Share

5

Wiliam segera mencari kunci cadangan untuk masuk ke kamar Gisella. Akhirnya, setelah beberapa saat, pria itu berhasil menemukan uncinya. Aduh, tamatlah riwayat Gisella! Sementara itu, gisella di dalam tengah sibuk menjelajahi isi kamar dan membuka lemari. Dia tidak menemukan hal yang menarik. Bahkan, baju-baju Gisella sangatlah kuno dan monoton. Mungkin itu juga alasan Gisella tidak tertarik padanya.

Tak lama kemudian, tiba-tiba pintu kamar terbuka sempurna. Terlihat Wilian masuk dan berjalan dengan cepat. Wajahnya memerah, begitu pun matanya. Tatapan gisella langsung beralih ke arah pria itu. Dia langsung merasa takut sekarang. Mulut bodohnya itu harusya tidak berbicara dengan

lancang.

"Menarik sekali! Aku baru tahu, selain tingkahmu yang membuatku muak, mulutmu itu juga kurang

ajar!" Wiliam berjalan mendekati Gisella yang berdiri bak patung di depan lemari. Nyali gadis itu sudah menciut sekarang.

"Kenapa diam?" tanya Wiliam sambil menunjukkan smirk yang menakutkan. Dirinya sudah berada tepat di  depan gisella sekarang. Lalu tanpa aba-aba, dia mencengkram pipi gadis itu dengan kuat.

"Di mana mulut kurang ajarmu sekarang yang tadi bersuara?! Oh, bisu tampaknya!" ujarnya lagi dengan nada yang mematikan. Namun, Gisela yang berjiwa gadis labil melepaskan cengkraman tersebut dengan paksa.

"Kau bertanya di mana mulutku? Ini!" jawabnya sambil menunjuk ke arah bibirnya sendiri. Aduh, polos sekali jawabannya! Wiliam tidak mengerti lagi permainan apa yang sedang dimainkan oleh istrinya. Apa gadis itu sengaja berubah agar dia memperhatikannya?

"Cukup! Sudahi saja permainanmu! Jangan membuatku bertambah muak!" teriak pria itu di depan wajah Gisella.

"Oh ayolah, Tuan! Memangnya kau melihat ada papan permainan di sini? Atau papan monopoli

mungkin? Tidak, kan? Jadi jelas, sekarang bukan waktunya bermain," Gisella mencoba menjelaskan dengan tenang, walaupun jantungnya tengah berdisko ria di dalam.

"Dasar bodoh! Apa otakmu itu hilang?!" ujar Wiliam sambil mendorong tubuh Gisella dengan keras. Akan tetapi, gadis itu langsung memegang bahu pria tersebut, sampai akhirnya mereka pun jatuh bersamaan. Mata hazel dari Gisella langsung bertemu dengan mata biru samudera milik Wiliam.

Jarak mereka berdua sangat dekat, mungkin 1 cm lagi bibir mereka akan menyatu. Mata tajam Wiliam

menatap mata hazel teduh milik istrinya. Lalu, tatapannya beralih menelusuri setiap inci wajah Gisella, dengan saksama. Dia bisa melihat bibir gadis itu yang merah alami, pipinya merona, dan bulu mata lentiknya. Hal tersebut membuatnya terlihat sempurna. Cantik, batin Wiliam.

Namun, dia segera mengenyahkan pikiran bodoh yang baru saja terlintas di benaknya itu. Lalu, Wiliam pun mencoba berdiri sambil merapikan kemeja yang dikenakannya. "Apa kau sudah gila?! Kau berani menarikku?!" tanyanya dengan nada marah.

Punggung Gisella rasanya sakit sekali. Dia tidak membayangkan bagaimana rasanya jadi Gisella yang asli dalam novel. Memikirkannya saja membuat dirinya bergidik ngeri.

"Salah kau sendiri kenapa mendorongku? Aku refleks kan jadinya," bela gisella dengan tenang sambil berusaha berdiri. Namun, jawabannya barusan malah membuat emosi Wiliam tersulut kembali. Tapa aba-aba, pria tersebut langsung menjambak rambut Gisella.

"Kau berani menjawabku?! Sekarang berani kau?!" ujarnya lantang karena emosinya sudah di ujung

kepala. Entah mengapa gadis ini sekarang berani sekali membantahnya.

"Sakit! Aku kan punya mulut! Jadi, terserah diriku mau berbicara atau tidak!" teriak gisella, lalu mendorong tubuh suaminya hingga jambakan di rambutnya berhasil terlepas. Gisella putri yang berada di dalam tubuh gisella almaita sudah tidak tahan. Akhirnya, dengan tarikan napas dalam dia mengucapkan, "Aku minta cerai!" Sudah kuturuti apa yang kau mau bukan? Setelah ini hidupku pasti jauh lebih baik dan Gisella akan bebas dari kisah tragis dalam novel sialan ini, batinnya dalam hati.

Cerai adalah kata yang ingin wiliam dengar darimulut gisella selama ini. Akan tetapi, mengapa semuanya terasa berbeda sekarang? Kata itu memang keluar, tapi bukannya senang, Wiliam malah makin emosi. Apa yang terjadi dengan dirinya ini?

"Apa kau bilang? Cerai?!" tanyanya dengan lantang. Gisella pun mengangguk sebagai tanda jawaban. Akhirnya, kata keramat yang tidak pernah diucapkan oleh sang pemeran utama wanita, sekarang gisella mewakilinya untuk berucap itu. Jiwa gisella yang asli harus merasa bangga padanya.

Tiba-tiba, Wiliam mendekat ke arah Gisella. Dia menarik tangannya dan membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu. "Dengar ini, aku tidak akan pernah menceraikanmu! Aku ingin kau terus hidup bersamaku dalam lembah kesengsaraan yang sudah kupersiapkan dengan matang! Jika kau mengucapkan hal itu lagi, aku tak segan-segan akan menhadapinya, mencekikmu seperti sebelumnya, kau paham?!" geram pria itu dengan nada rendah dan penuh penekanan Mendengar hal tersebut, gisella mengerjapkan matanya. Mau apa sebenarnya pria iblis ini? Dalam novel dia menyiksa gisella karena wanita itu tidak ingin bercerai. Lalu, sekarang? Sudah minta cerai malah tidak boleh! Selain sifatnya yang seperti iblis, otanya juga kosong melompong! Batinnya dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status