Wiliam segera mencari kunci cadangan untuk masuk ke kamar Gisella. Akhirnya, setelah beberapa saat, pria itu berhasil menemukan uncinya. Aduh, tamatlah riwayat Gisella! Sementara itu, gisella di dalam tengah sibuk menjelajahi isi kamar dan membuka lemari. Dia tidak menemukan hal yang menarik. Bahkan, baju-baju Gisella sangatlah kuno dan monoton. Mungkin itu juga alasan Gisella tidak tertarik padanya.
Tak lama kemudian, tiba-tiba pintu kamar terbuka sempurna. Terlihat Wilian masuk dan berjalan dengan cepat. Wajahnya memerah, begitu pun matanya. Tatapan gisella langsung beralih ke arah pria itu. Dia langsung merasa takut sekarang. Mulut bodohnya itu harusya tidak berbicara dengan lancang. "Menarik sekali! Aku baru tahu, selain tingkahmu yang membuatku muak, mulutmu itu juga kurang ajar!" Wiliam berjalan mendekati Gisella yang berdiri bak patung di depan lemari. Nyali gadis itu sudah menciut sekarang. "Kenapa diam?" tanya Wiliam sambil menunjukkan smirk yang menakutkan. Dirinya sudah berada tepat di depan gisella sekarang. Lalu tanpa aba-aba, dia mencengkram pipi gadis itu dengan kuat. "Di mana mulut kurang ajarmu sekarang yang tadi bersuara?! Oh, bisu tampaknya!" ujarnya lagi dengan nada yang mematikan. Namun, Gisela yang berjiwa gadis labil melepaskan cengkraman tersebut dengan paksa. "Kau bertanya di mana mulutku? Ini!" jawabnya sambil menunjuk ke arah bibirnya sendiri. Aduh, polos sekali jawabannya! Wiliam tidak mengerti lagi permainan apa yang sedang dimainkan oleh istrinya. Apa gadis itu sengaja berubah agar dia memperhatikannya? "Cukup! Sudahi saja permainanmu! Jangan membuatku bertambah muak!" teriak pria itu di depan wajah Gisella. "Oh ayolah, Tuan! Memangnya kau melihat ada papan permainan di sini? Atau papan monopoli mungkin? Tidak, kan? Jadi jelas, sekarang bukan waktunya bermain," Gisella mencoba menjelaskan dengan tenang, walaupun jantungnya tengah berdisko ria di dalam. "Dasar bodoh! Apa otakmu itu hilang?!" ujar Wiliam sambil mendorong tubuh Gisella dengan keras. Akan tetapi, gadis itu langsung memegang bahu pria tersebut, sampai akhirnya mereka pun jatuh bersamaan. Mata hazel dari Gisella langsung bertemu dengan mata biru samudera milik Wiliam. Jarak mereka berdua sangat dekat, mungkin 1 cm lagi bibir mereka akan menyatu. Mata tajam Wiliam menatap mata hazel teduh milik istrinya. Lalu, tatapannya beralih menelusuri setiap inci wajah Gisella, dengan saksama. Dia bisa melihat bibir gadis itu yang merah alami, pipinya merona, dan bulu mata lentiknya. Hal tersebut membuatnya terlihat sempurna. Cantik, batin Wiliam. Namun, dia segera mengenyahkan pikiran bodoh yang baru saja terlintas di benaknya itu. Lalu, Wiliam pun mencoba berdiri sambil merapikan kemeja yang dikenakannya. "Apa kau sudah gila?! Kau berani menarikku?!" tanyanya dengan nada marah. Punggung Gisella rasanya sakit sekali. Dia tidak membayangkan bagaimana rasanya jadi Gisella yang asli dalam novel. Memikirkannya saja membuat dirinya bergidik ngeri. "Salah kau sendiri kenapa mendorongku? Aku refleks kan jadinya," bela gisella dengan tenang sambil berusaha berdiri. Namun, jawabannya barusan malah membuat emosi Wiliam tersulut kembali. Tapa aba-aba, pria tersebut langsung menjambak rambut Gisella. "Kau berani menjawabku?! Sekarang berani kau?!" ujarnya lantang karena emosinya sudah di ujung kepala. Entah mengapa gadis ini sekarang berani sekali membantahnya. "Sakit! Aku kan punya mulut! Jadi, terserah diriku mau berbicara atau tidak!" teriak gisella, lalu mendorong tubuh suaminya hingga jambakan di rambutnya berhasil terlepas. Gisella putri yang berada di dalam tubuh gisella almaita sudah tidak tahan. Akhirnya, dengan tarikan napas dalam dia mengucapkan, "Aku minta cerai!" Sudah kuturuti apa yang kau mau bukan? Setelah ini hidupku pasti jauh lebih baik dan Gisella akan bebas dari kisah tragis dalam novel sialan ini, batinnya dalam hati. Cerai adalah kata yang ingin wiliam dengar darimulut gisella selama ini. Akan tetapi, mengapa semuanya terasa berbeda sekarang? Kata itu memang keluar, tapi bukannya senang, Wiliam malah makin emosi. Apa yang terjadi dengan dirinya ini? "Apa kau bilang? Cerai?!" tanyanya dengan lantang. Gisella pun mengangguk sebagai tanda jawaban. Akhirnya, kata keramat yang tidak pernah diucapkan oleh sang pemeran utama wanita, sekarang gisella mewakilinya untuk berucap itu. Jiwa gisella yang asli harus merasa bangga padanya. Tiba-tiba, Wiliam mendekat ke arah Gisella. Dia menarik tangannya dan membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu. "Dengar ini, aku tidak akan pernah menceraikanmu! Aku ingin kau terus hidup bersamaku dalam lembah kesengsaraan yang sudah kupersiapkan dengan matang! Jika kau mengucapkan hal itu lagi, aku tak segan-segan akan menhadapinya, mencekikmu seperti sebelumnya, kau paham?!" geram pria itu dengan nada rendah dan penuh penekanan Mendengar hal tersebut, gisella mengerjapkan matanya. Mau apa sebenarnya pria iblis ini? Dalam novel dia menyiksa gisella karena wanita itu tidak ingin bercerai. Lalu, sekarang? Sudah minta cerai malah tidak boleh! Selain sifatnya yang seperti iblis, otanya juga kosong melompong! Batinnya dalam hati.Tiba-tiba, Wiliam mendekat ke arah Gisella. Dia menarik tangannya dan membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu. "Dengar ini, aku tidak akan pernah menceraikanmu! Aku ingin kau terus hidup bersamaku dalam lembah kesengsaraan yang sudah kupersiapkan dengan matang! Jika kau mengucapkan hal itu lagi, aku tak segan-segan akan menhadapinya, mencekikmu seperti sebelumnya, kau paham?!" geram pria itu dengan nada rendah dan penuh penekanan Mendengar hal tersebut, Gisella mengerjapkan matanya. Mau apa sebenarnya pria iblis ini? Dalam novel dia menyiksa Gisella karena wanita itu tidak ingin bercerai. Lalu, sekarang? Sudah minta cerai malah tidak boleh! Selain sifatnya yang seperti iblis, otanya juga kosong melompong! Batinnya dalam hati. "Kau ingin tahu, aku mau apa? Aku mau kau menderita dan mati di tanganku!" gertak Wiliam. Lalu, dia meninggalkan Gisella yang berdiri kaku di tempatnya. Mati di tanganku! Gisela mencoba mengingat semua kejadian itu, cerita itu. Walau hanya sebatas tuli
Ya, hotel tersebut adalah salah satu aset besar keluarga William. Harga tempat tersebut mencapai 100 triliun Euro. Akan tetapi, sekarang si Wiliam hanya memberikannya secara cuma-cuma karena taruhan! Andaikan kakeknya masih hidup, mungkin lehernya akan ditebas saat ini juga. "Tawaran menarik tidak boleh dilewatkan kan, kawan?" tanya Hilmi sambil menaik-turunkan alisnya. "Deal!"jawab ketiga sahabat wiliam bersamaan. Sementara itu, wiliam hanya tersenyum miring. Dia yakin tak akan kalah. Mencintai gadis itu? Mungkin hal yang tidak akan pernah terjadi sampai dirinya mati, pikirnya. Di sisi lain, gisella terlihat sibuk berkutat dengan pulpen dan kertas. Dia menuliskan sesuatu di atasnya. Gadis itu menuliskan hal-hal penting yang akan terjadi selanjutnya. Entah akan terjadi atau tidak, mengingat dia telah mengubah sedikit alurnya. Gisella juga menuliskan beberapa planning untuk kabur dari tempat terkutuk ini. Dia tidak mau hidup di rantai bersama seorang iblis. Ada 3 rencana yang akan
Tak lama kemudian, tiba-tiba kaki Gisella tersandung batu. Hal itu membuatnya terjatuh dan langsungmencium jalan. Salah satu preman berhasil menggapai kakinya, lalu menyeret gadis itu. "Berani-beraninya kau mempermainkan kami! Tenang saja, Cantik. Setelah ini, kau akan menikmatinya!" ujarpreman itu sambil tersenyum kemenangan.Gisella langsung berdoa pada Tuhan agar ditolong, entah oleh siapa pun terserah. Air matanya sudahJuruh membasahi pipi meronanya. Beberapa saat kemudian, keajaiban itu ada. Doanya ternyataterkabul. Terlihat seorang lelaki tinggi bertubuh tegap berlari dari arah kanan. Dia pun mulai menghajar satu persatu preman yang tadi mengganggu Gisella.Mereka akhirnya babak belur dan lari begitu saja meninggalkan gadis itu. Tangisnya pun langsung pecah seketika karena terharu ada yang menolongnya. Namun, rasa terharu itu berubah menjadi tangisan pilu. "Mau kemana kau gadis nakal? Mencoba lari, hm?"ujar lelaki yang menolong Gisella tadi sambil mengeluarkan smirk yang sa
Di tengah kesunyian dan kegelapan jalan, terlihat seorang gadis berlari sambil terengah-engah. Mata hazelnya yang penuh kewaspadaan itu sesekali melihat ke belakang. Saat ini, Gisella berhasil lolos dari mansion Wiliam. Namun, dia tidak tahu harus lari ke mana lagi. Dalam Cerita yang dibaca Gisella sebelum pindah raga, Gisella Almaira tidak punya teman karena sifatnya yang semena-mena. Sekarang gadis itu kabur dengan hanya berbekal alur cerita yang dibacanya tadi.Tokoh-tokoh penting sudah dia tuliskan terperinci tanpa terlewat satu pun. Saat ini dirinya berada di daerah yang asing. Gisella bingung harus minta tolong kepada siapa di sini. Bahkan, gadis itu juga tidak tahu siapa dan alamat orang tuanya. Dirinya hanya tahu nama, tidak tahu wajah.Gisella berjalan dengan gontai sambil memikirkan nasibnya. Jika terus berada di sisi Wiliam, maka wanita itu akan mati. Jika tidak bersama, juga akan mati lama-lama. Kenapa aku sial sekali, sih? Batinnya berteriak.Di tengah lamunannya, tiba-ti
Wiliam akhirnya melepaskan pagutannya. Otak pria itu terasa blank. Apa yang sebenarnya ku lakukan?! Kenapa aku menciumnya! Batinnya berteriak. Dia tadi sebenarnya hendak menampar Gisella lagi. Akantetapi, pikiran dan akal sehatnya berkata lain. Pria itu langsung bangkit dan menjauh dari tubuh sang istri. Dirinya hendak meninggalkan kamar.Sebelum keluar, dia berkata, "Jangan coba-coba untuk melarikan diri lagi! Jika kau melanggar, aku tidak akan segan untuk memotong kedua kakimu!" Pintu kamar pun ditutup keras dan dikunci dari luar. Gisella langsung berlari dan menggedor-gedor pintu kamarnya. "Keluarkan aku dari sini sekarang! Dasar kau Bajingan! Mati saja sana!" teriak gadis itu dengan histeris. Akan tetapi, percuma saja. Wiliam juga tidakmendengarnya.Rencana A telah gagal. Bahkan, penjagaan terhadap dirinya pun diperketat. Gisella mengintip dari luarjendela kamarnya. Penjaga yang di depan tadi hanya ada 5, sekarang malah jadi 20 orang. Lalu, di sisisamping kanan dan kiri mansio
di ruang makan, Gisella langsung berdehem pelan saat melihat Wiiliam sedang sibuk dengan ponselnya. Pria itu pun langsung menghentikan aktivitanya dan menatap ke arah sang istri yang baru saja datang. Tiba-tiba, matanya membulat dengan sempurna. Oh, shit! Sebenarnya pakaian apa yang tengah dikenakannya sekarang?! Batinnya menjerit."Good morning, My Husband! Ah, aku tidak menyangka kau akan menunggu begini," ucap Gisella sambil menggeret kursi yang akan ditempatinya duduk. Gadis itu sedang mencoba untuk bersikapbaik pada suaminya agar diberi uang belanja. Seperti kata pepatah, ada udang di balik batu.Namun, sapaan Gisella barusan tidak dihiraukan oleh Wiliam. Matanya malah fokus ke arah yang lain. Diatidak menyangka bahwa di balik pakaian monoton yang dikenakan istrinya dulu, ternyata di dalamnyamenyimpan sebuah harta karun besar. Tubuh Gisella sangatlah indah dan sempurna. Bahkan mungkinlebih daripada Fani.Otak Wiliam mulai tidak bisa diajak untuk berpikir jernih. Belum lagi, b
Di tengah padatnya jalanan kota London, terlihat sebuah mobil Lamborghini Aventador berwarnahitam melaju kencang. Di dalamnya, ada dua orang sejoli yang saling bersenda gurau. Siapa lagi kalaubukan Wiliam dan Prili. Saat ini, mereka akan pergi ke salah satu mal terbesar di kota. Hari ini Prili mengenakan dress seksi berwarna merah menyala tanpa lengan selutut. Buah dadanya bahkan hampir keluar karena saking terbukanya.Wiliam hanya melirik sekilas tanpa beraksi apa-apa. Biasanya, pria itu akan mudah tergoda. Tapi sekarang, mengapa itu tidak terjadi? Malah pikirannya ini sedang menerawang jauh ke arah Gisella tadi pagi. Apa yang terjadi dengannya kini? "Apa ada yang mengganggumu, sayang?" tanya Prilli karena melihat keterdiaman Wiliam. "Ah tidak, Honey. Aku hanya berpikir, nanti kita nonton film atau tidak. Aku ingin mengajakmu ke bioskop," jawab pria itu sembari berbohong. Prilli pun tersenyum, "Ayo, ayo saja! Hitung-hitung sebagai pengganti karena kau tidak ikut denganku ke Paris.
Jangan lupa untuk dirimu juga, pilihlah sepuasnya!" ajaknya untuk mengalihkan perhatian. Lantas, Caila pun mengangguk dan menggeret kakaknya agar mengikuti langkahnya. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk belanja, lalu ke salon, ke klinik kecantikan dan juga spa. Sampai-sampai, Gisela tidak ingat lagi dengan masalah yang baru saja melintas di hadapannya.Setelah puas menghabiskan waktu bersama sang adik, wanita itu tidak langsung pulang ke mansion.Dia memilih untuk menemani Caila terlebih dahulu di apartemennya. Kebetulan, gadis itu baru saja pindahbeberapa minggu yang lalu. Gisella memutuskan pulang saat pukul 8 malam. Sesampainya di halaman mansion, dia dihampiri oleh beberapa pelayan karena belanjaannya sangat banyak. Entah apa saja yang sebenarnya wanita itu beli.Setelah berada di dalam, Caila segera masuk ke kamarnya dan mandi. Wanita itu mengganti bajunyadengan piyama bermotif hellow kicty berwarna pink. Awalnya, dia malas turun ke bawah karena matanyasudah mengantuk. Nam