Aileen tersenyum canggung ketika memasuki ruangan yang di dalamnya ada beberapa orang yang ia yakini mereka semua adalah rekan kerja Abizar. Mereka tersenyum menatap kedatangan Abizar.
“Selamat pagi, Pak Abizar!” “Pagi!" Mereka mengernyitkan kening ketika menatap Aileen di belakang tubuh Abizar. Sebelumnya mereka belum pernah melihat perempuan itu di kantor Abizar. Yang biasanya mendampingi Abizar meeting adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Perempuan itu siapa, Pak?” tanya salah satu rekan kerja Abizar “Oh, saya sampai lupa untuk memperkenalkan. Dia sekretaris baru saya, namanya Aileen!” “Lalu Pak Bara?” “Dia masih tetap menjadi sekretaris saya!” Mereka semua mengangguk mengerti. Ada rasa heran dalam diri mereka ketika seorang Abizar memilih seorang perempuan untuk dia jadikan sekretaris pribadinya. “Bisa kita mulai meetingnya?” tanya Abizar “Bisa, Pak.” Jantung Aileen berdebar kencang ketika meeting akan segera dimulai. Bukannya duduk, ia justru masih tetap berdiri di dekat pintu. Abizar memberi kode pada Aileen agar sekretarisnya itu untuk segera duduk. Rasanya Aileen ingin pergi dari tempat ini sekarang juga. Aileen duduk di dekat Abizar. Ia melayangkan tatapan protes pada atasannya itu. “Pak, saya belum ada persiapan apapun” cicitnya “Itu urusan kamu bukan urusan saya!” “Ngeselin. Kalau bukan karena butuh uang aku pasti langsung pergi detik ini juga.” gerutu Aileen dalam hati “Jadi bagaimana pendapat Pak Abizar?” tanya salah satu rekan kerjanya Abizar melirik ke arah Aileen sembari tersenyum smirk. “Biar sekretaris saya yang menjawabnya!” “Ha?” Aileen mengerjapkan matanya berulang kali setelah mendengar perkataan Abizar. Mana mungkin ia bisa menjawab presentasi masalah perusahaan yang belum ia pelajari sama sekali. Aileen terlihat kebingungan, apalagi dirinya baru bergabung di perusahaan Abizar mulai hari ini. Aileen menelan ludahnya kasar ketika rekan kerja Abizar menatap ke arahnya. Ia tersenyum canggung ke arah mereka semua. “Astaga, mati gue” katanya dalam hati “Maaf! Tapi saya belum mempelajarinya, Pak!” kata Aileen sembari menunduk “Kamu sekretaris baru?” “Iya, Pak. Saya baru masuk hari ini.” Mereka semua mengangguk mengerti. Pantas saja Aileen berkata jika belum mempelajari presentasi masalah perusahaan mereka. Abizar menahan tawa ketika Aileen terlihat begitu gugup. Abizar memang dengan sengaja melakukan hal itu. Entah kenapa ketika pertama kali bertemu dengan Aileen ia merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Beberapa menit kemudian Meeting telah selesai dari beberapa menit yang lalu. Abizar dan Aileen sudah kembali ke ruangan mereka. Untuk pertama kalinya Aileen menjadi seorang sekretaris, dan ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang. “Kamu bekerja di kantor saya bukan untuk bersantai santai.” sindir Abizar Aileen memutar bola matanya malas. Abizar bahkan sama sekali tidak memberitahu apa yang harus ia kerjakan. Sejak tadi Abizar sibuk dengan laptopnya, mengganggap dirinya tidak ada. “Saya nggak tahu harus melakukan apa, Pak” Mendengar itu Abizar memutar kursi kebesarannya menghadap Aileen. Ia menaikkan sebelah alisnya seolah meremehkan. “Lalu kamu bisa nya apa?” “Saya manusia bukan ular cobra yang banyak bisa nya, Pak!” “Ck, saya nggak bercanda.” “Maaf, Pak!” Aileen menundukkan kepala ketika mendapat tatapan tajam dari Abizar. “Kalau kamu nggak tahu melakukan apa, kenapa nggak tanya? Kenapa hanya diam saja di situ?” “Di sini yang jadi bos itu kamu atau saya?” “Pak Abizar!” “Itu tahu. Saya bos, tapi sejak tadi saya yang bekerja dan kamu dengan seenaknya bersantai santai di situ” “Maaf, Pak!” “Maaf, maaf!” Abizar berdiri lalu mengambil beberapa berkas untuk ia serahkan ke Aileen. Ia ingin Aileen menyelesaikan semua berkas itu. Abizar menaruh berkas itu di atas meja kerja Aileen membuat perempuan itu menatapnya bingung. “Itu apa, Pak?” tanya Aileen dengan polos “Kamu nggak tahu ini namanya apa?” “Berkas” “Terus ngapain tanya?!" “Em, maksud saya berkas itu untuk apa?” “Selesaikan dua hari ke depan! Jika tidak selesai saya akan memotong gaji kamu” Aileen menganga tidak percaya mendengar perkataan Abizar.. Berkas dengan tumpukan yang bisa dibilang tinggi harus diselesaikan dua hari saja? Bahkan Aileen belum terlalu paham dengan pekerjaan yang saat ini ia jalani. “Tapi, Pak…” “Saya tidak menerima bantahan apapun!” “Ingat, dua hari harus selesai!” kata Abizar memperingati “Kalau nggak selesai?” “Gaji kamu saya potong.” Aileen mengepalkan kedua tangannya. Jika laki laki di hadapannya saat ini bukanlah atasannya sudah pasti ia akan memakinya sampai puas. Bukan hanya itu, ia akan memukul kepala Abizar agar sadar dengan perlakuannya yang keji itu. “Tapi, Pak…” “Saya nggak menerima tapi! Satu hari bagi saya sudah cukup untuk mempelajari itu semua. Dan satu hari lagi kamu kerjakan itu semua sampai selesai!” Aileen menghela nafas kasar. Percuma jika ia membantah karena Abizar tidak akan memberikan toleransi padanya. Aileen menarik nafas panjang lalu ia hembuskan dengan perlahan. Dirinya tidak boleh banyak mengeluh. Ia harus bersyukur karena sudah mendapat pekerjaan meskipun memiliki bos yang sangat menyebalkan. “Huft..” “Sabar, Aileen! Kamu pasti bisa kok!” gumamnya menyemangati dirinya sendiri Aileen mencoba untuk tersenyum meskipun di dalam hatinya ia ingin berteriak kencang pada Abizar. “Baik, Pak. Saya akan menyelesaikannya dalam dua hari” “Bagus. Saya tunggu!” Setelah mengatakan itu Abizar keluar dari ruangannya. Aileen menghentakkan kakinya kesal melihat kepergian laki laki itu. Rasanya ia ingin berteriak kencang untuk melampiaskan rasa kesalnya. *** Malam harinya Pukul 18.00 Aileen baru keluar dari ruangannya. Kantor sudah cukup sepi karena para pegawai sudah pulang dari beberapa jam yang lalu. Aileen pulang terlambat karena ingin mempelajari berkas yang diberikan Abizar padanya. Ia tidak ingin kelihatan bodoh di hadapan atasannya itu. “Ini semua gara gara atasan nyebelin itu!” gerutu Aileen “Ekhm,” Aileen terlonjak kaget ketika mendengar suara seseorang yang tidak asing baginya. Ia langsung menoleh ke belakang untuk melihat ke sumber suara. Aileen melebarkan matanya ketika melihat keberadaan Abizar. “Pak Abizar!” gugup Aileen “Kenapa? Kaget lihat keberadaan saya?” “Saya juga mendengar perkataan kamu barusan” Aileen menelan ludahnya kasar. Ia pikir Abizar sudah pulang dari beberapa jam yang lalu. Sejak tadi ia tidak melihat Abizar kembali ke ruangannya, tapi sekarang laki laki itu tiba tiba muncul di hadapannya. Aileen tersenyum bodoh. Ia merutuki dirinya sendiri yang sudah bicara sembarangan. Abizar bersendekap dada sembari menatap Aileen yang sedang menundukkan kepala. “Sepertinya saya harus memotong gaji kamu” “Ha? Kenapa begitu, Pak? Memangny saya salah apa?” “Kamu lupa dengan perkataan kamu barusan? Atau kamu pura pura amnesia?” Aileen langsung terdiam. Ia memang salah, tidak seharusnya ia berkata jelek tentang Abizar. “Maaf, Pak! Tapi saya mohon jangan potong gaji saya" “…” Bukannya menjawab perkataan Aileen, Abizar justru melangkah pergi meninggalkan perempuan itu. Aileen yang takut gajinya dipotong langsung berlari mengejar atasannya itu. “Pak Abizar!” panggil Aileen “Pak, saya mohon jangan potong gaji saya. Baru juga hari ini masuk kerja masa iya gaji saya langsung dipotong” “Terserah saya” “Pak, tapi…” Abizar mengangkat tangan kanannya bermaksud meminta Aileen untuk menghentikan ucapannya. Aileen langsung terdiam ketika melihat hal itu. Bibirnya mengerucut kesal. Ia ingin sekali melayangkan protes, tapi dirinya tidak cukup berani melakukan hal itu. “Sudah malam waktunya pulang!” kata Abizar “Iya, Pak. Sekali lagi saya minta maaf!" Abizar masuk ke dalam mobil meninggalkan Aileen yang masih berdiri di depan lobby perusahaan. Ia mengernyitkan keningnya ketika melihat Aileen diam saja. “Nggak pulang?” “Pulang, Pak” “Terus ngapain masih berdiri di situ?” “Em, habis ini saya jalan ke depan buat cari kendaraan umum” Abizar menghela nafas kasar. Ia memberi kode pada sopirnya untuk keluar dari mobil. Setelah sopir pribadinya keluar Abizar memberikan kode pada Aileen agar segera masuk ke dalam mobilnya. Aileen justru menatap bingung dengan apa yang dilakukan Abizar. “Masuk!” kata Abizar “Ha?” “Ck, kamu nggak dengar perkataan saya barusan?” “Dengar” “Terus kenapa kamu masih berdiri di situ seperti patung?” “Memang saya harus masuk ke mana, Pak?” “Mobil saya, Aileen!” kata Abizar dengan gemas “Mau ngapain, Pak?” Abizar menghela nafas kasar. Ia mencoba untuk lebih bersabar lagi menghadapi Aileen. “Saya antarkan kamu pulang” “Tapi…” “Jangan banyak protes atau saya pecat kamu detik ini juga” ancam Abizar “JANGAN, PAK!” pekik Aileen “Yaudah. Cepat masuk!” Aileen menganggukkan kepalanya. Dengan terpaksa ia masuk ke dalam mobil Abizar yang katanya akan mengantarkan dirinya pulang. Sebenarnya ada rasa takut di hati Aileen ketika satu mobil dengan atasannya itu. Mau bagaimanapun ia belum cukup mengenal Abizar. Ia hanya pegawai baru di kantor laki laki itu. Abizar dan Aileen saling diam. Aileen tidak tahu harus bicara apa pada atasannya itu. Mereka terjebak macet membuat Aileen merasa ngantuk. Matanya tiba tiba terasa berat, dan tidak lama mata Aileen terpejam karena sudah tidak tahan dengan rasa kantuk yang menyerang. “Kamu sudah makan?” tanya Abizar dengan menatap lurus ke depan “…” “Aileen!” “…” Merasa tidak ada jawaban dari Aileen membuat Abizar menoleh ke samping. Ia menghela nafas ketika melihat perempuan itu tertidur. “Pantesan diam aja” “Astagaa. Gue lupa buat tanya alamat rumah dia” gerutu Abizar Abizar menepikan mobilnya di pinggir jalan. Ia tidak mungkin terus melajukan mobilnya sedangkan ia tidak tahu alamat rumah Aileen. Abizar melirik ke arah Aileen yang tertidur dengan pulas, bahkan ia mendengar suara dengkuran halus dari perempuan itu. Abizar mendekat ke arah Aileen berniat memperbaiki posisi tidur perempuan itu agar lebih nyaman. Entah kenapa ia tidak tega jika harus membangunkan Aileen. Wajah Aileen terlihat begitu lelah membuat Abizar kasihan melihatnya. “Engghh” lenguh Aileen ketika Abizar memperbaiki posisi tidurnya Abizar menelan ludahnya kasar ketika wajahnya begitu dekat dengan wajah Aileen. Ia menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan agar tubuhnya tidak menindih tubuh Aileen. Tanpa sadar Abizar tersenyum tipis menatap wajah Aileen. “Cantik!” Abizar menyelipkan rambut Aileen di belakang telinga agar ia bisa melihat wajah cantiknya. Wajah Aileen terlihat begitu damai ketika tidur. Tatapan Abizar tiba tiba beralih pada bibir Aileen yang sedikit terbuka. Abizar membasahi bibirnya ketika menatap bibir Aileen yang menurutnya sangat menggoda. “Ck, lo mikirin apa sih, Bi?” gumamnya Ketika Abizar ingin menegakkan tubuhnya tiba tiba tanpa sadar Aileen manarik tangan laki laki itu membuat posisi mereka begitu dekat, lebih dekat dari sebelumnya. Abizar bisa merasakan hembusan nafas Aileen yang berbau mint. Dengan susah payah ia menahan diri, tapi dengan tiba tiba Aileen justru menarik tangannya membuat posisi mereka tidak aman. “Astagaa. Cobaan apa lagi ini?” Jantung Abizar berdebar kencang. Hidung mereka sudah bersentuhan, dan jika Abizar semakin mendekatkan wajahnya mungkin bibir keduanya akan menyatu. “Nggak. Lo harus tahan, Bi” gumamnya Tapi mau bagaimanapun Abizar adalah laki laki normal. Sisi gelapnya sebagai seorang laki laki muncul jika di hadapkan dengan situasi seperti ini. Abizar tersenyum smirk, dan… Cup Abizar mencium sekilas bibir Aileen tanpa perempuan itu sadari. “Manis!" ucapnya sembari tersenyum ~•~•~Abizar menjauhkan wajahnya ketika tersadar dengan apa yang dirinya lakukan barusan. Ia menepuk kedua pipinya berulang kali, tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan barusan. “Astagaa. Apa yang gue lakuin? Sadar Abizar!" gumamnya sembari menggelengkan kepalanya berulang kali. “Untung saja perempuan itu nggak kebangun!” Entah alasan apa yang Abizar gunakan jika sampai Aileen terbangun dari tidurnya. Abizar memegang dadanya yang tiba tiba berdebar kencang setelah mencium bibir Aileen, tanpa perempuan itu sadari. Ia mengusap wajahnya kasar, mencoba melupakan kejadian yang baru saja ia lakukan pada Aileen. “Bego lo, Abizar!” gumamnya Meskipun Abizar terus menggerutu tapi ada rasa bahagia tersendiri di hatinya ketika mencium bibir Aileen. Ia melirik ke arah Aileen yang masih terlelep dalam tidurnya. Tanpa sadar bibir Abizar sedikit tersenyum ketika melihat wajah cantik Aileen yang sedang tidur. Sambil menunggu Aileen bangun Abizar menyandarkan tubuhnya sembari memejamkan
Pukul 23.00, Abizar mengemudikan mobilnya menuju sebuah club malam untuk bersenang-senang. Tempat favorit yang selalu ia datangi jika pikirannya sedang kacau atau merasa lelah. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya mobil yang Abizar kendarai sampai di tempat tujuan. Ia keluar mobil dengan wajah khas yang ia miliki, dingin dan datar. Seketika Abizar mendapat sambutan hangat dari para perempuan yang melihatnya. Siapa yang tidak ingin memiliki Abizar, seorang Ceo ternama serta memiliki berbagai cabang di berbagai Negara! “Abizar!” lirih seorang perempuan Perempuan itu tersenyum smirk. Ia berjalan mendekat ke arah Abizar dengan senyuman manisnya. Perempuan itu menggeser semua perempuan yang mencoba mendekati Abizar. “Sayang!” sapa Sania “Kamu ke sini juga?!” Dengan tiba-tiba Sania mengalungkan kedua tangannya di leher Abizar sembari tersenyum manis. Tidak ada senyum di bibir Abizar, yang ada hanya tatapan dingin dan datar. “Kamu mau ngapain ke sini?” tanya Sania “Bukan urus
Abizar kembali memutar posisi mereka dengan dirinya yang menindih tubuh Sania. Ia mengelus pipi Sania dengan pergerakan lembut membuat perempuan itu memejamkan mata menikmati sentuhan Abizar. Tubuh keduanya menempel sempurna, tidak ada space sama sekali. “Aku menginginkanmu malam ini!” ucap Abizar tanpa sadar Sania langsung membuka mata setelah mendengar perkataan Abizar. Ia tersenyum manis menatapnya. Sania sudah siap menyerahkan tubuhnya pada Abizar, laki-laki yang dicintainya. Ia tidak ingin merasakan penyesalan yang kedua kalinya karena telah melepas Abizar.Sania mengelus pipi Abizar dengan Ibu jarinya. “Lakukan sekarang, Bi! Aku sudah siap.” ucapnya sembari tersenyum manis Abizar tersenyum smirk mendengar jawaban Sania. “Tapi aku ingin melakukan pemanasan terlebih dulu.” “Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, Bi!” Cup“Huhh..” Sania mengatur nafasnya agar tetap beraturan ketika Abizar menciumi lehernya. Hembusan nafas Abizar terasa hangat di lehernya, hal itu membuat sensas
“Sshh..” ringis Abizar Abizar memegangi kepalanya yang terasa sakit dan sedikit pusing. Ia menatap sekeliling karena merasa asing dengan tempatnya saat ini. “Ini di mana?” gumamnya Ketika Abizar ingin bangun ia merasakan sesuatu melingkar di atas perutnya. Ia menunduk untuk melihat apa yang menimpa perutnya. Abizar melebarkan matanya ketika melihat sebuah tangan sedang memeluknya. Ia menoleh ke samping dan betapa terkejutnya ia melihat keberadaan Sania. Deg“Nggak! Nggak mungkin!” gumam Abizar Abizar langsung bangun dan seketika rasa pusing menyerang kepalanya. “Sshh..” ringis Abizar sembari memegangi kepalanya “Enghh..” lenguh Sania Perlahan mata Sania terbuka karena merasa terganggu. Ia mengerjap pelan sembari tersenyum ketika melihat keberadaan Abizar yang sudah bangun lebih dulu darinya. Tidak ada rasa malu sedikitpun yang dirasakan Sania. Ia justru terlihat begitu bahagia karena telah menikmati malam yang begitu panjang bersama Abizar. “Ternyata kamu udah bangun!” gumam Sa
Terlihat seorang laki laki tampan dan gagah berjalan memasuki sebuah lobby perusahaan. Laki laki dengan wajah khas arogan dan gaya angkuh, tapi begitu disegani dan disukai para wanita. Laki laki itu adalah Abizar Bagaskara, putra tunggal dari Haikal Bagaskara dan Astrid Bagaskara. Abizar, Ceo dari Green Larry Corporation. Perusahaan yang didirikan sendiri oleh Abizar. Atas dukungan dari kedua orang tuanya Abizar bisa merintis perusahaan sendiri mulai dari nol. “Selamat pagi, Pak!” sapa para pegawai Abizar hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia berjalan menuju lift yang langsung menuju ke ruangannya. Bukan hanya arogan, Abizar juga terkenal sebagai bos yang dingin. Abizar duduk di kursi kebesarannya, dan tidak lama seseorang memasuki ruangannya begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Seseorang itu adalah Bara, sekretaris sekaligus orang kepercayaan Abizar. “Kebiasaan!” ucap Abizar “Sorry!” “Lo baru datang?” tanya Bara Sudah biasa bagi Bara memanggil lo-gue d