Share

Part 04

Pukul 23.00, Abizar mengemudikan mobilnya menuju sebuah club malam untuk bersenang-senang. Tempat favorit yang selalu ia datangi jika pikirannya sedang kacau atau merasa lelah.

Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil yang Abizar kendarai sampai di tempat tujuan. Ia keluar mobil dengan wajah khas yang ia miliki, dingin dan datar. Seketika Abizar mendapat sambutan hangat dari para perempuan yang melihatnya. Siapa yang tidak ingin memiliki Abizar, seorang Ceo ternama serta memiliki berbagai cabang di berbagai Negara!

“Abizar!” lirih seorang perempuan

Perempuan itu tersenyum smirk. Ia berjalan mendekat ke arah Abizar dengan senyuman manisnya. Perempuan itu menggeser semua perempuan yang mencoba mendekati Abizar.

“Sayang!” sapa Sania

“Kamu ke sini juga?!”

Dengan tiba-tiba Sania mengalungkan kedua tangannya di leher Abizar sembari tersenyum manis. Tidak ada senyum di bibir Abizar, yang ada hanya tatapan dingin dan datar.

“Kamu mau ngapain ke sini?” tanya Sania

“Bukan urusan kamu!”

“Aku tahu. Em.. Karena kamu sudah ada di sini gimana kalau kita bersenang-senang malam ini?”

Abizar menunduk menatap wajah Sania dengan tatapan dingin. Ia mengakui Sania terlihat begitu cantik malam ini, dan selalu cantik. Teringat dengan perselingkuhan Sania membuat Abizar mencoba untuk melepaskan tangan perempuan itu, tapi Sania justru semakin mempererat pelukannya.

“Kenapa mau dilepas, Bi?” tanya Sania

“Lepas!”

Sania menggelengkan kepalanya. “Aku nggak mau.”

“Duduk di sana, yuk!” kata Sania sembari menunjuk sebuah meja bar

“Mau?”

“Hmm,”

Sania tersenyum mendengar jawaban Abizar. Meskipun tatapan dan suara Abizar terdengar dingin tidak membuat seorang Sania menyerah sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan. Sania duduk di pangkuan Abizar membuat laki-laki itu terkejut.

“Ck, duduk di kursi!” kata Abizar

“Aku mau seperti ini, Bi.”

Abizar menghela nafas kasar. Ia menyandarkan tubuhnya membiarkan Sania duduk di pangkuannya. Abizar memejamkan mata, dan tiba-tiba ia merasakan elusan lembut di dada bidangnya, sontak hal itu membuat Abizar langsung membuka mata.

Abizar menahan kedua tangan Sania sembari menatapnya lekat. “Jangan melakukan apapun Sania!” desisnya

“Kenapa, Bi? Bukankah kamu datang ke sini untuk bersenang-senang! Aku sudah siap kok.”

Abizar menggelengkan kepalanya sembari tersenyum smirk. Ia sama sekali tidak tertarik dengan Sania, apalagi hubungan mereka sudah lama putus. “Jangan berharap lebih! Aku sudah tidak menyukaimu lagi, Sania.”

Tanpa sepengetahuan Abizar, Sania mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. Ia benci dengan perkataan Abizar barusan. Sania tersenyum menunjukkan senyuman manisnya meskipun dirinya saat ini ingin marah. Ia mengelus pipi Abizar dengan lembut berharap laki-laki itu luluh padanya. Abizar justru memalingkan wajahnya tidak ingin menatap wajah Sania.

“Oke. Malam ini aku nggak akan ganggu kamu. Kita cuma ngobrol biasa saja.” kata Sania

Tidak lama minuman yang mereka pesan datang. Seorang bartender tersenyum penuh arti menatap ke arah Sania. Senyumannya menunjukkan sebuah kode jika dirinya telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

“Minum dulu, yuk!” kata Sania sembari memberikan sebuah gelas pada Abizar

Ting

“Chirrss.” kata Sania

Sania tersenyum smirk ketika Abizar meminum minuman yang ia pesan. Tanpa Abizar ketahui ada sesuatu yang tercampur di dalam minumannya. Ia dengan sengaja melakukan hal itu agar bisa bersenang-senang dengan mantan kekasihnya itu.

Sania menaruh gelasnya di atas meja sembari menunggu reaksi minuman yang telah diminum oleh Abizar. “Kita akan bersenang-senang malam ini, Bi!” ucapnya dalam hati

“Shitt! Kenapa tubuh gue jadi panas seperti ini?” batin Abizar bertanya-tanya

Melihat ada yang aneh dengan sikap Abizar, Sania membuka suaranya. “Kamu kenapa, Bi?” tanya Sania sembari mengelus dada bidang Abizar. Ia sengaja melakukan hal itu.

“Bi, kamu kenapa?”

“Lepas!” desis Abizar dengan tajam

Abizar mencoba untuk tetap berpikir jernih agar tidak terpancing dengan Sania yang ada di dekatnya. Sania justru semakin gencar menggoda Abizar. Ia beralih duduk di pangkuan Abizar sembari mengalungkan kedua tangannya di lehar laki-laki itu.

“Shitt!” umpat Abizar

“Kamu kenapa, sih? Kenapa…”

Cup

Abizar lepas kendali. Ia tiba-tiba mencium bibir Sania membuat perempuan itu terdiam, tidak melanjutkan perkataannya. Sania tersenyum manis menikmati ciuman Abizar. Ia begitu merindukan sentuhan Abizar.

Ciuman Abizar turun ke leher jenjang Sania dengan sesekali menggigitnya pelan serta meninggalkan bekas kemerahan di leher perempuan itu. “Sshh..” ringis Sania

“Abizar..” lirih Sania sembari memejamkan matanya kuat

Sentuhan Abizar membuat Sania lepas kendali. Sania mencengkram kuat rambut Abizar melampiaskan apa yang ia rasakan saat ini. Keduanya saling menikmati apa yang mereka lakukan. Abizar tidak bisa mengendalikan tubuhnya karena obat yang telah tercampur di dalam minumannya.

Abizar kembali menggigit leher jenjang Sania membuat perempuan itu tidak bisa berpikir jernih. Sania menangkup wajah Abizar sembari menatapnya dengan tatapan sayu. “Jangan di sini, Bi!” lirihnya

“Aku sudah nggak tahan, Sania.”

Abizar menggendong Sania ala bridal style membawa perempuan itu ke suatu tempat. Sania tersenyum manis. Rencananya benar-benar berhasil menaklukan seorang Abizar. Abizar membawa Sania masuk ke dalam sebuah kamar, tidak lupa ia mengunci pintu agar tidak ada yang bisa masuk.

Abizar membaringkan tubuh Sania di atas kasur dengan hati-hati lalu menindihnya. Mata Abizar terlihat begitu sayu, bahkan ia tidak sadar dengan apa yang dirinya lakukan saat ini. Sania telah menjebaknya.

Cup

Abizar kembali mencium bibir Sania, tapi kali ini ciumannya sedikit kasar dari sebelumnya. Sania begitu menikmati apa yang dilakukan Abizar, ia benar-benar merindukan sentuhan mantan kekasihnya itu.

Ciuman Abizar turun ke leher jenjang Sania lalu menggigitnya pelan membuat perempuan itu meringis kesakitan sekaligus keenakan.

“Awss..” ringis Sania

“Huhh.. Abizar!” lirih Sania dengan suara seraknya

“Sayang, aku benar-benar merindukan kamu.” bisik Sania sembari mencium telinga Abizar

Srett

Tanpa diduga Abizar merobek pakaian yang dikenakan oleh Sania, hal itu membuat dirinya bisa melihat tubuh Sania sepenuhnya. Sania justru tersenyum manis membiarkan Abizar menatap tubuh indahnya dengan tatapan lapar. Nafas Abizar terlihat memburu tidak beraturan. Ia saat ini mati-matian menahan sesuatu di dalam dirinya.

“Abizar…”

Cup

“Sshh..” ringis Sania

“Awss.. Jangan digigit, Bi! Sakit!” lirih Sania dengan suara seraknya

Ketika Sania ingin menangkup wajah Abizar dengan cepat laki-laki itu menggenggam kedua tangannya. Abizar tidak membiarkan Sania menghalangi apa yang ingin ia lakukan. Abizar terus menciumi dada Sania dengan sesekali menggigitnya gemas.

“Awss..”

“Sshh.. Abizar!” lirih Sania sembari memejamkan matanya kuat

“Bi, pelan-pelan gigitnya! Sakit!”

“Sstt.. Tapi nikmat, kan?” ucap Abizar tanpa sadar

Sania tersenyum sembari menikmati setiap sentuhan yang dilakukan Abizar. Tanpa Abizar sadari ada sebuah kamera yang saat ini sedang merekam aktivitas mereka. Sania dengan sengaja memasang kamera tersebut untuk ia pergunakan agar Abizar bisa kembali padanya.

Srett

Abizar kembali merobek pakaian Sania, hal itu membuat pakaian Sania benar-benar rusak. Di depan mata Abizar saat ini ia bisa melihat tubuh indah Sania. Abizar menatapnya dengan tatapan lapar, ia tidak sadar dengan perbuatannya saat ini karena pengaruh obat.

“Indah!” kata Abizar

Cup

“Sshh..”

Abizar melepas genggaman tangannya lalu beralih menyentuh setiap lekukan tubuh Sania. Sania membiarkan apa yang dilakukan Abizar. Ia benar-benar pasrah di bawah kendali Abizar. Kedua tangan Sania sesekali meremas rambut Abizar di saat laki-laki itu menciuminya.

Permainan yang dilakukan Abizar membuat Sania tersiksa. Sania benar-benar sudah tidak tahan lagi untuk menahannya. “Abizar.. Stop!”

“Sshh.. Lakukan sekarang, Bi!” pinta Sania dengan suara seraknya

“Sabar, sayang! Aku masih ingin bermain-main.”

“Tapi…”

“Sshh..” Sania terus mendesis karena perbuatan Abizar

Abizar mengelus perut rata Sania dengan gerakan lembut membuat perempuan itu memejamkan matanya kuat. Abizar benar-benar mempermainkannya. Tangan Abizar bergerak semakin naik dan ia menyentuh buah dada Sania dengan sesekali menciumnya karena merasa gemas.

“Sshh.. Abizar, cukup!”

“Aku sudah nggak tahan, Bi!” ringis Sania

Bukannya berhenti Abizar justru mempermainkan Sania dengan setiap sentuhan yang ia lakukan. Melihat perlakuan Abizar membuat Sania membalikkan posisi mereka. Dengan mudah Sania mengubah posisi mereka dengan dirinya yang saat ini beralih menindih tubuh Abizar.

“Aku sudah nggak tahan, Bi!”

Cup

Sania mencium bibir Abizar, ia akan memulai terlebih dulu karena terlalu lama jika menunggu Abizar. Ia benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Sekarang Sania yang akan memimpin permainan ini.

“Bi, setelah ini aku akan jadi milik kamu seutuhnya, begitupun dengan sebaliknya.”

“Kita akan kembali bersama, Bi!”

~•~•~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status