Tidak ada lagi tatapan cinta untuk suaminya. Hanya kebencian saja yang kentara. Wiliam tertawa sumbang, tapi sangat mengerikan. Dengan langkah besar ia mendekati wanita itu.
Pertama kalinya dalam sejarah percintaan Wiliam dengan Prilli, pria itu berani menamparnya. Rasa sakit dan perih menjalar di seluruh otot wajah wanita itu. Air matanya menetes begitu saja. Hatinya kini juga semakin panas karena perlakuan yang baru saja didapatnya."Kau keterlaluan! Aku membencimu!" teriak Prilli sambil berlari meninggalkan Wiliam yang berdiri bak patung. Pria itu bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun terhadapnya. Malah, ia pergi dari mansion dan memutuskan untuk pergi ke kantor.Ponsel Wiliam terus berdering sedari tadi. Pria itu sedang mandi saat ini. Akhirnya, setelah sekian lama dia merawat tubuhnya juga. Janggut dan kumis yang dibiarkannya selama beberapa bulan, kini dicukur habis. Bahkan setelah ini, dirinya hendak pergi ke salon untuk memotong rambutnya.<singapure, , 09:05 AMPonsel Wiliam yang berada di atas nakas sedari tadi berdering. Pria itu saat ini sedang mengurus perceraiannya yang tinggal hitungan hari. Proyek para investor pun ia sisihkan terlebih dahulu. "Ck! Siapa yang menelepon pagi-pagi seperti ini?!" tanyanya kesal. "Lebih baik, anda angkat dulu saja, tuan. Siapa tahu itu penting," ucap Zeth. Lantas, Wiliam pun menurut dan berjalan ke arah ponselnya. Terlihat nomor tak dikenal menghubunginya. Ah, ia tahu ini nomor siapa. "Halo, apa ada sesuatu?" tanya Wiliam pada sang penelepon tanpa basa-basi. "Tuan, istri dan anakmu dalam bahaya sekarang. Tampaknya ada musuhmu yang sudah mengetahui keberadaan mereka. Anak buahku mengatakan bahwa ada 2 orang pria yang datang ke toko Yuna hari ini. Setelah diselidiki, ternyata mereka adalah bawahan dari seseorang. Namun, saya belum menemukan informasi lebih jelas tentang pemimpin mereka," jawab Dermon. Ya, pria itu masih menjalankan tugasnya untuk mema
Jepang, 07:30 AMPagi ini Gisella merasa aneh. Entah ada apa sebenarnya. Perasaannya tiba-tiba menjadi tak karuan. Jantungnya pun berdebar kencang. "Nyonya? Nyonya tidak apa-apa? Apa nyonya sakit?" tanya Dora yang sedang menggendong Arxa.Namun, Gisella hanya menggeleng pelan. Hari ini semua orang sedang berada di rumah tetangga baru. Ya, tiba-tiba saja ada yang membeli rumah pak Jam-tetangga samping rumah Yuna. Padahal, pria tersebut tidak pernah menunjukkan tanda bahwa ia akan menjual rumahnya. Di lain sisi, sebuah pesan masuk di ponsel Dora. Gadis itu segera membuka ponselnya dan mengecek siapakah yang mengirim pesan.Waktumu 30 menit mulai dari sekarang. Detektifku sudah mulai bergerak untuk mengalihkan perhatian. Dan pengawalku juga sudah bersiaga di sekitar rumah Yuna. Bunyikan saja earpiece-nya jika kau sudah melakukan apa yang kuperintahkan.Dora meneguk ludahnya kasar. Lalu, ia segera pergi ke tempat minum dan mencampurkan obat tidur ke d
Ingin," doanya dalam hati. Setelah kotak terbuka sempurna, cahaya putih pun menyambut kelihatannya. Kehidupan baru Gisella almaira sebagai Viera dimulai sekarang.Saat ini, Gisella dan bayinya sudah berada di pesawat pribadi milik keluarga Wily. Namun, bukan Wily airlangga yang digunakan oleh Ani beberapa waktu lalu. Jika menggunakan pesawat tersebut, bisa-bisa Cley akan melacaknya.Ani masuk ke dalam kamar pribadi tempat Gisella diletakkan. la baru saja menidurkan Xav. Bayi itu tampak nyaman ketika berada di dalam dekapan Anne. Ah, gadis itu ingin cepat-cepat punya anak kalau begini. Tetapi dengan siapa, ya? Ani menaruh Xev dengan pelan di atas ranjang.Dalam relung hatinya yang paling dalam, dia sebenarnya tidak tega untuk membohongi semua orang. Apalagi keluarga Yuna yang sudah sangat baik padanya. Namun, tugas memang harus tetap ia jalankan, bukan? "Kau belum makan, kan? Makan dulu!" Titah Tamara yang tiba-tiba sudah ada di belakang gadis tersebut.Sontak Ani pun menoleh ke arah s
"Tidak! Kau pasti berniat meracuniku dan setelahaku mati, kau mengambil anakku dan menjualnya.Aku tidak akan membiarkannya!" ucap Gisella.Demi apapun, Zheva dan Tamara tak habis pikirdengan hal yang diucapkan sang nyonya. Untuk apa mereka melakukan itu? Kalaupun mereka begitu, yang ada nyawa mereka melayang seketika."Untuk apa kami melakukan itu, nyonya. Kami hanya tidak ingin kau kelaparan be—""Aku tidak akan mati jika tidak makan dan minumsehari! Kenapa kau dari tadi membuatku kesal?!"Gisella mengoceh bak beo dan memotong pembicaraan Zheva.Tamara yang sudah pusing, akhirnya mengeluarkan jurus terakhirnya, yaitu sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Wanita itu mendekat dan mencoba membekap Gisella.Gisella tidak bisa memberontak lebih jauh atau pun mendorong Tamara karena sedang menggendong putranya. Akhirnya, sapu tangan itu berhasil membekap mulut dan hidungnya. Lantas, kegelapan pun menyelimuti pandangannya."Maafkan saya, nyonya. Saya terpaksa melakukan ini karena an
Tiba-tiba, di tengah perjalanan Arxavie menangis kencang. Anne sudah mencoba berbagai cara, tapi hasilnya nihil. Mulai dari memeriksa popok yang masih bersih, memberinya susu, bahkan mengganti teknik menggendong bayi tersebut."Ada apa? Coba sini aku yang menggendongnya,"Gisella terlihat ragu karena tidak pernah menggendong anak bayi. Akan tetapi, la harusmencoba melakukannya. Sang supir memelankan kendaraannya untuk memberi ruang pada Anne yang ingin menyerahkan Xavie pada ayahnya. Sebelum Wiliam menerima sang bayi, pria itu menata posisi Gisella untuk tidur terlentang dan menggunakan pahanya sebagai bantalan. Setelah semua selesai, akhirnya Wiliam dengan sigap menggendong sang putra yang masih rewel.Awalnya memang agak susah, tapi lama kelamaan, pria itu mulai terbiasa. la masih tidak menyangka bahwa sekarang putranya berada di dekapannya. Rasanya begitu kecil dan hangat."Hey, boy. You look so cute," Wiliam mencobamengajak Arxavie berbicara. Ajaibnya, tangisan anak bayi terseb
Permintaan Gisella tersebut membuat Wiliam menegang di tempatnya. Seorang keturunan Wily yang terhormat diminta untuk melakukan hal memalukan seperti ini? Ya, kalau bukan Gisella siapa lagi yang bisa melakukannya?Jika saja yang meminta adalah orang lain, mungkin Wiliam sudah menebas leher orang tersebut. Namun, ini berbeda situasi dan cerita. Yang meminta adalah istrinya sendiri. Garis bawahi, istrinya yang sangat dicintainya, walaupun terlambat.Mata biru pria itu menatap lekat wanitanya. Ego dan hatinya sedang berperang saat ini. "Apa tidak ada hal lain yang kau minta selain ini? Aku bisa memberi -""Tidak! Aku hanya mau ini! Bukan yang lain. Oh, kenapa? Kau tidak sanggup, ya? Aku lupa, jika kau tidak mungkin merendah pada orang lain. Tapi, apa kau tidak ingat saat dulu aku memohon ampunanmu sambil bersujud di bawah kakimu?!" bentak Gisella tepat di depan wajah Wiliam.Pria bodoh ini tidak akan mungkin mau melakukannya, batin wanita itu. Sia-sia saja iaberteriak seperti penagih hu
05||05 WIBPerut Gisella berbunyi kencang saat ini. Dirinya sangat lapar karena belum makan apa pun sedari tadi. la ingin sekali meminta makan pada pria yang berada di sofa samping ranjang. Akan tetapi, egonya menolak untuk melakukan itu. Wanita itu lebih memilih untuk melirik saja ke arah Wiliam.Sementara itu, pria tersebut mash terlihat berkutatdengan laptopnya. Banyak pekerjaan yang harusdikerjakannya saat ini. Kepalanya juga sangat pusing karena belum tidur. Saat tengah asyik-asyiknya berpikir, tiba-tiba matanya menengok ke arah istrinya sebentar. Akhirnya, mata mereka pun saling beradu pandang. Namun tidak lama, setelah Gisella memutuskan kontak matanya terlebih dahulu.Wiliam tersenyum kecil. Lalu, ia terlihat menghubungi seseorang di teleponnya.Setelah beberapa menit, tiba-tiba bel kamar mereka dibunyikan seseorang. Wiliam berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju ke arah pintu. Pemandangan tersebut tidak lepas dari pandangan Gisella. la penasaran, siapa yang datang? Apaka
Suara ketukan pintu membuat Cley terkesiap.Gadis itu mengusap air matanya pelan dan menatap ke arah sumber suara. la menebak, pasti kakaknya yang datang. Akhirnya, gadis itu memilih berbalik dan duduk membelakangi arah pintu.Setelah beberapa saat, terdengar suara pintu dibuka oleh seseorang. Tebakan Cley tidak meleset karena Cley lah yang saat ini masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menghela napas kecil saat melihat adik kecilnya membelakangi dirinya.Kakinya melangkah pelan dan menghampiri Cleyyang duduk di atas ranjang. Kemudian, Cley ikut mendudukkan dirinya di samping sang adik. Suasana pun menjadi hening dan canggung. Namun, tidak lama."Aku sudah lama tidak melihat adikku ini marah," ujar Cley tiba-tiba. Perkataan pria itu suksesmembuat Clay menoleh ke arahnya. Bibir bawahnya terlihat mencebik."Siapa yang marah? Katanya kau mau pergi? Pergisaja sana! Tinggalkan aku sendiri!" jawabnya dengan ketus.Cley terkekeh kecil di tempatnya. Orang bodohpun juga tahu jika adiknya ini