Share

Part 03

Abizar menjauhkan wajahnya ketika tersadar dengan apa yang dirinya lakukan barusan. Ia menepuk kedua pipinya berulang kali, tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan barusan.

“Astagaa. Apa yang gue lakuin? Sadar Abizar!" gumamnya sembari menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Untung saja perempuan itu nggak kebangun!”

Entah alasan apa yang Abizar gunakan jika sampai Aileen terbangun dari tidurnya. Abizar memegang dadanya yang tiba tiba berdebar kencang setelah mencium bibir Aileen, tanpa perempuan itu sadari. Ia mengusap wajahnya kasar, mencoba melupakan kejadian yang baru saja ia lakukan pada Aileen.

“Bego lo, Abizar!” gumamnya

Meskipun Abizar terus menggerutu tapi ada rasa bahagia tersendiri di hatinya ketika mencium bibir Aileen. Ia melirik ke arah Aileen yang masih terlelep dalam tidurnya. Tanpa sadar bibir Abizar sedikit tersenyum ketika melihat wajah cantik Aileen yang sedang tidur.

Sambil menunggu Aileen bangun Abizar menyandarkan tubuhnya sembari memejamkan mata. Ia tidak akan membangunkan Aileen sampai perempuan itu bangun dengan sendirinya. Tapi karena tubuh Abizar yang lelah membuat laki laki itu mengantuk, padahal niat awalanya ingin menunggu Aileen sampai bangun.

Beberapa menit kemudian

Aileen menutup mulutnya ketika menguap. Ia mengucek matanya yang masih terasa berat. Aileen menoleh ke samping dan ternyata ia masih berada di dalam mobil Abizar.

“Astagaa. Ini kan mobil Pak Abizar!"

Lebih terkejut lagi ketika Aileen melihat Abizar tertidur di kursi sebelahnya. Abizar sama sekali tidak terganggu dengan suara Aileen. Laki laki itu terlihat begitu nyenyak dalam tidurnya membuat Aileen merasa bersalah.

“Apa Pak Abizar nungguin aku bangun?!" gumam Aileen sembari menatap wajah tampan Abizar.

Aileen tersenyum tipis melihatnya. Ia mencoba membangunkan Abizar karena mereka harus pulang. Tidak mungkin mereka berdua tidur di dalam mobil sampai pagi, apalagi besoknya mereka harus kembali bekerja.

“Pak Abizar!” cicit Aileen

Mana mungkin Abizar terbangun jika Aileen memanggilnya dengan suara begitu pelan. Aileen sebenarnya tidak cukup berani membangunkan Abizar karena takut mengganggu waktu istirahat laki laki itu. Ia menggoyangkan lengan Abizar dengan pelan berharap atasannya segera bangun, dan mereka bisa pulang.

“Pak Abizar! Bangun, Pak!”

“Ck, kebo banget sih!” gerutu Aileen

Aileen tidak menyerah untuk membangunkan Abizar. Ia kembali menggoyangkan lengan Abizar sedikit lebih kasar agar laki laki itu bangun dari tidurnya. “Pak Abizar, bangun!” kesalnya

“Ck, Pak Abizar!”

“Enghh” lenguh Abizar

Aileen tersenyum melihat Abizar mengerjapkan matanya, pertanda laki laki itu akan bangun. Dan benar saja, tidak lama Abizar membuka matanya menatap ke arah Aileen. “Alhamdulillah. Akhirnya Pak Abizar bangun juga.”

“Ekhm. Maaf, saya ikut ketiduran!”

“Pak Abizar nggak perlu minta maaf! Seharusnya saya yang minta maaf karena sudah merepotkan Pak Abizar!”

“Hmm, nggak papa."

“Kamu tunjukkan arah jalan rumah kamu, saya akan antarkan pulang!” kata Abizar

“Iya. Terima kasih, Pak!"

Abizar mengangguk sebagai jawaban. Ia mengemudikan mobilnya sesuai arah jalan yang ditunjukkan oleh Aileen. Keduanya sama-sama diam. Aileen menatap ke arah jalan sedangkan Abizar fokus menyetir agar mereka selamat sampai tempat tujuan.

Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil yang dikendarai Abizar sampai di rumah Aileen. “Terima kasih sudah mengantar Aileen pulang, Pak!”

“Hmm, sama-sama”

“Pak Abizar nggak mau singgah dulu?” Aileen menawarkan Abizar untuk singgah terlebih dulu di rumahnya. Ia melakukan hal itu sebagai bentuk terima kasih karena Abizar sudah mengantarnya pulang dengan selamat.

“Lain kali saja"

Aileen mengangguk. “Sekali lagi terima kasih, Pak!”

Aileen keluar dari mobil Abizar sembari tersenyum. Setelah memastikan Abizar benar-benar pergi Aileen baru masuk ke dalam rumah. Tubuhnya terasa begitu lelah, bahkan perutnya terus berbunyi karena merasa lapar.

“Ternyata Pak Abizar baik juga!” gumam Aileen

“Astaga," Aileen menggelengkan kepalanya berulang kali. Tidak seharusnya ia memikirkan Abizar.

“Enggak. Pak Abizar tetap bos nyebelin yang pernah aku kenal!” gumam Aileen

---

Rumah Bagaskara

Abizar keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Dengan langkah sempoyongan ia memasuki rumah, tubuhnya terasa begitu lelah membuat Abizar malas berjalan. Abizar tidak menyadari jika ada kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tamu menunggunya pulang.

“Abizar, kamu sudah pulang, nak?!” ucap Astrid

“Hmm,”

“Sini duduk dulu!”

“Abizar mau langsung ke kamar, Ma. Abizar mau istirahat!”

“Sini dulu, Abizar!”

Abizar menghela nafas kasar. Dengan terpaksa ia menurut untuk duduk bergabung bersama kedua orang tuanya. Abizar menyandarkan tubuhnya di kursi sembari memejamkan mata. Pekerjaannya hari ini cukup menguras tenaga membuat Abizar kelelahan.

“Gimana hari ini? Ada yang mau diceritain, nggak?” tanya Astrid

“Nggak ada.”

“Pekerjaan di kantor gimana?”

“Baik-baik saja."

Astrid mengelus kepala putranya dengan lembut dan penuh kasih. Wajah Abizar terlihat begitu lelah membuat Astrid tersenyum tipis. “Lelah banget ya hari ini?! Mau Mama buatin minuman hangat?”

“Nggak perlu, Ma. Abizar mau langsung istirahat!”

“Ya sudah. Istirahat, gih!”

Abizar berjalan meninggalkan kedua orang tuanya di ruang tamu. Ia ingin segera istirahat karena besok pagi dirinya harus kembali ke kantor dan bertempur kembali dengan berkas-berkas yang membuat kepalanya pusing.

Brugh

Abizar menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan cukup kasar. Tiba-tiba ia teringat dengan Aileen, sekretaris barunya. Tanpa sadar bibirnya tersenyum tipis mengingat perempuan itu. “Ternyata dia cantik juga!” gumam Abizar

Abizar menggelengkan kepalanya berulang kali ketika tersadar dengan apa yang ia pikirkan. “Ck, apa yang lo pikirkan Abizar?!” decaknya

“Nggak. Sebaiknya lo bersih-bersih setelah itu langsung istirahat!”

---

Aileen baru saja membersihkan tubuhnya. Ia duduk di pinggir kasur, helaan nafas kasar berulang kali ia hembuskan. Aileen selalu bertanya-tanya sampai kapan dirinya hidup sendiri seperti ini?! Ia memang selalu bisa melakukan semuanya sendiri, tapi dibalik itu semua ia membutuhkan sosok pendamping hidup.

Aileen selalu merasa kesepian semenjak kedua orang tuanya meninggal. Ia ingin memilik teman untuk tempat bercerita. “Huhh.. Sampai kapan aku harus sendirian seperti ini?” gumam Aileen

Meskipun Aileen perempuan mandiri ia masih membutuhkan teman sekaligus pendamping hidup untuk menemani hari-harinya. Bahkan, teman-temannya kebanyakan sudah menikah, sedangkan dirinya masih tetap sendiri. Aileen selalu bertanya pada dirinya sendiri, apa dirinya tidak pantas untuk dicintai dengan tulus?!

“Lebih baik aku tidur daripada memikirkan sesuatu yang membuat kepalaku semakin pusing!”

“Semoga ada hal-hal baik di hari esok!” gumam Aileen

Aileen merebahkan tubuhnya di kasur. Ia selalu berharap ada hal baik yang akan selalu menemani hari-harinya. Tanpa sosok pendamping, tanpa adanya kehadiran orang tua di sisinya membuat Aileen harus lebih tegar menjalani hari-harinya. Meskipun terasa berat dan melelahkan Aileen harus menghadapinya.

Drtt.. drtt..

Baru saja Aileen memejamkan mata tiba-tiba ponselnya bergetar, pertanda ada pesan masuk. “Astaga.. Siapa sih yang kirim pesan malam-malam seperti ini?!”

Aileen membuka ponselnya. Ia mengernyitkan kening ketika ada Email masuk, dan ternyata Abizar yang mengirimkan beberapa Email padanya. Aileen menganga tidak percaya. Bahkan, di saat ia baru masuk kerja Abizar sudah mengirimkan beberapa file untuk ia kerjakan secepat mungkin.

Aileen menarik nafas panjang lalu ia hembuskan perlahan. Ia melakukannya berulang kali. “Huhh..”

“Sabar! Kamu harus sabar, Aileen!” gumamnya

“Di luar sana masih banyak yang menginginkan pekerjaan, dan kamu harus banyak bersyukur mendapatkan pekerjaan ini! Anggap saja kamu sudah lama bekerja menjadi sekretaris Abizar.”

“Sabar!” kata Aileen sekali lagi.

Aileen menyemangati dirinya sendiri. Bekerja dengan Abizar harus lebih banyak bersabar dan bersyukur, karena atasannya itu selalu mengujinya dengan berbagai hal. “Lebih baik aku tidur! Besok pagi aku harus datang lebih awal daripada Pak Abizar!”

Keesokan harinya

“Sial!” umpat Aileen

Pukul delapan pagi ia baru sampai di kantor. Ia yakin Abizar sudah lebih dulu datang daripada dirinya. Aileen terjebak macet membuat dirinya datang terlambat. Ia siap-siap menerima kemarahan Abizar karena atasannya tidak akan diam saja melihat dirinya datang terlambat.

“Semoga Pak Abizar belum datang!” gumam Aileen

Aileen berlari memasuki lobby perusahaan. Karena tidak fokus membuat dirinya tidak sengaja menabrak seseorang.

Bruk

“Aduh!” pekik Aileen

Aileen jatuh tersungkur di lantai karena tidak sengaja menabrak seseorang. Buru-buru ia berdiri, siap untuk memarahi seseorang yang telah menghalangi jalannya. Bahkan keningnya terasa sakit akibat orang itu.

“Kalau berdiri…”

Deg

Aileen tidak melanjutkan perkataannya setelah melihat siapa orang yang telah ia tabrak. “Pak Abizar!” ucap Aileen sembari menelan ludahnya kasar.

Abizar menatap datar ke arah Aileen. “Baru datang?”

“Iya, Pak” cicit Aileen sembari menundukkan kepala.

“Terlambat lagi?”

“Maaf, Pak!”

“Jam berapa sekarang?”

“Pukul delapan, Pak” Aileen benar-benar takut mendengar suara dingin Abizar. Ia yakin Abizar marah padanya.

“Baru dua hari kerja tapi selalu datang terlambat!"

“Maaf, Pak! Saya berjanji hari ini terakhir saya datang terlambat.”

“Alasan!” setelah itu Abizar pergi meninggalkan Aileen.

Buru-buru Aileen berlari mengikuti Abizar dari belakang. Ia harap setelah masuk ke dalam ruangan Abizar tidak melanjutkan kemarahannya. Aileen mengaku salah, ia tidak akan mengulangi kesalahannya di hari esok.

Setelah Abizar masuk ke dalam ruangannya, Aileen berdiri di samping atasannya sembari menunduk. “Sekali lagi saya minta maaf, Pak! Saya berjanji…”

“Tidak perlu berjanji, tapi buktikan!”

Aileen mengangguk. “Iya, Pak. Saya akan membuktikannya."

“Duduk!” Aileen mengangguk. Ia berjalan menuju meja kerjanya setelah mendapat perintah dari Abizar.

Aileen menghela nafas lega. Meskipun Abizar marah padanya, setidaknya Abizar tidak sampai memecatnya. Jika hal itu terjadi, entah kemana lagi ia harus mencari pekerjaan?!

“Syukurlah. Semoga posisiku masih aman di kantor ini!” gumam Aileen

Di dalam ruangan Abizar terasa begitu sunyi, hanya terdengar suara ketikan keybord. Tanpa Aileen sadari Abizar sesekali menatap ke arahnya. Entah kenapa mata Abizar terus tertuju pada perempuan itu!

Tiba-tiba ada seseorang masuk ke dalam ruangan Abizar tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, hal itu membuat Abizar dan Aileen terkejut. “Abizar!” pekik seseorang itu.

Bruk

Wanita itu tiba-tiba memeluk Abizar membuat tubuh Abizar mematung, bahkan Aileen terkejut melihatnya. Wanita itu adalah Sania, mantan kekasih Abizar! Abizar tidak menyangka Sania tiba-tiba datang ke kantornya, padahal mereka sudah lama tidak saling berkomunikasi.

“Hikss..”

“Abizar, aku merindukanmu!” suara Sania terdengar bergetar karena menahan tangis. Ia memeluk erat tubuh Abizar seolah takut kehilangan.

Abizar melepas pelukan Sania. Tatapan Abizar terlihat begitu dingin, seolah tidak peduli dengan tangisan Sania. Mereka sudah lama tidak berkomunikasi tapi Sania tiba-tiba datang menemuinya. Hubungan mereka sudah berakhir sejak lama, itupun karena perbuatan Sania!

“Untuk apa kamu datang ke sini?” tanya Abizar

“Aku minta maaf!”

Abizar tersenyum smirk. “Minta maaf? Bahkan, aku sudah lama memaafkanmu.”

“Tapi…”

“Pergilah! Kita sudah tidak mempunyai hubungan apapun. Jadi jangan menggangguku lagi!”

Sania menggelengkan kepalanya. Ia tidak akan pergi dari ruangan Abizar sebelum mendapat maaf dari mantan kekasihnya itu. “Kedatanganku kesini ingin menjelaskan sesuatu, Abizar. Selama ini kamu hanya salah paham!”

“Salah paham apanya? Sudah jelas-jelas kamu selingkuh di belakangku, Sania!”

“Enggak, Abizar! Aku nggak pernah selingkuh!”

“Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu, ya!”

Abizar memejamkan matanya sejenak. Sebenarnya ia merasa ragu jika Sania berselingkuh, tapi waktu itu ia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Sania bersama seorang laki-laki di sebuah club.

Sania menangkup wajah Abizar membuat tatapan mereka bertemu. Mereka lupa jika ada Aileen di ruangan yang sama. Aileen hanya bisa diam tanpa berani ikut campur dengan urusan atasannya itu. Ia mencoba untuk tetap fokus dengan pekerjaannya tanpa terganggu dengan keberadaan Sania.

“Kamu percaya sama aku kan?” tanya Sania sembari menatap Abizar dengan lembut.

Tatapan Sania berhasil menghipnotis Abizar. Mereka sudah lama menjalin hubungan, bahkan Abizar begitu mencintai Sania. Tapi karena perbuatan Sania membuat hubungan mereka hancur. Dan sekarang Sania ingin memperbaikinya, ia ingin kembali menjalin hubungan dengan Abizar.

“Aku nggak mungkin selingkuh, Abizar! Kamu hanya salah paham!” ucap Sania

“Apa kamu perlu bukti?” Abizar menganggukkan kepalanya.

“Baiklah! Aku akan menunjukkan bukti itu.”

Untuk meyakinkan Abizar, Sania mencium bibir laki-laki itu membuat Aileen terkejut.

Cup

Sania mencium bibir Abizar tanpa ragu, bahkan Abizar terlihat menikmatinya. Sania mengalungkan kedua tangannya di leher Abizar sembari terus mencium bibir laki-laki itu. Ia sama sekali tidak peduli dengan keberadaan Aileen.

Aileen mengalihkan pandangannya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba terasa sakit melihat Sania dan Abizar berciuman. Aileen sama sekali tidak berani menatap ke arah mereka berdua.

Aileen memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. “Astaga, ada apa dengan dadaku? Kenapa rasanya sakit sekali?” ucapnya dalam hati

“Nggak mungkin aku cemburu!” gumam Aileen

Sania melepas ciumannya. Ia menyatukan keningnya dengan kening Abizar sembari memejamkan mata. Abizar dan Sania masih mengatur nafas, mereka menghirup udara sebanyak-banyaknya. Setelah cukup tenang Sania membuka mata membuat tatapan keduanya kembali bertemu.

“Masih belum percaya jika aku nggak selingkuh? Aku nggak mungkin mengkhianati cinta kita, Abizar!”

“Aku mencintai kamu, Abizar!”

“Percayalah! Aku nggak mungkin selingkuh, apalagi berpaling dari kamu!” Sania terus mencoba meyakinkan Abizar jika dirinya tidak berselingkuh. Ia tidak ingin kehilangan Abizar. Apapun akan ia lakukan demi mendapatkan Abizar kembali.

“Ekhm,” dehem Aileen

Deg

Sontak Abizar langsung mendorong Sania menjauh. Ia melupakan jika masih ada Aileen di dalam ruangannya. “Maaf, mengganggu! Saya keluar dulu, permisi!” ucap Aileen.

Aileen memilih keluar dari ruangan Abizar karena tidak sanggup melihat aktivitas mereka berdua. Hati Aileen begitu sakit melihat mereka berciuman.

---

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status