Pukul 23.00, Abizar mengemudikan mobilnya menuju sebuah club malam untuk bersenang-senang. Tempat favorit yang selalu ia datangi jika pikirannya sedang kacau atau merasa lelah.
Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil yang Abizar kendarai sampai di tempat tujuan. Ia keluar mobil dengan wajah khas yang ia miliki, dingin dan datar. Seketika Abizar mendapat sambutan hangat dari para perempuan yang melihatnya. Siapa yang tidak ingin memiliki Abizar, seorang Ceo ternama serta memiliki berbagai cabang di berbagai Negara! “Abizar!” lirih seorang perempuan Perempuan itu tersenyum smirk. Ia berjalan mendekat ke arah Abizar dengan senyuman manisnya. Perempuan itu menggeser semua perempuan yang mencoba mendekati Abizar. “Sayang!” sapa Sania “Kamu ke sini juga?!” Dengan tiba-tiba Sania mengalungkan kedua tangannya di leher Abizar sembari tersenyum manis. Tidak ada senyum di bibir Abizar, yang ada hanya tatapan dingin dan datar. “Kamu mau ngapain ke sini?” tanya Sania “Bukan urusan kamu!” “Aku tahu. Em.. Karena kamu sudah ada di sini gimana kalau kita bersenang-senang malam ini?” Abizar menunduk menatap wajah Sania dengan tatapan dingin. Ia mengakui Sania terlihat begitu cantik malam ini, dan selalu cantik. Teringat dengan perselingkuhan Sania membuat Abizar mencoba untuk melepaskan tangan perempuan itu, tapi Sania justru semakin mempererat pelukannya. “Kenapa mau dilepas, Bi?” tanya Sania “Lepas!” Sania menggelengkan kepalanya. “Aku nggak mau.” “Duduk di sana, yuk!” kata Sania sembari menunjuk sebuah meja bar “Mau?” “Hmm,” Sania tersenyum mendengar jawaban Abizar. Meskipun tatapan dan suara Abizar terdengar dingin tidak membuat seorang Sania menyerah sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan. Sania duduk di pangkuan Abizar membuat laki-laki itu terkejut. “Ck, duduk di kursi!” kata Abizar “Aku mau seperti ini, Bi.” Abizar menghela nafas kasar. Ia menyandarkan tubuhnya membiarkan Sania duduk di pangkuannya. Abizar memejamkan mata, dan tiba-tiba ia merasakan elusan lembut di dada bidangnya, sontak hal itu membuat Abizar langsung membuka mata. Abizar menahan kedua tangan Sania sembari menatapnya lekat. “Jangan melakukan apapun Sania!” desisnya “Kenapa, Bi? Bukankah kamu datang ke sini untuk bersenang-senang! Aku sudah siap kok.” Abizar menggelengkan kepalanya sembari tersenyum smirk. Ia sama sekali tidak tertarik dengan Sania, apalagi hubungan mereka sudah lama putus. “Jangan berharap lebih! Aku sudah tidak menyukaimu lagi, Sania.” Tanpa sepengetahuan Abizar, Sania mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. Ia benci dengan perkataan Abizar barusan. Sania tersenyum menunjukkan senyuman manisnya meskipun dirinya saat ini ingin marah. Ia mengelus pipi Abizar dengan lembut berharap laki-laki itu luluh padanya. Abizar justru memalingkan wajahnya tidak ingin menatap wajah Sania. “Oke. Malam ini aku nggak akan ganggu kamu. Kita cuma ngobrol biasa saja.” kata Sania Tidak lama minuman yang mereka pesan datang. Seorang bartender tersenyum penuh arti menatap ke arah Sania. Senyumannya menunjukkan sebuah kode jika dirinya telah melaksanakan tugasnya dengan baik. “Minum dulu, yuk!” kata Sania sembari memberikan sebuah gelas pada Abizar Ting “Chirrss.” kata Sania Sania tersenyum smirk ketika Abizar meminum minuman yang ia pesan. Tanpa Abizar ketahui ada sesuatu yang tercampur di dalam minumannya. Ia dengan sengaja melakukan hal itu agar bisa bersenang-senang dengan mantan kekasihnya itu. Sania menaruh gelasnya di atas meja sembari menunggu reaksi minuman yang telah diminum oleh Abizar. “Kita akan bersenang-senang malam ini, Bi!” ucapnya dalam hati “Shitt! Kenapa tubuh gue jadi panas seperti ini?” batin Abizar bertanya-tanya Melihat ada yang aneh dengan sikap Abizar, Sania membuka suaranya. “Kamu kenapa, Bi?” tanya Sania sembari mengelus dada bidang Abizar. Ia sengaja melakukan hal itu. “Bi, kamu kenapa?” “Lepas!” desis Abizar dengan tajam Abizar mencoba untuk tetap berpikir jernih agar tidak terpancing dengan Sania yang ada di dekatnya. Sania justru semakin gencar menggoda Abizar. Ia beralih duduk di pangkuan Abizar sembari mengalungkan kedua tangannya di lehar laki-laki itu. “Shitt!” umpat Abizar “Kamu kenapa, sih? Kenapa…” Cup Abizar lepas kendali. Ia tiba-tiba mencium bibir Sania membuat perempuan itu terdiam, tidak melanjutkan perkataannya. Sania tersenyum manis menikmati ciuman Abizar. Ia begitu merindukan sentuhan Abizar. Ciuman Abizar turun ke leher jenjang Sania dengan sesekali menggigitnya pelan serta meninggalkan bekas kemerahan di leher perempuan itu. “Sshh..” ringis Sania “Abizar..” lirih Sania sembari memejamkan matanya kuat Sentuhan Abizar membuat Sania lepas kendali. Sania mencengkram kuat rambut Abizar melampiaskan apa yang ia rasakan saat ini. Keduanya saling menikmati apa yang mereka lakukan. Abizar tidak bisa mengendalikan tubuhnya karena obat yang telah tercampur di dalam minumannya. Abizar kembali menggigit leher jenjang Sania membuat perempuan itu tidak bisa berpikir jernih. Sania menangkup wajah Abizar sembari menatapnya dengan tatapan sayu. “Jangan di sini, Bi!” lirihnya “Aku sudah nggak tahan, Sania.” Abizar menggendong Sania ala bridal style membawa perempuan itu ke suatu tempat. Sania tersenyum manis. Rencananya benar-benar berhasil menaklukan seorang Abizar. Abizar membawa Sania masuk ke dalam sebuah kamar, tidak lupa ia mengunci pintu agar tidak ada yang bisa masuk. Abizar membaringkan tubuh Sania di atas kasur dengan hati-hati lalu menindihnya. Mata Abizar terlihat begitu sayu, bahkan ia tidak sadar dengan apa yang dirinya lakukan saat ini. Sania telah menjebaknya. Cup Abizar kembali mencium bibir Sania, tapi kali ini ciumannya sedikit kasar dari sebelumnya. Sania begitu menikmati apa yang dilakukan Abizar, ia benar-benar merindukan sentuhan mantan kekasihnya itu. Ciuman Abizar turun ke leher jenjang Sania lalu menggigitnya pelan membuat perempuan itu meringis kesakitan sekaligus keenakan. “Awss..” ringis Sania “Huhh.. Abizar!” lirih Sania dengan suara seraknya “Sayang, aku benar-benar merindukan kamu.” bisik Sania sembari mencium telinga Abizar Srett Tanpa diduga Abizar merobek pakaian yang dikenakan oleh Sania, hal itu membuat dirinya bisa melihat tubuh Sania sepenuhnya. Sania justru tersenyum manis membiarkan Abizar menatap tubuh indahnya dengan tatapan lapar. Nafas Abizar terlihat memburu tidak beraturan. Ia saat ini mati-matian menahan sesuatu di dalam dirinya. “Abizar…” Cup “Sshh..” ringis Sania “Awss.. Jangan digigit, Bi! Sakit!” lirih Sania dengan suara seraknya Ketika Sania ingin menangkup wajah Abizar dengan cepat laki-laki itu menggenggam kedua tangannya. Abizar tidak membiarkan Sania menghalangi apa yang ingin ia lakukan. Abizar terus menciumi dada Sania dengan sesekali menggigitnya gemas. “Awss..” “Sshh.. Abizar!” lirih Sania sembari memejamkan matanya kuat “Bi, pelan-pelan gigitnya! Sakit!” “Sstt.. Tapi nikmat, kan?” ucap Abizar tanpa sadar Sania tersenyum sembari menikmati setiap sentuhan yang dilakukan Abizar. Tanpa Abizar sadari ada sebuah kamera yang saat ini sedang merekam aktivitas mereka. Sania dengan sengaja memasang kamera tersebut untuk ia pergunakan agar Abizar bisa kembali padanya. Srett Abizar kembali merobek pakaian Sania, hal itu membuat pakaian Sania benar-benar rusak. Di depan mata Abizar saat ini ia bisa melihat tubuh indah Sania. Abizar menatapnya dengan tatapan lapar, ia tidak sadar dengan perbuatannya saat ini karena pengaruh obat. “Indah!” kata Abizar Cup “Sshh..” Abizar melepas genggaman tangannya lalu beralih menyentuh setiap lekukan tubuh Sania. Sania membiarkan apa yang dilakukan Abizar. Ia benar-benar pasrah di bawah kendali Abizar. Kedua tangan Sania sesekali meremas rambut Abizar di saat laki-laki itu menciuminya. Permainan yang dilakukan Abizar membuat Sania tersiksa. Sania benar-benar sudah tidak tahan lagi untuk menahannya. “Abizar.. Stop!” “Sshh.. Lakukan sekarang, Bi!” pinta Sania dengan suara seraknya “Sabar, sayang! Aku masih ingin bermain-main.” “Tapi…” “Sshh..” Sania terus mendesis karena perbuatan Abizar Abizar mengelus perut rata Sania dengan gerakan lembut membuat perempuan itu memejamkan matanya kuat. Abizar benar-benar mempermainkannya. Tangan Abizar bergerak semakin naik dan ia menyentuh buah dada Sania dengan sesekali menciumnya karena merasa gemas. “Sshh.. Abizar, cukup!” “Aku sudah nggak tahan, Bi!” ringis Sania Bukannya berhenti Abizar justru mempermainkan Sania dengan setiap sentuhan yang ia lakukan. Melihat perlakuan Abizar membuat Sania membalikkan posisi mereka. Dengan mudah Sania mengubah posisi mereka dengan dirinya yang saat ini beralih menindih tubuh Abizar. “Aku sudah nggak tahan, Bi!” Cup Sania mencium bibir Abizar, ia akan memulai terlebih dulu karena terlalu lama jika menunggu Abizar. Ia benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Sekarang Sania yang akan memimpin permainan ini. “Bi, setelah ini aku akan jadi milik kamu seutuhnya, begitupun dengan sebaliknya.” “Kita akan kembali bersama, Bi!” ~•~•~Abizar kembali memutar posisi mereka dengan dirinya yang menindih tubuh Sania. Ia mengelus pipi Sania dengan pergerakan lembut membuat perempuan itu memejamkan mata menikmati sentuhan Abizar. Tubuh keduanya menempel sempurna, tidak ada space sama sekali. “Aku menginginkanmu malam ini!” ucap Abizar tanpa sadar Sania langsung membuka mata setelah mendengar perkataan Abizar. Ia tersenyum manis menatapnya. Sania sudah siap menyerahkan tubuhnya pada Abizar, laki-laki yang dicintainya. Ia tidak ingin merasakan penyesalan yang kedua kalinya karena telah melepas Abizar.Sania mengelus pipi Abizar dengan Ibu jarinya. “Lakukan sekarang, Bi! Aku sudah siap.” ucapnya sembari tersenyum manis Abizar tersenyum smirk mendengar jawaban Sania. “Tapi aku ingin melakukan pemanasan terlebih dulu.” “Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, Bi!” Cup“Huhh..” Sania mengatur nafasnya agar tetap beraturan ketika Abizar menciumi lehernya. Hembusan nafas Abizar terasa hangat di lehernya, hal itu membuat sensas
“Sshh..” ringis Abizar Abizar memegangi kepalanya yang terasa sakit dan sedikit pusing. Ia menatap sekeliling karena merasa asing dengan tempatnya saat ini. “Ini di mana?” gumamnya Ketika Abizar ingin bangun ia merasakan sesuatu melingkar di atas perutnya. Ia menunduk untuk melihat apa yang menimpa perutnya. Abizar melebarkan matanya ketika melihat sebuah tangan sedang memeluknya. Ia menoleh ke samping dan betapa terkejutnya ia melihat keberadaan Sania. Deg“Nggak! Nggak mungkin!” gumam Abizar Abizar langsung bangun dan seketika rasa pusing menyerang kepalanya. “Sshh..” ringis Abizar sembari memegangi kepalanya “Enghh..” lenguh Sania Perlahan mata Sania terbuka karena merasa terganggu. Ia mengerjap pelan sembari tersenyum ketika melihat keberadaan Abizar yang sudah bangun lebih dulu darinya. Tidak ada rasa malu sedikitpun yang dirasakan Sania. Ia justru terlihat begitu bahagia karena telah menikmati malam yang begitu panjang bersama Abizar. “Ternyata kamu udah bangun!” gumam Sa
Terlihat seorang laki laki tampan dan gagah berjalan memasuki sebuah lobby perusahaan. Laki laki dengan wajah khas arogan dan gaya angkuh, tapi begitu disegani dan disukai para wanita. Laki laki itu adalah Abizar Bagaskara, putra tunggal dari Haikal Bagaskara dan Astrid Bagaskara. Abizar, Ceo dari Green Larry Corporation. Perusahaan yang didirikan sendiri oleh Abizar. Atas dukungan dari kedua orang tuanya Abizar bisa merintis perusahaan sendiri mulai dari nol. “Selamat pagi, Pak!” sapa para pegawai Abizar hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia berjalan menuju lift yang langsung menuju ke ruangannya. Bukan hanya arogan, Abizar juga terkenal sebagai bos yang dingin. Abizar duduk di kursi kebesarannya, dan tidak lama seseorang memasuki ruangannya begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Seseorang itu adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Kebiasaan!” ucap Abizar “Sorry!” “Lo baru datang?” tanya Bara Sudah biasa bagi Bara memanggil lo-gue d
Aileen tersenyum canggung ketika memasuki ruangan yang di dalamnya ada beberapa orang yang ia yakini mereka semua adalah rekan kerja Abizar. Mereka tersenyum menatap kedatangan Abizar. “Selamat pagi, Pak Abizar!” “Pagi!" Mereka mengernyitkan kening ketika menatap Aileen di belakang tubuh Abizar. Sebelumnya mereka belum pernah melihat perempuan itu di kantor Abizar. Yang biasanya mendampingi Abizar meeting adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Perempuan itu siapa, Pak?” tanya salah satu rekan kerja Abizar “Oh, saya sampai lupa untuk memperkenalkan. Dia sekretaris baru saya, namanya Aileen!” “Lalu Pak Bara?” “Dia masih tetap menjadi sekretaris saya!” Mereka semua mengangguk mengerti. Ada rasa heran dalam diri mereka ketika seorang Abizar memilih seorang perempuan untuk dia jadikan sekretaris pribadinya. “Bisa kita mulai meetingnya?” tanya Abizar “Bisa, Pak.” Jantung Aileen berdebar kencang ketika meeting akan segera dimulai. Bukannya
Abizar menjauhkan wajahnya ketika tersadar dengan apa yang dirinya lakukan barusan. Ia menepuk kedua pipinya berulang kali, tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan barusan. “Astagaa. Apa yang gue lakuin? Sadar Abizar!" gumamnya sembari menggelengkan kepalanya berulang kali. “Untung saja perempuan itu nggak kebangun!” Entah alasan apa yang Abizar gunakan jika sampai Aileen terbangun dari tidurnya. Abizar memegang dadanya yang tiba tiba berdebar kencang setelah mencium bibir Aileen, tanpa perempuan itu sadari. Ia mengusap wajahnya kasar, mencoba melupakan kejadian yang baru saja ia lakukan pada Aileen. “Bego lo, Abizar!” gumamnya Meskipun Abizar terus menggerutu tapi ada rasa bahagia tersendiri di hatinya ketika mencium bibir Aileen. Ia melirik ke arah Aileen yang masih terlelep dalam tidurnya. Tanpa sadar bibir Abizar sedikit tersenyum ketika melihat wajah cantik Aileen yang sedang tidur. Sambil menunggu Aileen bangun Abizar menyandarkan tubuhnya sembari memejamkan