Share

Hadirnya Sosok Lain

Penulis: Rey Asha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-13 15:33:10

“Sekarang, aku adalah tunanganmu.”

Andrea mendecak kesal. “Bukan itu yang kutanyakan. Maksudku, siapa kau sebenarnya? Bagaimana kau bisa sangat kompleks dan misterius?”

“Bukankah manusia adalah makhluk yang kompleks dan misterius?” balas Leo dengan sirat menggoda. Menyadari tatapan datar Andrea, ia melanjutkan, “Lagi pula, wajar kalau kau menganggapku misterius. Mengutip ucapanmu, kita baru belakangan ini saling mengenal lebih dekat.”

Seringai jahil terukir di bibir Leo kala hidung Andrea merengut sebal, mengingatkannya pada seekor kelinci yang mengunyah stroberi. Wanita itu memukul bahunya lalu berjalan lebih dulu untuk meluapkan kesal. Jika ada satu kata untuk menjabarkan ekspresi Andrea saat ini, menggemaskan adalah kata yang paling cocok.

“Apa ini pertanda kalau kau mulai penasaran denganku?” tanyanya lagi setelah mereka keluar dari stasiun.

Ada banyak orang yang berlalu-lalang, saling berlomba melangkah lebih cepat untuk sampai ke tujuan. Sesekali, ia menarik siku Andrea agar wanita itu tidak menabrak pejalan kaki lain. Menjaga agar jarak mereka tidak pernah lebih dari dua langkah, ia menghidu aroma teh kala rambut Andrea terbang mengikuti embusan angin.

“Apa kau tidak bisa menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lainnya?” sembur Andrea jengkel. Bibir gadis itu mencebik dengan mata memicing padanya.

Leo tergelak rendah. “Kenapa buru-buru begitu? Kau sudah tidak sabar untuk mengenalku lebih dalam, hm?”

Andrea menipiskan bibir, memberengut. “Kurasa aku perlu tahu siapa calon suamiku, bukan? Bagaimana jika suamiku diam-diam adalah seorang kriminal yang tengah menyamar menjadi seorang barista demi menculik gadis polos dan lugu?”

Leo mengulum senyum geli. Siapa sangka imajinasi calon istrinya begitu luas hingga membayangkan skenario sedemikian rupa? Namun, mengingat Andrea sesekali membaca novel alih-alih bekerja sampai kafe tutup, tidak mengherankan jika khayalan sang hawa mampu mengembara jauh.

“Beruntung bagimu, aku bukan kriminal yang berniat menculik gadis muda polos dan lugu,” celetuknya jenaka.

Mereka berhenti di depan gedung lantai tiga yang dicat cokelat yang didominasi dengan ornamen batu bata. Kantor Andrea selama tiga tahun terakhir. Sang hawa masih memberengut bahkan ketika mereka tiba di lobi.

Leo menanggalkan tas Andrea yang tersampir di bahu, lalu dikembalikan pada pemiliknya. “Masih kesal?”

Andrea menerima tasnya dengan desisan lemah. “Entahlah. Kenapa kau selalu berbelit saat menjawab pertanyaan sederhana? Kau bahkan tidak menyangkal saat kubilang sedang menyamar.”

“Kau bilang begitu?” Keningnya mengernyit, berpura-pura berpikir lamat. “Kurasa aku melewatkan bagian itu. Kelihatannya dipanggil ‘calon suamimu’ membuatku sulit mendengarkan kalimat setelahnya.”

Andrea membelalak. Gadis itu membuka mulutnya untuk menyangkal, tetapi tidak ada suara yang keluar. Detik selanjutnya, sang hawa mengatupkan bibir. Ia yakin Andrea sedang berusaha mengingat percakapan mereka beberapa saat lalu. Perlahan-lahan rupa sang hawa merona.

“Aku tidak pernah berkata begitu,” bantah Andrea. “Sudahlah. Tidak ada habisnya kalau kau berkelit terus. Lebih baik aku bekerja saja.”

Ia terkekeh rendah. Tangannya terjulur, berniat untuk menepuk puncak kepala Andrea, tetapi diurungkan. “Jangan lewatkan makan siangmu sesibuk apa pun, oke? Mampir ke kafe setelah pulang, kusiapkan pai daging kesukaanmu.”

Andrea meliriknya sangsi, seolah berusaha menentukan apakah ucapannya barusan sekadar ajakan makan malam biasa atau jebakan yang mengancam nyawa. Namun, Leo menanggapinya dengan seringai tipis. Ada banyak hal tentang Andrea yang ia ketahui tanpa wanita itu sadari.

Untuk sementara, biarlah ini menjadi rahasianya sendiri. Ia akan menjawab semua pertanyaan Andrea di waktu yang tepat.

“Oke. Aku datang bukan untuk bertemu denganmu, tapi untuk pai dagingnya.” Andrea berujar seraya melangkah menjauh dan melambaikan tangan. “Sampai jumpa nanti malam.”

Ia membalas lambaian tangan sang hawa, lalu menunggu Andrea menghilang di balik elevator sebelum melangkah keluar gedung. Wanita itu mungkin berpikir bahwa ia telah menyembunyikannya dengan baik. Namun, Leo akan selalu mengingat ruam yang membiru di pipi Andrea setelah menyeka pipi sang hawa.

Membelah keramaian dengan kepala yang sibuk mencari tersangka yang memukul calon istrinya, saat kembali menaiki kereta pikirannya memunculkan beberapa nama. Ketiga orang yang paling mungkin menyakiti Andrea. Mengingat sedikit cerita yang pernah dibagikan oleh sang hawa, ia tidak heran kalau dugaannya benar.

Sudut bibirnya tertarik lebih dalam. Tampaknya ia harus menyusun rencananya lebih apik. Kalau dugaannya benar, salah satu dari keluarga tiri Andrea akan mendatanginya dalam waktu dekat.

‘Balasan yang pantas menunggu mereka yang menyakiti Andrea,’ sumpahnya dalam hati.

***

Leo tengah membaca berita terkini melalui ponsel ketika pintu ruang istirahat untuk karyawan terbuka. Tanpa mendongak, ia tahu yang masuk adalah manajer kafenya. Daniel. Pria keturunan Jepang yang tinggal dan besar di Inggris.

“Katakan padaku, Leo.” Daniel duduk berseberangan dengannya, melipat kedua tangan di depan dada. “Perasaanku saja atau belakangan ini kau selalu datang terlambat dan pulang bersama wanita?”

Tanpa mengangkat kepala, Leo menyahut, “Hanya perasaanmu saja.”

Daniel menghela napas panjang. “Oh, ayolah. Aku mengenalmu sejak masih kuliah. Tidak biasanya kau terlambat atau bepergian dengan wanita. Katakan padaku, siapa wanita itu?”

Leo mengulum seringai. Bagaimana bisa ia berkencan dengan gadis lain saat ia tahu hanya ada satu wanita yang menarik atensi. Wanita yang kedatangannya bagai bebungaan di musim semi dan hilangnya bagai dedaunan di musim gugur. Kalau dipikir-pikir, pertemuan pertama mereka juga di musim gugur.

Daniel menatapnya dengan sorot penuh selidik. “Pai daging itu juga untuknya, bukan? Biasanya kau hanya menghidangkan menu itu setiap akhir bulan atau momen spesial. Satu-satunya alasan kenapa pai daging ada di menu hari ini karena gadis itu.”

Ia menghela napas rendah. Senyum Daniel mengembang kala ia menurunkan ponsel, bersitatap dengan sang pria. “Seharusnya kau tidak usah menjadi manajer kafe. Pernah terpikir untuk berganti profesi menjadi detektif?”

“Baiklah, baiklah. Abaikan saja pertanyaanku.” Daniel mengibaskan tangan setengah putus asa. “Kau dan kebiasaan berkelitmu itu sangat menjengkelkan, tahu.”

Teringat rupa Andrea yang mencebik kala ia menolak untuk menjawab pertanyaan sang hawa kembali tebersit dalam pikiran. “Seseorang pernah berkata begitu juga.”

Mengabaikan Daniel yang menggeleng pasrah lantaran tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan, ia kembali meraih ponsel. Ada berita tentang iklim London yang menarik perhatiannya. Namun, pemberitahuan surel yang muncul pada bagian atas layar membuatnya terpaksa mengurungkan niat untuk membaca berita sampai akhir.

Tawaran untuk bergabung dengan lembaga di Southampton. 

Seandainya tawaran itu datang sebelum ia bertemu dengan Andrea, ia akan langsung menyetujui tawaran itu tanpa pikir panjang. Sayangnya, ada seseorang yang tidak sanggup ia tinggalkan sendirian sekarang. Mungkin … ia bisa membicarakan proposal ini pada Andrea setelah hubungan mereka diakui oleh hukum?

“Leo!” Suara rendah Daniel yang tersisip sirat panik menariknya dari lamunan. “Kenapa melamun begitu? Ada yang mencarimu.”

Keningnya berkerut samar, mengecek jam dari ponsel. Belum waktunya Andrea pulang. Lantas … siapa?

Saat Leo hendak beranjak dari kursi, Daniel lebih dulu menahan lengannya. “Rick, yang menjaga kasir, bilang yang datang adalah tunanganmu. Sejak kapan kau punya tunangan!”

Seperti biasa, Leo mengulum seringai tanpa menjawab. Seulas senyum ramah terukir di bibir, senyum yang biasa ia tunjukkan di depan para pelanggan. Malang bagi Daniel, sahabat sejak kuliahnya itu tidak akan bertemu dengan tunangannya hari ini.

Karena yang datang bukanlah Andrea, melainkan ….

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Hasutan Saudari Tiri

    “Aku serius, Leo! Sejak kapan kau punya tunangan?”Leo mengabaikan Daniel yang melontarkan pertanyaan bertubi-tubi disertai dengan dugaan tentang identitas tunangannya. Melangkah menuju bagian depan kafe yang mulai ramai mengingat matahari kian beranjak ke ufuk barat, mata Leo menangkap seorang gadis yang tampak asing berdiri di depan kasir.Seulas senyum ramah yang tidak menjangkau mata terukir kala pandangannya bertemu dengan mata gadis yang mengaku sebagai tunangannya. Seperti yang diduga, yang mengaku sebagai tunangannya bukanlah Andrea, melainkan salah satu saudari tirinya.“Oh, sial. Tunanganmu adalah seorang model?” bisik Daniel memukul bahu Leo setengah tidak percaya. “Aku tahu kau berasal dari keluarga kelas atas, tapi tidak kusangka kau bisa mengencani seorang model.”Leo mengembuskan napas berat, menepis tangan Daniel kasar. “Ia bukan tunanganku.”Sebelah alis Daniel terangkat, memiringkan kepala mengamati perubahan raut wajah temannya. “Tapi kau tidak menyangkal saat kukat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Terjerat Cinta Sang Barista   Melarikan Diri

    Ketika Leo berkata makan malam, Andrea menduga makan malam yang dimaksud adalah reservasi di salah satu restoran bintang lima di London. Pikirannya bertualang liar memikirkan gaun macam apa yang harus dipakai atau riasan seperti apa yang cocok untuk jamuan makan malam bersama calon mertuanya.Dugaannya salah. Ternyata makan malam diadakan di kediaman Howard yang berada di Knightsbridge, kawasan elit London yang terkenal dengan harga properti yang luar biasa mahal. Ia yakin, gajinya sebagai akuntan dalam setahun masih belum cukup untuk membeli rumah yang sama dengan keluarga Howard.Impresi Andrea pada pasangan Howard ternyata benar. Jeanne dan Noah adalah pasangan hangat yang romantis. Sejujurnya, melihat bagaimana orang tua Leo yang tidak berhenti menyanjung satu sama lain, bahkan sesekali bertukar kecupan kala membawa makanan ke ruang makan, mengingatkan Andrea pada mendiang orang tuanya.“Padahal terakhir kali aku melihatmu, kau masih gadis kecil yang manis.” Atensi Jeanne bergulir

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21
  • Terjerat Cinta Sang Barista   Keraguan Lainnya

    “Kau sudah bertunangan?”Andrea membekap mulut Lily, lalu mendesis. “Jangan keras-keras, Lily. Kita di depan umum!”Ia mengamati sekeliling dengan mata menyipit, berharap orang lain tidak mendengar suara Lily yang lantang. Kerumunan orang yang sibuk mengobrol dan bertukar sapa adalah pemandangan yang umum di akhir pekan saat jam makan siang. Mereka duduk di luar restoran lantaran tidak kebagian kursi di dalam.“Maaf, maaf,” kekeh Lily tertahan. Gadis itu menepuk tangan Andrea, isyarat untuk menurunkan tangan. “Tapi aku tidak bercanda. Kita baru tidak bertemu sebulan? Dua bulan? Dan kau sudah bertunangan dengan pria yang tidak jelas asal-usulnya, bahkan kau tidak tahu pekerjaan pastinya apa? Kau pasti sudah gila.”Andrea mengembuskan napas berat, menyesap teh chamomile yang masih hangat. Ia beradu pandang dengan Darren yang mengunyah roti lapisnya seraya mengangkat bahu. Tampaknya pria itu setuju dengan ocehan Lily.Lily dan Darren adalah sahabatnya semasa kuliah. Mereka terjebak dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Terjerat Cinta Sang Barista   Bisakah Ia Percaya?

    “Berani sekali kau pulang selarut ini.”Andrea meringis kala telinganya menangkap suara Margaret yang menegurnya sinis. Wanita berusia lebih dari setengah abad itu duduk di sofa emas ruang tengah seraya menonton televisi bersama dengan kedua saudari tirinya.Melihat ibu dan saudari tirinya berada di rumah pada akhir pekan bukanlah pemandangan yang sering terjadi. Mengingat betapa senangnya mereka berada di bawah sorotan dan keramaian, biasanya mereka berpesta sampai pagi dan pulang dalam keadaan mabuk. Unggahan foto atau video mereka minum di bar, berpesta di yacht maupun di klub ternama tersebar di sosial media.“Aku pergi dengan Leo,” tukas Andrea.Rebecca menyantap buah-buahan kering, meliriknya penuh cibiran. “Sampai selarut ini? Jangan mencoreng nama baik Cavendish dengan bepergian bersama kekasih baristamu.”Andrea menghela napas gemetar, mencoba menghalau perkataan Rebecca. Sirat merendahkan saat adik tirinya menyebut kata ‘barista’ nyaris membuat amarahnya menggelegak. Andai g

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-23
  • Terjerat Cinta Sang Barista   Sedikit Demi Sedikit

    Membawa Andrea ke salah satu toko buku terbesar di London merupakan salah satu keputusan terbaik yang pernah Leo lakukan. Aroma buku yang sangat terasa di udara memancing senyum lepas dari sang hawa. Senyum yang hampir tidak pernah ia saksikan saat mereka berduaan.Barisan rak berisi buku dengan ketebalan berbeda juga warna sampul yang kontras menarik atensi Andrea. Gadis berhelai jelaga itu langsung menaik-turunkan bahunya antusias selayaknya anak kecil yang mengunjungi taman bermain.“Kau senang?” Pertanyaan itu terlontar dengan nada geli, memandangi Andrea yang melempar pandangan ke sekeliling untuk memutuskan bagian gedung mana yang akan dijelajahi lebih dulu.Andrea mengangguk antusias. Sedetik kemudian, gadis itu menoleh. “Bukankah kita akan membicarakan persiapan pernikahan? Kenapa membawaku ke sini?”Sudut bibirnya tertarik tanpa bisa ditahan. Sepercik kepuasan terbit kala mengetahui ialah alasan di balik senyum Andrea hari ini. “Seingatku kau sering membaca novel saat mampir

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Terjerat Cinta Sang Barista   Sampai Batasnya

    “Aku tidak percaya ini,” gerutu suara rendah beraksen Inggris di sebelah Andrea. “Aku hanya pergi beberapa minggu untuk kegiatan kampus dan kau sudah resmi bertunangan dengan pria asing yang tidak kukenal.”Andrea mengembuskan napas panjang, mengulum senyum tipis. “Kukira Margaret sudah memberitahumu.”Ia berdiri bersama kerumunan orang yang menunggu lampu lalu lintas berubah hijau sebelum menyeberang. Samar-samar mendengar pemusik jalan memainkan accordion dengan indah, berharap ada orang yang berbaik hati menyisihkan beberapa uang koin mereka. Jalanan selalu penuh sesak di hari libur.Karena ada pekerjaan mendesak yang membutuhkan Leo sebagai pemilik kafe, pria itu tidak bisa menemaninya mengepas gaun pengantin. Andrea memberengut kala mengingat Leo masih enggan mengatakan pekerjaan apa yang sangat mendesak hingga tidak bisa dijadwal ulang. Sebagai ganti sang tunangan, adik bungsu tirinya, Julianlah yang menemaninya ke butik siang ini.“Memberitahu apanya? Ibu tahu persis aku menenta

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Terjerat Cinta Sang Barista   Rengkuhan Hangat

    Leo tengah berdiskusi dengan Daniel tentang masa depan kafe dan meminta sahabat lamanya membantu mencari gedung yang cocok untuk resepsi pernikahan saat ponselnya berdering. Ia menyetel nada dering khusus untuk orang-orang penting. Dan melodi yang mengalun lembut di kafe itu adalah milik Andrea.“Ya, Darling?” sapanya sembari mengabaikan Daniel yang menatapnya penuh ingin tahu. Topik tentang asmara selalu menarik perhatian pria keturunan Jepang itu.“Kumohon … aku membutuhkanmu sekarang.”Leo bersumpah jantungnya merosot ke perut kala mendengar suara lirih dari seberang sambungan. Kewaspadaannya melonjak, menyambar kunci mobil di atas meja lalu berlari ke parkiran. Tidak dihiraukan Daniel yang turut berteriak panik. Saat ini, tidak ada yang lebih penting daripada berada di sisi Andrea sesegera mungkin.“Kau di mana?” tanyanya tenang. Ia menyalakan mesin mobil, siap untuk membelah lalu lintas secepat mungkin.“Di rumah. Kumohon, Leo, bisakah kau menjemputku sekarang? Aku tidak ingin ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Terjerat Cinta Sang Barista   Obrolan Tengah Malam

    “Nomor itu … apa Ruth selalu meneleponmu saat tengah malam?” Ia berusaha menjaga agar suaranya tidak gemetar, tetapi sia-sia.Leo menyapu layar ponsel untuk mematikan telepon Ruth, kemudian mengembuskan napas berat. “Kadang-kadang, tapi tidak pernah kujawab kecuali berurusan dengan kafe.”Hatinya mencelos. Tidak hanya Rebecca yang mendatangi Leo untuk bicara buruk tentangnya, Ruth diam-diam mendekati Leo juga. Tampaknya pekerjaan Leo sebagai barista, atau setidaknya itulah yang diketahui oleh saudari tirinya, tidak membuat mereka gentar. Manusia yang gila harta memang mengerikan.Namun, bukan harta maupun titel yang direnggut yang menjadi ketakutan Andrea. Lebih daripada pekerjaan dan status sosial, gagasan kehilangan Leo jauh lebih menyeramkan. Entah sejak kapan, Leo telah menjadi bagian dari rutinitasnya. Pria bernetra senada zaitun itu telah menjadi bagian dirinya.Dan … Andrea tidak sanggup kehilangan Leo.“Andrea, Darling? Bernapas untukku,” titah Leo lembut.Tulang rusuknya seak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Benang Kusut Yang Bercabang

    “Per kemarin, Logan Blackhill sudah tidak menetap di London.” Itulah hal pertama yang dilaporkan oleh Roger sesampainya sang detektif di kafe Wisteria. “Pihak hotel sudah membenarkan kalau kamar yang dihuni oleh Logan kosong dan ia tidak terlihat lagi di kota ini.”“Akhirnya ada kabar baik minggu ini,” gumam William rendah. “Yakin kalau ia benar-benar pergi dan bukannya menyembunyikan diri?”Roger mengangguk lamat. “Kelihatannya begitu. Tidak ada lagi alasan yang mengikatnya di kota ini. Bahkan pembayaran di kasinonya sudah dilunasi.”Leo menyimak penjelasan sang detektif dengan senyum terkulum. Keberhasilannya sudah dipastikan malam itu. Saat Logan tak berkutik di bawah ancamannya. Namun, mendengar kabar bahwa taktiknya benar-benar berhasil memberikan kepuasan yang berbeda.Menyenangkan, tentu saja. Ternyata kemampuannya bernegosiasi dengan menyelipkan taktik persuasif—dalam kasus Logan agak sedikit ekstrem—belum menumpul. Setidaknya, Logan cukup bijak untuk tidak menguji batasan Leo

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Kembali Sedia Kala

    Langkah kaki menggema di kediaman mereka kala Andrea melintasi flat menuju ruang kerja. Cahaya yang menyusup pada bagian bawah pintu menunjukkan bahwa seseorang mengingkari janji untuk tidur lebih awal bersamanya dan memilih bekerja. Mendesah panjang, Andrea mengetuk pintu tiga kali,“Selamat malam, Tuan Leo Howard.” Andrea melongokkan kepala dari balik pintu. Matanya langsung bertemu dengan netra senada zaitun Leo yang dibingkai dengan kacamata. “Boleh aku bicara dengan suamiku?”Leo mengulum senyum, melepaskan kacamatanya. “Keduanya adalah suamimu, Darling.”Andrea melangkah lebih dalam ke ruang kerja, berhenti tepat di depan meja sang pria. Ia menjawab uluran tangan Leo, memutari meja lalu duduk di pangkuan sang suami. Sudut bibirnya tertarik lebih dalam ketika Leo menyapukan bibir di pelipisnya lamat.“Sayangnya, Tuan Leo Howard dan suamiku adalah dua pria yang berbeda,” guraunya. “Tuan Leo Howard akan bersikeras mengerjakan laporan dari William lalu sibuk mengkalkulasikan data da

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Paku Terakhir

    Andrea tidak bisa berhenti melihat jam dinding setelah menerima pesan terakhir dari Leo. Semakin lama jarum jam berputar, semakin tercekik dirinya. Panik membelenggu batin kala sang pria bersikeras ingin bertemu dengan Logan untuk bicara. Seberapa keras ia berusaha untuk membujuk Leo agar membatalkan niatnya pun berakhir sia-sia. Julianlah yang menjemputnya dari kantor, kali ini bukan atas suruhannya melainkan karena titah Leo untuk menjaga sang kakak. Cemasnya kian mengimpit dada saat sosok sang suami absen dari kafe. William dan Daniel berusaha untuk menenangkannya dengan senyum tipis.“Tenang saja, suamimu itu lebih tangguh daripada gurita cincin biru.” William menepuk bahunya ringan, menyeringai lebar. “Ia mungkin tampak tidak berbahaya, tapi racunnya bisa membunuh dua puluh enam orang dewasa. Bahkan orang lain tidak akan menyadari gigitannya sampai alat pernapasan mereka gagal berfungsi.”Gurauan William berhasil menarik sudut bibir Andrea tipis. Ia tidak tahu kemampuan Leo seba

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Sisi Gelap Leo Howard

    Leo menggulirkan ibu jari di layar ponsel. Sudut bibirnya tertarik samar. Pesan lain dari Andrea yang mengingatkannya untuk berhati-hati dan tidak menantang bahaya. Kalau sang hawa akan menunggunya di kafe seperti biasa.Ia mengetik pesan balasan. ‘Aku akan kembali sebelum kafe tutup.’Sejak meluapkan gelisah dan cemasnya kemarin lusa, Andrea telah kembali seperti sedia kala. Dugaannya benar. Logan memang sengaja mencari Andrea, mengancamnya. Yang luput dari hipotesisnya adalah kemungkinan bahwa bajingan itu akan menggunakan namanya agar Andrea mengikuti keinginan Logan untuk kembali.Malang bagi Logan, Leo bukanlah sembarang pria yang patuh saat diancam.Awalnya, Leo berniat mengusir Logan dengan mengirim pria itu kembali ke Amerika. Namun, niat itu terpaksa diurungkan setelah mempertimbangkan ketakutan Andrea selama beberapa hari setelah kemunuculannya. Bagaimana Andrea selalu waspada terhadap sekitar. Bagaimana Andrea mencoba menjauh darinya karena tidak mau Leo disakiti oleh baji

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Meluap Habis

    “Darling, bisakah kita bicara sebentar?”Gerakan tangan Andrea yang tengah menumpuk piring setelah makan malam terhenti di udara. Cemas sontak menyergap benak. Kalimat itu selalu mengundang resah karena akhir pembicaraan biasanya tidak selalu baik. Bukankah banyak pasangan kekasih yang menemui akhir hubungan setelah pertanyaan itu dilontarkan?Namun, Andrea telah mengantisipasi hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Sudah beberapa hari setelah ia menghindari Leo dengan gamblang. Menghindari ajakan sang pria untuk menghabiskan waktu bersama, bahkan menolak untuk diantar-jemput dan melakukan tradisi mereka. Sentuhan ringan pun berkurang drastis.Andrea tahu kalau mengelak bukanlah keputusan yang bijak, tetapi terlampau sibuk dengan benang kusut dalam kepala juga suara yang senantiasa berteriak dalam pikiran membuat sisi rasionalnya terpaksa dinomorduakan.“Apakah mendesak?” balasnya seraya membasahi bibir gugup, mencoba menjaga agar suaranya tidak gemetar. “Aku perlu mencuci piring dulu

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Jurang Berjarak

    Leo bersumpah ada yang aneh dengan Andrea.Saat ia kembali dari kios yang menjual ayam dan membeli teh susu yang Andrea suka untuk melengkapi pagi sang hawa, wanita itu duduk dengan tegang di bangku panjang. Ekspresinya mengeras. Matanya memandang kejauhan. Bahkan saat Leo duduk di sampingnya, Andrea tidak langsung bereaksi.“Darling, kau baik-baik saja?” tanyanya seraya menggapai jemari sang istri yang ternoda oleh saus dari pai daging lantaran menggenggamnya terlalu erat.Andrea terkesiap. Mulutnya nyaris menganga, matanya membelalak. Selama beberapa detik, wanita itu bereaksi seolah ia adalah penjahat yang siap menyergap. Respons itu sudah cukup meningkatkan kewaspadaan Leo terhadap sekitar.Apa yang sebenarnya dilihat Andrea hingga sang hawa terpekur baga

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Antara Ego dan Keselamatan

    Langit London yang mendung dengan awan hitam yang menggulung berkebalikan dengan suasana hati Andrea yang sumringah. Untuk pertama kalinya setelah beberapa minggu, ia bisa menghirup udara segar. Perjalanan dari rumah menuju kantor dan kafe tidak dihitung.“Kau banyak tersenyum pagi ini,” cetus Leo mengamati rupa sang istri. Sebelah lengannya merangkul pinggang Andrea protektif.Senyum Andrea mengembang. “Ini kencan pertama setelah menikah, bukan?”Sebelah alis Asher terangkat, termenung sejenak. “Ah … kelihatannya aku melalaikan salah satu kewajibanku. Mulai sekarang, kita jadwalkan untuk berkencan tiap seminggu atau dua minggu sekali, bagaimana?”Andrea terkekeh pelan. Niatnya bukan menyinggung sang suami dengan mengungkit kencan mereka yang nyaris nihil setelah menikah. Ia memahami kesibukan Leo yang sangat menyita waktu. Inginnya semata-mata mengungkapkan perasaan gembira setelah benaknya terkekang.“Tidak perlu memaksakan diri,” sahut Andrea. “Aku cukup senang dengan kencan kita di

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Momen Romantis

    Leo menghela napas panjang sembari menurunkan kacamatanya. Menyandarkan punggung ke sofa, ia mendapati cahaya jingga sang surya telah pudar digantikan oleh sinar temaram sang purnama.Menoleh pada wanita yang dengan sibuk dengan buku bacaannya di seberang sofa, bibirnya tertarik tanpa bisa ditahan ketika menangkap rupa damai istrinya. Sesuatu yang jarang ia lihat belakangan ini kecuali saat Andrea tidur dan tenggelam dalam novelnya karena kehadiran Logan.Sudah tiga jam berlalu sejak mereka kembali. Leo meminta waktu sebentar pada Andrea untuk memeriksa laporan yang diminta oleh William—ia bersumpah temannya yang satu itu mulai memanfaatkan kesempatan dari perjanjian mereka dan perlahan-lahan menyeretnya kembali bekerja.Leo ingat Andrea hanya mengangguk paham kemudian meraih novelnya yang masih setengah seles

  • Terjerat Cinta Sang Barista   Gemuruh Perasaan

    Andrea mengempaskan diri di kursi berlengan yang berada di sebelah rak buku. Novel fantasi romansa yang beberapa saat lalu tengah dibaca, kini diletakkan di atas meja kayu kecil berdampingan dengan secangkir teh yang masih mengepul.“Jadi, Logan sudah kembali?” tanya Lily dari seberang sambungan. “Apa lagi yang diinginkan si brengsek itu kali ini.”Inilah alasannya menutup buku meski tak rela. Ia sedang berada di tengah pertarungan pedang antara sang prajurit dengan bandit untuk menjaga perbatasan saat ponselnya berdering nyaring. Namun, identitas penelepon berhasil membuatnya mengurung kesal.Andrea menduga Lily dan Darren mengetahui kabar tentang kembalinya Logan dari Julian, mengingat si adik bungsu dan temannya yang berkacamata terbilang dekat. Tidak butuh waktu lama sama Lily ikut menden

DMCA.com Protection Status