Share

3

Namun, Wiliam tidak tahu bila jiwa asli istrinya tersebut digantikan dengan jiwa seorang gadis SMA penyuka segala makanan, apalagi seafood. Mata Gisella pun terlihat berbinar menatap makanan yang tersaji. Dengan cepat dia mengambil beberapa kerang dan udang pedas manis. Sudah lama dirinya tidak makan seafood. Gisella segera melahap makanan yang diambilnya. Meski kepalanya sedang pusing tujuh keliling sekarang, tapi dirinya tidak peduli. Dia juga mengabaikan tatapan tajam dari seseorang di jung sana.

"Ya ampun, ini enak sekali! Lain kali, suruh pelayan masak lagi, kalau bisa setiap hari!" cerca gadis itu

sambil menggoyangkan kepalanya karena keenakan.

Sementara itu, Wiliam menatap horor pemandanganyang tersaji di depannya. Sejak kapan gisella seperti ini? Tak hanya Wiliam, para pelayan juga menatap majikannya heran. Padahal, gisella sangat pemilih dalam hal makanan. Dia paling tidak suka bau kerang dan udang. Entah apa alasannya. Yang pasti, harusnya Gisella akan segera mual, bahkan muntah. Tapi, mengapa hal itu tidak terjadi?

"Sejak kapan kau suka seafood? Bukannya kau akan muntah bila memakannya?" tanya Wiliam menyelidik. Gisella pun menghentikan makannya. Kejadian itu memang diceritakan dalam novel.

Namun, Gisella melupakannya. Aduh, bagaimana ini? Pikirkan alasannya sekarang! Batinnya. Cukup lama gadis itu terdiam, sampai akhirnya dia pun berhasil membuka suaranya.

"Kau tahu tuan, kadang selera orang itu bisa berbeda-beda. Entahlah, sejak habis pingsan perutku tidak bisa diisi apa pun. Tetapi, karena kau menyuruh pelayan menyajikan semua makanan ini, mengapa aku menolaknya? Itu tidak baik!" jelas Gisella yang membuat Wiliam dan para pelayannya bungkam.

Tuan? Gisella memanggil William dengan tuan? Dunia fiksi sedang berduka saat ini. Biasanya,

Gisella akan memanggil Wiliam dengan sayang, baby, honey, sweety atau panggilan-panggilan yang memuakkan telinga. Namun, sekarang? Oh, ayolah!Kepala gadis tersebut habis terbentur di mana?

Wiliam tiba-tiba kehilangan selera makannya. Pria itu memith berdiri dari tempatnya duduk dan hendak meninggalkan meja makan. Namun belum beberapa langkah, sebuah suara berhasil menghentikannya.

"Kau tidak makan?" tanya Gisella yang mash sibuk dengan kerangnya. "Tidak! Makan saja sendiri!" jawab Wiliam ketus tanpa melihat ke arah lawan bicaranya. Gisella terlihat senang sampai berteriak, "aaaaa! Terima kasih, selamat beristirahat!" dan semoga cepatlah mati! Batinnya menambahi dalam hati.

Para pelayan merasa terkejut dengan tingkah laku gadis itu. Sejak kapan majikan mereka ini seperti remaja labil? Biasanya, jika Wliam meninggalkan ruang makan tanpa menghabiskan makanannya, Gisella juga ikut meninggalkan tempat tersebut dan menyusul suaminya. Namun, mengapa sekarang tidak? Sementara itu, mata hazel Gisella mengerjap karena melihat makanan bersisa banyak. Tidak mungkin dia menghabiskannya sendiri. "Kalian belum makan, kan? Lihatlah, ini sangat banyak! Tidak mungkin aku menghabiskannya sendiri, bantu aku makan, ya?!" kata Gisella dengan semangat. Mendengar itu, pelayan yang jumlahnya 10 orang tersebut saling memandang satu sama lain. Sejak kapan nyonya mereka menjadi baik dan tidak ketus?

"Ayolah! Tunggu apalagi? Sangat sayang jika tidak dihabiskan. Aku tidak suka makan sendirian dan

kalian hanya melihat saja!" ujar Gisella kesal sambil mencebikkan bibir bawah.

"Mohon maaf, Nyonya. Kami tidak berhak makan bersama Nyonya. Kami tidak pantas untuk duduk

bersama di kursi ini," salah satu pelayan akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.

"Kalian memang terbiasa makan di mana?" tanya Gisella karena dalam novel tidak menceritakan

keadaan mansion ini secara rinci. "Kami biasanya makan di lantai bersama-sama, Nyonya," jawab Bertha.

"Baiklah kalau begitu, aku minta tolong kalian angkat hidangan ini dan taruh di sana!" perintah gisella sambil menunjuk lantai kosong di sebelah meja makan. Lantai tersebut luas dan mungkin cukup untuk 20 orang.

Para pelayan tidak protes dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Nyonya mereka. Namun,

detik selanjutnya mereka dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan gisella Gadis itu dengan santainya duduk di lantai sambil membawa piringnya tadi. dihabiskan. Aku tidak suka makan sendirian dan kalian hanya melihat saja!" ujar Gisella kesal sambil mencebikkan bibir bawah.

"Mohon maaf, Nyonya. Kami tidak berhak makan bersama Nyonya. Kami tidak pantas untuk duduk

bersama di kursi ini," salah satu pelayan akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.

"Kalian memang terbiasa makan di mana?" tanya Gisella karena dalam novel tidak menceritakan

keadaan mansion ini secara rinci.

"Kami biasanya makan di lantai bersama-sama, Nyonya," jawab Berti.

"Baiklah kalau begitu, aku minta tolong kalian angkat hidangan ini dan taruh di sana!" perintah gisella sambil menunjuk lantai kosong di sebelah meja makan. Lantai tersebut luas dan mungkin cukup untuk 20 orang. Para pelayan tidak protes dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Nyonya mereka. Namun, detik selanjutnya mereka dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan Gisella. Gadis itu dengan santainya duduk di lantai sambil membawa piringnya tadi.

"Nyo--nyonya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status