Lokasi pesta pertunangan berada di halaman depan rumah. Meja-meja bulat dan kursi tersusun dengan rapi di sisi kiri dan kanan. Sebuah panggung kecil dengan dekorasi bunga bernuasa putih dan emas berada di depan tamu undangan. Bergeser ke samping kanan, alunan nada indah terdengar dari grup musik.Satu per satu tamu memasuki lokasi acara. Mobil mewah berjajar dengan sangat rapi. Para undangan membaur satu sama lain, saling bercengkerema. Para pelayan tampak sibuk membawa dan menata serta menghidangkan makanan dan minuman.Rebecca tengah menuruni tangga bersama Susan. Ia mengamati penampilannya dari kamera ponsel. “Aku semakin tegang saja.”“Dari sudut manapun kau tampak sangat sempurna, Rebecca.” Susan tersenyum, merapikan gaun Rebecca. “Sudah saatnya kita menemui para tamu. Mereka pasti akan sangat terkesima melihat penampilanmu sekarang.”Rebecca menghubungi Ethan. “Ethan sudah tiba. Aku tidak sabar bertemu dengannya. Dia pasti akan sangat terkejut.”“Tentu saja.” Susan menoleh ke la
Semua orang terkejut ketika melihat sebuah helikopter di atas lokasi acara. Angin berembus semakin kencang bersamaan dengan helikopter yang terus terbang menurun.Dedaunan bergoyang ke kiri dan kanan, disusul gelas-gelas, botol-botol, dan vas bunga yang berjatuhan. Semakin dekat helikopter dengan lokasi, semakin besar juga yang angin yang berembus. Para tamu mulai menjauh setelah kursi dan meja berjatuhan hingga terbalik. Suasana bahagia mendadak berubah panik dan penuh tanya.Susan menatap heiokopter tanda berkedip, menoleh lokasi acara yang hancur berantakan. “Brengsek! Apa semua ini adalah ulah Caroline?”Ethan dan Rebecca sangat terkejut hingga mereka hanya diam di atas panggung di saat para tamu menjauh dari lokasi.“Caroline!” Rebecca mengepalkan tangan erat-erat setelah sadar dari keterkejutan. “Dia pasti sengaja menghancurkan acaraku!”Ethan tersenyum kecut. Ia marah sekaligus semakin penasaran dengan Caroline. Jika wanita itu mampu menyewa sebuah helikopter, itu pertanda jika
Para tamu mulai berkumpul di lokasi acara, berbisik-bisik dan bertanya-tanya. Mereka mendengar jika Caroline berprilaku buruk selama ini pada Rebecca dan Susan. Akan tetapi, beberapa di antara mereka justru bertanya-tanya soal penampilan Caroline, mobil-mobil mewah dan helikopter yang datang bersama wanita itu.“Jangan berbohong, Caroline! Ayahmu sangat menyayangi Rebecca, dan dia tidak mungkin memerintahkanmu untuk menghancurkan pesta pertunangannya.” Susan tiba-tiba menangis. “Caroline, kau sangat keterlaluan. Kenapa kau selalu bertindak kasar padaku dan Rebecca, padahal kami sangat menyayangimu?”Rebecca menatap tajam Caroline, berpura-pura menenangkan ibunya. “Caroline, kau membuat ibuku menangis, dan aku tidak menerima hal itu. Kau harus mengganti rugi semua biaya kerusakan pesta pertunanganku dan Ethan, lalu meminta maaf dengan tulus. Jika tidak, aku—”“Apa yang akan kau lakukan padaku, Rebecca? Apa kau akan menyeretku ke penjara?” tanya Caroline dengan tenang.“Caroline, kenapa
“Ethan!”Sepuluh wanita cantik tiba-tiba memasuki lokasi acara, menerobos kerumuan para tamu, menatap penuh amarah. Semua tamu sontak terkejut, terutama Ethan, Rebecca, dan Susan.“Luna,” gumam Ethan ketika melihat wanita itu berada di kerumunan kekasih-kekasihnya. “Kenapa dia dan kekasih-kekasihku yang lain bisa berada di tempat ini?”Ethan menoleh pada Caroline yang tengah tersenyum lebar. “Brengsek! Caroline pasti mencari tahu soal Luna setelah kejadian di outlet tempo hari. Dia juga mengirimkan orang-orangnya untuk mengawasiku selama ini.”“Ethan, siapa mereka?” tanya Rebecca dengan tatapan tajam. “Apa mungkin mereka—”“Kami adalah kekasih Ethan!” teriak Luna seraya mendekat.“Apa?” Rebecca menarik-narik tangan Ethan. Dadanya semakin bertambah sesak jika pengkhianatan ini adalah kenyataan. Ia sangat mencintai dan mempercayai Ethan sehingga ia memutuskan untuk mengikat hubungan mereka dengan pertunangan meski pada awalnya hanyalah cara untuk membuat Caroline keluar dari rumah.“A-a
Caroline tersenyum lebar. “Layla, bawa aku pergi dari tempat ini secepatnya. Aku sudah cukup puas melihat penderitaan mereka.”“Baik, Nona.” Layla segera memberi perintah.Caroline berjalan memasuki helikoper, melirik ke belakang, tertawa ketika melihat Rebecca berlari ke arahnya. “Ini baru permulaan, Rebecca.”“Caroline!” Rebecca tiba-tiba terjatuh hingga terbaring di rerumputan. Ia tercenung selama beberapa waktu, menatap semut yang berjalan di atas rerumputan. Seketika saja bayangan kebahagiannya ketika akan menyambut pesta pertunangan berlarian dalam pikirannya.“Rebecca!” Susan bergegas mendekat, menatap helikopter yang mulai bergerak. Ia terdorong hingga berguling-guling karena embusan angin kencang.Caroline mengembus napas panjang, tersenyum penuh kepuasaan dan kebahagiaan. Ia melihat barang-barang berterbangan karena angin. “Semua rencanaku berjalan sempurna. Ini benar-benar hari bahagiaku.”Rebecca dan Susan terus berguling-guling karena angin. Beberapa bawahan mereka berusa
“Dasar wanita gila! Setelah dia menghancurkan pesta pertunanganku dan mempermalukan kita di hadapan semua orang, sekarang dia juga mengirim pencuri sialan ke rumah kita!” Rebecca berteriak geram, mengepalkan tangan erat-erat.“Kembalilah ke kamarmu, Rebecca. Aku akan melihat siapa pencuri itu. Aku harus mengorek informasi darinya.” Susan bergegas menuruni tangga.“Aku akan ikut bersamamu, Bu.” Rebecca bergegas menyusul.Susan dan Rebecca memasuki gudang belakang. Para penjaga tengah mengelilingi seorang pria yang terikat di kursi dengan kondisi wajah babak belur. Darah mengalir dari kaki si pencuri.Susan mendekat, menarik dagu si pencuri. Ia terkejut ketika menyadari siapa pencuri itu. “Dasar brengsek! Kenapa kau mencuri di rumahku, rentenir tua sialan?”“Apa?” Rebecca terkejut, mendekat pada Susan, mengamati pencuri itu lekat-lekat. “Dia memang si rentenir tua.”“Siapa yang kau panggil rentenir tua, brengsek? Aku tidak setua yang kau pikir!”Susan menamparkan si rentenir tua dengan
“Astaga.” Caroline tercenung selama beberapa waktu di kasur. Pikirannya mulai mereka beragam kejadian yang membuat kepalanya pening. Ketika menyentuh dadanya, ia merasakan debaran kencang yang menggila. Menoleh ke arah cermin, wajahnya memerah seperti buah ceri.“Astaga.” Caroline terus mengatakan hal yang sama untuk beberapa kali. “Ba-bagaimana caranya Eric membawaku ke kamarku? Ke-kenapa dia melakukannya?”“Nona Caroline, apa Anda baik-baik saja?” tanya Layla.Caroline tidak menggubris perkataan Layla. Ia terus terdiam dan tenggelam dalam pikirannya sehingga tidak sadar jika Layla memanggil dokter untuk memeriksanya.“Suhu tubuh Anda sedikit panas, Nona. Anda sebaiknya beristirahat,” ujar Dokter.“Hei, apa yang kau lakukan?” tanya Caroline kebingungan, “Layla, kenapa dia ada di kamarku? Aku tidak menyuruhnya masuk.”“Anda tidak meresponsku sebanyak lima kali, Nona. Untuk itu, aku memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Anda,” jelas.Caroline berdiri dari kasur, menahan jengkel dan
Caroline dan Eric bertemu di meja makan untuk sarapan.Caroline terbaring selama beberapa waktu di karpet setelah melihat video yang dikirimkan Eric hingga ia tertidur di sana. Begitu bangun, ia seketika mengumpat Eric dalam hati.Caroline menatap sinis Eric, tidak ingin bicara dengan pria itu. Akan tetapi, Eric tampak tenang dan bersikap seolah tidak terjadi apa pun.“Aku sudah mengirim detail mengenai acara pertemuan, aturan pertemuan, informasi anggota keluargaku. Kau bisa mempelajarinya setelah sarapan,” ujar Eric.“Kau tahu, aku tidak ingin mendatangi pertemuan keluargamu,” ketus Caroline.“Aku pun tidak ingin mendatangi pertemuan keluarga itu. Aku … sejujurnya tidak terlalu dekat dengan mereka. Mereka tidak menyukaiku, begitupun denganku. Meski begitu, mereka selalu senang setiap kali pertemuan keluarga diselenggarakan.”“Bukankah mereka tidak menyukaimu?” tanya Caroline.“Mereka memang tidak menyukaiku, tetapi mereka sangat senang bisa bertemu denganku karena mereka bisa menghi