Share

6

Tiba-tiba, Wiliam mendekat ke arah Gisella. Dia menarik tangannya dan membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu. "Dengar ini, aku tidak akan pernah menceraikanmu! Aku ingin kau terus hidup bersamaku dalam lembah kesengsaraan yang sudah kupersiapkan dengan matang! Jika kau mengucapkan hal itu lagi, aku tak segan-segan akan menhadapinya, mencekikmu seperti sebelumnya, kau paham?!" geram pria itu dengan nada rendah dan penuh penekanan Mendengar hal tersebut, Gisella mengerjapkan matanya. Mau apa sebenarnya pria iblis ini? Dalam novel dia menyiksa Gisella karena wanita itu tidak ingin bercerai. Lalu, sekarang? Sudah minta cerai malah tidak boleh! Selain sifatnya yang seperti iblis, otanya juga kosong melompong! Batinnya dalam hati.

"Kau ingin tahu, aku mau apa? Aku mau kau menderita dan mati di tanganku!" gertak Wiliam. Lalu, dia meninggalkan Gisella yang berdiri kaku di tempatnya. Mati di tanganku!

Gisela mencoba mengingat semua kejadian itu, cerita itu. Walau hanya sebatas tulisan dan kata-kata, Gisella merasa emosional dan sakit hati atas kenyataan yang menimpa sang tokoh utama. Mati di tangan suaminya sendiri dalam keadaan mengandung buah hati mereka.

Air matanya luruh begitu saja. "Tenang saja, Gisella. Kita akan pergi jauh dari manusia iblis itu! Tak akan kubiarkan dia membunuhmu, lalu membiarkan kisah ini berakhir tragis! Pegang janjiku, Gisella!" gumam Gisella lirih sambil mengusap air matanya kasar.

Club, indonesia || 23: 00 PM

Bising dan riuh adalah hal yang pas untuk menggambarkan suasana pada malam hari ini. Alunan musik Du bersenandung merdu di telinga para penikmat pesta malam. Para wanita seksi terlihat melenggak lenggokan tubuhnya di area dance floor. Sementara itu, para lelaki tengah sibuk dengan nikotin, alkohol, dan wanita bayaran mereka.

Tak terkecuali dengan keempat orang pria di ujung ruangan yang sedang menikmati suasana club kelas reguler. Mereka adalah Wiliam, Gio, Zaki, dan Hilmi.

Entah terkena genjutsu mana, sehingga keempat orang itu lebih memilih duduk di kelas reguler. Padahal, biasanya mereka selalu memesan ruangan VIP. Ngomong-ngomong, saat ini adalah acara rutinan untuk berkumpul setiap malam minggu. Minuman keras dari berbagai merek telah tersedia di atas meja. Tidak lupa pula ada para wanita cantik yang menjadi dayang untuk malam ini.

"Ck! Apa ini? Kenapa kau malah memesan kelas reguler? Di sini sangat berisik dan tidak higienis!" decak Hilmi memulai percakapan.

Zaki menaruh gelas vodkanya dengan agak kasar. "Diam dan nikmati saja! Ada acara lelang wanita malam ini. Konon katanya, ada yang masih virgin," jawabnya sambil mengedipkan sebelah mata. Mendengar ocehan dari kedua sahabatnya itu, Wiliam dan Gio hanya bisa saling berpandangan. Sejujurnya, mereka berdua sedang tidak tertarik untuk bermain malam ini. Ditambah lagi, wiliam dan Gio juga sudah punya kekash. Ralat, satunya lagi sudah beristri.

"Kalian tidak tertarik, Bro? Oh, dan siapa ini? Adayang sudah menikah, tapi masih sering ke club!"

sindir Zaki sambil terkekeh. Sementara itu, pria yang disindir hanya bisa mendengus kesal. Kebetulan sekali, di antara ke-4 orang tersebut, hanya wiliam saja yang sudah menikah.

"Ck! Kau tahu sendiri hubunganku dengan gadis jelek itu bagaimana? Dia sungguh membuatku kesal!" jawabnya sambil bersungut-sungut. Hal tersebut membuat Hilmi terkikik.

"Ah, bagaimana kalau aku saja yang menjadi suaminya? Berikan saja dia padaku, Dude!" ucap Hilmi yang tiba-tiba angkat suara. Dulu candaan itu adalah sebuah ide yang menarik bagi wiliam. Namun, dia dulu berkata jika gisella meminta cerai baru pria itu akan memberikannya untuk sang sahabat. Tetapi, mengapa sekarang rasanya berbeda? Wiliam merasa tidak ingin memberikan gisella pada siapa pun. Dia tidak rela! Em, ini mungkin karena kebenciannya pada gadis itu. Mungkin juga karena dia belum menghancurkannya sampai titik terendah. Makanya, dia merasa tidak rela sekarang. Mungkin

saja, sih!

"In your dream, Bastard!" desis Wiliam yang membuat menganga ketiga sahabatnya. "C'mon, ada apa dengan dirimu? Apa jangan-jangan kau sudah jatuh cinta pada gadis yang kau anggap jelek dan membosankan itu?" tanya Wiliam menggoda, lalu disambut dengan gelak tawa dari yang lainnya.

"Cinta? Cintaku hanya untuk prilli, bukan gadis kampungan itu. Aku hanya tidak rela mainanku direbut orang. Mainan yang ingin kuhancurkan sampai mati di tanganku sendiri!" sergah Gisella dengan tatapan tajam. Hal tersebut berhasil membuat para sahabatnya bungkam.

"Kau sungguh kejam sekali! Jangan sampai kau malah makan umpan sendiri dan berbalik jatuh cinta pada gadis itu," tukas Gio yang kini ikut dalam pembicaraan. Pria itu mulai merasa bahwa pembicaraannya semakin menarik dan berbobot.

"Kalau aku jatuh cinta pada gadis bodoh itu, Hotel Pangeran akan menjadi milik kalian!" jawab Wiliam sambil mengeluarkan smirk, serta membuat taruhan yang sangat fantastis. Hotel pangeran adalah hotel bintang 5 yang dibangun oleh mendiang kakek Wiliam-Tuan Alli, sang konglomerat terkaya di ibu kota..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status