05||05 WIBPerut Gisella berbunyi kencang saat ini. Dirinya sangat lapar karena belum makan apa pun sedari tadi. la ingin sekali meminta makan pada pria yang berada di sofa samping ranjang. Akan tetapi, egonya menolak untuk melakukan itu. Wanita itu lebih memilih untuk melirik saja ke arah Wiliam.Sementara itu, pria tersebut mash terlihat berkutatdengan laptopnya. Banyak pekerjaan yang harusdikerjakannya saat ini. Kepalanya juga sangat pusing karena belum tidur. Saat tengah asyik-asyiknya berpikir, tiba-tiba matanya menengok ke arah istrinya sebentar. Akhirnya, mata mereka pun saling beradu pandang. Namun tidak lama, setelah Gisella memutuskan kontak matanya terlebih dahulu.Wiliam tersenyum kecil. Lalu, ia terlihat menghubungi seseorang di teleponnya.Setelah beberapa menit, tiba-tiba bel kamar mereka dibunyikan seseorang. Wiliam berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju ke arah pintu. Pemandangan tersebut tidak lepas dari pandangan Gisella. la penasaran, siapa yang datang? Apaka
Suara ketukan pintu membuat Cley terkesiap.Gadis itu mengusap air matanya pelan dan menatap ke arah sumber suara. la menebak, pasti kakaknya yang datang. Akhirnya, gadis itu memilih berbalik dan duduk membelakangi arah pintu.Setelah beberapa saat, terdengar suara pintu dibuka oleh seseorang. Tebakan Cley tidak meleset karena Cley lah yang saat ini masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menghela napas kecil saat melihat adik kecilnya membelakangi dirinya.Kakinya melangkah pelan dan menghampiri Cleyyang duduk di atas ranjang. Kemudian, Cley ikut mendudukkan dirinya di samping sang adik. Suasana pun menjadi hening dan canggung. Namun, tidak lama."Aku sudah lama tidak melihat adikku ini marah," ujar Cley tiba-tiba. Perkataan pria itu suksesmembuat Clay menoleh ke arahnya. Bibir bawahnya terlihat mencebik."Siapa yang marah? Katanya kau mau pergi? Pergisaja sana! Tinggalkan aku sendiri!" jawabnya dengan ketus.Cley terkekeh kecil di tempatnya. Orang bodohpun juga tahu jika adiknya ini
Setelah sehari Gisella pergi, Cley melayangkan surat cerai pada Wiliam. Namun, surat itu masihtersimpan rapi di laci paling bawah bawah di ruangan pria itu. la tidak mau membaca ataupunmenandatangani surat tersebut. Meski begitu, Gisella dan Wiliam nyatanya sudah resmi bercerai."Dan kalian bertujuh, silahkan keluar! Kalian tidakada yang jadi dipecat hari ini! Besok datanglahseperti biasa," Arghio membuka suaranya kembalidan berbicara pada para staf yang tadi dipanggiloleh sang putra. Mereka pun mengucapkan terimakasih dan pergi dari ruangan yang mencekam jiwaitu. Sekarang, tinggallah Arghio dan Wiliam saja yang tersisa."Son, sudah berapa kali kubilang. Kontrol emosi dan tindakanmu itu! Jangan hanya karena Cat-""Shut up, dad! Aku tidak ingin mendengar lagitentang apa pun yang berurusan dengan wanita itu. Sekarang fokusku hanyalah dengan pekerjaan dan putraku saja! Aku tidak peduli lagi dengannya!"Wiliam memotong perkataan sang ayah dengancepat. Hati pria itu sudah membek
London, 12 :00 PM"Cilukba!"Ani menutup dan membuka matanya dengantelapak tangan untuk mengajak Arxavie bermain.Bayi tersebut meresponsnya dengan senyuman dan sesekali mengeluarkan suara celoteh ringan khas miliknya. Itu membuat gadis tersebut merasa gemas."Lihatlah, Gisella! Putramu ini sangat lucu sekali!" ujar Ana antusias pada sahabatnya. Namun, tidak ada jawaban sama sekali dari sang empunya. Haltersebut membuat Ana menoleh ke arah Gisella.Ternyata, wanita itu sedang melamun sambilmemandangi ke arah luar jendela. la seperti patung- tak bekedip ataupun bergerak.Ana menghela napasnya kecil. Sudah 2 bulansemenjak Gisella meninggalkan suaminya, wanita itu selalu murung setiap hari. Diajak bicara pun sangat susah karena dirinya selalu tak bisa fokus. Cley sampai menyewa seorang pskiater untuk menangani sang adik. Ya, tapi hasilnya nihil karena Gisella tetap saja begitu."Gisella," Ana akhirnya menghampiri sang sahabat dan menepuk pundanya pelan. Hal tersebut membuat Gisella t
Sementara, wanita yang sedang diomeli itu hanyatersenyum kecil. la memang disukai banyak orangdulu karena sifat baiknya, tapi tidak mungkin, kansemua manusia akan menyukainya terus? Mesti ada saja segelintir orang yang mencobamenjatuhkannya."Jangan membalas perlakuan jahat seseorang dengan kejahatan juga, An. Cukup menunggu Tuhan saja untuk menjalankan karma di dunia ini. Toh, Elly hanya sedang menjalankan amanat dari kakakku saja. Soal ikhlas atau tidaknya dia, tergantung niat dalam hatinya," ujar Gisella menasihati sahabatnya. Namun, Ana hanya berdecak pelan."Lantas, siapa yang akan mengantar anakmu jika dia tidak ingin disentuh orang lain sekarang?" tanyanya beralih topik. Gisella terdiam sejenak, sampai akhirnya...., "Aku sendiri yang akan mengantarnya."Aktivitas Wiliam terhenti seketika saat mendengarsuara ketukan di pintu masuk ruangannya. Lantas,pria itu menyingkirkan sejenak pekerjaannya agarbisa berbagi waktu dengan sang putra. Dengansemangat 45, ia menyuruh seseor
Di sisi lain, terlihat Gisella tengah berlari kecilsetelah keluar dari dalam lift. Sesekali ia mengusapair matanya yang menetes di pipinya. Hatinya serasa ditimpa ribuan ton besi sekarang.Gisella memelankan langkahnya saat hendak keluar dari gedung raksasa milik mantan suaminya itu. Ada perasaan tak rela saat ia ingin melakukan hal tersebut. Entahlah, firasatnya mengatakan bahwa akan ada sesuatu hal yang terjadi padanya. Matanya melirik ke arah sofa yang ada di lobby. Apa aku menunggu di sana saja, ya? Batinnya. Namun, perkataan Wiliam tadi sukses membuat pikirannya berubah. Pria itu tidak suka jika dirinya berada di sini.Pengusiran yang terjadi tadi sudah cukupmenyadarkan Gisella bahwa pria itu sudah membenci dirinya. Wanita itu tersenyum getir sambil melangkah ke luar gedung. Di kehidupan ini, rasanya semuanya sia-sia bagi Viera. Menurutnya, semua hal yang terjadi di sini malah membuat hatinya sakit sendiri. Entah kenapa Gisella yang asli menciptakan dirinya.Di tengah lamunann
Wiliam melirik ke arah jam tangannya. Ternyatasekarang sudah pukul 5 sore. Dengan segera iamembereskan mejanya dan membawa sebagianberkas untuk dikerjakan di rumah. Namun, perasaan tidak enak tiba-tiba melingkupi hatinya. Apalagi Ana juga belum datang ke tempatnya.Apa wanita itu tadi sudah pulang ke rumah dengan selamat, ya? Tanyanya dalam hati. Akan tetapi, Wiliam segera mengenyahkan pikiran tersebut. la tidak mau merasa khawatir ataupun memperhatikan mantan istrinya lagi. Hubungan mereka berdua sudah usai.Tiba-tiba, tangisan Arxavie terdengar kencang.Wiliam segera menghentikan aktivitasnya danmenghampiri sang putra. Lalu, pria itu meraihnya ke dalam gendongannya."Sstt, ssstt! Tenanglah baby boy. Sebentar lagi,aunty-mu akan datang menjemputmu. Kau sudahmerindukan mommymu, ya?" tanyanya pada Arxavie yang masih menangis. Namun, percuma saja. Bayi mungil tersebut tidak mengerti tentang apa yang tengah ia katakan.Wiliam mencoba menimang-nimang putranyasambil menepuk pantatnya
Hal tersebut membuat Gisella mengepalkantangannya. Telapak tangannya memegang erat tali yang mengikatnya. Dengan sekuat tenaga, iamencoba melepaskan benda tersebut tanpasepengetahuan dari Prili. la sampai tidak bisafokus dengan apa yang tengah dibicarakan olehwanita ular tersebut.Emosi Prilli mulai tersulut karena mengetahui Gisella tidak mendengarkannya. Kemudian, tanganlentinya itu menarik rambut indah milik wanita itukuat-kuat. Bahkan saking kuatnya, ada banyak helai rambut yang rontok ke lantai.Gisella mencoba menahan sakit dan perih dikepalanya. la menggigit pipi bagian dalamnya sendiri supaya tidak sampai berteriak. Baginya, teriakannya itu adalah suara kemenangan untuk Prilli. Dan dirinya tak akan membiarkan hal itu terjadi."Ah, tampaknya aku kurang keras dalammenyiksamu. Baiklah kalau begitu. Kau sendiri yangmemaksaku untuk menggunakan cara kejiselanjutnya," ujar Farrah yang tiba-tiba membawasebuah cambuk panjang di tangannya. Tanpa aba- aba, wanita itu mengarah