Abizar kembali memutar posisi mereka dengan dirinya yang menindih tubuh Sania. Ia mengelus pipi Sania dengan pergerakan lembut membuat perempuan itu memejamkan mata menikmati sentuhan Abizar. Tubuh keduanya menempel sempurna, tidak ada space sama sekali.
“Aku menginginkanmu malam ini!” ucap Abizar tanpa sadar Sania langsung membuka mata setelah mendengar perkataan Abizar. Ia tersenyum manis menatapnya. Sania sudah siap menyerahkan tubuhnya pada Abizar, laki-laki yang dicintainya. Ia tidak ingin merasakan penyesalan yang kedua kalinya karena telah melepas Abizar. Sania mengelus pipi Abizar dengan Ibu jarinya. “Lakukan sekarang, Bi! Aku sudah siap.” ucapnya sembari tersenyum manis Abizar tersenyum smirk mendengar jawaban Sania. “Tapi aku ingin melakukan pemanasan terlebih dulu.” “Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, Bi!” Cup “Huhh..” Sania mengatur nafasnya agar tetap beraturan ketika Abizar menciumi lehernya. Hembusan nafas Abizar terasa hangat di lehernya, hal itu membuat sensasi aneh di tubuh Sania. “Awss.. Kenapa nggak melakukannya sekarang, Bi?” “Aku sudah nggak tahan.” bisik Sania dengan suara beratnya “Mau sekarang, hm?” “I-iyahh.” “Baiklah.” Dan… Jleb “Aakkhh..” pekik Sania sembari memejamkan matanya kuat ketika Abizar benar-benar memulainya. Sania membuka mata ketika sudah cukup tenang dan seketika tatapannya bertemu dengan mata indah Abizar. Keduanya saling menatap sembari melempar senyum kehangatan. Keduanya sudah benar-benar menyatu. Apa yang Abizar lakukan saat ini tanpa kesadarannya karena pengaruh obat. “Kamu benar-benar melakukannya, Bi!” lirih Sania “Hmm,” “Aku sudah menjadi milik kamu seutuhnya, dan begitupun dengan sebaliknya, Bi!” “Kita akan mempunyai anak kan, Bi?” tanya Sania dengan suara beratnya “Aku akan menanamkan benihku di rahim kamu sebanyak mungkin, sayang.” lirih Abizar tanpa sadar “Lakukanlah, Bi! Memang itu yang aku mau.” “Aku akan melakukannya.” “Sshh..” ringis Sania sembari tersenyum bahagia Sania benar-benar pasrah di bawah tubuh Abizar. Ia pasrah sekaligus menikmati apa saja yang dilakukan Abizar padanya. Bahkan Abizar meninggalkan banyak kemerahan di tubuh Sania, hal itu membuat Sania bahagia karena dengan tanda kemerahan itu ia akan menunjukkan jika Abizar benar-benar melakukannya. “Abizar, aku mencintaimu!” bisik Sania “Awss.. Pelan-pelan saja, Bi!” “Sshh.. Bihh!” Sania benar-benar kehilangan akal karena perlakuan Abizar padanya. Sania meremas rambut Abizar dengan cukup kuat sembari memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang dilakukan suaminya. Nafas keduanya memburu, tapi hal itu tidak membuat mereka berhenti melakukannya. Dan… “Aakhhh..” pekik Sania dan Abizar bersamaan Sania merasakan sesuatu yang hangat masuk ke dalam perutnya, hal itu membuat Sania tersenyum lebar. Ia yakin benih di perut Abizar akan tumbuh seorang malaikat kecil yang akan menyatukan mereka berdua. Abizar dan Sania sudah merasakan kepuasan bersama. Bruk Abizar menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Sania. Keringat membasahi tubuh keduanya, bahkan tubuh mereka terasa lengket akibat aktivitas mereka barusan. Sania memeluk punggung kokoh Abizar dengan begitu erat dengan sesekali mengelusnya dengan gerakan lembut. “Huhh.. Kamu berat, Bi!” lirih Sania “Hmm,” “Aku mau lagi!” kata Abizar tiba-tiba “Tapi—" “Aku belum puas jika hanya sekali.” Sania tersenyum mendengarnya “Memang mau berapa kali, hm?” “Kita melakukannya sampai pagi.” Sania terkekeh geli mendengar perkataan Abizar. “Kalau aku nggak bisa jalan gimana, hm?” “Aku yang akan bertanggung jawab.” “Benar? Kamu nggak akan lari dari tanggung jawab jika aku hamil, kan?” Cup “Jika itu darah dagingku maka aku akan bertanggung jawab.” kata Abizar sembari mencium bibir Sania. “Kalau begitu—“ “Awss.. Pelan-pelan aja megangnya, Bi! Sakit!” ringis Sania “Sakit atau keenakan, hm?” “Dua-duanya, Bi.” Mendengar suara Sania justru membuat Abizar semakin terpancing. Tangannya semakin kuat memegang buah dada Sania. “Sshh..” “Apa kamu baru pertama kali melakukannya bersamaku?” tanya Abizar Deg Tubuh Sania mematung mendengar pertanyaan Abizar. Entah laki-laki itu sadar dengan pertanyaannya atau tidak, tapi Sania harap Abizar tidak menyadari sesuatu. Sania mengalungkan kedua tangannya di leher Abizar sembari tersenyum manis. “Aku baru melakukannya bersama kamu, Bi. Aku cinta sama kamu, Bi.” “Aku mau menikah sama kamu.” Abizar hanya tersenyum smirk mendengar jawaban Sania. Ia samar-samar mendengar suara Sania, dirinya lebih fokus dengan aktivitasnya sendiri. Tangannya tidak berhenti bergerak menyentuh setiap anggota tubuh Sania. Pengaruh obat itu begitu besar membuat Abizar ingin terus melakukannya lagi dan lagi. “Aku menginginkannya lagi!” bisik Abizar dengan begitu lembut “Tapi—“ “Awss... Shh,” tanpa menunggu jawaban Sania ia langsung melakukannya begitu saja. Abizar melakukannya berulang kali sampai tubuh Sania benar-benar lemas. Sania bahkan sampai tidak mempunyai tenaga untuk menyeimbangi tubuh Abizar. Salam dari Author yang cantik❣️“Sshh..” ringis Abizar Abizar memegangi kepalanya yang terasa sakit dan sedikit pusing. Ia menatap sekeliling karena merasa asing dengan tempatnya saat ini. “Ini di mana?” gumamnya Ketika Abizar ingin bangun ia merasakan sesuatu melingkar di atas perutnya. Ia menunduk untuk melihat apa yang menimpa perutnya. Abizar melebarkan matanya ketika melihat sebuah tangan sedang memeluknya. Ia menoleh ke samping dan betapa terkejutnya ia melihat keberadaan Sania. Deg“Nggak! Nggak mungkin!” gumam Abizar Abizar langsung bangun dan seketika rasa pusing menyerang kepalanya. “Sshh..” ringis Abizar sembari memegangi kepalanya “Enghh..” lenguh Sania Perlahan mata Sania terbuka karena merasa terganggu. Ia mengerjap pelan sembari tersenyum ketika melihat keberadaan Abizar yang sudah bangun lebih dulu darinya. Tidak ada rasa malu sedikitpun yang dirasakan Sania. Ia justru terlihat begitu bahagia karena telah menikmati malam yang begitu panjang bersama Abizar. “Ternyata kamu udah bangun!” gumam Sa
Terlihat seorang laki laki tampan dan gagah berjalan memasuki sebuah lobby perusahaan. Laki laki dengan wajah khas arogan dan gaya angkuh, tapi begitu disegani dan disukai para wanita. Laki laki itu adalah Abizar Bagaskara, putra tunggal dari Haikal Bagaskara dan Astrid Bagaskara. Abizar, Ceo dari Green Larry Corporation. Perusahaan yang didirikan sendiri oleh Abizar. Atas dukungan dari kedua orang tuanya Abizar bisa merintis perusahaan sendiri mulai dari nol. “Selamat pagi, Pak!” sapa para pegawai Abizar hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia berjalan menuju lift yang langsung menuju ke ruangannya. Bukan hanya arogan, Abizar juga terkenal sebagai bos yang dingin. Abizar duduk di kursi kebesarannya, dan tidak lama seseorang memasuki ruangannya begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Seseorang itu adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Kebiasaan!” ucap Abizar “Sorry!” “Lo baru datang?” tanya Bara Sudah biasa bagi Bara memanggil lo-gue d
Aileen tersenyum canggung ketika memasuki ruangan yang di dalamnya ada beberapa orang yang ia yakini mereka semua adalah rekan kerja Abizar. Mereka tersenyum menatap kedatangan Abizar. “Selamat pagi, Pak Abizar!” “Pagi!" Mereka mengernyitkan kening ketika menatap Aileen di belakang tubuh Abizar. Sebelumnya mereka belum pernah melihat perempuan itu di kantor Abizar. Yang biasanya mendampingi Abizar meeting adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Perempuan itu siapa, Pak?” tanya salah satu rekan kerja Abizar “Oh, saya sampai lupa untuk memperkenalkan. Dia sekretaris baru saya, namanya Aileen!” “Lalu Pak Bara?” “Dia masih tetap menjadi sekretaris saya!” Mereka semua mengangguk mengerti. Ada rasa heran dalam diri mereka ketika seorang Abizar memilih seorang perempuan untuk dia jadikan sekretaris pribadinya. “Bisa kita mulai meetingnya?” tanya Abizar “Bisa, Pak.” Jantung Aileen berdebar kencang ketika meeting akan segera dimulai. Bukannya
Abizar menjauhkan wajahnya ketika tersadar dengan apa yang dirinya lakukan barusan. Ia menepuk kedua pipinya berulang kali, tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan barusan. “Astagaa. Apa yang gue lakuin? Sadar Abizar!" gumamnya sembari menggelengkan kepalanya berulang kali. “Untung saja perempuan itu nggak kebangun!” Entah alasan apa yang Abizar gunakan jika sampai Aileen terbangun dari tidurnya. Abizar memegang dadanya yang tiba tiba berdebar kencang setelah mencium bibir Aileen, tanpa perempuan itu sadari. Ia mengusap wajahnya kasar, mencoba melupakan kejadian yang baru saja ia lakukan pada Aileen. “Bego lo, Abizar!” gumamnya Meskipun Abizar terus menggerutu tapi ada rasa bahagia tersendiri di hatinya ketika mencium bibir Aileen. Ia melirik ke arah Aileen yang masih terlelep dalam tidurnya. Tanpa sadar bibir Abizar sedikit tersenyum ketika melihat wajah cantik Aileen yang sedang tidur. Sambil menunggu Aileen bangun Abizar menyandarkan tubuhnya sembari memejamkan
Pukul 23.00, Abizar mengemudikan mobilnya menuju sebuah club malam untuk bersenang-senang. Tempat favorit yang selalu ia datangi jika pikirannya sedang kacau atau merasa lelah. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil yang Abizar kendarai sampai di tempat tujuan. Ia keluar mobil dengan wajah khas yang ia miliki, dingin dan datar. Seketika Abizar mendapat sambutan hangat dari para perempuan yang melihatnya. Siapa yang tidak ingin memiliki Abizar, seorang Ceo ternama serta memiliki berbagai cabang di berbagai Negara! “Abizar!” lirih seorang perempuan Perempuan itu tersenyum smirk. Ia berjalan mendekat ke arah Abizar dengan senyuman manisnya. Perempuan itu menggeser semua perempuan yang mencoba mendekati Abizar. “Sayang!” sapa Sania “Kamu ke sini juga?!” Dengan tiba-tiba Sania mengalungkan kedua tangannya di leher Abizar sembari tersenyum manis. Tidak ada senyum di bibir Abizar, yang ada hanya tatapan dingin dan datar. “Kamu mau ngapain ke sini?” tanya Sania “Bukan urus