"Tidak! Kau pasti berniat meracuniku dan setelahaku mati, kau mengambil anakku dan menjualnya.Aku tidak akan membiarkannya!" ucap Gisella.Demi apapun, Zheva dan Tamara tak habis pikirdengan hal yang diucapkan sang nyonya. Untuk apa mereka melakukan itu? Kalaupun mereka begitu, yang ada nyawa mereka melayang seketika."Untuk apa kami melakukan itu, nyonya. Kami hanya tidak ingin kau kelaparan be—""Aku tidak akan mati jika tidak makan dan minumsehari! Kenapa kau dari tadi membuatku kesal?!"Gisella mengoceh bak beo dan memotong pembicaraan Zheva.Tamara yang sudah pusing, akhirnya mengeluarkan jurus terakhirnya, yaitu sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Wanita itu mendekat dan mencoba membekap Gisella.Gisella tidak bisa memberontak lebih jauh atau pun mendorong Tamara karena sedang menggendong putranya. Akhirnya, sapu tangan itu berhasil membekap mulut dan hidungnya. Lantas, kegelapan pun menyelimuti pandangannya."Maafkan saya, nyonya. Saya terpaksa melakukan ini karena an
Tiba-tiba, di tengah perjalanan Arxavie menangis kencang. Anne sudah mencoba berbagai cara, tapi hasilnya nihil. Mulai dari memeriksa popok yang masih bersih, memberinya susu, bahkan mengganti teknik menggendong bayi tersebut."Ada apa? Coba sini aku yang menggendongnya,"Gisella terlihat ragu karena tidak pernah menggendong anak bayi. Akan tetapi, la harusmencoba melakukannya. Sang supir memelankan kendaraannya untuk memberi ruang pada Anne yang ingin menyerahkan Xavie pada ayahnya. Sebelum Wiliam menerima sang bayi, pria itu menata posisi Gisella untuk tidur terlentang dan menggunakan pahanya sebagai bantalan. Setelah semua selesai, akhirnya Wiliam dengan sigap menggendong sang putra yang masih rewel.Awalnya memang agak susah, tapi lama kelamaan, pria itu mulai terbiasa. la masih tidak menyangka bahwa sekarang putranya berada di dekapannya. Rasanya begitu kecil dan hangat."Hey, boy. You look so cute," Wiliam mencobamengajak Arxavie berbicara. Ajaibnya, tangisan anak bayi terseb
Permintaan Gisella tersebut membuat Wiliam menegang di tempatnya. Seorang keturunan Wily yang terhormat diminta untuk melakukan hal memalukan seperti ini? Ya, kalau bukan Gisella siapa lagi yang bisa melakukannya?Jika saja yang meminta adalah orang lain, mungkin Wiliam sudah menebas leher orang tersebut. Namun, ini berbeda situasi dan cerita. Yang meminta adalah istrinya sendiri. Garis bawahi, istrinya yang sangat dicintainya, walaupun terlambat.Mata biru pria itu menatap lekat wanitanya. Ego dan hatinya sedang berperang saat ini. "Apa tidak ada hal lain yang kau minta selain ini? Aku bisa memberi -""Tidak! Aku hanya mau ini! Bukan yang lain. Oh, kenapa? Kau tidak sanggup, ya? Aku lupa, jika kau tidak mungkin merendah pada orang lain. Tapi, apa kau tidak ingat saat dulu aku memohon ampunanmu sambil bersujud di bawah kakimu?!" bentak Gisella tepat di depan wajah Wiliam.Pria bodoh ini tidak akan mungkin mau melakukannya, batin wanita itu. Sia-sia saja iaberteriak seperti penagih hu
05||05 WIBPerut Gisella berbunyi kencang saat ini. Dirinya sangat lapar karena belum makan apa pun sedari tadi. la ingin sekali meminta makan pada pria yang berada di sofa samping ranjang. Akan tetapi, egonya menolak untuk melakukan itu. Wanita itu lebih memilih untuk melirik saja ke arah Wiliam.Sementara itu, pria tersebut mash terlihat berkutatdengan laptopnya. Banyak pekerjaan yang harusdikerjakannya saat ini. Kepalanya juga sangat pusing karena belum tidur. Saat tengah asyik-asyiknya berpikir, tiba-tiba matanya menengok ke arah istrinya sebentar. Akhirnya, mata mereka pun saling beradu pandang. Namun tidak lama, setelah Gisella memutuskan kontak matanya terlebih dahulu.Wiliam tersenyum kecil. Lalu, ia terlihat menghubungi seseorang di teleponnya.Setelah beberapa menit, tiba-tiba bel kamar mereka dibunyikan seseorang. Wiliam berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju ke arah pintu. Pemandangan tersebut tidak lepas dari pandangan Gisella. la penasaran, siapa yang datang? Apaka
Suara ketukan pintu membuat Cley terkesiap.Gadis itu mengusap air matanya pelan dan menatap ke arah sumber suara. la menebak, pasti kakaknya yang datang. Akhirnya, gadis itu memilih berbalik dan duduk membelakangi arah pintu.Setelah beberapa saat, terdengar suara pintu dibuka oleh seseorang. Tebakan Cley tidak meleset karena Cley lah yang saat ini masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menghela napas kecil saat melihat adik kecilnya membelakangi dirinya.Kakinya melangkah pelan dan menghampiri Cleyyang duduk di atas ranjang. Kemudian, Cley ikut mendudukkan dirinya di samping sang adik. Suasana pun menjadi hening dan canggung. Namun, tidak lama."Aku sudah lama tidak melihat adikku ini marah," ujar Cley tiba-tiba. Perkataan pria itu suksesmembuat Clay menoleh ke arahnya. Bibir bawahnya terlihat mencebik."Siapa yang marah? Katanya kau mau pergi? Pergisaja sana! Tinggalkan aku sendiri!" jawabnya dengan ketus.Cley terkekeh kecil di tempatnya. Orang bodohpun juga tahu jika adiknya ini
Setelah sehari Gisella pergi, Cley melayangkan surat cerai pada Wiliam. Namun, surat itu masihtersimpan rapi di laci paling bawah bawah di ruangan pria itu. la tidak mau membaca ataupunmenandatangani surat tersebut. Meski begitu, Gisella dan Wiliam nyatanya sudah resmi bercerai."Dan kalian bertujuh, silahkan keluar! Kalian tidakada yang jadi dipecat hari ini! Besok datanglahseperti biasa," Arghio membuka suaranya kembalidan berbicara pada para staf yang tadi dipanggiloleh sang putra. Mereka pun mengucapkan terimakasih dan pergi dari ruangan yang mencekam jiwaitu. Sekarang, tinggallah Arghio dan Wiliam saja yang tersisa."Son, sudah berapa kali kubilang. Kontrol emosi dan tindakanmu itu! Jangan hanya karena Cat-""Shut up, dad! Aku tidak ingin mendengar lagitentang apa pun yang berurusan dengan wanita itu. Sekarang fokusku hanyalah dengan pekerjaan dan putraku saja! Aku tidak peduli lagi dengannya!"Wiliam memotong perkataan sang ayah dengancepat. Hati pria itu sudah membek
London, 12 :00 PM"Cilukba!"Ani menutup dan membuka matanya dengantelapak tangan untuk mengajak Arxavie bermain.Bayi tersebut meresponsnya dengan senyuman dan sesekali mengeluarkan suara celoteh ringan khas miliknya. Itu membuat gadis tersebut merasa gemas."Lihatlah, Gisella! Putramu ini sangat lucu sekali!" ujar Ana antusias pada sahabatnya. Namun, tidak ada jawaban sama sekali dari sang empunya. Haltersebut membuat Ana menoleh ke arah Gisella.Ternyata, wanita itu sedang melamun sambilmemandangi ke arah luar jendela. la seperti patung- tak bekedip ataupun bergerak.Ana menghela napasnya kecil. Sudah 2 bulansemenjak Gisella meninggalkan suaminya, wanita itu selalu murung setiap hari. Diajak bicara pun sangat susah karena dirinya selalu tak bisa fokus. Cley sampai menyewa seorang pskiater untuk menangani sang adik. Ya, tapi hasilnya nihil karena Gisella tetap saja begitu."Gisella," Ana akhirnya menghampiri sang sahabat dan menepuk pundanya pelan. Hal tersebut membuat Gisella t
Sementara, wanita yang sedang diomeli itu hanyatersenyum kecil. la memang disukai banyak orangdulu karena sifat baiknya, tapi tidak mungkin, kansemua manusia akan menyukainya terus? Mesti ada saja segelintir orang yang mencobamenjatuhkannya."Jangan membalas perlakuan jahat seseorang dengan kejahatan juga, An. Cukup menunggu Tuhan saja untuk menjalankan karma di dunia ini. Toh, Elly hanya sedang menjalankan amanat dari kakakku saja. Soal ikhlas atau tidaknya dia, tergantung niat dalam hatinya," ujar Gisella menasihati sahabatnya. Namun, Ana hanya berdecak pelan."Lantas, siapa yang akan mengantar anakmu jika dia tidak ingin disentuh orang lain sekarang?" tanyanya beralih topik. Gisella terdiam sejenak, sampai akhirnya...., "Aku sendiri yang akan mengantarnya."Aktivitas Wiliam terhenti seketika saat mendengarsuara ketukan di pintu masuk ruangannya. Lantas,pria itu menyingkirkan sejenak pekerjaannya agarbisa berbagi waktu dengan sang putra. Dengansemangat 45, ia menyuruh seseor