sampingnya. Setelah ia mengucapkan siapa sebenarnya dirinya, ia takut kalau Shada akan langsung menjauh. Ia tak mau itu terjadi.Pengakuan itu akhirnya terlontar bebas dari mulut Demian. Ia lega sekaligus kalut, tidak terlalu siap dengan bagaimana setelah ini wanita di sampingnya akan meresponnya.Sementara Shada hanya diam mematung. Wajahnya memucat. Ia tak terlalu yakin dengan apa yang baru saja Demian ungkapkan.Vampir? Berarti dia seorang pembunuh? Batinnya meraung bertanya.Sekarang Shada tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Setelah mendengarkan jawaban yang ditunggu, justru ia malah takut kalau reaksinya akan menyinggung Demian.Kaki Shada bergetar. Demian melirik kaki Shada sekilas lalu tertawa."Kau takut, Shada?" Demian bertanya selembut mungkin agar wanita di sebelahnya tidak mendadak berlari sambil berteriak."Kau pernah membunuh manusia?" ucap Shada setelah berhasil mengumpulkan kembali ke

    Last Updated : 2022-09-25
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   9. Karyawan Baru

    Tiba-tiba dunia Shada berputar. Ia tidak salah dengar kan? Jadi, Max semalam berada di depan rumah? Bodoh kenapa dia tidak menyadarinya?! Rutuk Shada dalam hati.Shada menggigit bibirnya. Bingung harus menjawab apa. Detik ini, ia semakin gugup melihat Max yang sudah merah padam. Shada membuka mulutnya hendak berbicara ketika seorang wanita masuk ke dalam ruangan."Selamat pagi. Maaf saya karyawan baru di sini. Mohon bantuannya," sapa karyawan baru itu membuat Ruth langsung membuang muka dan mengalihkan pandangannya kembali ke meja kerja. Tidak seperti kebanyakan orang di ruangan itu yang justru hampir semua memperhatikannya.Wanita tersebut mengulas senyum manis. Tubuhnya tinggi semampai bak model yang terbiasa berlenggak-lenggok di atas karpet merah. Ia bermata coklat dengan kulit yang sangat eksotis. Rambut gelombang warna coklat peanut tergerai panjang. Sekarang ia mengenakan bodycon dress yang agak terbuka di bagian dadanya, melekat pas dan memamerkan dengan jelas lekuk tubuhnya. D

    Last Updated : 2022-09-26

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   106. EXTRA PART ( ꈍᴗꈍ)

    "Aku akan menamakannya Zendaya," ungkap Jennifer sembari memandangi bayi perempuan mungil bermata biru di rengkuhannya. "Zendaya yang berarti bersyukur. Aku sangat bersyukur punya kau, Sayang." Jennifer mencolek puncak hidung kecil sang bayi yang kemudian tertawa. Ariana yang berada di samping Jennifer hanya menghela napas. Hatinya agak nyeri mendapati bayi itu lebih mirip dengan si ayah. Apalagi kenyataan bahwa bayi itu lahir tanpa dampingan sosok ayah. Karena tak ada respon dari bibir Ariana lantas membuat Jennifer mendongak. Senyum di bibirnya hilang seketika tatkala mengerti arti guratan di wajah ibunya. Bagaimanapun, Jennifer berusaha tegar juga selama ini. Terutama saat mendengar berita tentang kematian Max tepat satu tahun yang lalu. "Pokoknya, aku akan menamainya Zendaya, Mom. Zendaya Painter," putusnya kemudian. "White," celetuk tiba-tiba sosok pria yang berderap masuk. "Kau harus memakai nama belakang White mulai sekarang." Baik Jennifer maupun Ariana sama-sama mendonga

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   105. Menjadi Bintang Terbaik (TAMAT)

    "Apa yang terjadi?" Darwin berlari membantu memapah tubuh Demian.Begitu juga Ellene, Shada dan Ruth yang akhirnya mendekat. Mimik mereka tampak khawatir."Kita harus segera merawat Demian sebelum keadaannya semakin parah," cetus Ellene."Apa maksudmu?" Darwin mengerutkan keningnya."Darwin terkena virus manusia setengah vampir di tangannya." Ada kegugupan di dalam suaranya.Sontak wajah Darwin menegang. "Kenapa kau tidak bilang dari tadi?!" bentaknya dengan nada tinggi. "Kita bawa ke ruanganku sekarang juga! Ellene tolong segera siapkan ruanganku."Ellene meneguk ludah, kemudian buru-buru berlari mendahului langkah Darwin dan Mike. Shada dan Ruth saling bertukar pandang sekilas, lantas ikut menggiring kaki cepat mengikuti jejak mereka.Ruth lekas mengusap air mata yang sempat menggenang tadi. Sementara kecemasan melingkupi seluruh pikiran Shada saat ini.Sebenarnya apa efek yang ditimbulkan dari virus Leo terhadap tubuh Demian?Tatkala isi kepala Shada sibuk mempertanyakannya, tak te

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   104. Manusia Setengah Vampir Terakhir

    Tonny melangkah turun, lantas menutup pintu mobilnya. Ia melihat sekeliling sambil memasang kacamata hitam di kedua telinganya. Perumahan dengan gang sempit itu lumayan sepi. Biasanya ia menyaksikan satu atau dua anak kecil bersepeda di jalan di perumahan lain. Tetapi ia tak menemukan satu orang pun di sini.Lalu Tonny mulai menggiring kaki menuju suatu rumah yang telah didiktekan kemaren sore. Setelah menemukan rumah tersebut, ia memencet bel.Tak lama kemudian seorang pria muda dengan jaket berleher tinggi warna abu tua keluar. Rambut pria itu tampak tak rapi. Apalagi baju yang sedang dikenakan. Tonny hanya menelan pikirannya heran mengenai anak muda di depannya yang cukup berantakan dan sepertinya introvert. Tak seperti sebagian remaja yang bersenang-senang di usia mudanya.Tanpa basa-basi, pria muda tersebut langsung menyodorkan sebuah map cokelat. Mungkin ia kesal karena pandangan yang menginterogasi dari mata Tonny."Ini. Data yang kau butuhkan semua ada di sini," ucapnya dengan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   103. Ternyata Sebuah Legenda

    Sosok yang ada di dalam ruang itu termangu sesaat, kemudian melepas sebuah seringaian yang menyebalkan. Sebelah tangan sisi kanannya langsung bergerak menyembunyikan sesuatu.Namun hal tersebut tak lepas dari pantauan kedua mata awas milik Demian. "Cepat jawab! Apa yang kau rencanakan di sini?!" murkanya.Demian marah memergoki orang lain yang bukan keluarganya masuk ke dalam ruang paling rahasia di rumah ini. Dan sadarlah ia bahwa orang itu pasti sengaja mendekati Ruth untuk tujuan hari ini. Sialnya, Demian tak bisa membaca apapun dari pria di hadapannya sekarang. Bagai sebuah kotak hitam yang tertutup rapat."Kau benar-benar akan mati di sini!" geram Demian tersulut emosi.Mula-mula Leo mengangkat kedua tangannya yang sudah kosong ke atas kepala. "Eitsss, santai dulu. Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik, bukan?" Salah satu alisnya terangkat, membuat Demian semakin kesal."Langsung bicara intinya. Apa yang sudah kau curi dari ruang ini? Cepat kembalikan atau nyawamu akan melayan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   102. Siapa di Sana?!

    Shada mengerjap cepat. Kedua matanya bergerak bingung dengan kehadiran Ruth di sana. Bukan hanya itu saja, Ruth juga membawa serta Leo di rumah keluarga Elliot.Bukannya Shada lupa jika Ruth juga merupakan anggota keluarga itu. Tetapi Ruth bahkan belum bercerita kalau wanita tersebut juga kemari.Tidak, Ruth tidak salah. Shada sendiri tidak cerita bahwa dirinya akan pergi ke rumah keluarga Elliot pagi ini.Dengan mulut yang masih ternganga, Shada menunjuk Ruth dan Leo secara bergantian. "Kalian…"Ruth tergelak, kemudian maju selangkah mendekati Shada yang masih mematung. Mula-mula ia melebarkan kedua tangannya riang."Ya, kami di sini! Hahaha, maaf telah mengejutkanmu, Shada!" kikik Ruth dengan mendaratkan sebuah tepukan di bahu Shada.Shada masih terpegun. Kemaren Ruth memang mengutarakan jika Leo dan wanita itu akhirnya resmi menjalin hubungan. Namun menyaksikan mereka berada di rumah Elliot pagi ini sangat mengejutkannya.Jangan bilang jika Ruth membawa Leo kemari karena akan melanj

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   101. Surprise!

    "Kenapa kau ada di sini?!" Ruth menggeser tubuh menjauh, meski sekarang kedua kakinya hanya menapak pada lonjor besi yang melintang di pembatas balkon. Matanya melotot tak percaya."Sudah kubilang kan, aku mencintaimu." Ada getaran di suara pria tersebut.Buru-buru Ruth menggelengkan kepala. "Tidak! Tidak mungkin! Sekarang kau sudah tahu siapa aku sebenarnya! Menjauhlah dariku!"Leo yang ada di hadapannya justru mendesah berat. Ia menunduk singkat dan memperbaiki posisi kacamata, lantas mendongak menatap Ruth demi meyakinkan wanita itu."Lalu kenapa kalau kau vampir? Aku bahkan tidak peduli," lirihnya kemudian."Kau harusnya peduli! Aku tidak mungkin bisa bersama manusia, apalagi kau!" balas Ruth agak histeris. Maklum, ia masih terpukul dan terlewat sedih."Tidak. Kau juga belum mengenal baik aku. Mari kita hidup bersama, Ruth." Mula-mula Leo mengulurkan tangannya kepada Ruth.Ruth mengerjapkan kedua matanya cepat. Napasnya tiba-tiba sesak dan berat. Tidak, tidak mungkin semudah ini.

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   100. Jangan Mendekat!

    Max berjalan cepat menuju kantin. Lebih tepatnya ia sedang mencari seseorang di sana. Barusan ia mendatangi Leo di ruangan pria tersebut, namun hasilnya nihil. Max tak mendapati Leo.Setelah beberapa karyawan memberitahu jika Leo pergi bersama Ruth, amarah Max tersulut begitu saja. Ia yang tadinya fokus mencari Leo jadi terganggu setelah mendengar nama Ruth masuk ke dalam gendang telinganya. Kenyataan bahwa Ruth menghalangi rencananya dengan mengambil CCTV, apalagi wanita itu bukan manusia. Melainkan sosok monster seperti Demian yang paling ia benci.Sesudah kedua mata birunya berhasil menangkap orang yang ia cari, maka Max bertekad kuat melangkah menghampiri mereka.Lalu tiba-tiba netranya terganggu dengan adegan Ruth yang mencium sebelah pipi Leo. Langkah Max sempat terhenti karena terkejut.Apa mereka memiliki hubungan khusus? Batinnya bertanya-tanya.Max semakin mengeratkan kepalan tangan di sisi tubuhnya. Selama ini kinerja Leo baik dan ia sangat menyukai pekerjaan pegawainya itu

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   99. Ruth Menarik Dendam

    Shada mendongak, lalu berusaha menahan sikap ibunya tersebut. "Aku rasa apa yang dikatakan Demian pasti ada benarnya.""Mari kita dengarkan penjelasan Demian sampai akhir," imbuhnya sambil terisak.Malta sedikit mendengus kesal. Perkataannya dipotong seenaknya oleh anaknya sendiri. Shada dan Malta kemudian menatap Demian lagi. Memberi kesempatan pada pria itu untuk melanjutkan ceritanya.Sejenak Demian menyelisik mimik wajah dua wanita di hadapannya. Ia sedang mencari tahu apakah Shada dan Malta bisa percaya padanya."Aku dan nenek sempat mengalami perdebatan panjang. Aku menolak, sementara nenek bersikukuh dan selalu membujukku. Apalagi waktu itu aku adalah vampir baru, jadi butuh niat serta keyakinan yang kuat untuk menolaknya. Meskipun secara batin dan mental sangat menyiksa."Demian menggeleng, lantas meraup oksigen sebanyak-banyaknya dari sekitar. Kedua matanya sudah panas akibat air mata yang mendesak keluar lagi."Kemudian, tiba-tiba hatiku merasa iba melihat kesakitan yang ter

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   98. Dasar Pembunuh!

    Demian melangkah mendekat. Dengan tatapan nanar, ia memandang Shada melalui kaca jendela dengan sedih."Shada, aku mau bicara," ucapnya.Meskipun keduanya sama-sama tak bisa mendengar dengan jelas akibat terhalang oleh kaca jendela yang membuatnya kedap suara, tetapi baik Shada maupun Demian dapat mengerti melalui membaca gerak mulut mereka masing-masing.Shada menggeleng kuat-kuat. Ia meyakinkan diri sendiri bahwa ia tak mau bertemu dengan si pembunuh neneknya. Shada masih kecewa dengan sikap Demian yang tidak terus terang kepadanya. Apalagi, pikirannya mengatakan bahwa Demian selama ini mendekatinya hanya karena rasa bersalah yang dipikul oleh pria itu.Padahal teh chamomile buatan Ruth telah sukses membuatnya lebih rileks. Namun, suara serta kemunculan Demian kembali membuat sekujur tubuhnya kaku dan membeku."Shada, please… kumohon. Sepertinya ada yang salah. Kenapa kau pergi dariku?" paparnya memelas.Shada hanya membisu, menggeleng dan menatap tajam ke arah Demian. Setelahnya wa

DMCA.com Protection Status