Share

2. Membuktikan Sendiri

Penulis: Glory Bella
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tentu saja, nyamuk yang berukuran normal, Max. Hanya saja gigitan itu membuatku alergi hingga menjadi selebar ini," tunjuk Shada pada lehernya. Matanya memohon agar Max segera mempercayainya.

Max memalingkan wajahnya. Menyibukkan diri pada beberapa lembar kertas di depannya. "Sejak kapan kau punya alergi terhadap gigitan nyamuk?" kejar Max, semakin membuat Shada gugup.

"Aku memang tidak punya alergi, Max. Hanya saja. Kali ini," Shada semakin tidak menemukan jawaban ketika mata biru Max beralih menghunjam mata coklat terang Shada, mencari-cari kepastian di sana.

"Aku percaya." sergah Max, lalu berpaling lagi pada dokumennya. Kini tangannya dengan lincah membubuhkan tanda tangan di kertas-kertasnya.

"A-apa?" Shada melotot tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Benarkah semudah itu?

"Beberapa jenis nyamuk tertentu memang menyebabkan reaksi alergi pada orang-orang yang tak memiliki alergi sekali pun," tukas Max singkat diikuti oleh anggukan Shada.

Shada mengembuskan napas lega. Namun ia juga makin buncah dengan apa yang terjadi semalam. Ia harus segera melupakannya, apalagi di hadapan tunangannya sekarang. Ia lalu mendudukan dirinya di depan Max.

Max melirik Shada sekilas. Kemudian mengendurkan kerahnya yang tampak gerah dan mencekiknya di beberapa menit yang lalu. Ia harus segera menguasai situasi ini.

"Jadi, Max—" Shada sengaja menggantung kalimatnya, ingin mendapat perhatian Max lebih dulu, "—kira-kira kapan tanggal pernikahan kita?"

Max menatap Shada lalu bergeming. Ia terlihat berpikir sejenak.

"Beberapa minggu lagi kita akan melakukan pertemuan keluarga, jadi kau bersiaplah."

♡♡♡

Setelah Shada mengunjungi Max, ia berjalan-jalan mengelilingi kantor menghilangkan rasa penatnya. Rasanya, lebih baik jika sekarang ia sedang bekerja. Menyibukkan diri dengan maraknya tugas dan beberapa tumpukan dokumen yang tinggi. Pikirannya sungguh kacau hari ini.

"Shada!" suara seorang wanita membuatnya mengalihkan lamunannya sekarang. Ia menoleh mendapati sumber suara tersebut.

"Hai, Ruth!" Shada melambai senang ketika tahu itu adalah Ruth, senior yang sering membantunya. Ruth setengah berlari menghampiri Shada.

"Kau barusan bertemu dengan Max? Di hari liburmu?" Ruth mengernyit tak percaya. Mungkin baginya ini lucu, dan momen yang lumayan langka.

Pasalnya, setiap hari Shada bisa bertemu dengan Max. Dan ketika libur pun, ia pasti menggunakan waktunya untuk seharian tiduran di rumah. Memeluk kesepiannya sendiri.

"Hmm, yeah. Tidurku agak bermasalah akhir-akhir ini. Mungkin, jika aku bertemu dengan Max bisa mengobati mimpi burukku," racau Shada memelas diikuti oleh tepukan empati Ruth di pundak wanita cantik itu.

Sangat menyedihkan mengingat hidupnya sekarang. Selalu kesepian sampai ia merasa sedang berhalusinasi dengan mimpi yang saat ini membuat rusuh pikirannya. Tidak, itu nyata. Tapi hal itu dirasa tak mungkin juga. Ia merasa sangat bersalah pada Max tadi.

"Oh iya, Ruth. Kau pernah merasakan mimpi yang... hmm nyata sekali?" tanyanya hati-hati. Tiba-tiba ia bergidik mengingat perihal mimpinya semalam. Namun juga senang.

"Mimpi yang nyata sekali?" ulang pelan Ruth tidak mengerti. Terlihat sekali sedang berpikir dengan keras.

"Hmm, jadi... kau tahu kan mimpi yang benar-benar real, yang misal kau menyentuh gelas maka kau merasakan dinginnya sungguhan." Shada berusaha menjelaskan kepada Ruth, meski ia sendiri tidak begitu yakin dengan dirinya.

"Kau yakin itu mimpi? Bukan mengigau?" timpal Ruth, hampir terkekeh karena menurutnya itu lumayan menggelitik.

"Aku serius, Ruth. Please." Kali ini Shada menyatukan kedua telapak tangannya, tanda memohon sambil menatap nanar temannya itu. Ia sangat bersungguh-sungguh meminta bantuan Ruth yang sudah ia anggap sebagai sahabat sekaligus saudara perempuannya.

"Ok. Aku juga akan serius kalau begitu." Ia menarik napas dalam-dalam lalu melanjutkan, "Pertama-tama, yang kutahu tidak ada mimpi yang sungguh-sungguh kau rasakan. Dan yang kedua, aku jarang sekali mengalami mimpi tiap malam."

Shada mengamati Ruth lamat. Sedikit berpikir, lalu memutuskan untuk menceritakannya lebih spesifik.

"Jadi, Ruth. Aku mengalami mimpi. Rasanya benar-benar nyata. Dan kau tahu. Ada bekas noda merah ini sungguhan," ungkapnya sambil menunjukkan leher sisi kanannya.

Ruth langsung memekik kaget. "Bagaimana bisa, Shada? Mana mungkin!"

Yang terjadi sedetik kemudian dan seterusnya, Shada mulai menjelaskan kronologinya. Ia menjelaskan sambil merasakan kekalutan dan nyaris menangis. Sedangkan, Ruth terlihat mengerti dan beberapa kali ia manggut-manggut paham.

"Kalau begitu, coba kau tidak tidur malam ini, Shada." ucap Ruth mendadak. Mata hitam mengkilatnya meyakinkan Shada.

Shada sejenak memaku memandang Ruth. Paras yang elok dengan kulit putih bersih pucat, apalagi dengan matanya yang hitam kelam. Semuanya itu dipangkas apik dengan rambutnya yang pendek berwarna merah burgundy gelap. Sama sekali terlihat kontras. Ruth sangat terkesan chic, trendy dan unik. Ia juga terlihat easy going. Seperti sebuah buku yang terbuka, namun memiliki beberapa chapter yang tidak diduga.

Sore itu Shada memutuskan untuk kembali ke rumah. Seperjalanan pulang hingga sampai di tempat tinggalnya, ia tetap terngiang-ngiang dengan nasehat Ruth.

[Jangan tidur malam ini. Dan coba kau buka jendela serta pintu kaca yang tepat menyambung ke balkon itu. Dengan begitu kau mempermudah akses siapapun yang ada di dalam mimpimu semalam.]

Ia kembali mengulang kalimat Ruth di dalam pikirannya.

Shada mencapai kamar. Ia duduk sejenak dan meraih ponselnya. Mengetikkan pesan di sana lalu mengirimnya pada Max. Ia memberitahu tunangan yang ia cintai itu bahwa ia sudah sampai di rumah dengan selamat.

Shada menunggu beberapa menit, tapi ponselnya tak bergeming sama sekali. Ia menekuk wajahnya kesal, Max seperti biasa tidak segera membalas chat darinya. Apalagi setelah kejadian tadi. Rasanya mau menangis saja.

Setelahnya, Shada menyibukkan diri dengan mandi, membuat sereal dan pop corn lalu dilanjutkan menonton film di kasurnya. Sampai-sampai tak terasa malam semakin cepat menghampirinya.

Udara dingin menyergap tubuhnya. Ia pandangi pintu yang terbuka itu. Pemandangan di depannya langsung menampilkan balkon minimalis juga pepohonan besar yang menjulang tinggi. Tubuhnya meremang lagi. Tak lama lagi, pikirnya.

Malam semakin larut, namun sama sekali tak ada tanda apapun di sana.

"Ckk.. mungkin aku sudah gila." Ia bergumam merutuki diri sendiri sambil bangkit hendak menutup pintu.

Sebelum menutupnya, ia terpikat oleh bentang alam yang ada di hadapannya sekarang. Maka, ia mulai menyusuri balkon minimalisnya pelan. Kedua tangannya ia tumpukan pada pembatas dinding balkon.

Udara yang mengalir malam itu menyapu lembut wajahnya. Sejauh mata memandang, ia disuguhkan dengan suasana hutan kecil temaram yang ada di samping rumahnya. Ia juga bisa melihat setapak jalan raya, yang kalau diamati dari balkonnya terasa lebih kecil daripada ukuran aslinya.

Shada menyadari sebentar lagi mungkin sudah pagi, jadi ia berencana segera masuk kamar dan mengunci pintunya. Ketika hendak menggiring kakinya menuju ke dalam, sesuatu mengusiknya.

Ada suara gesekan ranting atau bahkan daun di seberang sana. Suara tersebut berasal dari pohon besar yang menjulang tinggi, melebihi tinggi balkonnya sendiri. Ia kembali meremang.

Dengan keberanian yang masih tersisa, Shada menoleh. Ia tercekat sampai terhuyun ke belakang. Wajahnya langsung memucat. Tiba-tiba kerongkongan dan tenggorokannya kering, apalagi kini suaranya menjadi parau.

"S-siapa kau?"

- Bersambung..

Bab terkait

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   3. Siapa Dia?

    Dilihatnya sosok yang berdiri di hadapannya sekarang. Shada mematung terpukau dengan keindahan yang sedang disaksikannya. Seumur hidup, ia tak pernah melihat paras seelok ini. Jauh elok dibanding aktor dunia dimana pun.Alis tebal dengan mata perunggu yang terkesan tegas. Kulit yang putih pucat, bahkan lebih putih dari batu pualam marmer yang murni. Rambutnya hitam legam. Dan setelah ia amati lagi, hidung mancung dan bibir merah merekah.Beberapa menit ia terhanyut pada rupanya. Tiba-tiba ada perasaan ingin menangis sejak pertama kali melihatnya. Ia tak tahu kenapa. Apakah mungkin ia mengagumi keindahannya? Ia benar-benar frustasi dan kelewat sedih. Sontak ia sadar dan sepenuhnya membawa diri."Aaaakh! Kau siapaaaa?!"Suara Shada nyaris teriak, namun nyatanya tercekat di kerongkongannya sendiri.Tak ada jawaban, sosok yang dilihatnya cuma diam, menatap skeptis lawannya."Shada.."Shada tergegau. Bagaimana mungkin pria asing yang di hadapannya sekarang sudah tahu namanya. Ia ingin sekal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   4. Terpatri Pikirannya Sendiri

    "Seperti apa rupanya, Shada?"Sekarang Ruth benar-benar penasaran dengan sosok yang diceritakan oleh Shada. Bagaimana mungkin keyakinannya bahwa Shada akan bertemu dengan orang yang ada di mimpinya bakal terbukti? Ia menatap lawan bicaranya sekarang dengan tak sabar."Ia tinggi dan gagah, dari otot-ototnya terlihat kuat." Shada menjawab rasa penasaran Ruth dengan berusaha keras mengingat kejadian semalam yang tetap rasanya seperti mimpi."Lalu? Kau bisa tidak menjawab langsung semuanya sekaligus?!" sergah Ruth kesal, ia benar-benar bisa mati sekarang juga karena penasaran."Husss.. pelankan suaramu, Ruth!" Bagaimana pun suara Ruth semakin lama semakin tak terkontrol."Ups! Maaf, jadi silahkan melanjutkan sampai selesai. Dan jangan berhenti!" perintah Ruth tegas. Shada melihatnya ngeri. Matanya hampir copot dari rongganya, Ruth mulai serius."Ia sangat tidak nyata, Ruth. Sangat tampan, aku sampai terpesona dengannya. Lalu ia juga berkulit putih pucat, seputih kulitmu ini." Shada menjela

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   5. Hasrat yang Menyatu

    Shada mendelik melihat ponselnya sudah berada di tangan Demian. Meskipun tak membacanya dengan cermat, tapi sekilas ia sudah mampu menangkap siapa yang telah meneleponnya itu."Halo, Sayang. Aku sekarang sudah ada di depan rumahmu."Shada terpegun, lalu dengan cepat meraih ponselnya kembali, sebelum Demian menjawab teleponnya."Ha-halo, Max." jawab Shada dengan suara bergetar. Tidak bisa seperti ini, ia harus segera menyembunyikan kegugupan yang tengah ia rasakan. Ia pasti bisa."Sayang, kau mendengarku? Aku sudah berada di depan rumahmu. Bolehkah aku langsung masuk? Atau kau yang akan membukakan pintu untukku?" desak Max semakin membuat Shada buncah.Bagaimana ini? Pikirnya cepat. Sedangkan di dalam sini, di kamarnya, masih ada seorang pria yang tidak dikenalnya. Meskipun bukan manusia, pasti Max yang adalah pria normal, marah besar kepada Shada. Yang lebih beratnya lagi, hal ini tidak boleh sampai menggagalkan rencana pernikahan mereka. Ia lalu menatap Demian yang sudah merah padam.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   6. Ingin Lebih Mengenalmu

    Max menggendong Shada di pelukannya. Ia lalu dengan perlahan mendaratkan tubuh Shada di tempat tidur yang didominasi oleh warna pastel itu. Ia membelai lembut wajah Shada. Ia pandangi wajah cantiknya kemudian mendorong bibirnya memagut bibir Shada. Mereka saling mengulum lembut, terlihat menikmati momen milik bersama.Dengan pelan, tangan Max menjelajahi tubuh Shada kembali. Ia mengeksplorasi tubuh halus yang ada di bawahnya. Kedua tangannya menelusuk ke dalam kaos Shada, menggerayangi kedua dada yang menggembung itu.Sedangkan Shada terlihat menikmati setiap sentuhan Max yang dilayangkan untuknya.Kini tangan Max sudah berada di balik bra, bermain-main di kulit polos Shada.Max sontak melepas ciumannya, dengan cepat segera melepaskan kaos ketat yang dipakai wanita tersebut. Dilihatnya pemandangan menggoda yang menyembul di balik bra berenda coklat yang sangat menawan.Ia tak sabar, segera ia singkap bra itu dan membebaskan pemandangan indah di dalamnya."So beautiful," kagum Max tetap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   7. Bukan Manusia

    Kedua mata Ruth mengerjap tak percaya setelah mendengar apa yang baru saja Shada katakan. Ia tergagap dan terlihat kelimpungan."Apa maksudmu, Shada?" tanya Ruth meminta penjelasan kepada Shada. Kedua mata bronze terang Ruth semakin lama terlihat semakin gelap."Maksudku, aku sadar bahwa selama ini aku belum pernah mendengar tentang keluarga maupun kisah cintamu, Ruth," runtut Shada serius. Ia mengamati bagaimana reaksi sahabatnya itu. Juga kedua matanya.Sadar tengah diamati oleh Shada, Ruth segera menunduk membenamkan kedua wajahnya. Ia terlihat sedang mengendalikan dirinya saat ini. Beberapa detik kemudian, ia kembali menghadap Shada."Tentu, aku akan menceritakan kepadamu, Shada. Maafkan aku," ungkap Ruth seraya meraih kedua tangan Shada, dan menggenggamnya erat ke dalam jemarinya.Shada hanya mematung melihat sikap Ruth. Ia tetap menatap jauh ke dalam manik mata wanita itu yang kini berubah menjadi terang kembali."Sumpah, aku memang berencana untuk menceritakan semuanya kepadamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   8. Perihal Dusta dan Curiga

    Pria bermata perunggu terang itu dengan hati-hati meneliti wanita cantik yang ada di sampingnya. Setelah ia mengucapkan siapa sebenarnya dirinya, ia takut kalau Shada akan langsung menjauh. Ia tak mau itu terjadi.Pengakuan itu akhirnya terlontar bebas dari mulut Demian. Ia lega sekaligus kalut, tidak terlalu siap dengan bagaimana setelah ini wanita di sampingnya akan meresponnya.Sementara Shada hanya diam mematung. Wajahnya memucat. Ia tak terlalu yakin dengan apa yang baru saja Demian ungkapkan.Vampir? Berarti dia seorang pembunuh? Batinnya meraung bertanya.Sekarang Shada tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Setelah mendengarkan jawaban yang ditunggu, justru ia malah takut kalau reaksinya akan menyinggung Demian.Kaki Shada bergetar. Demian melirik kaki Shada sekilas lalu tertawa."Kau takut, Shada?" Demian bertanya selembut mungkin agar wanita di sebelahnya tidak mendadak berlari sambil berteriak."Kau pernah membunuh manusia?" ucap Shada setelah berhasil mengumpulkan kembali ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   9. Karyawan Baru

    Tiba-tiba dunia Shada berputar. Ia tidak salah dengar kan? Jadi, Max semalam berada di depan rumah? Bodoh kenapa dia tidak menyadarinya?! Rutuk Shada dalam hati.Shada menggigit bibirnya. Bingung harus menjawab apa. Detik ini, ia semakin gugup melihat Max yang sudah merah padam. Shada membuka mulutnya hendak berbicara ketika seorang wanita masuk ke dalam ruangan."Selamat pagi. Maaf saya karyawan baru di sini. Mohon bantuannya," sapa karyawan baru itu membuat Ruth langsung membuang muka dan mengalihkan pandangannya kembali ke meja kerja. Tidak seperti kebanyakan orang di ruangan itu yang justru hampir semua memperhatikannya.Wanita tersebut mengulas senyum manis. Tubuhnya tinggi semampai bak model yang terbiasa berlenggak-lenggok di atas karpet merah. Ia bermata coklat dengan kulit yang sangat eksotis. Rambut gelombang warna coklat peanut tergerai panjang. Sekarang ia mengenakan bodycon dress yang agak terbuka di bagian dadanya, melekat pas dan memamerkan dengan jelas lekuk tubuhnya. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   10. Terima Kasih

    Air mata Shada terus mengalir menganak sungai. Shada terisak dan sesenggukan. Bahunya terlihat bergerak naik turun."Kenapa, Mom?" tanyanya dengan suara yang masih bergetar. Setelah itu yang ia lakukan hanya menangis dan mendekap bibirnya dengan tangan, agar suara tangisannya tidak keluar.Ibunya yang ada di seberang telepon menjelaskan panjang lebar. Tapi Shada tak mendengar apapun, ini terlalu menyakitkan bagi dirinya. Selama ini ia sudah hidup sendiri, kedua orang tuanya sibuk bekerja di luar negeri. Shada pikir selama di luar negeri keduanya terus menerus berhubungan dan menjalin komunikasi dengan baik. Nyatanya, mereka sama-sama tidak memedulikan satu sama lain, apalagi Shada. Mereka hanya mengejar kebahagiaannya sendiri."Jangan bicara denganku lagi, Mom! Selama ini aku sudah cukup hidup sendiri! Aku bisa hidup tanpa kalian! Jangan hubungi aku lagi!" teriaknya di tengah tangisnya.Shada memutus sambungan teleponnya sepihak. Tangannya mematikan telepon dengan cepat. Sebelum itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   106. EXTRA PART ( ꈍᴗꈍ)

    "Aku akan menamakannya Zendaya," ungkap Jennifer sembari memandangi bayi perempuan mungil bermata biru di rengkuhannya. "Zendaya yang berarti bersyukur. Aku sangat bersyukur punya kau, Sayang." Jennifer mencolek puncak hidung kecil sang bayi yang kemudian tertawa. Ariana yang berada di samping Jennifer hanya menghela napas. Hatinya agak nyeri mendapati bayi itu lebih mirip dengan si ayah. Apalagi kenyataan bahwa bayi itu lahir tanpa dampingan sosok ayah. Karena tak ada respon dari bibir Ariana lantas membuat Jennifer mendongak. Senyum di bibirnya hilang seketika tatkala mengerti arti guratan di wajah ibunya. Bagaimanapun, Jennifer berusaha tegar juga selama ini. Terutama saat mendengar berita tentang kematian Max tepat satu tahun yang lalu. "Pokoknya, aku akan menamainya Zendaya, Mom. Zendaya Painter," putusnya kemudian. "White," celetuk tiba-tiba sosok pria yang berderap masuk. "Kau harus memakai nama belakang White mulai sekarang." Baik Jennifer maupun Ariana sama-sama mendonga

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   105. Menjadi Bintang Terbaik (TAMAT)

    "Apa yang terjadi?" Darwin berlari membantu memapah tubuh Demian.Begitu juga Ellene, Shada dan Ruth yang akhirnya mendekat. Mimik mereka tampak khawatir."Kita harus segera merawat Demian sebelum keadaannya semakin parah," cetus Ellene."Apa maksudmu?" Darwin mengerutkan keningnya."Darwin terkena virus manusia setengah vampir di tangannya." Ada kegugupan di dalam suaranya.Sontak wajah Darwin menegang. "Kenapa kau tidak bilang dari tadi?!" bentaknya dengan nada tinggi. "Kita bawa ke ruanganku sekarang juga! Ellene tolong segera siapkan ruanganku."Ellene meneguk ludah, kemudian buru-buru berlari mendahului langkah Darwin dan Mike. Shada dan Ruth saling bertukar pandang sekilas, lantas ikut menggiring kaki cepat mengikuti jejak mereka.Ruth lekas mengusap air mata yang sempat menggenang tadi. Sementara kecemasan melingkupi seluruh pikiran Shada saat ini.Sebenarnya apa efek yang ditimbulkan dari virus Leo terhadap tubuh Demian?Tatkala isi kepala Shada sibuk mempertanyakannya, tak te

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   104. Manusia Setengah Vampir Terakhir

    Tonny melangkah turun, lantas menutup pintu mobilnya. Ia melihat sekeliling sambil memasang kacamata hitam di kedua telinganya. Perumahan dengan gang sempit itu lumayan sepi. Biasanya ia menyaksikan satu atau dua anak kecil bersepeda di jalan di perumahan lain. Tetapi ia tak menemukan satu orang pun di sini.Lalu Tonny mulai menggiring kaki menuju suatu rumah yang telah didiktekan kemaren sore. Setelah menemukan rumah tersebut, ia memencet bel.Tak lama kemudian seorang pria muda dengan jaket berleher tinggi warna abu tua keluar. Rambut pria itu tampak tak rapi. Apalagi baju yang sedang dikenakan. Tonny hanya menelan pikirannya heran mengenai anak muda di depannya yang cukup berantakan dan sepertinya introvert. Tak seperti sebagian remaja yang bersenang-senang di usia mudanya.Tanpa basa-basi, pria muda tersebut langsung menyodorkan sebuah map cokelat. Mungkin ia kesal karena pandangan yang menginterogasi dari mata Tonny."Ini. Data yang kau butuhkan semua ada di sini," ucapnya dengan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   103. Ternyata Sebuah Legenda

    Sosok yang ada di dalam ruang itu termangu sesaat, kemudian melepas sebuah seringaian yang menyebalkan. Sebelah tangan sisi kanannya langsung bergerak menyembunyikan sesuatu.Namun hal tersebut tak lepas dari pantauan kedua mata awas milik Demian. "Cepat jawab! Apa yang kau rencanakan di sini?!" murkanya.Demian marah memergoki orang lain yang bukan keluarganya masuk ke dalam ruang paling rahasia di rumah ini. Dan sadarlah ia bahwa orang itu pasti sengaja mendekati Ruth untuk tujuan hari ini. Sialnya, Demian tak bisa membaca apapun dari pria di hadapannya sekarang. Bagai sebuah kotak hitam yang tertutup rapat."Kau benar-benar akan mati di sini!" geram Demian tersulut emosi.Mula-mula Leo mengangkat kedua tangannya yang sudah kosong ke atas kepala. "Eitsss, santai dulu. Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik, bukan?" Salah satu alisnya terangkat, membuat Demian semakin kesal."Langsung bicara intinya. Apa yang sudah kau curi dari ruang ini? Cepat kembalikan atau nyawamu akan melayan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   102. Siapa di Sana?!

    Shada mengerjap cepat. Kedua matanya bergerak bingung dengan kehadiran Ruth di sana. Bukan hanya itu saja, Ruth juga membawa serta Leo di rumah keluarga Elliot.Bukannya Shada lupa jika Ruth juga merupakan anggota keluarga itu. Tetapi Ruth bahkan belum bercerita kalau wanita tersebut juga kemari.Tidak, Ruth tidak salah. Shada sendiri tidak cerita bahwa dirinya akan pergi ke rumah keluarga Elliot pagi ini.Dengan mulut yang masih ternganga, Shada menunjuk Ruth dan Leo secara bergantian. "Kalian…"Ruth tergelak, kemudian maju selangkah mendekati Shada yang masih mematung. Mula-mula ia melebarkan kedua tangannya riang."Ya, kami di sini! Hahaha, maaf telah mengejutkanmu, Shada!" kikik Ruth dengan mendaratkan sebuah tepukan di bahu Shada.Shada masih terpegun. Kemaren Ruth memang mengutarakan jika Leo dan wanita itu akhirnya resmi menjalin hubungan. Namun menyaksikan mereka berada di rumah Elliot pagi ini sangat mengejutkannya.Jangan bilang jika Ruth membawa Leo kemari karena akan melanj

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   101. Surprise!

    "Kenapa kau ada di sini?!" Ruth menggeser tubuh menjauh, meski sekarang kedua kakinya hanya menapak pada lonjor besi yang melintang di pembatas balkon. Matanya melotot tak percaya."Sudah kubilang kan, aku mencintaimu." Ada getaran di suara pria tersebut.Buru-buru Ruth menggelengkan kepala. "Tidak! Tidak mungkin! Sekarang kau sudah tahu siapa aku sebenarnya! Menjauhlah dariku!"Leo yang ada di hadapannya justru mendesah berat. Ia menunduk singkat dan memperbaiki posisi kacamata, lantas mendongak menatap Ruth demi meyakinkan wanita itu."Lalu kenapa kalau kau vampir? Aku bahkan tidak peduli," lirihnya kemudian."Kau harusnya peduli! Aku tidak mungkin bisa bersama manusia, apalagi kau!" balas Ruth agak histeris. Maklum, ia masih terpukul dan terlewat sedih."Tidak. Kau juga belum mengenal baik aku. Mari kita hidup bersama, Ruth." Mula-mula Leo mengulurkan tangannya kepada Ruth.Ruth mengerjapkan kedua matanya cepat. Napasnya tiba-tiba sesak dan berat. Tidak, tidak mungkin semudah ini.

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   100. Jangan Mendekat!

    Max berjalan cepat menuju kantin. Lebih tepatnya ia sedang mencari seseorang di sana. Barusan ia mendatangi Leo di ruangan pria tersebut, namun hasilnya nihil. Max tak mendapati Leo.Setelah beberapa karyawan memberitahu jika Leo pergi bersama Ruth, amarah Max tersulut begitu saja. Ia yang tadinya fokus mencari Leo jadi terganggu setelah mendengar nama Ruth masuk ke dalam gendang telinganya. Kenyataan bahwa Ruth menghalangi rencananya dengan mengambil CCTV, apalagi wanita itu bukan manusia. Melainkan sosok monster seperti Demian yang paling ia benci.Sesudah kedua mata birunya berhasil menangkap orang yang ia cari, maka Max bertekad kuat melangkah menghampiri mereka.Lalu tiba-tiba netranya terganggu dengan adegan Ruth yang mencium sebelah pipi Leo. Langkah Max sempat terhenti karena terkejut.Apa mereka memiliki hubungan khusus? Batinnya bertanya-tanya.Max semakin mengeratkan kepalan tangan di sisi tubuhnya. Selama ini kinerja Leo baik dan ia sangat menyukai pekerjaan pegawainya itu

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   99. Ruth Menarik Dendam

    Shada mendongak, lalu berusaha menahan sikap ibunya tersebut. "Aku rasa apa yang dikatakan Demian pasti ada benarnya.""Mari kita dengarkan penjelasan Demian sampai akhir," imbuhnya sambil terisak.Malta sedikit mendengus kesal. Perkataannya dipotong seenaknya oleh anaknya sendiri. Shada dan Malta kemudian menatap Demian lagi. Memberi kesempatan pada pria itu untuk melanjutkan ceritanya.Sejenak Demian menyelisik mimik wajah dua wanita di hadapannya. Ia sedang mencari tahu apakah Shada dan Malta bisa percaya padanya."Aku dan nenek sempat mengalami perdebatan panjang. Aku menolak, sementara nenek bersikukuh dan selalu membujukku. Apalagi waktu itu aku adalah vampir baru, jadi butuh niat serta keyakinan yang kuat untuk menolaknya. Meskipun secara batin dan mental sangat menyiksa."Demian menggeleng, lantas meraup oksigen sebanyak-banyaknya dari sekitar. Kedua matanya sudah panas akibat air mata yang mendesak keluar lagi."Kemudian, tiba-tiba hatiku merasa iba melihat kesakitan yang ter

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   98. Dasar Pembunuh!

    Demian melangkah mendekat. Dengan tatapan nanar, ia memandang Shada melalui kaca jendela dengan sedih."Shada, aku mau bicara," ucapnya.Meskipun keduanya sama-sama tak bisa mendengar dengan jelas akibat terhalang oleh kaca jendela yang membuatnya kedap suara, tetapi baik Shada maupun Demian dapat mengerti melalui membaca gerak mulut mereka masing-masing.Shada menggeleng kuat-kuat. Ia meyakinkan diri sendiri bahwa ia tak mau bertemu dengan si pembunuh neneknya. Shada masih kecewa dengan sikap Demian yang tidak terus terang kepadanya. Apalagi, pikirannya mengatakan bahwa Demian selama ini mendekatinya hanya karena rasa bersalah yang dipikul oleh pria itu.Padahal teh chamomile buatan Ruth telah sukses membuatnya lebih rileks. Namun, suara serta kemunculan Demian kembali membuat sekujur tubuhnya kaku dan membeku."Shada, please… kumohon. Sepertinya ada yang salah. Kenapa kau pergi dariku?" paparnya memelas.Shada hanya membisu, menggeleng dan menatap tajam ke arah Demian. Setelahnya wa

DMCA.com Protection Status