Di tengah kesunyian dan kegelapan jalan, terlihat seorang gadis berlari sambil terengah-engah. Mata hazelnya yang penuh kewaspadaan itu sesekali melihat ke belakang. Saat ini, Gisella berhasil lolos dari mansion Wiliam. Namun, dia tidak tahu harus lari ke mana lagi. Dalam Cerita yang dibaca Gisella sebelum pindah raga, Gisella Almaira tidak punya teman karena sifatnya yang semena-mena. Sekarang gadis itu kabur dengan hanya berbekal alur cerita yang dibacanya tadi.Tokoh-tokoh penting sudah dia tuliskan terperinci tanpa terlewat satu pun. Saat ini dirinya berada di daerah yang asing. Gisella bingung harus minta tolong kepada siapa di sini. Bahkan, gadis itu juga tidak tahu siapa dan alamat orang tuanya. Dirinya hanya tahu nama, tidak tahu wajah.Gisella berjalan dengan gontai sambil memikirkan nasibnya. Jika terus berada di sisi Wiliam, maka wanita itu akan mati. Jika tidak bersama, juga akan mati lama-lama. Kenapa aku sial sekali, sih? Batinnya berteriak.Di tengah lamunannya, tiba-ti
Wiliam akhirnya melepaskan pagutannya. Otak pria itu terasa blank. Apa yang sebenarnya ku lakukan?! Kenapa aku menciumnya! Batinnya berteriak. Dia tadi sebenarnya hendak menampar Gisella lagi. Akantetapi, pikiran dan akal sehatnya berkata lain. Pria itu langsung bangkit dan menjauh dari tubuh sang istri. Dirinya hendak meninggalkan kamar.Sebelum keluar, dia berkata, "Jangan coba-coba untuk melarikan diri lagi! Jika kau melanggar, aku tidak akan segan untuk memotong kedua kakimu!" Pintu kamar pun ditutup keras dan dikunci dari luar. Gisella langsung berlari dan menggedor-gedor pintu kamarnya. "Keluarkan aku dari sini sekarang! Dasar kau Bajingan! Mati saja sana!" teriak gadis itu dengan histeris. Akan tetapi, percuma saja. Wiliam juga tidakmendengarnya.Rencana A telah gagal. Bahkan, penjagaan terhadap dirinya pun diperketat. Gisella mengintip dari luarjendela kamarnya. Penjaga yang di depan tadi hanya ada 5, sekarang malah jadi 20 orang. Lalu, di sisisamping kanan dan kiri mansio
di ruang makan, Gisella langsung berdehem pelan saat melihat Wiiliam sedang sibuk dengan ponselnya. Pria itu pun langsung menghentikan aktivitanya dan menatap ke arah sang istri yang baru saja datang. Tiba-tiba, matanya membulat dengan sempurna. Oh, shit! Sebenarnya pakaian apa yang tengah dikenakannya sekarang?! Batinnya menjerit."Good morning, My Husband! Ah, aku tidak menyangka kau akan menunggu begini," ucap Gisella sambil menggeret kursi yang akan ditempatinya duduk. Gadis itu sedang mencoba untuk bersikapbaik pada suaminya agar diberi uang belanja. Seperti kata pepatah, ada udang di balik batu.Namun, sapaan Gisella barusan tidak dihiraukan oleh Wiliam. Matanya malah fokus ke arah yang lain. Diatidak menyangka bahwa di balik pakaian monoton yang dikenakan istrinya dulu, ternyata di dalamnyamenyimpan sebuah harta karun besar. Tubuh Gisella sangatlah indah dan sempurna. Bahkan mungkinlebih daripada Fani.Otak Wiliam mulai tidak bisa diajak untuk berpikir jernih. Belum lagi, b
Di tengah padatnya jalanan kota London, terlihat sebuah mobil Lamborghini Aventador berwarnahitam melaju kencang. Di dalamnya, ada dua orang sejoli yang saling bersenda gurau. Siapa lagi kalaubukan Wiliam dan Prili. Saat ini, mereka akan pergi ke salah satu mal terbesar di kota. Hari ini Prili mengenakan dress seksi berwarna merah menyala tanpa lengan selutut. Buah dadanya bahkan hampir keluar karena saking terbukanya.Wiliam hanya melirik sekilas tanpa beraksi apa-apa. Biasanya, pria itu akan mudah tergoda. Tapi sekarang, mengapa itu tidak terjadi? Malah pikirannya ini sedang menerawang jauh ke arah Gisella tadi pagi. Apa yang terjadi dengannya kini? "Apa ada yang mengganggumu, sayang?" tanya Prilli karena melihat keterdiaman Wiliam. "Ah tidak, Honey. Aku hanya berpikir, nanti kita nonton film atau tidak. Aku ingin mengajakmu ke bioskop," jawab pria itu sembari berbohong. Prilli pun tersenyum, "Ayo, ayo saja! Hitung-hitung sebagai pengganti karena kau tidak ikut denganku ke Paris.
Jangan lupa untuk dirimu juga, pilihlah sepuasnya!" ajaknya untuk mengalihkan perhatian. Lantas, Caila pun mengangguk dan menggeret kakaknya agar mengikuti langkahnya. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk belanja, lalu ke salon, ke klinik kecantikan dan juga spa. Sampai-sampai, Gisela tidak ingat lagi dengan masalah yang baru saja melintas di hadapannya.Setelah puas menghabiskan waktu bersama sang adik, wanita itu tidak langsung pulang ke mansion.Dia memilih untuk menemani Caila terlebih dahulu di apartemennya. Kebetulan, gadis itu baru saja pindahbeberapa minggu yang lalu. Gisella memutuskan pulang saat pukul 8 malam. Sesampainya di halaman mansion, dia dihampiri oleh beberapa pelayan karena belanjaannya sangat banyak. Entah apa saja yang sebenarnya wanita itu beli.Setelah berada di dalam, Caila segera masuk ke kamarnya dan mandi. Wanita itu mengganti bajunyadengan piyama bermotif hellow kicty berwarna pink. Awalnya, dia malas turun ke bawah karena matanyasudah mengantuk. Nam
Perdebatan terjadi di bandara. Cley terus memaksa Wiliam untuk meninggalkan adiknya, tetapi pria itu tidak mau. Ternyata berdebat dengan makluk didepannya ini menguras energi dan tenaganya saja! Cley ada jadwal keberangkatan ke hongkong 3 menit lagi. la tidak ingin ketinggalan pesawat karena adik ipar sialannya ini. Mau apa yang sebenarnya laki-laki ini? Tidak ingin berpisah dengan Gisella, tapi dia malah asyik selingkuh. "Sepulang dari perjalanan bisnis, saya akan menjemput Gisella," kata Cley untuk mengakhiri perdebatan panjang ini.Namun, Wiliam malah tertawa sinis dan berkata, "apa kau tuli, kakak ipar? Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi dan aku juga tidak akan pernah meninggalkan Gisella!" Ya, beginilah jika dua anak pertama saling beradu argumen, tidak ada yang mau mengalah. la langsung berlalu untuk menuju pesawatnya. Namun, sebelum beranjak dari sana, Cley memberikan sebuah kalimat yang menohok hati dan harga diri Wiliam."Seorang pria sejati tidak akan pernah menaruh d
Sekarang wanita itu sudah di sini, berkumpul lagi bersama mereka di mansion yang megah ini. "Selamat datang, nyonya!" Ucap untuk pelayan serempak. Cath sungguh tidak bisa berkata-kata lagi. la sungguh terharu dengan penyambutan ini. Ada buket bunga dan kue yang disiapkan oleh mereka untuk menyambut kepulangannya. Di samping Cath, Anastasya menghembuskan napasnya pelan. Gadis itu merasa lega, setidanya ada orang baik yang berada di samping Catherina. la sungguh tidak membayangkan jika seluruh penghuni Mansion bersikap acuh tak acuh padanya. Itu mengerikan sekali! Setelah cukup lama dengan acara penyambutan dan perbincangan ringan antara Cath dan seluruh pelayan, akhirnya wanita itu kini sudah sampai di kamarnya. Kilas bayangan penyiksaan itu mash terasa di tubuhnya sekarang. Rasa sakit yang ditimbulkan belum bisa hilang dari benanya. Namun, dia mencoba untuk seenang mungkin saat masuk.
Berlin segera bergegas untuk mengantarkan makanan ke kamar Gisella. Sesampainya di sana, dia melihat nyonyanya sibuk melihat langit-langit kamar. "Nyonya, kamu sudah bangun? Saya membawakan makanan untuk nyonya," katanya Sambil berjalan membawa nampan ke arah Gisella.Gisella tersenyum keil dan berusaha untuk bangun dari tidurnya. Berlin pun dengan sigap membantu, setelah dia meletakkan nampan di atas nakas. "Terima kash!" Kata Gisella. Lalu, wanita itu segera memakan makanan yang disediakan. Sangat selera. Gisella pun memandang Bertha yang mash menatapnya dan bertanya, "Wiliam ke mana?" Cukup lama pelayan itu terdiam. Lalu, dengan satu tarikan napas dia membawakan berita yang cukup membuat ulu hati Gisella terasa sakit, "tuan sekarang melakukan perjalanan ke Paris, nyonya. Dia sedang menjenguk nona Prilli yang sedang sakit di sana."Gisella memelankan kunyahannya. Salivanya Berkumpul dan membuat makanan di mulutnya terasa hambar. la mencoba tersenyum dan mengangguk untuk me
Di tempat lain, diwaktu yang sama, Wiliam dan Cley mulai menyusuri ruangan gedung bak labirin itu. Mereka berpencar di jalurnya masing-masing. Wiliam dari sisi kanan, sementara Cley dari sisi kiri. Akhirnya setelah beberapa saat, Wiliam menemukan sebuah tangga. Dengan cepat pria itu naik dan berlari ke arah sana. Ah, iya. Bodyguard-nya yang lain juga berpencar untuk memantau situasi di tempat yang berbeda. Kaki jenjangnya terus membawanya berlari tak tentu arah. Pikirannya sudah kalut sekarang. la sangat khawatir sekaligus panik. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Wiliam? Dari kejauhan, mata birunya menangkap siluet seseorang yang juga tengah berlari. Padahal ruangan itu luas, tapi mengapa sekarang rasanya sempit?! Bagaimana tidak? la dan Cley tiba-tiba bertemu. Mereka pun berhenti di depan sebuah ruangan yang cukup besar "Bagaimana? Ada petunjuk?" tanya Xander sambil terengah-engah. Namun, Cley hanya membalasnya dengan gelengan kecil. "Baiklah, sekarang kita berp-" Ucapan Wiliam te
Mobil Lamborghini Aventador berhenti tepat di pintu masuk kawasan hutan. Suasana yang tergambar di sana sangatlah dingin, gelap dan mencekam. Lantas kedua orang yang berada di dalam mobil pun keluar. "Kau yakin untuk turun di sini?" tanya Cley sambil meraih senapan api yang diberikan oleh Wiliam. "Jika tidak turun di sini, lalu di mana lagi? Kau maukita tertangkap begitu? Kita berdua bukan manusiabaja yang tahan banting," jawab Wiliam dengan nada kesal. Clayton ingin menyergah perkataan pria itu, tapi diurungkannya karena sebuah suara yang berasal dari semak-semak. Itu membuatnya terkejut sekaligus takut. "Tak perlu khawatir, itu anak buahku," ujar Wiliam kembali sambil berjalan memasuki kawasan hutan bagian dalam. Cley menghela napas lega. Untungnya, anak buahnya juga sudah datang. Jadi, dirinya pergi ke arah yang berlawanan denganWiliam.Mereka berdua berjalan di jalurnya masing-masing.Clayton dan bodyguard nya berjalan memutar kearah kiri karena pintu belakang gedung ada di sa
Gisella menyobek ujung dress yang dikenakannya untuk mengikat luka agar darahnya mampet. Untung ponsel Prilli berbunyi tadi. Setelah mengangkat teleponnya, wanita itu langsung ke luar ruangan tanpa berkata apa pun. Ah, jadi Cath akan terbebas sejenak dan memikirkan dengan cara apa ia akan kabur dari tempat ini. Kemudian, mata hazelnya menatap ke arah cambuk yang tergeletak di lantai. Ternyata bahan lapisan cambuk tersebut adalah sebuah rangkaian kawat kecil dengan ujung yang runcing. Pantas saja dirinya langsung terluka saat itu juga. Eh, tunggu! Otaknya tiba-tiba menemukan sebuah ide yang cemerlang. Gisella mengambil cambuk tersebut dan mencoba membuat kawat yang terpasang di sana terlepas sedikit. Awalnya, kawat tersebut sangat susah untuk diambil. Akan tetapi, ia tidak menyerah begitu saja. Dengan keyakinan dan tekad yang kuat, akhirnya kawat itu berhasil diambilnya, meski ukurannya sangat kecil. Gisella membentuk kawat tersebut menjadi sebuah kunci mini. Dengan langkah cepat, ia
Di tempat lain, diwaktu yang sama, Wiliam dan Cley mulai menyusuri ruangan gedung bak labirin itu. Mereka berpencar di jalurnya masing-masing. Wiliam dari sisi kanan, sementara Cley dari sisi kiri. Akhirnya setelah beberapa saat, Wiliam menemukan sebuah tangga. Dengan cepat pria itu naik dan berlari ke arah sana. Ah, iya. Bodyguard-nya yang lain juga berpencar untuk memantau situasi di tempat yang berbeda.Kaki jenjangnya terus membawanya berlari tak tentu arah. Pikirannya sudah kalut sekarang. la sangat khawatir sekaligus panik. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Wiliam? Dari kejauhan, mata birunya menangkap siluet seseorang yang juga tengah berlari. Padahal ruangan itu luas, tapi mengapa sekarang rasanya sempit?! Bagaimana tidak? la dan Cley tiba-tiba bertemu. Mereka pun berhenti di depan sebuah ruangan yang cukup besar "Bagaimana? Ada petunjuk?" tanya Xander sambil terengah-engah. Namun, Cley hanya membalasnya dengan gelengan kecil. "Baiklah, sekarang kita berp-" Ucapan Wiliam t
Tangis Gisella semakin menjadi-jadi. Hatinya langsung sakit saat mendengar hal tersebut. la tidak menyangka bahwa pria bajingan yang menyiksanya dulu akan bertindak sejauh ini untuknya. Apakah sekarang dirinya lah yang terlalu jahat karena tidak memberi pria itu kesempatan? "Ayo se-senyum. Aku suka melihat senyummu itu, walau mungkin ini terakhir kali aku melihatnya. Sampaikan juga pada putra kita yang tampan itu bahwa daddynya selalu mencintainya. Bilang padanya agar tida menyia-nyiakan orang yang mencintainya dengan tulus. Ajarkan dia untuk selalu berbuat baik pada semua oran-uhuk!" ucapan Wiliam terpotong saat ia kembali memuntahkan darah. "Tidak! Aku tidak akan mengajarinya sendirian, Wiliam. Kau juga harus mengajarinya! Apa kau tega membiarkanku sendirian dan membuat Arxavie kehilangan ayahnya?! Kumohon bertahanlah sebentar! Kau yang harus mengajari putra kita untuk hidup di dunia yang keras ini!" jawab Gisella. Sayangnya, Wiliam hanya menanggapinya dengan senyuman kecil. "Hidu
"Besok, kita semua akan menghadiri pemakaman." "Pe-pemakaman? Siapa yang meninggal?" tanya Gisella dengan jantung yang berdetak tak karuan. Pikiran dan firasatnya mulai berkata buruk. Namun, ia segera menepis hal tersebut. Cleyton menarik napasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari sang adik. "Wiliam." Tatapan Gisella langsung kosong seketika saat mendengar jawaban dari Cley. Kemudian, kepalanya menggeleng-geleng seperti tidak percaya. "Ti-tidak! Kakak pasti bohong, kan? Dia tidak mungkin mati! Dia kuat, kak! Dia tidak mati!" teriak Gisella dengan histeris. Dokter yang bertugas sampai memberinya suntikan penenang untuk wanita itu karena terus memberontak. Setelah selesai melakukan pengobatan, Gisella langsung dibawa pulang oleh Cley. Pria itu dengan sabar menggendong adiknya yang menangis sesenggukan. Saat hendak pergi ke mobil, mereka berdua berpapasan dengan pihak kepolisian yang tengah menggeret seorang wanita yang menjadi dalang kekacauan ini dan kematian Wiliam. Mata Gise
18:00//swiss Wiliam sedari tadi menatap laptopnya tak berkedip. la tadi sebenarnya menelepon detektif yang sempat disewanya-Dermon, untuk mencari keberadaan Gisella. Meski ia sudah menaruh bubuk kebencian dalam hatinya, tapi jauh di sana dirinya masin khawatir dengan wanita itu. Ah, dasar perasaan sialan! Untungnya, sang detektif sangatlah cepat dan cekatan dalam menjalankan tugasnya. Buktinya, 1 jam setelah Xander menghubunginya, pria itu sudah menemukan keberadaan Gisella. So fast! Wiliam menatap layar monitor dengan seksama. Keningnya berkerut saat melihat lokasi di mana mantan istrinya dibawa. Di sebuah hutan di wilayah barat kota swiss. Yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa lokasinya sama dengan tempat putri Glenn diculik?! Dermon tadi sempat mengatakan hal tersebut padanya. Awalnya, Wiliam tidak mau berburuk sangka. Akan tetapi, pikirannya hanya mengarah ke satu orang saja yang menjadi dalang dari semua ini-Prilli. Tanpa basa-basi, Wiliam langsung meraih teleponnya untuk
Hal tersebut membuat Gisella mengepalkantangannya. Telapak tangannya memegang erat tali yang mengikatnya. Dengan sekuat tenaga, iamencoba melepaskan benda tersebut tanpasepengetahuan dari Prili. la sampai tidak bisafokus dengan apa yang tengah dibicarakan olehwanita ular tersebut.Emosi Prilli mulai tersulut karena mengetahui Gisella tidak mendengarkannya. Kemudian, tanganlentinya itu menarik rambut indah milik wanita itukuat-kuat. Bahkan saking kuatnya, ada banyak helai rambut yang rontok ke lantai.Gisella mencoba menahan sakit dan perih dikepalanya. la menggigit pipi bagian dalamnya sendiri supaya tidak sampai berteriak. Baginya, teriakannya itu adalah suara kemenangan untuk Prilli. Dan dirinya tak akan membiarkan hal itu terjadi."Ah, tampaknya aku kurang keras dalammenyiksamu. Baiklah kalau begitu. Kau sendiri yangmemaksaku untuk menggunakan cara kejiselanjutnya," ujar Farrah yang tiba-tiba membawasebuah cambuk panjang di tangannya. Tanpa aba- aba, wanita itu mengarah
Wiliam melirik ke arah jam tangannya. Ternyatasekarang sudah pukul 5 sore. Dengan segera iamembereskan mejanya dan membawa sebagianberkas untuk dikerjakan di rumah. Namun, perasaan tidak enak tiba-tiba melingkupi hatinya. Apalagi Ana juga belum datang ke tempatnya.Apa wanita itu tadi sudah pulang ke rumah dengan selamat, ya? Tanyanya dalam hati. Akan tetapi, Wiliam segera mengenyahkan pikiran tersebut. la tidak mau merasa khawatir ataupun memperhatikan mantan istrinya lagi. Hubungan mereka berdua sudah usai.Tiba-tiba, tangisan Arxavie terdengar kencang.Wiliam segera menghentikan aktivitasnya danmenghampiri sang putra. Lalu, pria itu meraihnya ke dalam gendongannya."Sstt, ssstt! Tenanglah baby boy. Sebentar lagi,aunty-mu akan datang menjemputmu. Kau sudahmerindukan mommymu, ya?" tanyanya pada Arxavie yang masih menangis. Namun, percuma saja. Bayi mungil tersebut tidak mengerti tentang apa yang tengah ia katakan.Wiliam mencoba menimang-nimang putranyasambil menepuk pantatnya