Terlihat seorang laki laki tampan dan gagah berjalan memasuki sebuah lobby perusahaan. Laki laki dengan wajah khas arogan dan gaya angkuh, tapi begitu disegani dan disukai para wanita. Laki laki itu adalah Abizar Bagaskara, putra tunggal dari Haikal Bagaskara dan Astrid Bagaskara.
Abizar, Ceo dari Green Larry Corporation. Perusahaan yang didirikan sendiri oleh Abizar. Atas dukungan dari kedua orang tuanya Abizar bisa merintis perusahaan sendiri mulai dari nol. “Selamat pagi, Pak!” sapa para pegawai Abizar hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia berjalan menuju lift yang langsung menuju ke ruangannya. Bukan hanya arogan, Abizar juga terkenal sebagai bos yang dingin. Abizar duduk di kursi kebesarannya, dan tidak lama seseorang memasuki ruangannya begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Seseorang itu adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Kebiasaan!” ucap Abizar “Sorry!” “Lo baru datang?” tanya Bara Sudah biasa bagi Bara memanggil lo-gue dengan Abizar. Mereka tidak pernah menggunakan bahasa formal selama di kantor. Di kantor ataupun di tempat lainnya bagi mereka sama saja. Mereka tidak perlu menggunakan bahasa formal untuk bicara. “Hm,” “Bisa nggak kalau bicara jangan singkat banget?!” “Nggak bisa!" Bara menghela nafas kasar. Percuma bicara dengan Abizar karena laki laki itu tidak akan mengubah gaya bicaranya. Dingin, datar, arogan dan sifat jelek lainnya sudah melekat dalam diri Abizar. “Nanti ada pegawai baru, lo udah tahu?” tanya Bara “Gue nggak tahu. Laki laki atau perempuan?” “Perempuan” “Bagian apa?” “Accounting” Abizar menganggukkan kepalanya. Ia melirik ke arah Bara yang masih berada di ruangannya. “Ngapain masih di sini?” “Lo ngusir gue?” Abizar mengangkat bahunya acuh. “Sadar diri aja” “Brengsek!” umpat Bara Setelah mengatakan itu Bara langsung keluar dari ruangan Abizar. Baginya sudah biasa ia diusir oleh Abizar dari ruangannya. Untung saja Abizar adalah atasannya, jika bukan entah apa yang akan ia lakukan pada Abizar. Mereka bukan hanya sekedar atasan dan bawahan, melainkan mereka adalah teman akrab. Pukul 08.00 Seorang perempuan terlihat berdiri di depan gedung yang menjulang tinggi. Perempuan itu adalah Aileen Nathania. Pegawai baru yang akan bekerja di Green Larry Corporation sebagai Accounting perusahaan. Hari ini hari pertamanya masuk kerja, dan ia harus bertemu Ceo perusahaan untuk pengenalan diri. Aileen berjalan memasuki lobby perusahaan dengan jantung yang berdebar kencang. Ia harap hari ini adalah hari baik untuk dirinya. Aileen merasa gugup ketika ingin bertemu dengan Ceo perusahaan. Sebisa mungkin ia harus menjaga tutur kata dan penampilannya agar terlihat baik dan sopan. “Selamat pagi!” sapa Aileen pada resepsionis “Pagi!” Resepsionis itu menatap Aileen dari atas sampai bawah, meneliti penampilan perempuan itu. Ia menganggukkan kepalanya berulang kali. “Kamu pegawai baru itu?” “Iya, Bu” “Aileen Nathania bagian Accounting?” Aileen menganggukan kepalanya. “Kalau gitu mari saya antar menuju ruangan Pak Abizar” ucap resepsionis itu Aileen lagi lagi menganggukkan kepalanya. Ia berjalan mengikuti respsionis itu dari belakang. Aileen harap bos barunya tidak galak dan tidak sombong, meskipun ia sedikit ragu. Selama ini yang ia ketahui seorang Ceo memiliki jiwa yang tegas, dan pastinya terkenal dingin dan datar. Resepsionis itu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu sebuah ruangan yang cukup besar, dan di pintu itu ada tulisan Ceo’s room. Aileen yakin jika ruangan di hadapannya saat ini adalah ruangan atasan barunya. Jantung Aileen semakin berdebar kencang ketika menatap ruangan itu. “Ini ruangan Pak Abizar! Kamu bisa mengetuk pintu terlebih dulu sebelum masuk” kata resepsionis itu “Iya. Terima kasih” “Oh ya, kamu nanti jangan terkejut dengan sikap Pak Abizar. Anggap saja kamu sudah terbiasa dengan sikap Pak Abizar sebelumnya” Aileen menelan ludahnya kasar mendengar perkataan resepsionis itu. Sepertinya apa yang ia pikirkan benar terjadi. Aileen mengangguk kaku mencoba untuk terlihat biasa saja meskipun saat ini jantungnya berdebar kencang. Ia harus professional dalam melakukan pekerjaannya. Apapun pekerjaan yang Aileen jalani ia akan tetap bersyukur. “Nggak papa. Kamu pasti bisa Aileen!” ucapnya dalam hati Aileen setiap hari menyemangati dirinya sendiri. Jika bukan dirinya yang menyemangati, lalu siapa yang akan menyemangati dirinya? Aileen bukan perempuan manja seperti perempuan lainnya. Ia sudah terbiasa menjalani kerasnya kehidupan. Setelah kepergian resepsionis itu Aileen mencoba untuk mengetuk pintu ruangan Abizar. “Masuk!” ucap seseorang dari dalam ruangan “Itu pasti suara Pak Abizar!” gumam Aileen Dengan perlahan Aileen membuka pintu dan terlihatlah seorang laki laki yang sedang duduk membelakanginya. “Selamat pagi, Pak!” Mendengar suara itu Abizar langsung memutar kursinya dan seketika tatapannya bertemu dengan Aileen. Pertama kali yang Aileen lihat adalah tatapan tajam dari Abizar. Ia menundukkan kepala karena merasa takut dengan tatapan tajam itu. Mau bagaimanapun Aileen adalah pegawai baru dan belum mengenal sifat asli atasannya. “Baru datang?” Suara bass itu seketika menggetarkan hati Aileen. Ia hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, lidahnya terasa keluh ketika ingin membuka suara. Aileen bisa melihat jika Abizar berdiri dari kursi kebesarannya. Abizar mendekat ke arah Aileen dengan menelisik penampilannya dari atas sampai bawah. Ia menganggukkan kepala ketika pakaian yang Aileen gunakan cukup sopan, tidak seperti pegawainya yang lain. “Pukul berapa sekarang?” tanya Abizar “Pukul delapan, Pak” kata Aileen dengan gugup “Lebih lima belas menit” “Kamu pegawai baru itu?” Aileen menganggukkan kepalanya. Abizar sama sekali tidak menyuruh Aileen untuk duduk terlebih dulu. Ia justru menyandarkan tubuhnya di meja kerjanya sembari bersendekap dada. Abizar mengangkat sebelah alisnya membuat Aileen bingung. Abizar menghela nafas kasar ketika Aileen tidak menyadari arti kode yang ia berikan. "Perkenalkan diri kamu sekarang!" "Ooh.." Aileen mengangguk kaku. Sebelum memperkenalkan dirinya, Aileen menarik nafas panjang lalu ia hembuskan dengan perlahan. Abizar mengangguk berulang kali mendengar Aileen memperkenalkan dirinya. “Aileen Nathania, jadi itu nama kamu?” “Iya, Pak” “Oke, mulai sekarang kamu jadi sekretaris saya!” “Loh? Tapi saya diterima di bagian Accounting, Pak” “Yang jadi bos itu kamu atau saya?” “Bapak!” “Jadi?” Aileen mengangguk mengerti. “Baik, Pak” “Tapi…” “Tapi apa lagi?” “Em, tapi saya tidak berpengalaman menjadi sekretaris, Pak” “Itu masalah kamu bukan masalah saya” Aileen hanya bisa menghela nafas kasar mendengar jawaban Abizar yang terkesan begitu dingin dan santai. Beberapa hari yang lalu ia mendapat Email jika dirinya diterima sebagai Accounting bukan sekretaris pribadi. “Tapi kalau saya melakukan kesalahan bagaimana, Pak?” “Kamu saya pecat.” Deg “Astaga, semudah itu memecat pegawai?!” ucap Aileen dalam hati Entah kenapa Abizar ingin Aileen menjadi sekretarisnya. Melihat penampilan Aileen yang terlihat sopan membuat dirinya tertarik untuk menjadikan perempuan itu sebagai sekretaris pribadinya. Jika pegawai yang lain menggunakan pakaian yang ketat, tapi tidak dengan Aileen. Aileen hanya bisa pasrah daripada dirinya harus kembali mencari pekerjaan baru. Mencari pekerjaan baru tidak semudah itu, apalagi sekarang tabungannya sudah menipis. "Sekarang kamu boleh bekerja!” kata Abizar “Ruangan saya di mana, Pak?” “Di sini!" “Ha?” Aileen mengedarkan pandangannya menatap sekeliling ruangan Abizar. Memang begitu luas, tapi ia tidak menemukan ruangan lain. Abizar menatap ke arah Aileen yang terlihat bingung. “Aileen!” panggil Abizar “Iya, Pak?” “Apa kamu tidak melihat meja dan kursi di sebelah sana?” tanya Abizar sembari menunjuk objek dengan dagunya Aileen mengikuti arah pandang Abizar, dan ia melihat sebuah meja dan kursi yang tidak jauh dari meja kebesaran milik Abizar. Ia juga melihat rak dokumen di atas meja kerja itu. Ada beberapa berkas dan laptop di sana. “Jadi sekarang sudah paham?” tanya Abizar Aileen menganggukkan kepalanya berulang kali sembari tersenyum canggung. “Paham, Pak” “Yasudah, duduk sana!” “Oh ya, Aileen!” panggil Abizar Aileen menghentikan langkahnya lalu berbalik badan menatap Abizar. “Iya, Pak?” “Kamu hari ini ikut saya meeting. Persiapkan diri kamu, dan saya tidak ingin kamu mengecewakan saya nantinya” Aileen melebarkan matanya mendengar perkataan Abizar. Mana mungkin ia bisa melakukan hal itu di saat pertama kali masuk kerja? Bahkan ia belum tahu tentang materi yang akan digunakan untuk meeting. Aileen mendekat ke arah Abizar dengan tatapan protes. “Pak, saya baru masuk kerja dan saya tidak tahu materi yang akan dipakai saat meeting” “Terus?” Aileen menghela nafas kasar. Apa atasannya ini tidak paham dengan perkataannya? Dengan santai Abizar menatap Aileen sembari menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. “Saya nggak mau” tolak Aileen Bukan maksud Aileen untuk menolak, tapi ia belum siap untuk ikut meeting bersama atasannya. Ia belum tahu materi yang akan digunakan, lagipula ia belum ada persiapan sama sekali. “Oh, baru pertama kali masuk kerja sudah berani menolak perintah atasan?" kata Abizar “Bukan seperti itu, tapi saya…” “Saya tidak menerima alasan apapun. Siap atau tidak kamu hari ini ikut saya meeting!” Setelah mengatakan itu Abizar melangkah keluar dari ruangannya meninggalkan Aileen yang sedang menahan kesal. “Tapi, Pak…” “Pak Abizar!” teriak Aileen Sayangnya Abizar sama sekali tidak peduli dengan panggilan Aileen. Abizar tetap berjalan menuju ruangan meeting. Mau tidak mau Aileen mengikuti Abizar daripada dirinya harus dipecat di hari pertamanya bekerja. “Ck, dasar bos nyebelin!” gerutu Aileen Meskipun tanpa persiapan apapun Aileen tetap mengikuti Abizar. Ia tidak peduli ketika nantinya akan mempermalukan atasannya itu. Siapa suruh memintanya ikut tanpa persiapan apapun. ~•~•~Aileen tersenyum canggung ketika memasuki ruangan yang di dalamnya ada beberapa orang yang ia yakini mereka semua adalah rekan kerja Abizar. Mereka tersenyum menatap kedatangan Abizar. “Selamat pagi, Pak Abizar!” “Pagi!" Mereka mengernyitkan kening ketika menatap Aileen di belakang tubuh Abizar. Sebelumnya mereka belum pernah melihat perempuan itu di kantor Abizar. Yang biasanya mendampingi Abizar meeting adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Perempuan itu siapa, Pak?” tanya salah satu rekan kerja Abizar “Oh, saya sampai lupa untuk memperkenalkan. Dia sekretaris baru saya, namanya Aileen!” “Lalu Pak Bara?” “Dia masih tetap menjadi sekretaris saya!” Mereka semua mengangguk mengerti. Ada rasa heran dalam diri mereka ketika seorang Abizar memilih seorang perempuan untuk dia jadikan sekretaris pribadinya. “Bisa kita mulai meetingnya?” tanya Abizar “Bisa, Pak.” Jantung Aileen berdebar kencang ketika meeting akan segera dimulai. Bukannya
Abizar menjauhkan wajahnya ketika tersadar dengan apa yang dirinya lakukan barusan. Ia menepuk kedua pipinya berulang kali, tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan barusan. “Astagaa. Apa yang gue lakuin? Sadar Abizar!" gumamnya sembari menggelengkan kepalanya berulang kali. “Untung saja perempuan itu nggak kebangun!” Entah alasan apa yang Abizar gunakan jika sampai Aileen terbangun dari tidurnya. Abizar memegang dadanya yang tiba tiba berdebar kencang setelah mencium bibir Aileen, tanpa perempuan itu sadari. Ia mengusap wajahnya kasar, mencoba melupakan kejadian yang baru saja ia lakukan pada Aileen. “Bego lo, Abizar!” gumamnya Meskipun Abizar terus menggerutu tapi ada rasa bahagia tersendiri di hatinya ketika mencium bibir Aileen. Ia melirik ke arah Aileen yang masih terlelep dalam tidurnya. Tanpa sadar bibir Abizar sedikit tersenyum ketika melihat wajah cantik Aileen yang sedang tidur. Sambil menunggu Aileen bangun Abizar menyandarkan tubuhnya sembari memejamkan
Pukul 23.00, Abizar mengemudikan mobilnya menuju sebuah club malam untuk bersenang-senang. Tempat favorit yang selalu ia datangi jika pikirannya sedang kacau atau merasa lelah. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil yang Abizar kendarai sampai di tempat tujuan. Ia keluar mobil dengan wajah khas yang ia miliki, dingin dan datar. Seketika Abizar mendapat sambutan hangat dari para perempuan yang melihatnya. Siapa yang tidak ingin memiliki Abizar, seorang Ceo ternama serta memiliki berbagai cabang di berbagai Negara! “Abizar!” lirih seorang perempuan Perempuan itu tersenyum smirk. Ia berjalan mendekat ke arah Abizar dengan senyuman manisnya. Perempuan itu menggeser semua perempuan yang mencoba mendekati Abizar. “Sayang!” sapa Sania “Kamu ke sini juga?!” Dengan tiba-tiba Sania mengalungkan kedua tangannya di leher Abizar sembari tersenyum manis. Tidak ada senyum di bibir Abizar, yang ada hanya tatapan dingin dan datar. “Kamu mau ngapain ke sini?” tanya Sania “Bukan urus
Abizar kembali memutar posisi mereka dengan dirinya yang menindih tubuh Sania. Ia mengelus pipi Sania dengan pergerakan lembut membuat perempuan itu memejamkan mata menikmati sentuhan Abizar. Tubuh keduanya menempel sempurna, tidak ada space sama sekali. “Aku menginginkanmu malam ini!” ucap Abizar tanpa sadar Sania langsung membuka mata setelah mendengar perkataan Abizar. Ia tersenyum manis menatapnya. Sania sudah siap menyerahkan tubuhnya pada Abizar, laki-laki yang dicintainya. Ia tidak ingin merasakan penyesalan yang kedua kalinya karena telah melepas Abizar.Sania mengelus pipi Abizar dengan Ibu jarinya. “Lakukan sekarang, Bi! Aku sudah siap.” ucapnya sembari tersenyum manis Abizar tersenyum smirk mendengar jawaban Sania. “Tapi aku ingin melakukan pemanasan terlebih dulu.” “Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, Bi!” Cup“Huhh..” Sania mengatur nafasnya agar tetap beraturan ketika Abizar menciumi lehernya. Hembusan nafas Abizar terasa hangat di lehernya, hal itu membuat sensas
“Sshh..” ringis Abizar Abizar memegangi kepalanya yang terasa sakit dan sedikit pusing. Ia menatap sekeliling karena merasa asing dengan tempatnya saat ini. “Ini di mana?” gumamnya Ketika Abizar ingin bangun ia merasakan sesuatu melingkar di atas perutnya. Ia menunduk untuk melihat apa yang menimpa perutnya. Abizar melebarkan matanya ketika melihat sebuah tangan sedang memeluknya. Ia menoleh ke samping dan betapa terkejutnya ia melihat keberadaan Sania. Deg“Nggak! Nggak mungkin!” gumam Abizar Abizar langsung bangun dan seketika rasa pusing menyerang kepalanya. “Sshh..” ringis Abizar sembari memegangi kepalanya “Enghh..” lenguh Sania Perlahan mata Sania terbuka karena merasa terganggu. Ia mengerjap pelan sembari tersenyum ketika melihat keberadaan Abizar yang sudah bangun lebih dulu darinya. Tidak ada rasa malu sedikitpun yang dirasakan Sania. Ia justru terlihat begitu bahagia karena telah menikmati malam yang begitu panjang bersama Abizar. “Ternyata kamu udah bangun!” gumam Sa