Share

2

Harusnya Gisella hidup di dunia nyata, bukan fiksi. Harusnya dia hidup dengan takdir realita yang diatur Tuhan, bukan oleh pengarang. Harusnya, harusnya, harusnya!

Bagaimana nasibnya nanti? Disakiti oleh suaminya sendiri dan diselingkuhi. Air mata Gisela pun luruh seketika.

Jika memang Tuhan memasukkannya ke dunia fiksi, setidaknya biarkan jiwanya masuk ke karakter bahagia, bukan mati dengan tragis.

Sama saja dirinya menukarkan kebahagiannya di dunia nyata hanya untuk masuk ke dalam dunia fiksi yang penuh kesengsaraan ini. Apakah dia bisa merubah alur cerita ini? Apakah dia bisa berbuat sesuka hati di sini?

Cukup lama dia merenung, hingga akhirnya, Gisela pun berdiri. Menurutnya,tidak ada gunanya jika menangisi takdir saat ini. Dirinya sendirilah yang meminta tadi, kan? Sekarang yang bisa dia lakukan hanyalah bertahan hidup di sini.

"Aku harus bisa bertahan di sini. Aku masih bisa untuk mengubah takdir Gisella Almaira, kan? Tunggu saja, akan kupastikan raga ini dan jiwaku hidup dengan bahagia. Tidak ada lagi acara mengemis di bawah kaki lelaki berengsek bernama Wiliam itu. Tidak ada!" ujar Gisella Almaira yang berjiwa Gisella Putri dengan lantang.

Jika di cerita sebelumnya, Gisella Almaira tidak ingin menggugat cerai sang suami karena terlalu mencintainya. Maka, Gisella Putri lah yang akan mengubahnya dengan cerita yang berbeda. Jiwanya bukan lagi seorang Gisella Almaira yang haus perhatian dan cinta dari suaminya, tapi ini adalah Gisella Putri, seorang pecinta novel yang antipenderitaan. 

***

Jdar!

Tiba-tiba saja,  suara gemuruh terdengar keras di atas langit.

Padahal sedari siang, hujan tak kunjung berhenti dan terus membasahi kota Jakarta.

Banyak orang lebih memilih berdiam di dalam rumah dan menghangatkan diri. Termasuk Gisella yang sedang meringkuk di sofa yang menghadap ke arah luar kamarnya. Ah, sebenarnya dia tidak sedang menghangatkan diri, sih. Namun, lebih tepatnya meratapi nasib.

 Setelah dokter memeriksanya beberapa jam yang lalu, dia terus duduk di sofa dan melamun seperti orang yang hilang akal. Makanan yang disajikan oleh Wenny, tak disentuhnya sama sekali.

Suara ketukan pintu akhirnya membuyarkan lamunan Gisella Almaira Tanpa mendengar instruksi darinya, bik Iati langsung masuk, lalu berdiri di samping gadis itu. "Permisi, Nyonya. Mohon maaf bila saya mengganggu waktu anda. Tuan William sudah datang. Beliau sudah menunggu di ruang makan," ujarnya, lalu pamit undur diri.

Gisella terlihat terkejut. Oh, ayolah! Meski tadi sok berani dan berwibawa, tapi sejujurnya jiwa seorang Gisella ini sangatlah penakut. Bagaimana jika dia diseret atau dibanting seperti dalam novel?

Membayangkannya saja membuatnya merinding.

Namun, ketakutan itu akhirnya dilawannya. Gadis itu berdiri dan bergegas untuk keluar kamar. Di dalam novel, Gisella tidak punya teman dekat. Bahkan, para pelayannya pun takut kepadanya. Sikap yang semena-mena dan keras kepala membuatnyadisegani oleh mereka.

Namun, beda jiwa beda kepribadian, kan? Berbeda dengan Gisella. Meski dirinya pendiam dan tertutup, tapi dia adalah gadis baik yang disukai oleh semua orang. Apalagi jika berdekatan dengan sahabatnya, dia langsung menjadi seorang yang periang. Selain itu, Gisella sendiri adalah orang yang berbakat dan memiliki banyak hobi, seperti membaca novel, memasak, bermain gitar, dan bernyanyi.

Ah, sudah selesai sesi berceritanya. Saatnya kembali ke masalah utama, di mana Gisella menuruni tangga dengan langkah pelan. Dia berpikir, bagaimana kira-kira rupa dari seorang Wilian hingga membuat wanita pemilik tubuh ini sangat mencintainya dan enggan untuk melepasnya? Meski masuk ke dalam tubuh Gisella Almaira tetapi ingatannya mash mengikuti Gisella Putri.

Ini yang membuatnya agak kesusahan. Setelah sampai di pintu ruang makan, seorang pelayan lantas membukakan pintu untuk Gisella Dari dalam sana, terlihat seorang pria bertubuh atletis yang menatapnya dengan tajam. Mata biru samuderanya terlihat jernih dan indah.

 

Alisnya tebal, bibirnya indah, dan hidungnya pun mancung. Rambut hitam legam yang terpotong rapi membuat kadar ketampanannya bertambah 10x lipat.

Apakah ini Wiliam? Pantas saja gisella sangat tergila-gila dengan pria iblis satu ini! Batin Gisella dalam hati. "Ck! Kenapa kau menatapku seperti itu? Hentikan sekarang juga karena raut mukamu itu persis seperti keledai!" ujar pria itu ketus.

Namun sayang, Gisella tidak menggubris.

Tubuh wanita itu terlalu lelah untuk meladeni pria gila tak berperasaan satu ini. Lantas, dia pun berjalan masuk dan menduduki kursi paling ujung yang jauh sekali dengan Wiliam.

Pria itu sontak mengernyit heran. Biasanya Gisella sangat bersemangat bila diajak bicara, walau Wiliam mengejeknya. Dan juga, biasanya Gisella duduk di kursi yang bersebelahan dengan dirinya.

Mengapa sekarang gadis itu malah duduk di kursi paling ujung?

Meski sebenarnya, pria itu masa bodoh dengan Gisella. Akan tetapi, aneh saja jika kelakuannya tiba-tiba berbeda.

Hanya saja, mata William tak sengaja melihat meja makan yang sudah tersaji berbagai macam seafood dan jamur. Asalkan kalian tahu, Wiliam sengaja menyuruh koki untuk memasak makanan tersebut karena gisella tidak suka dengan keduanya. Bukan alergi, cuma gadis itu akan segera muntah jika melihatnya.

Pria itu senang jika melihat istrinya tidak berdaya karena sakit!

'Ya, mari kita lihat apakah kau masih akan berpura-pura?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status