Share

4

Suara ketukan jari di atas meja menggema di kamar yang sepi dan dingin. Suara tersebut berasal dari seorang pria dewasa berusia 28 tahun yang duduk santai di sofa sambil menatap ke arah luar jendela.

Ah, siapa lagi kalau bukan Wiliam. Dia mengamati air hujan yang menetes dari ranting pohon dan

merembes ke kaca jendela. Cukup membosankan sebenarnya, tapi hal tersebut tidak akan dirasakan

oleh seseorang yang pikirannya sedang kalut ke mana-mana.

Pastinya, Wilian saat ini tengah memikirkan tingkah laku istrinya yang kelewat aneh. Apa yang membuatnya berbeda seperti itu? Apa karena pingsan tadi? Tanyanya dalam hati. Tadi pagi, siska. meneleponnya dan mengabarkan bahwa Gisella tiba- tiba pingsan di dapur. Dia tidak peduli, bahkan berharap gadis itu mati sekalian. Memang iblis orang ini! Sayangnya, harapannya itu tidak terkabul, malah istrinya tersebut seperti mengidap kepribadian ganda. Pria itu berpikir untuk menunggu sampai besok. Apakah sikap menyebalkan istrinya yang kemarin akan kembali atau tidak.

Di tengah rasa bingungnya, tiba-tiba ponsel mahal milik Gisella berdering. Pria itu langsung mengambil benda tersebut dan mengembangkan senyumnya seketika saat melihat ke layar. Wanita tercintanya kini meneleponnya. Dia adalah Prili, seorang model papan atas sekaligus mantan dari Wiliam sendiri.

Wiliam memutuskan kembali menjalin hubungan dengannya setelah 1 hari menikah dengan Gisella. Pria itu seharusnya menikahinya, tapi terhalang oleh restu kedua orang tuanya. Malahan, mereka berdua langsung menjodhkannya dengan putri rekan kerja ayahnya-Gisella. Wiliam sangat membenci istrinya. Alasannya tentu karena wanita itu dianggap menghancurkan rencana yang telah disusunnya. Rencana indah untuk mengukir masa depan bersama wanita yang dicintainya. Tanpa pikir panjang, Wiliam segera mengangkat telepon yang barusan berdering. "Halo," sapanya.

"Halo, Sayang. Maaf mengganggu waktumu malam-malam,"jawab Prili malu-malu di seberang sana.

"Tidak perlu merasa begitu. Aku tidak pernah merasa terganggu olehmu. Ada apa, Sayang?" tanya Wiliam sambil tersenyum. Dia sangat menyukai priu lebih dari apa pun. Wanita itu adalah tipenya. Baik, kalem, lemah lembut, dan anggun. Berbeda sekali dengan istrinya yang kasar, ketus, keras kepala, dan cerewet.

"Apakah besok kau sibuk? Aku ingin mengajakmu berbelanja keperluan untukku ke Paris nantinya," ujar Prilli. Ya, wanita itu akan pergi ke ingris beberapa hari lagi. Dia ada tugas untuk menghadiri acara Fashion Week di sana.

"Waktuku selalu ada untukmu, Sayang. Bahkan, aku rela meninggalkan pekerjaanku sejenak demi dirimu," Wiliam berkata tulus. Ketulusannya itu hanya untuk Prilli, tidak kepada orang lain, terutama istrinya sendiri.

"Terima kasih, Sayang. Aku tutup dulu, goodnight Baby, "kata Prilli. Dia langsung menutup teleponnya tanpa mendengar jawaban dari sang kekasih terlebih dahulu. Hal tersebut langsung membuat Prili mendesah pelan.

Sebenarnya, pria itu ingin sekali ikut kekasihnya pergi ke ingris. Sayangnya, ada sejumlah pekerjaan

yang tidak bisa dia tinggal. Ditambah lagi, ada proyek penting yang harus diselesaikannya.

Gisella meregangkan tubuhnya sambil menggeliat kecil. Dia habis membantu para pelayan untuk mencuci piring dan membersikan meja makan. Tentu saja para pelayan menolak awalnya.

Namun, bukan Gisella jika tidak keras kepala. Karakter Gisella Amaira dan gisella Putri tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama berkepala batu. Bukan kepalanya yang jadi batu, ya! Namun, keras kepala yang dimiliki Gisella adalah untuk kebaikan. Dia akan menunjukkan sisi tersebut jika akan melakukan hal baik, tapi malah ditolak seperti tadi.

Saat ini Gisella hendak menuju kamarnya. Namun, saat di tengah jalan, mata ambernya tak sengaja

menangkap siluet pria yang berjalan mendekat ke arahnya. Belum lagi, tatapan pria itu-Gisella, setajam singa yang hendak menerkam mangsanya.

Gisella hanya memutar bola matanya malas. Ganteng sih, tapi sayang kelakuannya seperti iblis! Batinnya. Saat kedua orang itu sudah berdekatan, Wiliam melirik gadis tersebut dengan tajam. Gisella pun melakukan hal yang sama. Dia melirik pria itu tak kalah tajam. Padahal dalam novel asli, Gisella tidak akan berani untuk menatap mata sang suami.

Wiliam terkesiap sebentar melihat perubahan dalam diri gadis itu. Gisella langsung berlari masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya dengan keras, tak lupa pula menguncinya. Dia takut nanti pria iblis itu akan masuk karena kesal ditatap seperti tadi. Ditambah lagi, ada acara banting pintu. Bisa-bisa, dirinya kena cekik setelah ini! Dugaannya itu ternyata tidak meleset. Wiliam terlihat murka dan tak terima. Akhirnya, dia pun menghampiri dan menggedor pintu kamar Gisella dengan keras. Gadis itu langsung kaget setengah

mati. "Aduh, apa yang harus kulakukan?!" tanyanya pada diri sendiri karena panik.

"Buka pintunya, Jalang!" teriak Wiliam dari luar. Mendengar hal itu, Gisella pun naik pitam dan membalas sambil berteriak kencang. "Aku sangat sibuk! Pergi dan jangan ganggu aku, Keparat!" Teriakan gadis tersebut sontak membuat Wiliam terkejut dan bertambah emosi. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status