Wiliam tertawa sinis. "Memperkosamu? Aku? Aku suamimu! Dan sudah sepantasnya aku mendapat hakku!" desisnya menyeramkan. Ia tidak habis pikir dengan pikiran istrinya itu. Beda lagi kalau dia melakukannya pada orang lain. Baru bisa disebut dengan memperkosa. "Kau melakukan pemaksaan tanpa persetujuanku! Dan aku tidak akan terima bila hal berhargaku direnggut begitu saja!" bentak Gisella tak terima. la takut sekaligus marah. Takut karena sudah meneriaki pria iblis ini, juga marah karena ia bersikap semena-mena.
Wiliam ingin menyanggah perkataan wanita itu, tapi air mata yang menetes di pelupuk matanya membuatnya bungkam. Gisella langsung menyeka cairan bening yang tak diundang dari pipinya. Memang ia siapa? Tidak pernah sekalipun dihargai oleh suaminya. Percuma saja jika ia memberontak bak orang gila. Pria itu jelas menutup mata dan telinganya, juga bersikap acuh. "Kalau kau ingin menikahinya, silahkan. Tetapi, tolong ceraikan aku," Gisella sudah memikirkan matang-Gisella mengemasi seluruh pakaiannya dari lemari. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Jika anaknya tidak diterima oleh Wiliam, maka ia memutuskan untuk pergi dari mansion ini. Tadi ia sudah menghubungi kakaknya dan Ana. Mereka berdua bekerja sama untuk membawa Gisella kabur dari suaminya. Cley pun sudah menyiapkan tempat untuk tempat tinggal kedua adiknya. Ya, Cley juga diajak untuk pindah dan menghindari keluarga William.By the way, setelah Gisella keluar dari ruangan, Wiliam memutuskan pergi, entah kemana. Jadi, pria itu tidak ada di mansion. Hal tersebut memudahkan Gisella supaya bisa pergi dengan lancar. Saat sampai di bawah, wanita itu berpapasan dengan Prilli. la terlihat tersenyum miring dan melirik koper yang dibawa oleh Gisella. "Wah! Kau mau pergi ke mana? Apa kau sedang liburan?" tanya Farrah dengan nada mengejek. Catherina tidak menghiraukan dan segera pergi dari sana. Ia juga sengaja tidak berpamitan secara langsung kepada para pelayannya. Namun, ia hanya
Seorang wanita tengah menatap langit malam dari jendela pesawat. Dia adalah Gisella. Hatinya gundah, tapi juga sakit disaat bersamaan. Tetapi, ia berpikir bila suaminya senang dengan kepergiannya kali ini. Apalagi pria itu juga tidak ingin anak darinya ini.Matanya sedari tadi tak henti-hentinya mengeluarkan cairan bening. Hormon kehamilan dan rasa sakit hatinya bercampur aduk menjadi satu. Untungnya, Cley dan Ana dengan sigap menenangkan Gisella. Mungkin kalian bertanya, mengapa Ana ikut? Karena kebetulan gadis itu memang ingin pindah mengikuti sang ibu.Yuna sendiri memiliki perkebunan bunga yang diolah oleh keluarganya. Namun, semenjak orang tuanya meninggal, tidak ada yang mengurus tempat itu. Para saudaranya juga sibuk bekerja di kota besar, bahkan ada yang ke luar negeri. Jadi, daripada menganggur lebih baik dirawat saja bukan? Apalagi tempatnya dulu itu terkenal ramai pembeli.Cley akhirnya meminta izin dengan Yuna untuk menitipkan kedua adiknya di
Tidak ada lagi tatapan cinta untuk suaminya. Hanya kebencian saja yang kentara. Wiliam tertawa sumbang, tapi sangat mengerikan. Dengan langkah besar ia mendekati wanita itu.Pertama kalinya dalam sejarah percintaan Wiliam dengan Prilli, pria itu berani menamparnya. Rasa sakit dan perih menjalar di seluruh otot wajah wanita itu. Air matanya menetes begitu saja. Hatinya kini juga semakin panas karena perlakuan yang baru saja didapatnya."Kau keterlaluan! Aku membencimu!" teriak Prilli sambil berlari meninggalkan Wiliam yang berdiri bak patung. Pria itu bahkan tidak merasa bersalah sedikit pun terhadapnya. Malah, ia pergi dari mansion dan memutuskan untuk pergi ke kantor.Ponsel Wiliam terus berdering sedari tadi. Pria itu sedang mandi saat ini. Akhirnya, setelah sekian lama dia merawat tubuhnya juga. Janggut dan kumis yang dibiarkannya selama beberapa bulan, kini dicukur habis. Bahkan setelah ini, dirinya hendak pergi ke salon untuk memotong rambutnya.
singapure, , 09:05 AMPonsel Wiliam yang berada di atas nakas sedari tadi berdering. Pria itu saat ini sedang mengurus perceraiannya yang tinggal hitungan hari. Proyek para investor pun ia sisihkan terlebih dahulu. "Ck! Siapa yang menelepon pagi-pagi seperti ini?!" tanyanya kesal. "Lebih baik, anda angkat dulu saja, tuan. Siapa tahu itu penting," ucap Zeth. Lantas, Wiliam pun menurut dan berjalan ke arah ponselnya. Terlihat nomor tak dikenal menghubunginya. Ah, ia tahu ini nomor siapa. "Halo, apa ada sesuatu?" tanya Wiliam pada sang penelepon tanpa basa-basi. "Tuan, istri dan anakmu dalam bahaya sekarang. Tampaknya ada musuhmu yang sudah mengetahui keberadaan mereka. Anak buahku mengatakan bahwa ada 2 orang pria yang datang ke toko Yuna hari ini. Setelah diselidiki, ternyata mereka adalah bawahan dari seseorang. Namun, saya belum menemukan informasi lebih jelas tentang pemimpin mereka," jawab Dermon. Ya, pria itu masih menjalankan tugasnya untuk mema
Jepang, 07:30 AMPagi ini Gisella merasa aneh. Entah ada apa sebenarnya. Perasaannya tiba-tiba menjadi tak karuan. Jantungnya pun berdebar kencang. "Nyonya? Nyonya tidak apa-apa? Apa nyonya sakit?" tanya Dora yang sedang menggendong Arxa.Namun, Gisella hanya menggeleng pelan. Hari ini semua orang sedang berada di rumah tetangga baru. Ya, tiba-tiba saja ada yang membeli rumah pak Jam-tetangga samping rumah Yuna. Padahal, pria tersebut tidak pernah menunjukkan tanda bahwa ia akan menjual rumahnya. Di lain sisi, sebuah pesan masuk di ponsel Dora. Gadis itu segera membuka ponselnya dan mengecek siapakah yang mengirim pesan.Waktumu 30 menit mulai dari sekarang. Detektifku sudah mulai bergerak untuk mengalihkan perhatian. Dan pengawalku juga sudah bersiaga di sekitar rumah Yuna. Bunyikan saja earpiece-nya jika kau sudah melakukan apa yang kuperintahkan.Dora meneguk ludahnya kasar. Lalu, ia segera pergi ke tempat minum dan mencampurkan obat tidur ke d
Ingin," doanya dalam hati. Setelah kotak terbuka sempurna, cahaya putih pun menyambut kelihatannya. Kehidupan baru Gisella almaira sebagai Viera dimulai sekarang.Saat ini, Gisella dan bayinya sudah berada di pesawat pribadi milik keluarga Wily. Namun, bukan Wily airlangga yang digunakan oleh Ani beberapa waktu lalu. Jika menggunakan pesawat tersebut, bisa-bisa Cley akan melacaknya.Ani masuk ke dalam kamar pribadi tempat Gisella diletakkan. la baru saja menidurkan Xav. Bayi itu tampak nyaman ketika berada di dalam dekapan Anne. Ah, gadis itu ingin cepat-cepat punya anak kalau begini. Tetapi dengan siapa, ya? Ani menaruh Xev dengan pelan di atas ranjang.Dalam relung hatinya yang paling dalam, dia sebenarnya tidak tega untuk membohongi semua orang. Apalagi keluarga Yuna yang sudah sangat baik padanya. Namun, tugas memang harus tetap ia jalankan, bukan? "Kau belum makan, kan? Makan dulu!" Titah Tamara yang tiba-tiba sudah ada di belakang gadis tersebut.Sontak Ani pun menoleh ke arah s
"Tidak! Kau pasti berniat meracuniku dan setelahaku mati, kau mengambil anakku dan menjualnya.Aku tidak akan membiarkannya!" ucap Gisella.Demi apapun, Zheva dan Tamara tak habis pikirdengan hal yang diucapkan sang nyonya. Untuk apa mereka melakukan itu? Kalaupun mereka begitu, yang ada nyawa mereka melayang seketika."Untuk apa kami melakukan itu, nyonya. Kami hanya tidak ingin kau kelaparan be—""Aku tidak akan mati jika tidak makan dan minumsehari! Kenapa kau dari tadi membuatku kesal?!"Gisella mengoceh bak beo dan memotong pembicaraan Zheva.Tamara yang sudah pusing, akhirnya mengeluarkan jurus terakhirnya, yaitu sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Wanita itu mendekat dan mencoba membekap Gisella.Gisella tidak bisa memberontak lebih jauh atau pun mendorong Tamara karena sedang menggendong putranya. Akhirnya, sapu tangan itu berhasil membekap mulut dan hidungnya. Lantas, kegelapan pun menyelimuti pandangannya."Maafkan saya, nyonya. Saya terpaksa melakukan ini karena an
Tiba-tiba, di tengah perjalanan Arxavie menangis kencang. Anne sudah mencoba berbagai cara, tapi hasilnya nihil. Mulai dari memeriksa popok yang masih bersih, memberinya susu, bahkan mengganti teknik menggendong bayi tersebut."Ada apa? Coba sini aku yang menggendongnya,"Gisella terlihat ragu karena tidak pernah menggendong anak bayi. Akan tetapi, la harusmencoba melakukannya. Sang supir memelankan kendaraannya untuk memberi ruang pada Anne yang ingin menyerahkan Xavie pada ayahnya. Sebelum Wiliam menerima sang bayi, pria itu menata posisi Gisella untuk tidur terlentang dan menggunakan pahanya sebagai bantalan. Setelah semua selesai, akhirnya Wiliam dengan sigap menggendong sang putra yang masih rewel.Awalnya memang agak susah, tapi lama kelamaan, pria itu mulai terbiasa. la masih tidak menyangka bahwa sekarang putranya berada di dekapannya. Rasanya begitu kecil dan hangat."Hey, boy. You look so cute," Wiliam mencobamengajak Arxavie berbicara. Ajaibnya, tangisan anak bayi terseb