Home / Romansa / Terjerat Pesona Vampir Tampan / 8. Perihal Dusta dan Curiga

Share

8. Perihal Dusta dan Curiga

Author: Glory Bella
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pria bermata perunggu terang itu dengan hati-hati meneliti wanita cantik yang ada di sampingnya. Setelah ia mengucapkan siapa sebenarnya dirinya, ia takut kalau Shada akan langsung menjauh. Ia tak mau itu terjadi.

Pengakuan itu akhirnya terlontar bebas dari mulut Demian. Ia lega sekaligus kalut, tidak terlalu siap dengan bagaimana setelah ini wanita di sampingnya akan meresponnya.

Sementara Shada hanya diam mematung. Wajahnya memucat. Ia tak terlalu yakin dengan apa yang baru saja Demian ungkapkan.

Vampir? Berarti dia seorang pembunuh? Batinnya meraung bertanya.

Sekarang Shada tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Setelah mendengarkan jawaban yang ditunggu, justru ia malah takut kalau reaksinya akan menyinggung Demian.

Kaki Shada bergetar. Demian melirik kaki Shada sekilas lalu tertawa.

"Kau takut, Shada?" Demian bertanya selembut mungkin agar wanita di sebelahnya tidak mendadak berlari sambil berteriak.

"Kau pernah membunuh manusia?" ucap Shada setelah berhasil mengumpulkan kembali kepingan keberanian yang tadinya sempat runtuh.

"Dulu. Tapi sekarang aku tidak akan membunuh manusia. Setidaknya jika tanpa alasan." Seringaian Demian muncul kembali, membuat bulu kuduk Shada meremang lagi.

"Jadi.. kalau ada alasan, kau akan membunuh?" tutur Shada untuk memastikan keselamatannya malam ini. Ia tetap mengawasi Demian jika pria itu mendadak membunuhnya. Demian tetap bergeming. Terdengar helaan napas yang teratur dari pria tampan tersebut.

"Kau tak perlu takut padaku, Shada. Sungguh," lirih Demian. Ia ingin Shada segera memercayainya. Bila perlu, segera mengingat siapa dirinya.

Shada mendalami ekspresi dan maksud Demian. Ia juga perlu bukti untuk bisa memercayainya, apalagi setelah Demian mengaku pernah membunuh manusia.

"Apa buktinya? Bukti supaya aku tidak takut lagi padamu," tawar Shada, menghunjam lawan bicaranya melalui sorot mata.

"Aku tidak minum darah manusia. Aku vegetarian," sahut Demian santai. Lalu sambil terkekeh, ia mengobservasi raut wajah Shada yang terlihat semakin bingung.

"Hah, kau vegetarian? Maksudnya?!" Shada mendelik tak paham. Semakin ke sini, Shada tak bisa mengerti Demian, ini terlalu rumit baginya. Shada sadar, dunia yang sedang ia huni ini sangatlah luas.

"Sebagai ganti darah manusia, aku minum darah hewan," jelas Demian nyengir sampai menunjukkan barisan gigi putih rapinya.

Bagaimanapun wajahnya tetap tampan, bahkan terlalu tampan. Sekilas Shada heran, gigi pria itu tak menunjukkan gigi taring panjang nan tajam seperti beberapa film yang sudah ditonton.

"Lalu.. dimana gigi taringmu?" Telunjuk Shada menuding giginya sendiri kemudian mengacungkan ke mulut Demian.

"Oh, hahaha.. gigi taringku hanya muncul waktu menggigit saja." Demian tak bisa menahan tawanya.

Betapa lucu manusia yang sering menyamakannya dengan sosok seram vampir di film maupun di sebagian besar buku. Meskipun sangat kuat, kebanyakan vampir yang sudah mengenal darah hewan tidak akan mengambil darah manusia lagi.

Darah manusia bagi mereka memang tak ternilai harganya seperti makanan mewah yang terbilang cukup eksklusif. Mereka memiliki prinsip untuk tidak meminum darah manusia karena setelah mengenal manusia lebih dekat, mereka bersimpati sehingga tidak bisa lagi membunuh manusia. Kecuali, karena hal mendesak dan terpaksa untuk dilakukan.

Namun, saat ini masih ada beberapa vampir yang tidak segan menghisap darah manusia. Seperti vampir baru atau vampir yang benar-benar egois dan tidak memiliki hati nurani. Mendengar penjelasan Demian, membuat Shada langsung mencebik.

"Kau terlihat seperti manusia pada umumnya, padahal lebih menyeramkan," gerutu Shada, kemudian tubuhnya bergidik ngeri.

Demian mengernyitkan dahi singkat mendengar umpatan Shada, lalu kembali tertawa. Ia merasa Shada sangat lucu bersikap seperti itu.

"Tapi.. kau cantik, Shada," goda Demian kesekian kali. Mata Demian tak bisa mengalihkan pandangannya dari wanita itu. Shada hanya bergeming, ia jadi salah tingkah. Semburat merah di pipinya muncul lagi.

Perlahan namun pasti, Demian mendekatkan wajahnya. Jarak mereka sekarang hanya kurang dari 10 centimeter. Demian menatap lekat wajah Shada yang sudah memejamkan kedua matanya. Ia menimbang sebentar jika Shada sebenarnya justru malah sedang ketakutan. Namun, ia tak mau menundanya.

Demian pun akhirnya mendaratkan ciumannya pelan. Mereka saling menikmati pagutan itu, terutama Shada. Ia selalu menginginkan Demian. Meskipun kini ia tahu bahwa pria tersebut adalah vampir. Napasnya semakin memburu. Kesadaran Shada terjun jauh melampaui keinginannya, sampai tidak tahu ponselnya sudah berdering sebanyak lima kali.

Sedangkan Max ada di bawah sana, di dalam mobilnya. Sekarang Max berada di depan rumah Shada. Ia tengah menelepon wanita itu tanpa memalingkan pandangan dari tirai kamar Shada yang memantulkan bayangannya dengan seseorang yang sedang berciuman. Max menurunkan ponselnya lemas. Lalu mengeratkan pegangan tangannya di setir mobil.

♡♡♡

Kicauan burung yang riuh namun merdu terdengar dari belakang rumah, pertanda pagi telah datang dan menjemput. Shada bersiap untuk berangkat ke kantor. Entah kenapa, di pikirannya sedang dipenuhi oleh ciuman Demian semalam.

Shada ingat setelah Demian pergi, ia baru bisa melihat ponselnya dan mengernyit ketika ada notifikasi Max telah meneleponnya sebanyak lima kali. Terbesit keinginan Shada untuk menelepon balik Max. Tapi setelah melihat angka yang dituju jarum jam dinding, ia mengurungkan niatnya. Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 waktu itu.

Ketika sampai di kantor, sekali lagi Shada melihat Richard berada di meja Ruth. Keduanya terlihat sedang bercakap. Tinggi Ruth dan Richard hampir sama. Yang membedakannya adalah warna kulit keduanya yang jika sedang bersama terlihat sangat kontras. Ruth memiliki kulit putih pucat, sedangkan Richard berkulit gelap manis khas ras Negroid, rambutnya hitam legam bergelombang kecil.

Mereka terus berbincang sampai menyadari kehadiran Shada. Kemudian Ruth terlihat memberi kode tentang kehadiran Shada kepada Richard. Richard sontak ikut menatap Shada, menunggunya hingga mencapai meja.

Setelah cukup dekat, Richard menengadahkan tangannya kepada Shada, meminta dokumen yang telah dikerjakan Shada dengan Ruth kemaren. Ia memeriksa sekilas, menganggukkan kepala setuju lalu menuntun kakinya pergi.

Shada dan Ruth saling bertatapan sekilas ketika Shada mulai mendudukkan dirinya di kursi sambil meletakkan tas yang sedari tadi tersampir di lengannya. Ruth berdeham pelan, kemudian berbicara terlebih dahulu.

"Shada, barusan Richard bilang padaku, ia sudah menyelesaikan proses rekrutmen karyawannya," celetuk Ruth membuka pembicaraan agar tidak canggung.

"Oh, sudah selesai? Bukannya masih beberapa bulan ke depan ya?" sanggah Shada yang tak terlalu tertarik dengan topiknya. Tapi karena Ruth yang mengajaknya bicara, maka ia akan meresponnya dengan baik.

"Iya kan? Ini aneh. Aku tidak suka kalau yang dipilih Richard ternyata tidak berkompeten." Ruth menggerutu sambil bersedekap.

"Sudah bisa ditebak, Ruth. Kandidat yang terpilih pasti perempuan." Shada tertawa. Namun jauh di lubuk hatinya, ia juga kesal jika yang terpilih memang perempuan. Apalagi yang tak tahu kerja keras, pasti sangat merepotkan.

"Tuh kan! Aku lebih suka karyawan laki-laki yang terpilih nantinya. Tapi rasanya tidak mungkin. Iya kan, Shada?" imbuh Ruth kesal, lalu melanjutkan, "Tadi aku dengar si karyawan baru akan masuk hari ini." Ruth nyaris berbisik ketika menyelesaikan kalimatnya yang terakhir, penuh penekanan.

Shada terkekeh setuju. Ia sempat mengamati perubahan warna mata Ruth. Semula warnanya coklat terang lalu berangsur gelap ketika Ruth menggebu-nggebu membahas perihal karyawan baru.

"Kau sedang memakai lensa kontak, Ruth?" tanya Shada memicingkan kedua matanya, menelaah lebih lagi tentang mata Ruth.

Ruth terdiam lalu tatapannya teralihkan pada Max yang mendatangi ruangan mereka, langkahnya tegas menuju Shada. Ruth melihat kobaran api pada mata Max.

"Shada, semalam aku menghubungimu. Kau kemana saja?!" ketus Max kepada Shada.

Shada terlihat panik dan sebagian dari dirinya kebingungan. Shada bangkit dari duduknya dengan kelimpungan. Ruth hanya terpaku melihat keduanya. Setelah mengerti situasinya, ia berpaling dan menyelesaikan pekerjaannya.

"Aku sudah tertidur, Max. Aku baru saja melihat notifikasimu tadi pagi," jelas Shada berbohong.

Max menatap nyalang Shada, lalu sedikit menggertak.

"Apanya yang tertidur, hah?! Aku berada di depan rumahmu semalam dan kamarmu juga masih nyala! Dan siapa pria itu?!"

- Bersambung..

Related chapters

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   9. Karyawan Baru

    Tiba-tiba dunia Shada berputar. Ia tidak salah dengar kan? Jadi, Max semalam berada di depan rumah? Bodoh kenapa dia tidak menyadarinya?! Rutuk Shada dalam hati.Shada menggigit bibirnya. Bingung harus menjawab apa. Detik ini, ia semakin gugup melihat Max yang sudah merah padam. Shada membuka mulutnya hendak berbicara ketika seorang wanita masuk ke dalam ruangan."Selamat pagi. Maaf saya karyawan baru di sini. Mohon bantuannya," sapa karyawan baru itu membuat Ruth langsung membuang muka dan mengalihkan pandangannya kembali ke meja kerja. Tidak seperti kebanyakan orang di ruangan itu yang justru hampir semua memperhatikannya.Wanita tersebut mengulas senyum manis. Tubuhnya tinggi semampai bak model yang terbiasa berlenggak-lenggok di atas karpet merah. Ia bermata coklat dengan kulit yang sangat eksotis. Rambut gelombang warna coklat peanut tergerai panjang. Sekarang ia mengenakan bodycon dress yang agak terbuka di bagian dadanya, melekat pas dan memamerkan dengan jelas lekuk tubuhnya. D

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   10. Terima Kasih

    Air mata Shada terus mengalir menganak sungai. Shada terisak dan sesenggukan. Bahunya terlihat bergerak naik turun."Kenapa, Mom?" tanyanya dengan suara yang masih bergetar. Setelah itu yang ia lakukan hanya menangis dan mendekap bibirnya dengan tangan, agar suara tangisannya tidak keluar.Ibunya yang ada di seberang telepon menjelaskan panjang lebar. Tapi Shada tak mendengar apapun, ini terlalu menyakitkan bagi dirinya. Selama ini ia sudah hidup sendiri, kedua orang tuanya sibuk bekerja di luar negeri. Shada pikir selama di luar negeri keduanya terus menerus berhubungan dan menjalin komunikasi dengan baik. Nyatanya, mereka sama-sama tidak memedulikan satu sama lain, apalagi Shada. Mereka hanya mengejar kebahagiaannya sendiri."Jangan bicara denganku lagi, Mom! Selama ini aku sudah cukup hidup sendiri! Aku bisa hidup tanpa kalian! Jangan hubungi aku lagi!" teriaknya di tengah tangisnya.Shada memutus sambungan teleponnya sepihak. Tangannya mematikan telepon dengan cepat. Sebelum itu,

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   11. Mengawasi Pria Pucat

    Max segera mengambil jasnya yang tersampir. Ia turun dan menuju tempat parkir. Mobilnya melesat cepat membelah jalanan besar Toronto. Ia mengemudi dengan menekan jidatnya yang terasa berdenyut-denyut, berpikir keras dimana keberadaan Shada sekarang. Sesekali mengedarkan pandang ke trotoar dan tepi jalan, berharap segera menangkap sosok Shada.Di ujung kefrustasiannya, Max melihat sekelebat wanita yang nyaris seperti Shada. Ia memelankan laju mobil seraya mengamatinya. Rambut pendek lurus berwarna coklat tua. Wanita itu mengenakan setelan blouse dan rok formal yang hari ini dikenakan oleh Shada.Di samping wanita tersebut berjalan seorang pria tinggi berkulit putih pucat, rambutnya cepak hitam legam. Dengan tangkas, Max meminggirkan mobil dan mengeremnya hingga berdecit panjang.Terlihat dua orang yang tengah diamati Max tersebut menoleh serempak namun hanya sekilas. Max menangkap bahwa itu Shada. Ia lalu segera turun dari mobil, menutup pintunya dengan keras dan menghampiri mereka."S

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   12. Teringat Sesuatu

    Mereka saling merasakan bagaimana candu bibirnya masing-masing. Tangan Demian dengan lihai mengelus paha putih Shada, perlahan bergerak mulai masuk ke dalam balutan handuk tipisnya. Tubuh Shada berdesir ketika tangan Demian bermain di sana. Ia mengerang pelan di tengah ciuman mereka.Shada mulai kehabisan napas. Kemudian ia melepaskan tautan bibirnya. Ia mengatur napasnya yang terengah-engah lalu bicara."Demian, cukup," pinta Shada melihat wajah Demian yang sarat akan hasrat.Demian menatap Shada dalam, tangannya berhenti bermain di sana namun dengan pasti mulai merangkak naik, menelusuri tubuh polos Shada di balik handuknya.Shada menikmati setiap sentuhan lembut tangan kekar Demian yang ditujukan untuknya. Ia pandangi paras tampan di depannya sekarang, sangat menyenangkan baginya.Mula-mula tangan kokoh itu mengusap pelan perut Shada yang rata. Lalu naik menyapu kedua payudara Shada. Tangan Demian menangkup salah satu payudara kemudian meremasnya pelan, membuat Shada mengerang."Ka

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   13. Penolakan

    "Siapa tadi? Ruth?" Kerutan halus di dahi Demian muncul. Setelah itu, ia bergerak resah.Shada menatap Demian. Ia sempat memperhatikan ekspresi Demian yang tersentak dan mengalihkan pandangan lurus sekarang, membubung jauh."Iya." Shada mengerjapkan kedua matanya. Ia penasaran kenapa Demian terlihat kaget."Siapa nama lengkapnya?" tanya Demian lagi. Pandangannya tetap terpaku pada langit-langit kamar Shada. Sepertinya, melihat ke atas lebih membuatnya tertarik."Ruth Allen," sahut Shada masih menilik ekspresi Demian. Demian terlihat buncah. Ia melipat kedua tangannya ke belakang kepala, menjadi tumpuan beban yang ada di benaknya."Kau tertarik padanya?" Shada mencoba menebak isi kepala vampir tampan yang ada di sampingnya ini. Namun, ada rasa takut jika ternyata Demian menyukainya. Ia belum siap jika malam-malam yang mereka nikmati akan berakhir. Padahal Shada cukup senang dengan kehadiran Demian yang menemani dan mampu menghilangkan rasa sepinya."Tidak. Lupakan." Demian berpaling unt

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   14. Mencari Bantuan

    Ponsel Max berbunyi ketika ia sedang fokus melakukan penelusuran berita yang memuat tentang kesuksesan Ell Food di laptopnya. Ia semakin frustasi karena perusahaan itu bisa mengalahkannya lagi. Bagaimanapun caranya nanti, Max harus dapat memenangkan persaingan ketat ini. Demi image dan kepercayaan kedua orang tua.Max melirik ponselnya yang menyala di atas meja. Tertera nama Shada di sana. Jari Max lincah mengetuk touch screen ponsel itu. Lantas sudut garis bibirnya tertarik ke atas ketika membaca chat dari kekasihnya."Tumben sekali dia mengajak makan malam," gumam Max pelan, tetap menyunggingkan senyumnya."Tunggu dulu. Jangan-jangan dia sudah menyadari pesonaku yang lebih dari pria selingkuhannya?" Max memasang wajah pongah. Rambutnya ia sisir rapi dengan jemari.Di tengah kesibukan pikirannya, Max mendengar suara ketukan pintu. Ia langsung mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. Max heran kenapa Jennifer masuk ke ruangannya kembali.Max sangat kesal dengan sikap Jennifer barusa

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   15. Ternyata itu Kau

    "Kau ingin naik jabatan, Jennifer?" Kedua alis tebal Richard menyatu. Tangannya masih mengelus pelan paha yang menggoda itu."Siapa yang tidak ingin naik jabatan, Richard?" balas Jennifer dengan menengadahkan wajahnya ke atas menghadap Richard. Jarak antar wajah mereka sangat dekat hingga bisa merasakan hangatnya sentuhan napas masing-masing."Kau juga ingin kan?" kelitnya sambil mengusap lembut dada bidang milik Richard. Richard terlihat diam dan berpikir sejenak. Tiba-tiba ia mengulas senyumnya."Ayo kita kerja sama, Jennifer. Kita membentuk simbiosis mutualisme. Aku akan membantumu. Dan kau, juga akan menguntungkanku," cetus Richard dengan mata berbinar. Jennifer hanya menanggapi dengan setengah senyum. Ia merasa jika kerja sama akan membuatnya selalu dekat dengan Richard, ini di luar rencananya. Ia hanya ingin informasi saja, namun apa boleh buat? Richard harus bisa menguntungkan Jennifer secara maksimal. Batinnya mengintimidasi.Mendadak Richard menghadap ke Jennifer. Kedua tanga

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   16. Bau Anyir

    Mendadak hidung Demian mencium bau yang tidak beres. Aroma ini bukan aroma yang dimiliki oleh manusia biasa, melainkan bau anyir yang berasal dari kaum sebangsanya, yaitu vampir. Tapi.. apa mungkin di rumah ini ada vampir selain dirinya? Batin Demian berkecamuk.Mata Demian yang tajam dan tangkas diedarkan ke seluruh sudut kamar Shada. Sementara hidung mancungnya melacak ke arah sumber aroma tersebut. Segera saja ia menemukan aroma itu berasal dari area tangga dan sekitarnya."Kau mendengarku, Demian?" ulang Shada membuyarkan Demian dari pikirannya yang sedang menerka-nerka."Eh, iya. Aku akan pergi. Sebelum itu jawab dulu satu pertanyaanku," Demian menyeringai melihat Shada yang sudah siap menikamnya. Ia tahu Shada benci saat dirinya mengulur-ulur waktu serta terkesan tidak menurutinya. Shada memutar bola matanya malas."Demian, come on! Temanku sudah menungguku di bawah!" Kini Shada mendelik ke arah Demian yang semakin terkekeh."Hahaha.. okay. Kalau begitu aku akan menanyakannya be

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   106. EXTRA PART ( ꈍᴗꈍ)

    "Aku akan menamakannya Zendaya," ungkap Jennifer sembari memandangi bayi perempuan mungil bermata biru di rengkuhannya. "Zendaya yang berarti bersyukur. Aku sangat bersyukur punya kau, Sayang." Jennifer mencolek puncak hidung kecil sang bayi yang kemudian tertawa. Ariana yang berada di samping Jennifer hanya menghela napas. Hatinya agak nyeri mendapati bayi itu lebih mirip dengan si ayah. Apalagi kenyataan bahwa bayi itu lahir tanpa dampingan sosok ayah. Karena tak ada respon dari bibir Ariana lantas membuat Jennifer mendongak. Senyum di bibirnya hilang seketika tatkala mengerti arti guratan di wajah ibunya. Bagaimanapun, Jennifer berusaha tegar juga selama ini. Terutama saat mendengar berita tentang kematian Max tepat satu tahun yang lalu. "Pokoknya, aku akan menamainya Zendaya, Mom. Zendaya Painter," putusnya kemudian. "White," celetuk tiba-tiba sosok pria yang berderap masuk. "Kau harus memakai nama belakang White mulai sekarang." Baik Jennifer maupun Ariana sama-sama mendonga

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   105. Menjadi Bintang Terbaik (TAMAT)

    "Apa yang terjadi?" Darwin berlari membantu memapah tubuh Demian.Begitu juga Ellene, Shada dan Ruth yang akhirnya mendekat. Mimik mereka tampak khawatir."Kita harus segera merawat Demian sebelum keadaannya semakin parah," cetus Ellene."Apa maksudmu?" Darwin mengerutkan keningnya."Darwin terkena virus manusia setengah vampir di tangannya." Ada kegugupan di dalam suaranya.Sontak wajah Darwin menegang. "Kenapa kau tidak bilang dari tadi?!" bentaknya dengan nada tinggi. "Kita bawa ke ruanganku sekarang juga! Ellene tolong segera siapkan ruanganku."Ellene meneguk ludah, kemudian buru-buru berlari mendahului langkah Darwin dan Mike. Shada dan Ruth saling bertukar pandang sekilas, lantas ikut menggiring kaki cepat mengikuti jejak mereka.Ruth lekas mengusap air mata yang sempat menggenang tadi. Sementara kecemasan melingkupi seluruh pikiran Shada saat ini.Sebenarnya apa efek yang ditimbulkan dari virus Leo terhadap tubuh Demian?Tatkala isi kepala Shada sibuk mempertanyakannya, tak te

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   104. Manusia Setengah Vampir Terakhir

    Tonny melangkah turun, lantas menutup pintu mobilnya. Ia melihat sekeliling sambil memasang kacamata hitam di kedua telinganya. Perumahan dengan gang sempit itu lumayan sepi. Biasanya ia menyaksikan satu atau dua anak kecil bersepeda di jalan di perumahan lain. Tetapi ia tak menemukan satu orang pun di sini.Lalu Tonny mulai menggiring kaki menuju suatu rumah yang telah didiktekan kemaren sore. Setelah menemukan rumah tersebut, ia memencet bel.Tak lama kemudian seorang pria muda dengan jaket berleher tinggi warna abu tua keluar. Rambut pria itu tampak tak rapi. Apalagi baju yang sedang dikenakan. Tonny hanya menelan pikirannya heran mengenai anak muda di depannya yang cukup berantakan dan sepertinya introvert. Tak seperti sebagian remaja yang bersenang-senang di usia mudanya.Tanpa basa-basi, pria muda tersebut langsung menyodorkan sebuah map cokelat. Mungkin ia kesal karena pandangan yang menginterogasi dari mata Tonny."Ini. Data yang kau butuhkan semua ada di sini," ucapnya dengan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   103. Ternyata Sebuah Legenda

    Sosok yang ada di dalam ruang itu termangu sesaat, kemudian melepas sebuah seringaian yang menyebalkan. Sebelah tangan sisi kanannya langsung bergerak menyembunyikan sesuatu.Namun hal tersebut tak lepas dari pantauan kedua mata awas milik Demian. "Cepat jawab! Apa yang kau rencanakan di sini?!" murkanya.Demian marah memergoki orang lain yang bukan keluarganya masuk ke dalam ruang paling rahasia di rumah ini. Dan sadarlah ia bahwa orang itu pasti sengaja mendekati Ruth untuk tujuan hari ini. Sialnya, Demian tak bisa membaca apapun dari pria di hadapannya sekarang. Bagai sebuah kotak hitam yang tertutup rapat."Kau benar-benar akan mati di sini!" geram Demian tersulut emosi.Mula-mula Leo mengangkat kedua tangannya yang sudah kosong ke atas kepala. "Eitsss, santai dulu. Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik, bukan?" Salah satu alisnya terangkat, membuat Demian semakin kesal."Langsung bicara intinya. Apa yang sudah kau curi dari ruang ini? Cepat kembalikan atau nyawamu akan melayan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   102. Siapa di Sana?!

    Shada mengerjap cepat. Kedua matanya bergerak bingung dengan kehadiran Ruth di sana. Bukan hanya itu saja, Ruth juga membawa serta Leo di rumah keluarga Elliot.Bukannya Shada lupa jika Ruth juga merupakan anggota keluarga itu. Tetapi Ruth bahkan belum bercerita kalau wanita tersebut juga kemari.Tidak, Ruth tidak salah. Shada sendiri tidak cerita bahwa dirinya akan pergi ke rumah keluarga Elliot pagi ini.Dengan mulut yang masih ternganga, Shada menunjuk Ruth dan Leo secara bergantian. "Kalian…"Ruth tergelak, kemudian maju selangkah mendekati Shada yang masih mematung. Mula-mula ia melebarkan kedua tangannya riang."Ya, kami di sini! Hahaha, maaf telah mengejutkanmu, Shada!" kikik Ruth dengan mendaratkan sebuah tepukan di bahu Shada.Shada masih terpegun. Kemaren Ruth memang mengutarakan jika Leo dan wanita itu akhirnya resmi menjalin hubungan. Namun menyaksikan mereka berada di rumah Elliot pagi ini sangat mengejutkannya.Jangan bilang jika Ruth membawa Leo kemari karena akan melanj

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   101. Surprise!

    "Kenapa kau ada di sini?!" Ruth menggeser tubuh menjauh, meski sekarang kedua kakinya hanya menapak pada lonjor besi yang melintang di pembatas balkon. Matanya melotot tak percaya."Sudah kubilang kan, aku mencintaimu." Ada getaran di suara pria tersebut.Buru-buru Ruth menggelengkan kepala. "Tidak! Tidak mungkin! Sekarang kau sudah tahu siapa aku sebenarnya! Menjauhlah dariku!"Leo yang ada di hadapannya justru mendesah berat. Ia menunduk singkat dan memperbaiki posisi kacamata, lantas mendongak menatap Ruth demi meyakinkan wanita itu."Lalu kenapa kalau kau vampir? Aku bahkan tidak peduli," lirihnya kemudian."Kau harusnya peduli! Aku tidak mungkin bisa bersama manusia, apalagi kau!" balas Ruth agak histeris. Maklum, ia masih terpukul dan terlewat sedih."Tidak. Kau juga belum mengenal baik aku. Mari kita hidup bersama, Ruth." Mula-mula Leo mengulurkan tangannya kepada Ruth.Ruth mengerjapkan kedua matanya cepat. Napasnya tiba-tiba sesak dan berat. Tidak, tidak mungkin semudah ini.

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   100. Jangan Mendekat!

    Max berjalan cepat menuju kantin. Lebih tepatnya ia sedang mencari seseorang di sana. Barusan ia mendatangi Leo di ruangan pria tersebut, namun hasilnya nihil. Max tak mendapati Leo.Setelah beberapa karyawan memberitahu jika Leo pergi bersama Ruth, amarah Max tersulut begitu saja. Ia yang tadinya fokus mencari Leo jadi terganggu setelah mendengar nama Ruth masuk ke dalam gendang telinganya. Kenyataan bahwa Ruth menghalangi rencananya dengan mengambil CCTV, apalagi wanita itu bukan manusia. Melainkan sosok monster seperti Demian yang paling ia benci.Sesudah kedua mata birunya berhasil menangkap orang yang ia cari, maka Max bertekad kuat melangkah menghampiri mereka.Lalu tiba-tiba netranya terganggu dengan adegan Ruth yang mencium sebelah pipi Leo. Langkah Max sempat terhenti karena terkejut.Apa mereka memiliki hubungan khusus? Batinnya bertanya-tanya.Max semakin mengeratkan kepalan tangan di sisi tubuhnya. Selama ini kinerja Leo baik dan ia sangat menyukai pekerjaan pegawainya itu

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   99. Ruth Menarik Dendam

    Shada mendongak, lalu berusaha menahan sikap ibunya tersebut. "Aku rasa apa yang dikatakan Demian pasti ada benarnya.""Mari kita dengarkan penjelasan Demian sampai akhir," imbuhnya sambil terisak.Malta sedikit mendengus kesal. Perkataannya dipotong seenaknya oleh anaknya sendiri. Shada dan Malta kemudian menatap Demian lagi. Memberi kesempatan pada pria itu untuk melanjutkan ceritanya.Sejenak Demian menyelisik mimik wajah dua wanita di hadapannya. Ia sedang mencari tahu apakah Shada dan Malta bisa percaya padanya."Aku dan nenek sempat mengalami perdebatan panjang. Aku menolak, sementara nenek bersikukuh dan selalu membujukku. Apalagi waktu itu aku adalah vampir baru, jadi butuh niat serta keyakinan yang kuat untuk menolaknya. Meskipun secara batin dan mental sangat menyiksa."Demian menggeleng, lantas meraup oksigen sebanyak-banyaknya dari sekitar. Kedua matanya sudah panas akibat air mata yang mendesak keluar lagi."Kemudian, tiba-tiba hatiku merasa iba melihat kesakitan yang ter

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   98. Dasar Pembunuh!

    Demian melangkah mendekat. Dengan tatapan nanar, ia memandang Shada melalui kaca jendela dengan sedih."Shada, aku mau bicara," ucapnya.Meskipun keduanya sama-sama tak bisa mendengar dengan jelas akibat terhalang oleh kaca jendela yang membuatnya kedap suara, tetapi baik Shada maupun Demian dapat mengerti melalui membaca gerak mulut mereka masing-masing.Shada menggeleng kuat-kuat. Ia meyakinkan diri sendiri bahwa ia tak mau bertemu dengan si pembunuh neneknya. Shada masih kecewa dengan sikap Demian yang tidak terus terang kepadanya. Apalagi, pikirannya mengatakan bahwa Demian selama ini mendekatinya hanya karena rasa bersalah yang dipikul oleh pria itu.Padahal teh chamomile buatan Ruth telah sukses membuatnya lebih rileks. Namun, suara serta kemunculan Demian kembali membuat sekujur tubuhnya kaku dan membeku."Shada, please… kumohon. Sepertinya ada yang salah. Kenapa kau pergi dariku?" paparnya memelas.Shada hanya membisu, menggeleng dan menatap tajam ke arah Demian. Setelahnya wa

DMCA.com Protection Status