Sekarang wanita itu sudah di sini, berkumpul lagi bersama mereka di mansion yang megah ini.
"Selamat datang, nyonya!" Ucap untuk pelayan serempak. Cath sungguh tidak bisa berkata-kata lagi. la sungguh terharu dengan penyambutan ini. Ada buket bunga dan kue yang disiapkan oleh mereka untuk menyambut kepulangannya. Di samping Cath, Anastasya menghembuskan napasnya pelan. Gadis itu merasa lega, setidanya ada orang baik yang berada di samping Catherina. la sungguh tidak membayangkan jika seluruh penghuni Mansion bersikap acuh tak acuh padanya. Itu mengerikan sekali! Setelah cukup lama dengan acara penyambutan dan perbincangan ringan antara Cath dan seluruh pelayan, akhirnya wanita itu kini sudah sampai di kamarnya. Kilas bayangan penyiksaan itu mash terasa di tubuhnya sekarang. Rasa sakit yang ditimbulkan belum bisa hilang dari benanya. Namun, dia mencoba untuk seenang mungkin saat masuk.Sekarang wanita itu sudah di sini, berkumpul lagi bersama mereka di mansion yang megah ini. "Selamat datang, nyonya!" Ucap untuk pelayan serempak. Gisella sungguh tidak bisa berkata-kata lagi. la sungguh terharu dengan penyambutan ini. Ada buket bunga dan kue yang disiapkan oleh mereka untuk menyambut kepulangannya.Di samping Gisella, Ana menghembuskan napasnya pelan. Gadis itu merasa lega, setidanya ada orang baik yang berada di samping Catherina. la sungguh tidak membayangkan jika seluruh penghuni Mansion bersikap acuh tak acuh padanya. Itu mengerikan sekali!Setelah cukup lama dengan acara penyambutan dan perbincangan ringan antara Gisella dan seluruh pelayan, akhirnya wanita itu kini sudah sampai di kamarnya. Kilas bayangan penyiksaan itu mash terasa di tubuhnya sekarang. Rasa sakit yang ditimbulkan belum bisa hilang dari benanya. Namun, dia mencoba untuk seenang mungkin saat masuk. Ana tidak menyadari jika sahabatnya itu berjalan sambil memejamkan mata. Setelah sampai di ranjan
Berlin segera bergegas untuk mengantarkan makanan ke kamar Gisella. Sesampainya di sana, dia melihat nyonyanya sibuk melihat langit-langit kamar. "Nyonya, kamu sudah bangun? Saya membawakan makanan untuk nyonya," katanya Sambil berjalan membawa nampan ke arah Gisella.Gisella tersenyum keil dan berusaha untuk bangun dari tidurnya. Berlin pun dengan sigap membantu, setelah dia meletakkan nampan di atas nakas. "Terima kash!" Kata Gisella. Lalu, wanita itu segera memakan makanan yang disediakan. Sangat selera. Gisella pun memandang Bertha yang mash menatapnya dan bertanya, "Wiliam ke mana?" Cukup lama pelayan itu terdiam. Lalu, dengan satu tarikan napas dia membawakan berita yang cukup membuat ulu hati Gisella terasa sakit, "tuan sekarang melakukan perjalanan ke Paris, nyonya. Dia sedang menjenguk nona Prilli yang sedang sakit di sana."Gisella memelankan kunyahannya. Salivanya Berkumpul dan membuat makanan di mulutnya terasa hambar. la mencoba tersenyum dan mengangguk untuk me
Penerbangan dadakan dan kilat sedang ditempuh oleh Wiliam. Zeth dibuat kewalahan karena pria itu.Pesawat pribadi milik keluarga William harus digunakan untuk perjalanan Ardi ke Maladewa. Namun, putranya sungguh membuat semua orang kesal. Tiba-tiba saja pesawatnya digunakan tanpa izin. Zeth sampai meminta maaf pada Ardi berkali-kali karena keterlambatan perjalanannya.Akhirnya, setelah 2 jam lebih perjalanan dari paris, Wiliam pun sampai di bandara. Pria itu menyewa limusin mewah yang dia dapat dari temannya. la pun langsung menuju hotel Plaza Athenee, tempat Prili menginap. Wiliam khawatir karena kekasihnya tadi muntah-muntah Dan tidak enak badan. Bahkan, dirinya sampai harus absen dari acara Fashion Week.Setelah sampai di sana, Wiliam langsung memencet bel kamar hotel kekashnya. Pintu pun dibuka oleh asisten Prilli. Pria itu langsung masuk ke Kamar dan melihat wanitanya sedang meringkuk di ranjang. Wiliam pun langsung menghampiri dan mengecup kening sang kek
Gisella memberanikan diri untuk masuk ke dalam mansion. Terlihat para pelayan sedang membersihkan kekacauan yang dibuat Wiliam tadi. Memang merepotkan saja pria itu! "Kemana pria tadi?" tanya Gisella saat berpapasan dengan Weni. "Sepertinya tuan kembali ke kamarnya, nyonya," jawab gadis itu. Lalu, Gisella pamit dari sana dan pergi ke kamarnya. la tidak peduli dengan Wiliam. Mending dirinya melakukan suatu hal yang bermanfaat, seperti membuka kotak yang dibawanya dari apartemen kakaknya. Cley tadi terlihat terkejut saat Garnetta mendapat kotak coklat itu. Ternyata, itu adalah kotak milik mendiang ibunya. Kuncinya sudah hilang beberapa tahun yang lalu karena Cley tidak sengaja membuangnya ke tong sampah. Jadi, Gisella harus membuka sendiri tanpa kunci. la sudah mengambil obeng dan tang untuk membukanya. Cukup lama wanita itu mencoba mencongkel dan mongotak-atik benda itu, tapi sangat susah untuk terbuka.Keringatnya mengalir deras dari dahi sampai dagunya. Suda
Wiliam tertawa sinis. "Memperkosamu? Aku? Aku suamimu! Dan sudah sepantasnya aku mendapat hakku!" desisnya menyeramkan. Ia tidak habis pikir dengan pikiran istrinya itu. Beda lagi kalau dia melakukannya pada orang lain. Baru bisa disebut dengan memperkosa. "Kau melakukan pemaksaan tanpa persetujuanku! Dan aku tidak akan terima bila hal berhargaku direnggut begitu saja!" bentak Gisella tak terima. la takut sekaligus marah. Takut karena sudah meneriaki pria iblis ini, juga marah karena ia bersikap semena-mena. Wiliam ingin menyanggah perkataan wanita itu, tapi air mata yang menetes di pelupuk matanya membuatnya bungkam. Gisella langsung menyeka cairan bening yang tak diundang dari pipinya. Memang ia siapa? Tidak pernah sekalipun dihargai oleh suaminya. Percuma saja jika ia memberontak bak orang gila. Pria itu jelas menutup mata dan telinganya, juga bersikap acuh. "Kalau kau ingin menikahinya, silahkan. Tetapi, tolong ceraikan aku," Gisella sudah memikirkan matang-
Gisella mengemasi seluruh pakaiannya dari lemari. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Jika anaknya tidak diterima oleh Wiliam, maka ia memutuskan untuk pergi dari mansion ini. Tadi ia sudah menghubungi kakaknya dan Ana. Mereka berdua bekerja sama untuk membawa Gisella kabur dari suaminya. Cley pun sudah menyiapkan tempat untuk tempat tinggal kedua adiknya. Ya, Cley juga diajak untuk pindah dan menghindari keluarga William.By the way, setelah Gisella keluar dari ruangan, Wiliam memutuskan pergi, entah kemana. Jadi, pria itu tidak ada di mansion. Hal tersebut memudahkan Gisella supaya bisa pergi dengan lancar. Saat sampai di bawah, wanita itu berpapasan dengan Prilli. la terlihat tersenyum miring dan melirik koper yang dibawa oleh Gisella. "Wah! Kau mau pergi ke mana? Apa kau sedang liburan?" tanya Farrah dengan nada mengejek. Catherina tidak menghiraukan dan segera pergi dari sana. Ia juga sengaja tidak berpamitan secara langsung kepada para pelayannya. Namun, ia hanya
Seorang wanita tengah menatap langit malam dari jendela pesawat. Dia adalah Gisella. Hatinya gundah, tapi juga sakit disaat bersamaan. Tetapi, ia berpikir bila suaminya senang dengan kepergiannya kali ini. Apalagi pria itu juga tidak ingin anak darinya ini.Matanya sedari tadi tak henti-hentinya mengeluarkan cairan bening. Hormon kehamilan dan rasa sakit hatinya bercampur aduk menjadi satu. Untungnya, Cley dan Ana dengan sigap menenangkan Gisella. Mungkin kalian bertanya, mengapa Ana ikut? Karena kebetulan gadis itu memang ingin pindah mengikuti sang ibu.Yuna sendiri memiliki perkebunan bunga yang diolah oleh keluarganya. Namun, semenjak orang tuanya meninggal, tidak ada yang mengurus tempat itu. Para saudaranya juga sibuk bekerja di kota besar, bahkan ada yang ke luar negeri. Jadi, daripada menganggur lebih baik dirawat saja bukan? Apalagi tempatnya dulu itu terkenal ramai pembeli.Cley akhirnya meminta izin dengan Yuna untuk menitipkan kedua adiknya di
Tidak ada lagi tatapan cinta untuk suaminya. Hanya kebencian saja yang kentara. Wiliam tertawa sumbang, tapi sangat mengerikan. Dengan langkah besar ia mendekati wanita itu.Pertama kalinya dalam sejarah percintaan Wiliam dengan Prilli, pria itu berani menamparnya. Rasa sakit dan perih menjalar di seluruh otot wajah wanita itu. Air matanya menetes begitu saja. Hatinya kini juga semakin panas karena perlakuan yang baru saja didapatnya."Kau keterlaluan! Aku membencimu!" teriak Prilli sambil berlari meninggalkan Wiliam yang berdiri bak patung. Pria itu bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun terhadapnya. Malah, ia pergi dari mansion dan memutuskan untuk pergi ke kantor.Ponsel Wiliam terus berdering sedari tadi. Pria itu sedang mandi saat ini. Akhirnya, setelah sekian lama dia merawat tubuhnya juga. Janggut dan kumis yang dibiarkannya selama beberapa bulan, kini dicukur habis. Bahkan setelah ini, dirinya hendak pergi ke salon untuk memotong rambutnya.