“Sshh..” ringis Abizar
Abizar memegangi kepalanya yang terasa sakit dan sedikit pusing. Ia menatap sekeliling karena merasa asing dengan tempatnya saat ini. “Ini di mana?” gumamnya Ketika Abizar ingin bangun ia merasakan sesuatu melingkar di atas perutnya. Ia menunduk untuk melihat apa yang menimpa perutnya. Abizar melebarkan matanya ketika melihat sebuah tangan sedang memeluknya. Ia menoleh ke samping dan betapa terkejutnya ia melihat keberadaan Sania. Deg “Nggak! Nggak mungkin!” gumam Abizar Abizar langsung bangun dan seketika rasa pusing menyerang kepalanya. “Sshh..” ringis Abizar sembari memegangi kepalanya “Enghh..” lenguh Sania Perlahan mata Sania terbuka karena merasa terganggu. Ia mengerjap pelan sembari tersenyum ketika melihat keberadaan Abizar yang sudah bangun lebih dulu darinya. Tidak ada rasa malu sedikitpun yang dirasakan Sania. Ia justru terlihat begitu bahagia karena telah menikmati malam yang begitu panjang bersama Abizar. “Ternyata kamu udah bangun!” gumam Sania dengan suara seraknya “Brengsek!” desis Abizar “Kenapa, hm? Kok marah gitu sih?” Sania tersenyum manis menggoda Abizar, tapi sayangnya Abizar sama sekali tidak tergoda dengannya. Abizar membuka selimut yang menutupi tubuhnya lalu mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia memakainya secepat kilat karena ingin segera pergi dari tempat ini. Sania mengikuti pergerakan Abizar. Ketika ingin bergerak menyusul Abizar ia merasakan sakit di bagian tubuhnya, hal itu membuat Abizar terkejut. Bahkan Abizar lebih terkejut ketika melihat bercak darah yang ada di seprei kasurnya. Abizar mengepalkan kedua tangannya sembari menggelengkan kepalanya tidak percaya. Abizar menatap ke arah Sania dengan tatapan tajam. “Itu nggak mungkin kan?” “Apa yang nggak mungkin, Bi? Kamu laki-laki pertama yang memiliki aku sepenuhnya!” Deg Tubuh Abizar mematung di tempat. Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ia tidak percaya jika Sania masih virgin. Abizar tahu betul bagaimana pergaulan Sania di dunia malam dan tidak mungkin dirinya laki-laki pertama yang mengambilnya. “Bi, kamu harus bertanggung jawab!” kata Sania dengan pelan Abizar tersenyum smirk. Ia bukan laki-laki bodoh yang mudah percaya dengan seorang perempuan, apalagi ia tahu betul bagaimana hidup Sania. “Bertanggung jawab? Mimpi!” dan setelah itu Abizar keluar dari kamar tersebut “Brengsek!” desis Sania dengan tajam Sania menarik nafas panjang lalu menghembuskan secara perlahan. Ia mencoba untuk tetap tenang sekalipun Abizar mengatakan tidak ingin bertanggung jawab. Abizar pikir dirinya akan menyerah begitu saja, tidak! Sania memiliki seribu rencana untuk mendapatkan Abizar kembali di hidupnya. *** Bugh Bugh “Aaarrgghhh” teriak Abizar sembari memukul stir mobilnya berulang kali “BODOH!” teriaknya Abizar merutuki dirinya sendiri karena berhasil dijebak oleh Sania. Selama perjalanan pulang ia terus memikirkan bercak darah yang ada di seprei tadi. Berulang kali Abizar meyakinkan dirinya sendiri jika ia bukanlah orang pertama yang pernah tidur dengan Sania. “Nggak mungkin! Nggak mungkin gue orang pertama itu!” gumam Abizar Jika benar dirinya orang pertama hal itu akan menjadi penyesalan baginya seumur hidup. “Aarrgghh. Brengsek lo Sania!” Beberapa menit kemudian Akhirnya mobil yang dikendarai Abizar sampai di rumah. Ia langsung keluar dari mobil dan segera berjalan memasuki rumah. Ketika ingin menaiki tangga menuju kamarnya ia bertemu dengan orang tuanya, hal itu membuat Abizar menghela nafas kasar. “Dari mana saja kamu baru pulang?” tanya Haikal dengan wajah dinginnya “—“ Abizar memilih diam. Dan ketika ingin melanjutkan langkahnya dengan cepat Haikal menahan lengannya. “Papa tanya sama kamu. Dari mana kamu semalaman nggak pulang?” “Di rumah teman!” “Alasan!” Haikal melepaskan tangan putranya. Beliau tahu Abizar berbohong padanya. Beliau tahu betul bagaimana putranya, apalagi semalaman tidak pulang entah ke mana perginya! “Jawab yang jujur. Dari mana kamu?” “Pa, Abizar baru pulang dan Abizar mau langsung ke kantor tapi Papa justru bertanya ini-itu yang membuat kepala Abizar semakin pusing.” “Apa susahnya menjawab pertanyaan Papa, ha? Papa cuma tanya dan kamu hanya perlu menjawabnya dengan jujur!” “Abizar sudah jawab.” “Tapi jawaban kamu—“ “Ck, Abizar mau ke kamar!” tanpa menunggu jawaban dari orang tuanya Abizar langsung pergi begitu saja meninggalkan Haikal. “Abizar, kamu belum jawab pertanyaan Papa!” teriak Haikal “—“ “Ck, anak itu!” Haikal menarik nafas panjang lalu menghembuskan secara perlahan. Beliau melakukannya berulang kali agar amarahnya bisa sedikit lebih redah. Haikal geleng-geleng kepala melihat putra satu-satunya itu. “Sabar, Pa!” kata Astrid sembari mengelus lengan suaminya Astrid melihat obrolan suaminya dengan putranya. Beliau sebagai istri sekaligus Ibu hanya bisa menenangkan ketika salah satu dari mereka tersulut amarah. Abizar masih muda dan beliau tahu bagaimana sifat putranya. Astrid mengajak suaminya untuk duduk agar hatinya bisa lebih tenang. Menghadapi putra mereka harus bisa lebih bersabar lagi. “Papa sabar, ya! Jangan sampai tersulut emosi ketika bicara dengan Abizar.” kata Astrid “Tapi Abizar selalu menguji kesabaran Papa, Ma.” “Iya. Mama tahu, Pa. Tapi Abizar baru saja pulang jadi sebaiknya nanti saja kita bertanya padanya!” “Anak itu nggak bisa dibiarkan, Ma! Pulang seenaknya seolah tidak memiliki tanggung jawab yang lain. Papa tidak ingin Abizar salah jalan, apalagi sampai berbuat seenaknya di luar sana.” “Sabar, Pa! Tenangin diri Papa dulu!” Astrid mengelus dada suaminya agar Haikal bisa lebih tenang. Sepertinya beliau harus menunda untuk bicara pada suaminya tentang putra mereka. Astrid tahu suaminya bersikap tegas seperti ini untuk kebaikan Abizar. Mereka tidak ingin Abizar salah jalan meskipun dia sudah dewasa, sudah bisa menentukan jalannya sendiri. Tapi sebagai orang tua Haikal dan Astrid memiliki kekhawatiran sendiri bagi putranya, apalagi Abizar adalah putra satu-satunya di Keluarga Bagaskara. Di sisi lain, Abizar berulang kali memukul dinding kamarnya. Ia benar-benar menyesal telah datang ke club malam itu dan berakhir penyesalan seumur hidupnya. Bugh Bugh “Aarrgghhh” teriak Abizar Untung saja kamar Abizar kedap suara, hal itu membuat orang rumah tidak mendengar suaranya. “BRENGSEK LO, SANIA!” teriaknya “Gue nggak akan tanggung jawab sekalipun lo hamil! Gue yakin kalau lo hamil anak itu bukan darah daging gue!” Abizar mengepalkan kedua tangannya sampai terlihat otot-otot tangannya. Punggung tangannya serta jemarinya mengeluarkan darah akibat berulang kali memukul dinding. Meskipun tangannya terluka ia sama sekali tidak merasakan sakit, melainkan penyesalan yang ia rasakan. “Gue tahu lo sengaja jebak gue, Sania! Lo sengaja jebak gue agar lo bisa nikah sama gue.” Abizar tersenyum meremehkan. “Rencana murahan!” desisnya dengan tajam Salam dari Author cantik❣️ Jangan lupa kasih komen ya biar aku makin semangat buat up:)Terlihat seorang laki laki tampan dan gagah berjalan memasuki sebuah lobby perusahaan. Laki laki dengan wajah khas arogan dan gaya angkuh, tapi begitu disegani dan disukai para wanita. Laki laki itu adalah Abizar Bagaskara, putra tunggal dari Haikal Bagaskara dan Astrid Bagaskara. Abizar, Ceo dari Green Larry Corporation. Perusahaan yang didirikan sendiri oleh Abizar. Atas dukungan dari kedua orang tuanya Abizar bisa merintis perusahaan sendiri mulai dari nol. “Selamat pagi, Pak!” sapa para pegawai Abizar hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia berjalan menuju lift yang langsung menuju ke ruangannya. Bukan hanya arogan, Abizar juga terkenal sebagai bos yang dingin. Abizar duduk di kursi kebesarannya, dan tidak lama seseorang memasuki ruangannya begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Seseorang itu adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Kebiasaan!” ucap Abizar “Sorry!” “Lo baru datang?” tanya Bara Sudah biasa bagi Bara memanggil lo-gue d
Aileen tersenyum canggung ketika memasuki ruangan yang di dalamnya ada beberapa orang yang ia yakini mereka semua adalah rekan kerja Abizar. Mereka tersenyum menatap kedatangan Abizar. “Selamat pagi, Pak Abizar!” “Pagi!" Mereka mengernyitkan kening ketika menatap Aileen di belakang tubuh Abizar. Sebelumnya mereka belum pernah melihat perempuan itu di kantor Abizar. Yang biasanya mendampingi Abizar meeting adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Perempuan itu siapa, Pak?” tanya salah satu rekan kerja Abizar “Oh, saya sampai lupa untuk memperkenalkan. Dia sekretaris baru saya, namanya Aileen!” “Lalu Pak Bara?” “Dia masih tetap menjadi sekretaris saya!” Mereka semua mengangguk mengerti. Ada rasa heran dalam diri mereka ketika seorang Abizar memilih seorang perempuan untuk dia jadikan sekretaris pribadinya. “Bisa kita mulai meetingnya?” tanya Abizar “Bisa, Pak.” Jantung Aileen berdebar kencang ketika meeting akan segera dimulai. Bukannya
Abizar menjauhkan wajahnya ketika tersadar dengan apa yang dirinya lakukan barusan. Ia menepuk kedua pipinya berulang kali, tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan barusan. “Astagaa. Apa yang gue lakuin? Sadar Abizar!" gumamnya sembari menggelengkan kepalanya berulang kali. “Untung saja perempuan itu nggak kebangun!” Entah alasan apa yang Abizar gunakan jika sampai Aileen terbangun dari tidurnya. Abizar memegang dadanya yang tiba tiba berdebar kencang setelah mencium bibir Aileen, tanpa perempuan itu sadari. Ia mengusap wajahnya kasar, mencoba melupakan kejadian yang baru saja ia lakukan pada Aileen. “Bego lo, Abizar!” gumamnya Meskipun Abizar terus menggerutu tapi ada rasa bahagia tersendiri di hatinya ketika mencium bibir Aileen. Ia melirik ke arah Aileen yang masih terlelep dalam tidurnya. Tanpa sadar bibir Abizar sedikit tersenyum ketika melihat wajah cantik Aileen yang sedang tidur. Sambil menunggu Aileen bangun Abizar menyandarkan tubuhnya sembari memejamkan
Pukul 23.00, Abizar mengemudikan mobilnya menuju sebuah club malam untuk bersenang-senang. Tempat favorit yang selalu ia datangi jika pikirannya sedang kacau atau merasa lelah. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil yang Abizar kendarai sampai di tempat tujuan. Ia keluar mobil dengan wajah khas yang ia miliki, dingin dan datar. Seketika Abizar mendapat sambutan hangat dari para perempuan yang melihatnya. Siapa yang tidak ingin memiliki Abizar, seorang Ceo ternama serta memiliki berbagai cabang di berbagai Negara! “Abizar!” lirih seorang perempuan Perempuan itu tersenyum smirk. Ia berjalan mendekat ke arah Abizar dengan senyuman manisnya. Perempuan itu menggeser semua perempuan yang mencoba mendekati Abizar. “Sayang!” sapa Sania “Kamu ke sini juga?!” Dengan tiba-tiba Sania mengalungkan kedua tangannya di leher Abizar sembari tersenyum manis. Tidak ada senyum di bibir Abizar, yang ada hanya tatapan dingin dan datar. “Kamu mau ngapain ke sini?” tanya Sania “Bukan urus
Abizar kembali memutar posisi mereka dengan dirinya yang menindih tubuh Sania. Ia mengelus pipi Sania dengan pergerakan lembut membuat perempuan itu memejamkan mata menikmati sentuhan Abizar. Tubuh keduanya menempel sempurna, tidak ada space sama sekali. “Aku menginginkanmu malam ini!” ucap Abizar tanpa sadar Sania langsung membuka mata setelah mendengar perkataan Abizar. Ia tersenyum manis menatapnya. Sania sudah siap menyerahkan tubuhnya pada Abizar, laki-laki yang dicintainya. Ia tidak ingin merasakan penyesalan yang kedua kalinya karena telah melepas Abizar.Sania mengelus pipi Abizar dengan Ibu jarinya. “Lakukan sekarang, Bi! Aku sudah siap.” ucapnya sembari tersenyum manis Abizar tersenyum smirk mendengar jawaban Sania. “Tapi aku ingin melakukan pemanasan terlebih dulu.” “Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, Bi!” Cup“Huhh..” Sania mengatur nafasnya agar tetap beraturan ketika Abizar menciumi lehernya. Hembusan nafas Abizar terasa hangat di lehernya, hal itu membuat sensas