“Gracia adalah ... tunangan Brandon.”
Selepas kepergian keluarga Richmont, Kelly duduk sendirian di sofa ruang keluarga. Ia berusaha mencerna, bahwa Brandon ternyata memiliki tunangan yang tidak direstui keluarga Richmont.
Dan kini, entah karena alasan apa, keluarga kaya raya itu ingin ia menjauhkan Brandon dari tunangannya.
Bahkan Eliza menawari uang satu milyar pada Kelly jika berhasil membuat Brandon dan Gracia putus hubungan.
"Argh! Problem orang kaya, kenapa pelik sekali?!" ujar Kelly seraya menjenggut rambutnya, frustrasi.
Pusing memikirkan masalah Brandon, Kelly mengalihkan perhatian pada ponselnya. Beberapa pesan dari keluarganya baru terbaca. Ia mengembuskan napas berat sebelum menekan tombol video call.
“Haii, Kel.” Louis, salah satu kakak Kelly langsung menjawab. ”Di mana ini?”
“Mmm ... galeri, Kak.” Kelly terpaksa berbohong. “Sedang jalan-jalan santai menikmati desain bangunan modern.”
Tak lama kemudian, dua kakak Kelly yang lain ikut bergabung. Mereka menanyakan bagaimana keadaan Kelly dan kapan adik mereka yang sedang berjuang untuk mandiri di negara lain mulai bekerja.
“RichScent itu salah satu perusahaan parfum terbesar dan terkenal di dunia, Kel." Sacha, salah seorang kakak Kelly bersemangat menjelaskan. "Produknya bukan hanya parfum, namun segala sesuatu yang berhubungan dengan wewangian, pasti pencetus idenya adalah perusahaan RichScent.”
Mendengar penjelasan Sacha, Kelly mengangkat kedua alisnya.
Brandon, lelaki bertato dan beranting itu pemilik perusahaan parfum? Aneh banget. Rasanya, tidak sesuai dengan kepribadiannya.
Walaupun kalau dipikir-pikir, Brandon memang sangat wangi. Bahkan saat lelaki itu belum muncul, Kelly sudah bisa mencium aroma parfumnya dari jauh.
Persis seperti saat ini. Ia sudah mencium kehadiran Brandon dari parfum lelaki itu, sebelum lelaki itu terdengar bersuara, “Bicara dengan siapa?”
“Akh!” Kelly refleks membalik tubuh, menyembunyikan ponselnya di balik punggung dan menekan tombol memutuskan komunikasi.
Brandon berdiri di depan Kelly sambil berkacak pinggang.
Seperti biasa, Brandon sangat tampan dan rapi meski kali ini hanya mengenakan kemeja lengan panjang yang digulung hingga siku dan celana pendek serta sepatu sport.
“Umm ... bukankah aku boleh memiliki urusan sendiri dan kamu tidak boleh ikut campur?” Kelly mengingatkan perjanjian pernikahan mereka.
Sekilas, Brandon melihat layar ponsel Kelly sebelum wanita itu menyembunyikan ponselnya.
Lelaki itu menangkap potret lelaki tampan melalui layar kecil tersebut.
Brandon kemudian terkekeh. “Ternyata kamu tidak selugu yang dikira Granny. Apa dia pacarmu?"
Kelly mendengus pelan. “Bukan urusanmu.”
Brandon mengibaskan tangan, berkata santai sambil berlalu. “Terserah. Asal kamu tau, aku juga ingin bertemu dengan seorang wanita.”
Segera, Kelly menyusul langkah panjang Brandon. “Gracia? Kamu mau bertemu Gracia, ‘kan?--Argh.” Kelly memegang hidungnya yang tertabrak tubuh berotot Brandon, karena lelaki itu berhenti mendadak.
“Kamu tau?”
Sambil tetap mengusap hidungnya, Kelly mengangguk. “Granny Eliza yang memberitahuku.”
Kedua tangan Brandon kini masuk ke dalam saku celana. Ia menatap Kelly lama lalu mengangguk-angguk.
“Bagus. Artinya keluargaku sudah tau kalau Gracia telah kembali.”
Kelly mencebik sedikit. “Sayang, ia datang terlambat dua hari. Kalau tidak, kamu pasti memilih menikahi Gracia dan aku tidak terjebak pernikahan denganmu!”
Detik berikutnya, napas Kelly tercekat. Brandon menatapnya tajam seolah ia adalah seorang penjahat yang harus dihukum berat karena ucapannya.
“Ingat! Pernikahan kita rahasia.” Brandon mendelik dan berkata tegas. “Besok, Gracia juga bekerja di perusahaanku. Jaga jarak dengannya dan jangan membuat ulah!”
Sambil mengatur napas, Kelly memandang Brandon yang menjauh. Daftar alasan balas dendamnya semakin panjang sekarang.
Esok harinya, dengan taxi, Kelly berangkat ke perusahaan. Sampai di lobi, Kelly berdiri di tengah ruangan yang telah ramai itu.
Harum semerbak pewangi ruangan yang menyegarkan membuat Kelly menarik napas dalam-dalam dan menikmati aroma yang memanjakan penciumannya.
Perusahaan itu sangat mewah dan elegan. Mirip mansion Brandon, dengan desain modern. Kelly melangkah ke bagian resepsionis yang kemudian memberikan kartu tanda pengenal pada Kelly, dan menyebut nama seseorang yang harus ia temui.
‘Ian Madison Grey – Direktur HRD.’ Kelly berdiri di depan pintu dengan papan nama mewah itu.
Setelah mengetuk pintu dan mendapat jawaban, Kelly masuk. Ia segera mengenali wajah lelaki di balik meja sebagai salah satu tamu pernikahannya dengan Brandon.
“Hai, Kelly.” Ian menjulurkan tangan. “Senang bertemu denganmu lagi.”
Kelly mengangguk singkat dan membalas jabatan tangan tersebut. “Selamat pagi, Tuan Ian.”
“Tuan? Ya Tuhan." Ian tergelak. "Aku sahabat Brandon. Panggil nama saja, ya.”
“Statusku di sini pegawai, jadi mana mungkin aku memanggilmu nama saja secara di sini kamu adalah bosku?” tolak Kelly halus, disertai senyuman.
“Ya, sudah. Ayo, kuantarkan ke mejamu.”
Sambil berjalan, Ian berkata bahwa ia merasa tidak enak hati memberikan pekerjaan ini pada Kelly. Namun, karena status Kelly yang merupakan istri rahasia Brandon, ia harus menyetujui saran sahabatnya.
Mereka sampai pada tata ruang kantor bersekat.
Satu meja dan kursi yang tidak terlalu besar yang kosong sepertinya sudah dipersiapkan untuk Kelly. Setelah berbincang sebentar tentang pekerjaan, Ian meninggalkan Kelly.
Baru sebentar duduk, seseorang datang dan menyapanya dengan ketus, “Siapa kamu?”
Kelly mendongak sedikit, memandang tiga wajah wanita muda yang balas menatapnya tidak ramah.
“Kenalkan. Namaku Kelly. Mulai hari ini akan bekerja di sini.” Dengan senyum yang dipaksakan, Kelly menjawab.
Perkenalan dan uluran tangan Kelly diabaikan. Tanpa senyum, salah satu wanita itu memicingkan mata kepada Kelly.
“Karyawan rendahan sepertimu bisa membuat Tuan Ian yang terkenal galak mengantarmu sendiri ke mejanya." Sosok itu kini mulai menilai penampilan Kelly dari ujung kepala hingga kaki. "Katakan, kamu tidak memiliki hubungan khusus dengannya, kan?”
“Bubar!”Kelly dan ketiga wanita muda di depannya tersentak kaget. Ian berdiri di belakang mereka dengan wajah garang.“Jangan ganggu Kelly bekerja. Ingat itu!” Ian mengancam para wanita yang langsung menunduk dan menjauh.Dari balik punggung Ian, Kelly melihat wanita-wanita pergi ke meja masing-masing dengan masih meliriknya sinis.“Maaf atas sambutan yang kurang enak.” Ian mengembuskan napas berat. “Aku sedang berjuang memperbaiki suasana bekerja yang kondusif di tempat ini.”Kelly hanya tersenyum dan mengangguk berbarengan. Padahal dengan Ian membelanya di depan seluruh karyawan, ia pasti akan lebih mendapat cibiran sebagai anak baru kesayangan bos HRD.“Ini, tolong fotokopi untuk rapat satu jam lagi. Nanti Ria akan membantumu.” Ia mengenalkan wanita di sampingnya kepada Kelly dan kemudian pergi ke salah satu ruangan.Kelly langsung menyukai Ria. Wanita energik dengan potongan rambut lelaki dan make up natural. Bahkan gayanya pun terlihat maskulin dengan blazer dan celana panjang.
“Granny minta ia belajar di sini selama Granny pergi ke luar negeri.” Kali ini, Brandon yang memberikan alasan."Benarkah?" Gracia terdiam sejenak. Mata curiganya tak lepas mengamati Kelly. Ia kembali ke negara ini karena mendengar kabar dari pelayan mansion yang menjadi mata-matanya, bahwa ada seorang wanita cantik yang tinggal bersama Brandon. Otaknya langsung menyimpulkan sesuatu, jika mungkin saja Kelly adalah orangnya.Setelah jam kerja usai, Brandon kelaur dari ruangannya dan memberi kode pada Ian untuk pergi. Kebetulan saat itu, Ian sedang mengobrol dengan Kelly."Ayo, Gracia," katanya kemudian menggenggam tangan Gracia dan menuntunnya masuk ke dalam lift.Sebenarnya, wanita itu masih sangat penasaran pada Kelly. Hanya saja, ia harus memakai strategi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Brandon selama ia pergi.Ia tidak boleh gegabah, salah-salah, tindakannya itu justru menjegal usahanya untuk kembali ke sini.Gracia tersenyum, lalu berpikir untuk bertindak seperti
Kelly kembali sendirian ke mansion. Saat makan malam, ponsel Kelly bergetar. Nama Kak Sacha tercantum di layar. Kelly membalas panggilan telepon dari kakaknya tersebut.“Kak Cha,” sapa Kelly.“Hai. Sedang apa?”“Makan malam. Ada apa, Kak?”Beberapa saat mereka bertukar cerita tentang menu makan malam. Kelly cukup terhibur oleh telepon kakaknya karena ia kesepian di mansion sendirian.“Kalau Kak Cha ke sini aku ajak ke restoran di dekat apartemen. Menunya enak dan harganya pas untuk pegawai seperti aku.”“Kebetulan. Kak Cha menelepon untuk mengabari kalau aku akan berkunjung, sekalian menemani Cedric seminar di sana. Kamu tidak keberatan kami menginap di apartemenmu, ‘kan?”Kelly terdiam beberapa saat. Bagaimana mungkin ia menolak kedatangan kakaknya? Masalahnya sekarang ia tidak tinggal di apartemen.Juga tidak mungkin ia berkata bahwa ia telah menikah dan tinggal di mansion sang suami. Bisa geger keluarganya dan mungkin akan terjadi perang antara keluarganya dengan keluarga Richmont.
Pagi harinya, Kelly terbangun karena suara notifikasi pesan. Ia memanjangkan tangan untuk meraih ponselnya di meja nakas di samping ranjang. Dengan mata menyipit, Kelly membaca pesan yang ternyata dari Brandon.“Mmmm ... Brandon bilang aku tidak boleh keluar dari kamar? Memangnya kenapa?” Kelly mengerutkan kening.Kelly akhirnya duduk dan bermain ponsel hingga bosan. Lalu, Kelly memutuskan mandi dan bersiap untuk kerja. Hingga ia selesai berdandan, dan belum menemukan pesan lain dari Brandon.Merasa bingung karena takut terlambat bekerja, Kelly mengetik pesan untuk Ian. Lelaki itu segera membalas dan berkata akan menjemput Kelly.Satu jam kemudian, pintu kamar Kelly diketuk seseorang. Ian berdiri di depan pintu saat Kelly membukanya.“Sudah siap?” Ian bertanya.“Sebentar, aku ambil tas.”Ian mengajak Kelly berjalan memutar ke belakang mansion. Kelly yang jarang berkeliling hanya mengikuti Ian tanpa banyak protes. Hingga mereka tiba di depan sebuah mobil mewah.Kelly terdiam saat Ian m
Ian melirik Brandon dan membalas, “Belum. Tapi, mungkin saja.”Sekilas, Ian melihat kilat di mata Brandon mendengar ucapannya. Dengan santai, Ian menggiring Kelly masuk ke dalam lift di ikuti Brandon dan Gracia.“Bagus, kalau kamu memiliki kekasih. Jadi, kamu tidak akan mengganggu kami lagi.” Gracia tersenyum penuh arti sambil menarik tangan Brandon untuk ikut masuk ke dalam lift.“Dan kita bisa double date. Kencan ganda. Begitu bukan, Brad?” Ian menatap Brandon dengan seringai jahil di wajah.Kelly mengamati Brandon yang mengetatkan rahang tanpa mengucapkan satu kata pun. Ian bahkan berkata ia akan mengirim pesan pada Granny Eliza untuk meminta izin agar bisa melakukan double date dengan Kelly, Brandon dan Gracia.Begitu pintu lift terbuka, Kelly segera permisi lebih dulu. Ia tidak mau berlama-lama berada di dalam ruangan bersama Brandon, Gracia dan Ian.Sementara Gracia pergi ke kamar mandi, Brandon menyeret Ian ke ruang kerjanya. Lelaki itu lalu mengunci pintu dan berdiri di hadapa
Kelly menggeleng. Merasa tidak mungkin membenarkan pernyataan Ian bahwa Brandon sebenarnya cemburu pada kedekatan mereka berdua.“Kita lihat saja nanti.” Ian menyeringai saat memarkir kendaraannya di depan restoran.Kedua pasangan itu duduk berhadapan. Kelly tidak memperdulikan lirikan sinis Gracia padanya saat mereka berbincang.“Sampai kapan Granny Eliza di luar negeri?” Gracia bertanya pada Brandon.“Tidak tau.” Brandon menggeleng acuh sambil menatap ponselnya.Ian sepertinya sengaja membangun keakraban dengan Kelly. Ia beberapa kali mengajak Kelly mengobrol dengan berbisik pelan dan melemparkan candaan yang membuat Kelly tersenyum.“Kita mulai saja rapatnya!” sentak Brandon tiba-tiba.Tidak ada yang Kelly lakukan selain mendengar diskusi antara Brandon dan Ian. Selama rapay, Kelly sesekali melirik Gracia yang tampak hanya bermain ponsel saja.Melalui pembicaraan yang ia dengar, Kelly menyimpulkan bahwa Brandon sangat kesal karena produk parfumnya gagal produksi. Bagian produksi ti
“Kamu beneran suka dengan Kelly?” Brandon menatap sahabatnya dengan mata menyelidik.Mereka telah mengantar Gracia dan Kelly ke apartemen masing-masing. Akhirnya, Brandon setuju Kelly menginap di tempat tinggalnya sebelum menikah. Sementara Gracia awalnya tetap ingin menginap di mansion, namun Brandon menolak dengan alasan ia dan Ian ingin mendiskusikan masalah perusahaan.Ian tersenyum mendengar pertanyaan Brandon. “Wajar, bukan? Kelly itu ... selain cantik dan cerdas, ada sesuatu di dirinya yang entah kenapa sangat menarik. Unik.”Rasanya Brandon dapat mendengar jantungnya berdebar kuat saat ini mendengar pujian Ian untuk Kelly. Ia mengetatkan rahang, mencoba untuk tidak membalas pernyataan sahabatnya.“Bagaimana menurutmu? Apa aku cocok dengan Kelly?” Ian merentangkan tangannya dan berputar di depan Brandon.“Tidak tau.” Brandon mendengus kesal.“Hehe. Tenang saja, aku tidak akan melakukan pendekatan sekarang. Mungkin setelah kalian bercerai. Aku siap menunggu.”Sengaja, Ian memana
Ruang rapat dipenuhi jajaran petinggi perusahaan. Kelly tidak merasa asing dengan situasi ini. Sejak kecil, Kelly bahkan sering ikut rapat dengan orang tua atau kakak-kakaknya.Di depan mereka ada meja panjang dengan lima produk parfum. Kemasan botol yang elegan dan mewah sangat menarik perhatian. Saat ini, Gracia sedang menjelaskan situasi yang mereka hadapi.“Rapat ini untuk menentukan akan kita apakan produk-produk gagal ini.” Gracia mengakhiri kata-kata pembukaan.Ian mengambil alih. “Saat ini ada beberapa pilihan. Produk dimusnahkan, direvisi pabrik atau ... dijual.”Terdengar bisikan demi bisikan. Mereka tidak mengira ada pilihan untuk tetap menjual produk gagal.“Kelly sudah hadir di sini untuk memberikan pendapatnya. Silahkan, Kelly.” Ian tersenyum dan mempersilahkan Kelly bicara.Kini, semua mata menatap Kelly. Karyawan baru yang sejak awal kehadirannya mendapat perhatian karena banyak mendapat keistimewaan. Mereka bahkan tidak tau, mengapa Kelly menjadi bagian dari pengambil
Persalinan semakin dekat. Mansion Brandon kembali ramai dengan keluarga yang datang untuk menyambut si kembar tiga. Bahkan kakak-kakak dan keponakan-keponakan Kelly pun datang dan menginap di mansion.Beberapa hari ini para grandpa dan grandma masih sibuk di kamar bayi. Mereka meminta izin untuk mengatur dan menata kamar bayi. Kelly dan Brandon tentu saja tidak keberatan.Kelly duduk di sofa menyusui dan memperhatikan orang tua dan mertuanya. Mommy Keyna dan Mommy Florence sedang berdiskusi tentang aksesoris ranjang bayi tiga. Sementara Daddy William dan Daddy Donald lebih cepat menyelesaikan ranjang bayi satu dan dua.Hingga akhirnya keempatnya berkumpul di depan ranjang bayi tiga. Kelly menggeleng samar saat mereka begitu selektif.“Akh.” Keelly meringis dan mengatur napas.Mommy Keyna langsung mendekat. “Ada apa? Mereka bergerak bersamaan lagi?”“Kontraksi, Mom.” Kelly berdiri dan mencoba berjalan mondar-mandir dibimbing Mommy Keyna.“Bayi-bayi itu aktif sekali.” Daddy William mena
"Pagi, Brandon."Brandon menatap sekilas, lalu mengalihkan pandangan sambil memberi kode pada wanita yang baru datang itu untuk duduk di depannya.Kelly mengizinkannya bertemu Audrey tetapi berpesan untuk tidak berpandang-pandangan lama dengan wanita lain.Wanita cantik dengan tubuh ramping dan harum bunga jasmine itu mengangguk lalu duduk."Kelly bilang kamu mau bertemu?"Brandon tidak langsung menjawab. Ia memilih menu sarapan favorit di kafe untuknya dan Audrey. Bicara sambil makan akan membuatnya tidak perlu bertatapan dengan wanita tersebut."Ian menemuiku dini hari tadi dan menceritakan hubungan kalian." Brandon melirik jari manis Audrey yang terselip cincin berlian."Oh. Oke." Bingung berkomentar apa, Audrey hanya mengangguk dan menjawab singkat."Kamu mencintai Ian?" Kini, Brandon menatap tajam Audrey.Tidak memberi Audrey kesempatan menjawab, Brandon kembali berkata, "Aku rasa tidak, bukan? Rasanya terlalu cepat bagi kalian untuk jatuh cinta.""Tapi, kami serius ingin menikah
"Aku bisa jelaskan!" Ian membuntuti Brandon.Tengah malam, Eros menelepon Brandon dan mengabari bahwa Ian datang. Brandon mengira ada sesuatu yang genting, terpaksa meninggalkan Kelly di kamar.Dan sekarang saat ternyata Ian menemuinya hanya untuk membicarakan hubungannya dengan wanita di ranjangnya, Brandon segera membalik arah kembali ke kamar utama."Nggak perlu. Aku nggak mau tau, kok.""Ish... tapi aku mau cerita.""Nanti saja. Istriku sendirian di kamar."Brandon berjalan lurus meninggalkan Ian. Tapi, sahabatnya itu memang pantang menyerah."Wanita itu... Audrey!" Ian berteriak.Langkah Brandon terhenti. Dahinya berkerut saat membalik tubuh menghadap Ian."Audrey? Wanita yang katamu, sok cantik, sok pinter, sok paling tau, sok keren dan paling sombong di dunia itu?"Ian melipat bibirnya ke dalam dan mengangguk pelan."Wanita yang barusan berada di ranjangmu itu adalah wanita yang kamu benci?"Sekali lagi, Ian mengangguk.Hening sejenak. Brandon tampak berpikir sambil mengamati s
Memasuki semester tiga kehamilan, Kelly mulai kesulitan berjalan. Bukan hanya kakinya yang bengkak, namun matanya terhalang perut saat melangkah."Sebaiknya pakai kursi roda. Lebih aman. " Dokter kandungan menyarankan.Selain kursi roda, dokter juga meminta Brandon menyiapkan tabung oksigen. Saat Kelly merasa sesak karena tekanan dari perut, ia bisa menggunakan oksigen untuk membuatnya bernapas lebih lega.“Kalau kamu di mansion, semua itu sudah tersedia.” Daddy William berkata pada putrinya yang bercerita sepulang dari dokter.“Di mansion Daddy ada kursi roda?” Brandon yang menjawab dengan kening berkerut.“Dulu, kan, Daddy sempat lumpuh. Lalu, diterapi Mommy sampai bisa jalan lagi.”Brandon mengangguk mendengar penjelasana Kelly. Dalam hati sangat kagum pada Mommy Keyna. Dulu, Mommy Keyna masih sangat muda saat menemani Daddy yang keras kepala.Saat Kelly, Mommy Keyna dan Daddy William mengobrol, Brandon mencoba menghubungi Ian. Lelaki itu menggeleng saat sahabatnya tidak menjawab.A
Beberapa hari ini, Ian tampak normal. Sebelumnya, Brandon selalu melihat sahabatnya berwajah tegang cenderung kesal.“Bagaimana proyek toko Kak Sacha?”“Aku sudah tidak terlibat dalam tim itu. Sudah kuserahkan pada yang lain. Lagipula, bagianku sudah selesai.” Ian menjawab acuh.Brandon mengangguk pelan. Mungkin karena sudah tidak berhubungan dengan Audrey, keadaan Ian jadi lebih tenang.“Proyek ruangan privasimu sudah selesai, kan? Ada revisi? Aku mau lunasi tagihan Darrell.” Ian menyodorkan jumlah yang harus Brandon bayar.“Bayar saja.” Brandon mengangguk. “Nanti kalau ada revisi, pembayarannya bisa menyusul.”Ian mengangguk. Lalu, keluar dari ruang kerja Brandon. Ini juga aneh.Biasanya, Ian senang mengobrol dengan Brandon. Bahkan membawa pekerjaan ke ruang Brandon. Tapi, akhir-akhir ini, Ian lebih sering mengurung diri di ruang kerjanya sendiri.Belum lagi sekarang, Ian selalu pulang tepat waktu. Ia jadi jarang lembur. Sebenarnya, Brandon tak masalah, namun hanya heran dengan peru
Baru kali ini Brandon menulis pesan di grup keluarga Richmont. Mengabarkan jenis kelamin janin-janin yang ada di perut Kelly. Bahkan juga mengirimkan foto USG dan rekaman suara detak jantung.Saking kagetnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang merespon padahal pesan itu terbaca. Tak lama kemudian, Mommy Florence melakukan panggilan video call di grup.Brandon langsung mengaktifkan video. Ia melihat semua keluarga Richmont hadir.“Mommy pikir yang mengirim pesan adalah Kelly.” Mommy Florence mengulum senyum.“Kelly sedang bersama Mommy Keyna dan Daddy William di taman.” Brandon membalas.Tidak ada yang mengira, Brandon sendiri yang inisiatif mengirim pesan. Meskipun ia bilang, itu karena melihat Kelly mengabari grup keluarga Dalton, ia jadi ikut-ikutan.Semua anggota keluarga Richmont mengucapkan selamat dan doa untuk kesehatan Kelly dan janin-janinnya. Brandon terharu. Ia baru merasakan bagaimana menjadi bagian dari keluarga yang harmonis.Tentu saja yanng laing heboh adalah kel
Usia kandungan Kelly sudah memasuki semester kedua. Kali ini, Kelly menjalani kehamilannya tanpa kendala – kecuali perutnya yang lebih besar dari kehamilan satu janin.“Semua harus beli baru.” Kelly menunjukkan dalaman dan pakaiannya yang sudah tidak cukup atau ketat di bagian perut dan dada.“Beli sama mall-nya juga boleh, Babe.” Brandon menyahut santai.“Nggak mau, Aku maunya pilih-pilih.”Rengekan Kelly membuat Brandon berhenti bekerja. Mungkin istrinya sedang butuh perhatian karena tubuhnya sudah membesar.“Ya, sudah. Mau pergi kapan?”“Kamu sudah selesai kerja?”Brandon tidak langsung menjawab. Ia membuka ponsel dan melihat berbagai pesan di sana. Salah satunya dari Darrell yang mengatakan akan melakukan finishing ruangan jika Brandon sudah pulang.Kebetulan. Jika ia tidak ke kantor sekarang, Darrell bisa lebih cepat selesai. Brandon menggumam dalam hati.“Aku baca satu kontrak kerja dulu, ya, Babe. Setelah itu kita bisa pergi.” Brandon mencium kepala sang istri lalu kembali ke m
Kelly dirawat selama tiga hari. Dokter kandungan meminta Kelly untuk berkonsultasi ke psikolog agar perasannya lebih lega mengingat beberapa bulan belakangan banyak kejadian mengejutkan terjadi pada hidupnya.Tidak keberatan, Kelly mengangguk saat dokter kandungan memberika surat rekomendasi. Ia dan Brandon sudah berjanji akan menjalani kehamilan ini dengan lebih tenang.“Sayang.” Kelly memanggil Brandon yang sedang menyikat gigi.“Apa, Babe?” segera Brandon menghampiri.“Lihat.” Kelly menunjuk perutnya. “Sudah kelihatan membesar.”Brandon mengamati perut Kelly dengan senyum di wajah. “Lucu, Babe.”Beberapa menit kemudian, Brandon mengambil banyak foto-foto Kelly dengan perut yang mulai membuncit.“Kita dokumentasikan setiap bulan, ya, Babe.”Kelly mengangguk setuju. Keduanya melihat hasil foto-foto barusan dan tampak puas.“Kamu juga tambah cantik, Babe. Jangan-jangan bayinya perempuan semua.”“Atau lelaki semua.”Keduanya tergelak. Tidak mau pusing dengan jenis kelamin. Yang terpent
Sudah dua minggu, Kelly mual dan muntah. Berat badannya pun turun dua kilo. Mommy Keyna menggeleng lemah.“Kamu harus diinfus, Princess. Kita ke rumah sakit sekarang, ya?” rayu Mommy Keyna.Kelly hanya meringkuk lemas. Ia baru saja memuntahkan makanannya. Yang lebih parah, beberapa minggu ini, ia kehilangan nafsu makan.“Babe.” Brandon mengusap sayang kepala istrinya.“Hem.”“Ke rumah sakit, ya?”Kelly lalu duduk dengan lemas. Ia menatap perutnya yang datar. Lalu, kepalanya mengangguk pelan.Di rumah sakit, Kelly langsung ditangani. Ia wajib dirawat dan mendapatkan perhatian intensif. Brandon berusaha sekuat tenang untuk terlihat tegar meski ia sangat khawatir.“Nggak papa, ya, Babe. Kita jadi impas. Bulan lalu aku yang di rawat. Sekarang kamu dan si kembar tiga.”Tidak ada respon dari Kelly atas pernyataan suaminya. Wanita cantik itu hanya bersandar lemah. Brandon mengelus perut sang istri lalu menciuminya.“Cup, cup, cup. Satu untuk bayi number one, number two dan number three.” Set