Di sisi lain, terlihat Gisella tengah berlari kecilsetelah keluar dari dalam lift. Sesekali ia mengusapair matanya yang menetes di pipinya. Hatinya serasa ditimpa ribuan ton besi sekarang.Gisella memelankan langkahnya saat hendak keluar dari gedung raksasa milik mantan suaminya itu. Ada perasaan tak rela saat ia ingin melakukan hal tersebut. Entahlah, firasatnya mengatakan bahwa akan ada sesuatu hal yang terjadi padanya. Matanya melirik ke arah sofa yang ada di lobby. Apa aku menunggu di sana saja, ya? Batinnya. Namun, perkataan Wiliam tadi sukses membuat pikirannya berubah. Pria itu tidak suka jika dirinya berada di sini.Pengusiran yang terjadi tadi sudah cukupmenyadarkan Gisella bahwa pria itu sudah membenci dirinya. Wanita itu tersenyum getir sambil melangkah ke luar gedung. Di kehidupan ini, rasanya semuanya sia-sia bagi Viera. Menurutnya, semua hal yang terjadi di sini malah membuat hatinya sakit sendiri. Entah kenapa Gisella yang asli menciptakan dirinya.Di tengah lamunann
Wiliam melirik ke arah jam tangannya. Ternyatasekarang sudah pukul 5 sore. Dengan segera iamembereskan mejanya dan membawa sebagianberkas untuk dikerjakan di rumah. Namun, perasaan tidak enak tiba-tiba melingkupi hatinya. Apalagi Ana juga belum datang ke tempatnya.Apa wanita itu tadi sudah pulang ke rumah dengan selamat, ya? Tanyanya dalam hati. Akan tetapi, Wiliam segera mengenyahkan pikiran tersebut. la tidak mau merasa khawatir ataupun memperhatikan mantan istrinya lagi. Hubungan mereka berdua sudah usai.Tiba-tiba, tangisan Arxavie terdengar kencang.Wiliam segera menghentikan aktivitasnya danmenghampiri sang putra. Lalu, pria itu meraihnya ke dalam gendongannya."Sstt, ssstt! Tenanglah baby boy. Sebentar lagi,aunty-mu akan datang menjemputmu. Kau sudahmerindukan mommymu, ya?" tanyanya pada Arxavie yang masih menangis. Namun, percuma saja. Bayi mungil tersebut tidak mengerti tentang apa yang tengah ia katakan.Wiliam mencoba menimang-nimang putranyasambil menepuk pantatnya
Hal tersebut membuat Gisella mengepalkantangannya. Telapak tangannya memegang erat tali yang mengikatnya. Dengan sekuat tenaga, iamencoba melepaskan benda tersebut tanpasepengetahuan dari Prili. la sampai tidak bisafokus dengan apa yang tengah dibicarakan olehwanita ular tersebut.Emosi Prilli mulai tersulut karena mengetahui Gisella tidak mendengarkannya. Kemudian, tanganlentinya itu menarik rambut indah milik wanita itukuat-kuat. Bahkan saking kuatnya, ada banyak helai rambut yang rontok ke lantai.Gisella mencoba menahan sakit dan perih dikepalanya. la menggigit pipi bagian dalamnya sendiri supaya tidak sampai berteriak. Baginya, teriakannya itu adalah suara kemenangan untuk Prilli. Dan dirinya tak akan membiarkan hal itu terjadi."Ah, tampaknya aku kurang keras dalammenyiksamu. Baiklah kalau begitu. Kau sendiri yangmemaksaku untuk menggunakan cara kejiselanjutnya," ujar Farrah yang tiba-tiba membawasebuah cambuk panjang di tangannya. Tanpa aba- aba, wanita itu mengarah
Gara-gara novel yang dibelikan oleh bibinya 2 minggu lalu, Gisella jadi tidak mood untuk melakukan hobinya itu lagi. Awalnya, gadis pendiam dan pemalu itu membacanya dengan santai dan sepenuh hati. Akan tetapi lama-kelamaan, adegan yang ada di dalam novel berjudul "Giselle" yang sama dengan namanya itu membuat suasana hatinya memburuk! Alur ceritanya sama dengan novel pada umumnya, tentang percintaan. Lebih tepatnya, kisah cinta Gisella almaira yang menikah dengan Wiliam Kusuma dari hasil perjodohan perjodohan. Hanya saja yang membedakan adalah jalan cerita dan karakter tokohnya yang agak-agak.Wiliam yang berhati dingin dan tempramental, kerap menyiksa Gisella' dengan kata-kata pedas. Bahkan, main fisik. Alasannya? William ingin istrinya merasa tersiksa hingga meminta pisah.Demikian, Wiliam bisa menikahi sang pujaan hati.Sayangnya, Gisella tidak ingin melakukan hal tersebut karena dirinya mencintai Wiliam dengan tulus dan bertekad untuk membuat pria itu mencintainya.Suatu har
Harusnya Gisella hidup di dunia nyata, bukan fiksi. Harusnya dia hidup dengan takdir realita yang diatur Tuhan, bukan oleh pengarang. Harusnya, harusnya, harusnya! Bagaimana nasibnya nanti? Disakiti oleh suaminya sendiri dan diselingkuhi. Air mata Gisela pun luruh seketika. Jika memang Tuhan memasukkannya ke dunia fiksi, setidaknya biarkan jiwanya masuk ke karakter bahagia, bukan mati dengan tragis. Sama saja dirinya menukarkan kebahagiannya di dunia nyata hanya untuk masuk ke dalam dunia fiksi yang penuh kesengsaraan ini. Apakah dia bisa merubah alur cerita ini? Apakah dia bisa berbuat sesuka hati di sini?Cukup lama dia merenung, hingga akhirnya, Gisela pun berdiri. Menurutnya,tidak ada gunanya jika menangisi takdir saat ini. Dirinya sendirilah yang meminta tadi, kan? Sekarang yang bisa dia lakukan hanyalah bertahan hidup di sini. "Aku harus bisa bertahan di sini. Aku masih bisa untuk mengubah takdir Gisella Almaira, kan? Tunggu saja, akan kupastikan raga ini dan jiwaku hidup de
Namun, Wiliam tidak tahu bila jiwa asli istrinya tersebut digantikan dengan jiwa seorang gadis SMA penyuka segala makanan, apalagi seafood. Mata Gisella pun terlihat berbinar menatap makanan yang tersaji. Dengan cepat dia mengambil beberapa kerang dan udang pedas manis. Sudah lama dirinya tidak makan seafood. Gisella segera melahap makanan yang diambilnya. Meski kepalanya sedang pusing tujuh keliling sekarang, tapi dirinya tidak peduli. Dia juga mengabaikan tatapan tajam dari seseorang di jung sana. "Ya ampun, ini enak sekali! Lain kali, suruh pelayan masak lagi, kalau bisa setiap hari!" cerca gadis itu sambil menggoyangkan kepalanya karena keenakan. Sementara itu, Wiliam menatap horor pemandanganyang tersaji di depannya. Sejak kapan gisella seperti ini? Tak hanya Wiliam, para pelayan juga menatap majikannya heran. Padahal, gisella sangat pemilih dalam hal makanan. Dia paling tidak suka bau kerang dan udang. Entah apa alasannya. Yang pasti, harusnya Gisella akan segera mual, bahkan
Suara ketukan jari di atas meja menggema di kamar yang sepi dan dingin. Suara tersebut berasal dari seorang pria dewasa berusia 28 tahun yang duduk santai di sofa sambil menatap ke arah luar jendela.Ah, siapa lagi kalau bukan Wiliam. Dia mengamati air hujan yang menetes dari ranting pohon danmerembes ke kaca jendela. Cukup membosankan sebenarnya, tapi hal tersebut tidak akan dirasakanoleh seseorang yang pikirannya sedang kalut ke mana-mana.Pastinya, Wilian saat ini tengah memikirkan tingkah laku istrinya yang kelewat aneh. Apa yang membuatnya berbeda seperti itu? Apa karena pingsan tadi? Tanyanya dalam hati. Tadi pagi, siska. meneleponnya dan mengabarkan bahwa Gisella tiba- tiba pingsan di dapur. Dia tidak peduli, bahkan berharap gadis itu mati sekalian. Memang iblis orang ini! Sayangnya, harapannya itu tidak terkabul, malah istrinya tersebut seperti mengidap kepribadian ganda. Pria itu berpikir untuk menunggu sampai besok. Apakah sikap menyebalkan istrinya yang kemarin akan kemba
Wiliam segera mencari kunci cadangan untuk masuk ke kamar Gisella. Akhirnya, setelah beberapa saat, pria itu berhasil menemukan uncinya. Aduh, tamatlah riwayat Gisella! Sementara itu, gisella di dalam tengah sibuk menjelajahi isi kamar dan membuka lemari. Dia tidak menemukan hal yang menarik. Bahkan, baju-baju Gisella sangatlah kuno dan monoton. Mungkin itu juga alasan Gisella tidak tertarik padanya.Tak lama kemudian, tiba-tiba pintu kamar terbuka sempurna. Terlihat Wilian masuk dan berjalan dengan cepat. Wajahnya memerah, begitu pun matanya. Tatapan gisella langsung beralih ke arah pria itu. Dia langsung merasa takut sekarang. Mulut bodohnya itu harusya tidak berbicara denganlancang."Menarik sekali! Aku baru tahu, selain tingkahmu yang membuatku muak, mulutmu itu juga kurangajar!" Wiliam berjalan mendekati Gisella yang berdiri bak patung di depan lemari. Nyali gadis itu sudah menciut sekarang."Kenapa diam?" tanya Wiliam sambil menunjukkan smirk yang menakutkan. Dirinya sudah ber