Beranda / Romansa / Terjerat Pesona Vampir Tampan / 4. Terpatri Pikirannya Sendiri

Share

4. Terpatri Pikirannya Sendiri

Penulis: Glory Bella
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-10 17:21:22

"Seperti apa rupanya, Shada?"

Sekarang Ruth benar-benar penasaran dengan sosok yang diceritakan oleh Shada. Bagaimana mungkin keyakinannya bahwa Shada akan bertemu dengan orang yang ada di mimpinya bakal terbukti? Ia menatap lawan bicaranya sekarang dengan tak sabar.

"Ia tinggi dan gagah, dari otot-ototnya terlihat kuat." Shada menjawab rasa penasaran Ruth dengan berusaha keras mengingat kejadian semalam yang tetap rasanya seperti mimpi.

"Lalu? Kau bisa tidak menjawab langsung semuanya sekaligus?!" sergah Ruth kesal, ia benar-benar bisa mati sekarang juga karena penasaran.

"Husss.. pelankan suaramu, Ruth!" Bagaimana pun suara Ruth semakin lama semakin tak terkontrol.

"Ups! Maaf, jadi silahkan melanjutkan sampai selesai. Dan jangan berhenti!" perintah Ruth tegas. Shada melihatnya ngeri. Matanya hampir copot dari rongganya, Ruth mulai serius.

"Ia sangat tidak nyata, Ruth. Sangat tampan, aku sampai terpesona dengannya. Lalu ia juga berkulit putih pucat, seputih kulitmu ini." Shada menjelaskan sambil menunjuk lengan Ruth yang sedang bersedekap, lalu melanjutkan. "Rambutnya hitam pekat. Dan matanya, eh, sekarang seperti matamu!" Shada hampir tercekat menyelesaikan akhir kalimatnya sendiri. Ruth juga tak kalah kaget. Iya benar, Shada baru ingat bahwa mata sahabatnya itu sering terlihat bermata hitam dan kadang juga terang. Seperti perunggu.

"Kau yakin matanya sepertiku?" Ruth mengerjapkan matanya cepat. Berusaha meyakinkan diri dengan pernyataan yang dilontarkan Shada.

"Iya, hmm aku tak yakin. Mungkin mirip. Ya seperti itulah," sanggah Shada pelan. Ia mengamati manik merah kecoklatan milik Ruth. Sedangkan Ruth mulai salah tingkah diperhatikan seperti itu.

"Shada, kita ke kantin yuk. Aku lapar," rengek Ruth diikuti oleh anggukan setuju Shada.

Mereka berdua beriringan berjalan menuju kantin. Setelah sampai, mereka lalu menengok menu-menu yang ready hari itu.

Mereka mengantre dan menyebutkan beberapa makanan untuk mengisi nampan mereka. Shada tak sengaja melihat Ruth yang pandangannya terpaku pada sudut kantin. Matanya lalu mengikuti arah yang sempat menyita perhatian Ruth.

"Eh, itu varian mie baru yang barusan meluncur di pasar ya?" seru Shada terpegun.

"Kita coba juga yuk!" Shada mengajak Ruth untuk mencicipi mie baru yang dilaunchingkan beberapa hari yang lalu oleh perusahaannya tempat ia bekerja. Dengan antusias, Ruth mengikuti langkah Shada, mengekor di belakangnya.

Mereka memilih meja, lalu mendudukkan diri di salah satu bangkunya.

"Oh iya, Shada. Kau tahu, beberapa bulan ke depan perusahaan akan mengadakan rekrutmen karyawan." Ruth memulai berbicara kala mereka sibuk mengisi perut mereka masing-masing.

"Benarkah? Di divisi apa, Ruth?" tanggap pelan Shada yang masih dipenuhi makanan di mulutnya.

"Di divisi kita, Shada. Marketing dan distribusi," tukas Ruth yang mulai serius lalu melanjutkan, "Richard akan memimpin tim HRD dalam perekrutan itu."

"Richard? Kau serius? Aku harap ia tak memilih karyawan yang cantik saja, tapi setidaknya harus berotak," gerutu Shada, menelan pelan makanan yang sedari ia kunyah.

"Aku juga berharap begitu. Semoga saja tidak menambah beban kita," desis Ruth bersamaan dengan ponsel Shada yang berdering.

"Halo, Mom. Ada apa?" Shada memutar bola matanya, malas.

"Iya, ini aku sedang sarapan dengan temanku di kantin."

"Apa? Iya, Mom."

Ruth melirik Shada sekilas yang terlihat manggut-manggut. Lalu kembali berkutik pada makanannya.

"Bagaimana kabar Daddy?" Shada menaikkan wajahnya sejenak. "Ah, kau sudah lama tak berkomunikasi dengannya? Kenapa?!"

"Tentu saja aku tidak menghubunginya! Aku takut mengganggu kesibukan Daddy." Shada hampir teriak, ia sadar sedang berada di tempat umum, lalu menunduk lagi.

"Ya sudah, Mom. Habis ini aku kembali bekerja dulu. Bye." potong cepat Shada. Ia memutus sambungan teleponnya sepihak. Ia kesal, namun ponselnya segera berbunyi kembali.

"Apa la—" decak Shada, diikuti oleh kernyitan di dahinya. Ternyata bukan ibunya yang meneleponnya lagi, tetapi Max. Wajahnya kembali sumringah. Ruth hampir terkekeh karena perubahan mood Shada yang begitu cepat.

"Halo, Max." ucapnya antusias.

"Ini aku sedang di kantin, kenapa?"

"Tentu saja aku makan hanya dengan Ruth, siapa lagi?" Shada mengernyit dengan brondongan pertanyaan tunangannya itu. Sejak kapan ia peduli waktu, tempat dan dengan siapa ia makan.

"Cuma itu saja, Max? Kau tidak ingin bergabung dengan kami?"

"Baiklah, selamat bekerja." tandas Shada penuh penekanan, namun masih bisa menahan dirinya. Ia sangat kesal dengan ibunya dan Max saat ini. Moodnya langsung meluncur jatuh bebas tak terkendali.

♡♡♡

Sementara itu, Max tenggelam di tengah kesibukan tumpukan dokumennya. Dari tadi ia hanya membolak-balikan beberapa lembar kertas di dalam map, tak bisa fokus membaca bahkan mempelajarinya. Lantas ia banting keras map tersebut ke meja depannya. Ia lalu menarik napas gusar dan membuangnya kasar.

Sejak kejadian hari itu, tiap malam ia tak bisa tidur memikirkan bagaimana bisa Shada mengkhianatinya. Ia telah mengenal gadis itu sejak berusia 11 tahun, dimana Shada pertama kali menginjakkan dirinya di Toronto ini. Lalu mereka memulai berpacaran waktu kelas 1 sekolah menengah atas, saat mereka akhirnya memiliki kesempatan bersekolah di satu gedung yang sama.

Ia sangat geram dengan sikap Shada yang justru malah menutupinya. Padahal, ia tahu, ia sangat mencintai Shada. Di hidupnya selama ini hanya ada Shada, tidak ada yang lain. Itulah alasan kenapa ia segera memberanikan diri untuk melamar Shada dua bulan yang lalu. Hari-hari dimana aksi bertunangan Shada belum mendapat dukungan sepenuhnya dari kedua orang tuanya, meskipun mereka sangat memberikan support baginya untuk bersama Shada. Hal ini dikarenakan, ayahnya ingin Max fokus pada perusahaannya. Tak bisa dipungkiri jika suatu saat nanti ia akan diangkat menjadi presdir di Holy Food, menggantikan posisi ayahnya. Selain itu, kedua orang tua Shada yang semakin hilang komunikasi dari mereka juga menjadi salah satu alasan kenapa Max dinilai terlalu terburu-buru bertunangan dengan Shada.

Tak bisa seperti ini, ia harus segera bertindak untuk mengawasi Shada. Ia ingin tahu sejauh mana ia telah mempermainkan hubungan ini. Dengan lincah ia mengambil ponselnya. Ia mengetikkan sebuah nama yang akan ia hubungi.

"Halo, aku butuh kau."

♡♡♡

Langit semakin petang. Shada tak sabar untuk menunggu gelapnya malam. Tidak, lebih tepatnya ia tak sabar menunggu sosok itu kembali. Ia lalu segera turun dari bednya, ia menyusuri dinginnya lantai kamar dan sengaja membuka pintu yang berhubungan langsung dengan balkon minimalisnya kembali.

Setelah itu, ia menyibukkan dirinya terpaku pada layar monitor laptopnya. Angin berembus memeluk kulit Shada yang meremang. Berhasil meliukkan korden di kamarnya dengan kencang.

"Shada.. "

Suara berat, dalam dan maskulin ini. Demian. Shada terkesiap lalu menoleh pada sumber suara.

"Kau sedang menungguku?" suara lembut Demian kembali menghanyutkan Shada. Ia tengah berdiri di bibir pintu.

Shada tercekat dengan suaranya sendiri, tenggorokannya kering seketika. Demian semakin melangkah tegas menghampirinya yang diam terpaku di atas bednya.

Sedangkan Max dengan lincah memutar kemudi mobilnya. Petang ini ia berencana untuk pergi ke rumah Shada. Sudah lama ia tak melihat ke dalam rumah Shada. Dan tentu saja, ia akan mencari bukti untuk menguatkan statementnya. Kini tinggal beberapa meter lagi untuk sampai di rumah kekasihnya itu.

Demian semakin mendekat, sekarang jarak wajah mereka hanya 15 cm saja. Bahkan, Shada bisa merasakan sapuan napas hangat Demian. Ia semakin terpesona melihatnya dari jarak yang sedekat ini.

Demian lalu menempelkan bibirnya pada bibir Shada, menatap jauh ke dalam manik mata Shada, ingin melihat bagaimana reaksinya. Namun, Shada bergeming, karena ia memang menginginkan itu.

Demian mengulum bibir tipis Shada, menikmati setiap lumatannya. Sedangkan Shada memejamkan kedua mata, merasakan bagaimana candunya bersatu dengan bibir sosok tidak nyata ini. Ia lalu membalasnya sampai tak dengar ada suara deruman mobil di bawah kediamannya.

Ponsel Shada berdering keras. Demian merasa terganggu, dengan cepat diraihnya ponsel yang kebetulan berada di dekatnya. Ia mengernyit melihat nama Max di layarnya. Dengan kesal menerima panggilan itu.

"Halo, Sayang. Aku sekarang sudah ada di depan rumahmu."

- Bersambung..

Bab terkait

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   5. Hasrat yang Menyatu

    Shada mendelik melihat ponselnya sudah berada di tangan Demian. Meskipun tak membacanya dengan cermat, tapi sekilas ia sudah mampu menangkap siapa yang telah meneleponnya itu."Halo, Sayang. Aku sekarang sudah ada di depan rumahmu."Shada terpegun, lalu dengan cepat meraih ponselnya kembali, sebelum Demian menjawab teleponnya."Ha-halo, Max." jawab Shada dengan suara bergetar. Tidak bisa seperti ini, ia harus segera menyembunyikan kegugupan yang tengah ia rasakan. Ia pasti bisa."Sayang, kau mendengarku? Aku sudah berada di depan rumahmu. Bolehkah aku langsung masuk? Atau kau yang akan membukakan pintu untukku?" desak Max semakin membuat Shada buncah.Bagaimana ini? Pikirnya cepat. Sedangkan di dalam sini, di kamarnya, masih ada seorang pria yang tidak dikenalnya. Meskipun bukan manusia, pasti Max yang adalah pria normal, marah besar kepada Shada. Yang lebih beratnya lagi, hal ini tidak boleh sampai menggagalkan rencana pernikahan mereka. Ia lalu menatap Demian yang sudah merah padam.

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-11
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   6. Ingin Lebih Mengenalmu

    Max menggendong Shada di pelukannya. Ia lalu dengan perlahan mendaratkan tubuh Shada di tempat tidur yang didominasi oleh warna pastel itu. Ia membelai lembut wajah Shada. Ia pandangi wajah cantiknya kemudian mendorong bibirnya memagut bibir Shada. Mereka saling mengulum lembut, terlihat menikmati momen milik bersama.Dengan pelan, tangan Max menjelajahi tubuh Shada kembali. Ia mengeksplorasi tubuh halus yang ada di bawahnya. Kedua tangannya menelusuk ke dalam kaos Shada, menggerayangi kedua dada yang menggembung itu.Sedangkan Shada terlihat menikmati setiap sentuhan Max yang dilayangkan untuknya.Kini tangan Max sudah berada di balik bra, bermain-main di kulit polos Shada.Max sontak melepas ciumannya, dengan cepat segera melepaskan kaos ketat yang dipakai wanita tersebut. Dilihatnya pemandangan menggoda yang menyembul di balik bra berenda coklat yang sangat menawan.Ia tak sabar, segera ia singkap bra itu dan membebaskan pemandangan indah di dalamnya."So beautiful," kagum Max tetap

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   7. Bukan Manusia

    Kedua mata Ruth mengerjap tak percaya setelah mendengar apa yang baru saja Shada katakan. Ia tergagap dan terlihat kelimpungan."Apa maksudmu, Shada?" tanya Ruth meminta penjelasan kepada Shada. Kedua mata bronze terang Ruth semakin lama terlihat semakin gelap."Maksudku, aku sadar bahwa selama ini aku belum pernah mendengar tentang keluarga maupun kisah cintamu, Ruth," runtut Shada serius. Ia mengamati bagaimana reaksi sahabatnya itu. Juga kedua matanya.Sadar tengah diamati oleh Shada, Ruth segera menunduk membenamkan kedua wajahnya. Ia terlihat sedang mengendalikan dirinya saat ini. Beberapa detik kemudian, ia kembali menghadap Shada."Tentu, aku akan menceritakan kepadamu, Shada. Maafkan aku," ungkap Ruth seraya meraih kedua tangan Shada, dan menggenggamnya erat ke dalam jemarinya.Shada hanya mematung melihat sikap Ruth. Ia tetap menatap jauh ke dalam manik mata wanita itu yang kini berubah menjadi terang kembali."Sumpah, aku memang berencana untuk menceritakan semuanya kepadamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   8. Perihal Dusta dan Curiga

    Pria bermata perunggu terang itu dengan hati-hati meneliti wanita cantik yang ada di sampingnya. Setelah ia mengucapkan siapa sebenarnya dirinya, ia takut kalau Shada akan langsung menjauh. Ia tak mau itu terjadi.Pengakuan itu akhirnya terlontar bebas dari mulut Demian. Ia lega sekaligus kalut, tidak terlalu siap dengan bagaimana setelah ini wanita di sampingnya akan meresponnya.Sementara Shada hanya diam mematung. Wajahnya memucat. Ia tak terlalu yakin dengan apa yang baru saja Demian ungkapkan.Vampir? Berarti dia seorang pembunuh? Batinnya meraung bertanya.Sekarang Shada tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Setelah mendengarkan jawaban yang ditunggu, justru ia malah takut kalau reaksinya akan menyinggung Demian.Kaki Shada bergetar. Demian melirik kaki Shada sekilas lalu tertawa."Kau takut, Shada?" Demian bertanya selembut mungkin agar wanita di sebelahnya tidak mendadak berlari sambil berteriak."Kau pernah membunuh manusia?" ucap Shada setelah berhasil mengumpulkan kembali ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   9. Karyawan Baru

    Tiba-tiba dunia Shada berputar. Ia tidak salah dengar kan? Jadi, Max semalam berada di depan rumah? Bodoh kenapa dia tidak menyadarinya?! Rutuk Shada dalam hati.Shada menggigit bibirnya. Bingung harus menjawab apa. Detik ini, ia semakin gugup melihat Max yang sudah merah padam. Shada membuka mulutnya hendak berbicara ketika seorang wanita masuk ke dalam ruangan."Selamat pagi. Maaf saya karyawan baru di sini. Mohon bantuannya," sapa karyawan baru itu membuat Ruth langsung membuang muka dan mengalihkan pandangannya kembali ke meja kerja. Tidak seperti kebanyakan orang di ruangan itu yang justru hampir semua memperhatikannya.Wanita tersebut mengulas senyum manis. Tubuhnya tinggi semampai bak model yang terbiasa berlenggak-lenggok di atas karpet merah. Ia bermata coklat dengan kulit yang sangat eksotis. Rambut gelombang warna coklat peanut tergerai panjang. Sekarang ia mengenakan bodycon dress yang agak terbuka di bagian dadanya, melekat pas dan memamerkan dengan jelas lekuk tubuhnya. D

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   10. Terima Kasih

    Air mata Shada terus mengalir menganak sungai. Shada terisak dan sesenggukan. Bahunya terlihat bergerak naik turun."Kenapa, Mom?" tanyanya dengan suara yang masih bergetar. Setelah itu yang ia lakukan hanya menangis dan mendekap bibirnya dengan tangan, agar suara tangisannya tidak keluar.Ibunya yang ada di seberang telepon menjelaskan panjang lebar. Tapi Shada tak mendengar apapun, ini terlalu menyakitkan bagi dirinya. Selama ini ia sudah hidup sendiri, kedua orang tuanya sibuk bekerja di luar negeri. Shada pikir selama di luar negeri keduanya terus menerus berhubungan dan menjalin komunikasi dengan baik. Nyatanya, mereka sama-sama tidak memedulikan satu sama lain, apalagi Shada. Mereka hanya mengejar kebahagiaannya sendiri."Jangan bicara denganku lagi, Mom! Selama ini aku sudah cukup hidup sendiri! Aku bisa hidup tanpa kalian! Jangan hubungi aku lagi!" teriaknya di tengah tangisnya.Shada memutus sambungan teleponnya sepihak. Tangannya mematikan telepon dengan cepat. Sebelum itu,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   11. Mengawasi Pria Pucat

    Max segera mengambil jasnya yang tersampir. Ia turun dan menuju tempat parkir. Mobilnya melesat cepat membelah jalanan besar Toronto. Ia mengemudi dengan menekan jidatnya yang terasa berdenyut-denyut, berpikir keras dimana keberadaan Shada sekarang. Sesekali mengedarkan pandang ke trotoar dan tepi jalan, berharap segera menangkap sosok Shada.Di ujung kefrustasiannya, Max melihat sekelebat wanita yang nyaris seperti Shada. Ia memelankan laju mobil seraya mengamatinya. Rambut pendek lurus berwarna coklat tua. Wanita itu mengenakan setelan blouse dan rok formal yang hari ini dikenakan oleh Shada.Di samping wanita tersebut berjalan seorang pria tinggi berkulit putih pucat, rambutnya cepak hitam legam. Dengan tangkas, Max meminggirkan mobil dan mengeremnya hingga berdecit panjang.Terlihat dua orang yang tengah diamati Max tersebut menoleh serempak namun hanya sekilas. Max menangkap bahwa itu Shada. Ia lalu segera turun dari mobil, menutup pintunya dengan keras dan menghampiri mereka."S

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-28
  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   12. Teringat Sesuatu

    Mereka saling merasakan bagaimana candu bibirnya masing-masing. Tangan Demian dengan lihai mengelus paha putih Shada, perlahan bergerak mulai masuk ke dalam balutan handuk tipisnya. Tubuh Shada berdesir ketika tangan Demian bermain di sana. Ia mengerang pelan di tengah ciuman mereka.Shada mulai kehabisan napas. Kemudian ia melepaskan tautan bibirnya. Ia mengatur napasnya yang terengah-engah lalu bicara."Demian, cukup," pinta Shada melihat wajah Demian yang sarat akan hasrat.Demian menatap Shada dalam, tangannya berhenti bermain di sana namun dengan pasti mulai merangkak naik, menelusuri tubuh polos Shada di balik handuknya.Shada menikmati setiap sentuhan lembut tangan kekar Demian yang ditujukan untuknya. Ia pandangi paras tampan di depannya sekarang, sangat menyenangkan baginya.Mula-mula tangan kokoh itu mengusap pelan perut Shada yang rata. Lalu naik menyapu kedua payudara Shada. Tangan Demian menangkup salah satu payudara kemudian meremasnya pelan, membuat Shada mengerang."Ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   106. EXTRA PART ( ꈍᴗꈍ)

    "Aku akan menamakannya Zendaya," ungkap Jennifer sembari memandangi bayi perempuan mungil bermata biru di rengkuhannya. "Zendaya yang berarti bersyukur. Aku sangat bersyukur punya kau, Sayang." Jennifer mencolek puncak hidung kecil sang bayi yang kemudian tertawa. Ariana yang berada di samping Jennifer hanya menghela napas. Hatinya agak nyeri mendapati bayi itu lebih mirip dengan si ayah. Apalagi kenyataan bahwa bayi itu lahir tanpa dampingan sosok ayah. Karena tak ada respon dari bibir Ariana lantas membuat Jennifer mendongak. Senyum di bibirnya hilang seketika tatkala mengerti arti guratan di wajah ibunya. Bagaimanapun, Jennifer berusaha tegar juga selama ini. Terutama saat mendengar berita tentang kematian Max tepat satu tahun yang lalu. "Pokoknya, aku akan menamainya Zendaya, Mom. Zendaya Painter," putusnya kemudian. "White," celetuk tiba-tiba sosok pria yang berderap masuk. "Kau harus memakai nama belakang White mulai sekarang." Baik Jennifer maupun Ariana sama-sama mendonga

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   105. Menjadi Bintang Terbaik (TAMAT)

    "Apa yang terjadi?" Darwin berlari membantu memapah tubuh Demian.Begitu juga Ellene, Shada dan Ruth yang akhirnya mendekat. Mimik mereka tampak khawatir."Kita harus segera merawat Demian sebelum keadaannya semakin parah," cetus Ellene."Apa maksudmu?" Darwin mengerutkan keningnya."Darwin terkena virus manusia setengah vampir di tangannya." Ada kegugupan di dalam suaranya.Sontak wajah Darwin menegang. "Kenapa kau tidak bilang dari tadi?!" bentaknya dengan nada tinggi. "Kita bawa ke ruanganku sekarang juga! Ellene tolong segera siapkan ruanganku."Ellene meneguk ludah, kemudian buru-buru berlari mendahului langkah Darwin dan Mike. Shada dan Ruth saling bertukar pandang sekilas, lantas ikut menggiring kaki cepat mengikuti jejak mereka.Ruth lekas mengusap air mata yang sempat menggenang tadi. Sementara kecemasan melingkupi seluruh pikiran Shada saat ini.Sebenarnya apa efek yang ditimbulkan dari virus Leo terhadap tubuh Demian?Tatkala isi kepala Shada sibuk mempertanyakannya, tak te

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   104. Manusia Setengah Vampir Terakhir

    Tonny melangkah turun, lantas menutup pintu mobilnya. Ia melihat sekeliling sambil memasang kacamata hitam di kedua telinganya. Perumahan dengan gang sempit itu lumayan sepi. Biasanya ia menyaksikan satu atau dua anak kecil bersepeda di jalan di perumahan lain. Tetapi ia tak menemukan satu orang pun di sini.Lalu Tonny mulai menggiring kaki menuju suatu rumah yang telah didiktekan kemaren sore. Setelah menemukan rumah tersebut, ia memencet bel.Tak lama kemudian seorang pria muda dengan jaket berleher tinggi warna abu tua keluar. Rambut pria itu tampak tak rapi. Apalagi baju yang sedang dikenakan. Tonny hanya menelan pikirannya heran mengenai anak muda di depannya yang cukup berantakan dan sepertinya introvert. Tak seperti sebagian remaja yang bersenang-senang di usia mudanya.Tanpa basa-basi, pria muda tersebut langsung menyodorkan sebuah map cokelat. Mungkin ia kesal karena pandangan yang menginterogasi dari mata Tonny."Ini. Data yang kau butuhkan semua ada di sini," ucapnya dengan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   103. Ternyata Sebuah Legenda

    Sosok yang ada di dalam ruang itu termangu sesaat, kemudian melepas sebuah seringaian yang menyebalkan. Sebelah tangan sisi kanannya langsung bergerak menyembunyikan sesuatu.Namun hal tersebut tak lepas dari pantauan kedua mata awas milik Demian. "Cepat jawab! Apa yang kau rencanakan di sini?!" murkanya.Demian marah memergoki orang lain yang bukan keluarganya masuk ke dalam ruang paling rahasia di rumah ini. Dan sadarlah ia bahwa orang itu pasti sengaja mendekati Ruth untuk tujuan hari ini. Sialnya, Demian tak bisa membaca apapun dari pria di hadapannya sekarang. Bagai sebuah kotak hitam yang tertutup rapat."Kau benar-benar akan mati di sini!" geram Demian tersulut emosi.Mula-mula Leo mengangkat kedua tangannya yang sudah kosong ke atas kepala. "Eitsss, santai dulu. Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik, bukan?" Salah satu alisnya terangkat, membuat Demian semakin kesal."Langsung bicara intinya. Apa yang sudah kau curi dari ruang ini? Cepat kembalikan atau nyawamu akan melayan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   102. Siapa di Sana?!

    Shada mengerjap cepat. Kedua matanya bergerak bingung dengan kehadiran Ruth di sana. Bukan hanya itu saja, Ruth juga membawa serta Leo di rumah keluarga Elliot.Bukannya Shada lupa jika Ruth juga merupakan anggota keluarga itu. Tetapi Ruth bahkan belum bercerita kalau wanita tersebut juga kemari.Tidak, Ruth tidak salah. Shada sendiri tidak cerita bahwa dirinya akan pergi ke rumah keluarga Elliot pagi ini.Dengan mulut yang masih ternganga, Shada menunjuk Ruth dan Leo secara bergantian. "Kalian…"Ruth tergelak, kemudian maju selangkah mendekati Shada yang masih mematung. Mula-mula ia melebarkan kedua tangannya riang."Ya, kami di sini! Hahaha, maaf telah mengejutkanmu, Shada!" kikik Ruth dengan mendaratkan sebuah tepukan di bahu Shada.Shada masih terpegun. Kemaren Ruth memang mengutarakan jika Leo dan wanita itu akhirnya resmi menjalin hubungan. Namun menyaksikan mereka berada di rumah Elliot pagi ini sangat mengejutkannya.Jangan bilang jika Ruth membawa Leo kemari karena akan melanj

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   101. Surprise!

    "Kenapa kau ada di sini?!" Ruth menggeser tubuh menjauh, meski sekarang kedua kakinya hanya menapak pada lonjor besi yang melintang di pembatas balkon. Matanya melotot tak percaya."Sudah kubilang kan, aku mencintaimu." Ada getaran di suara pria tersebut.Buru-buru Ruth menggelengkan kepala. "Tidak! Tidak mungkin! Sekarang kau sudah tahu siapa aku sebenarnya! Menjauhlah dariku!"Leo yang ada di hadapannya justru mendesah berat. Ia menunduk singkat dan memperbaiki posisi kacamata, lantas mendongak menatap Ruth demi meyakinkan wanita itu."Lalu kenapa kalau kau vampir? Aku bahkan tidak peduli," lirihnya kemudian."Kau harusnya peduli! Aku tidak mungkin bisa bersama manusia, apalagi kau!" balas Ruth agak histeris. Maklum, ia masih terpukul dan terlewat sedih."Tidak. Kau juga belum mengenal baik aku. Mari kita hidup bersama, Ruth." Mula-mula Leo mengulurkan tangannya kepada Ruth.Ruth mengerjapkan kedua matanya cepat. Napasnya tiba-tiba sesak dan berat. Tidak, tidak mungkin semudah ini.

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   100. Jangan Mendekat!

    Max berjalan cepat menuju kantin. Lebih tepatnya ia sedang mencari seseorang di sana. Barusan ia mendatangi Leo di ruangan pria tersebut, namun hasilnya nihil. Max tak mendapati Leo.Setelah beberapa karyawan memberitahu jika Leo pergi bersama Ruth, amarah Max tersulut begitu saja. Ia yang tadinya fokus mencari Leo jadi terganggu setelah mendengar nama Ruth masuk ke dalam gendang telinganya. Kenyataan bahwa Ruth menghalangi rencananya dengan mengambil CCTV, apalagi wanita itu bukan manusia. Melainkan sosok monster seperti Demian yang paling ia benci.Sesudah kedua mata birunya berhasil menangkap orang yang ia cari, maka Max bertekad kuat melangkah menghampiri mereka.Lalu tiba-tiba netranya terganggu dengan adegan Ruth yang mencium sebelah pipi Leo. Langkah Max sempat terhenti karena terkejut.Apa mereka memiliki hubungan khusus? Batinnya bertanya-tanya.Max semakin mengeratkan kepalan tangan di sisi tubuhnya. Selama ini kinerja Leo baik dan ia sangat menyukai pekerjaan pegawainya itu

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   99. Ruth Menarik Dendam

    Shada mendongak, lalu berusaha menahan sikap ibunya tersebut. "Aku rasa apa yang dikatakan Demian pasti ada benarnya.""Mari kita dengarkan penjelasan Demian sampai akhir," imbuhnya sambil terisak.Malta sedikit mendengus kesal. Perkataannya dipotong seenaknya oleh anaknya sendiri. Shada dan Malta kemudian menatap Demian lagi. Memberi kesempatan pada pria itu untuk melanjutkan ceritanya.Sejenak Demian menyelisik mimik wajah dua wanita di hadapannya. Ia sedang mencari tahu apakah Shada dan Malta bisa percaya padanya."Aku dan nenek sempat mengalami perdebatan panjang. Aku menolak, sementara nenek bersikukuh dan selalu membujukku. Apalagi waktu itu aku adalah vampir baru, jadi butuh niat serta keyakinan yang kuat untuk menolaknya. Meskipun secara batin dan mental sangat menyiksa."Demian menggeleng, lantas meraup oksigen sebanyak-banyaknya dari sekitar. Kedua matanya sudah panas akibat air mata yang mendesak keluar lagi."Kemudian, tiba-tiba hatiku merasa iba melihat kesakitan yang ter

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   98. Dasar Pembunuh!

    Demian melangkah mendekat. Dengan tatapan nanar, ia memandang Shada melalui kaca jendela dengan sedih."Shada, aku mau bicara," ucapnya.Meskipun keduanya sama-sama tak bisa mendengar dengan jelas akibat terhalang oleh kaca jendela yang membuatnya kedap suara, tetapi baik Shada maupun Demian dapat mengerti melalui membaca gerak mulut mereka masing-masing.Shada menggeleng kuat-kuat. Ia meyakinkan diri sendiri bahwa ia tak mau bertemu dengan si pembunuh neneknya. Shada masih kecewa dengan sikap Demian yang tidak terus terang kepadanya. Apalagi, pikirannya mengatakan bahwa Demian selama ini mendekatinya hanya karena rasa bersalah yang dipikul oleh pria itu.Padahal teh chamomile buatan Ruth telah sukses membuatnya lebih rileks. Namun, suara serta kemunculan Demian kembali membuat sekujur tubuhnya kaku dan membeku."Shada, please… kumohon. Sepertinya ada yang salah. Kenapa kau pergi dariku?" paparnya memelas.Shada hanya membisu, menggeleng dan menatap tajam ke arah Demian. Setelahnya wa

DMCA.com Protection Status