Menit-menit berlalu, Gavi masih terus memeluk Alya dan mencoba memberikan ketenangan. Berbeda dengan semua orang yang merasa bingung dan tidak mengerti, mengapa Alya tiba-tiba menghajar Dimas, Gavi tentu sangat tahu alasannya.Saat dia mengatakan, akan membantu Alya jika ada di tempat kejadian, itu bukan sebuah candaan. Jangan lupa, bahwa Gavi belum sempat membuat perhitungan pada orang yang sudah membuat dadanya dijahit.Hingga, pada akhirnya dering telepon Gavi, adalah yang membuat mereka berdua tersadar dan saling menjauhkan badan-melepas pelukan."Hallo, Ma?" Kata Gavi sambil menempelkan benda pipih ke telinganya."Kamu, di mana? Mama lagi di ruangan, kamu""Di rooftop,""Sama, Alya? Tadi mama, mau cari dia ke ruangannya, tapi takut bikin staf lain curiga.""Iya Ma, aku kagi sama Alya," jawab Gavi sambil dengan ringan menggunakan ibu jarinya untuk menghapus jejak air mata yang membasahi pipi Alya.Sungguh, Gavi tidak akan pernah tahu, bahwa perlakuannya barusan, membuat hati Alya
"Vania, kamu sekolah di mana?!"Sedikit kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan oleh Alya dengan penuh semangat, Vania menjawab, "SMA Tutwuri," Gavi menatap bingung pada binar mata Alya yang masih terlihat begitu jelas. Hello? Kemana perginya gadis murung yang sedang bersedih tadi?"Besok kamu pulang jam berapa? Apa Kakak boleh jemput kamu?"Kali ini, kernyitan di dahi Gavi kian dalam. Namun, tentu hal berbeda diperlihatkan oleh Vania. Remaja perempuan tersebut kini nampak tak kalah berbinar dari Alya."Gimana kalau besok, Kakak bantuin aku ambil rapot?""Maksudnya?""Jadi, besok aku ada acara ambil rapot. Tapi, orangtua aku lagi dinas ke luar negeri sampai lusa. Lalu, Tante Amira nanti malam mau nemenin Om Natan kondangan ke Suarabaya. Makanya, niatnya aku ke sini mau minta tolong ke Bang Gavi. Tapi, kayaknya lebih seru kalo Kak Alya aja yang ambilin rapot aku!" Alya langsung mengangguk, menyanggupi permintaan Vania. Baginya, yang terpenting kini dia bisa melihat remaja
"Selamat ya, Vania juara dua, lagi." Seorang perempuan yang Alya yakini adalah guru Vania menyerahkan raport pada Gavi."Terimakasih, Bu""Eh, jangan panggil ibu. Saya masih muda Mas. Kayaknya, lebih muda dari Mas? ..""Gavi." Sahut Gavi cepat sambil tersenyum.Guru tadi tersenyum semakin cerah, seolah-olah gayung bersambut. "Saya Zahra," katanya lagi. Kemudian keduanya saling pandang dan saling melempar senyum. Huh dasar Gavi si playboy!"Apakah sudah selesai?" Alya menyela karena kesal dengan basa-basi tidak jelas ini. Bukan karena dia cemburu, tapi karena dia harus melakukan misi penting.Selain itu, sedari tadi yang diajak ngobrol oleh Zahra hanya Gavi seorang. Padahal, dia dan Gavi sama-sama duduk di depan meja guru tersebut.Helloooww, sejak kapan dia jadi invisible?!"Jika sudah selesai, kami pamit undur diri, Bu," kata Alya dengan gerakan berdiri dan berusaha menarik Gavi agar mengikutinya.Zahra menatap kurang suka pada sikap Alya."Bu Zahra, kami permisi dulu ya. Tunangan s
"Adeeuh, yang habis kencan sama Pak Bos!" Roni buru-buru menggoda Alya yang baru saja sampai di ruang divisi mereka.Laras dan yang lain, kini juga buru-buru mengerubungi meja Alya, "Dari mana Al? sumpah gue penasaran banget! lo beneran kencan sama Pak Bos?""Jangan bilang, cewek yang terlibat skandal itu, beneran Elo ya, Al?" timpal Karin dengan nada yang sangat penasaran. Bahkan, beberapa staff lain kini juga ikut-ikutan kepo menghampiri meja Alya."Bisa gak, satu-satu nanyanya?" akhirnya Alya mulai membuka mulut sambil dengan santai menoyor kepala Karin yang tiba-tiba sudah maju dan dekat sekali dengan wajahnya."Ish, kan kita penasaran Al!" Alya membuang napas pendek, "Ron, lo kalo banyak bacot, nama lo gak bakal gue masukin ke team redaksi berita Haidan ya!" ancam Alya.Lalu, belum sempat Alya kembali membuka mulut memberikan penjelasan, tiba-tiba handphonenya yang ada di atas meja membunyikan nada dering dan menampilkan nama 'Pak Boss' di sana. Seketika, semua orang menatap cu
"Gue sih nggak percaya, Haidan beneran terlibat skandal macam begitu!" Laras yang terkenal sebagai fans garis keras Haidan bersikukuh dengan opininya. Sedangkan Alya yang ada di tempat duduknya, hanya memilih memutar bola mata-malas meladeni perdebatan tidak berfaedah itu.Suasana kantor majalah Potret sedari pagi Sudah terlihat ramai. Maklum saja, belakangan ini ada begitu banyak selebriti yang terlibat skandal, dan tentu saja hal itu membuat pekerjaan mereka bertambah.Majalah Potret adalah sebuah media online yang berfokus pada berita selebriti, dan di Negara Celandia memangnya siapa yang tidak tahu bahwa 'Badan Intelijen Gossip' milik majalah potret adalah yang paling handal dalam membongkar skandal public figure?"Alya, lo udah dapet materi baru soal Haidan?" Karin bertanya santai pada Alya yang Nampak sibuk menekuri komputernya-dia sedang mencari bukti lama yang bisa menguatkan dugaannya tentang skandal terbaru penyanyi senior Negara Celandia – Haidan, yang diduga mengencani ana
Saat memasuki ruang divisinya, ternyata kini rekan-rekan Alya sedang berkumpul di meja Roni yang sepertinya juga baru kembali dari suatu tempat. Kedatangan Alya sontak membuat semua orang langsung menatapnya, beberapa diantara mereka jelas ada yang menaruh curiga padanya.Ditambah lagi, tiba-tiba Roni mengatakan satu kalimat yang membuat Alya layak untuk dicurigai, “Sepertinya gue tahu, siapa gadis itu,” Setengah mati, Alya berusaha mengendalikan dirinya. Dia harus berpura-pura, dan mengambil alih situasi. "Kalian pikir perempuan itu gue? Emangnya, masuk akal?." ujarnya dengan nada yang dibuat sesantai mungkin.Karin menggeleng cepat, menyahuti pertanyaan Alya yang penuh nada meyakinkan. Ya, siapa saja tentu tidak akan berpikir bahwa perempuan itu adalah Alya. Melihat tampilan Alya yang cukup casual, nampaknya sangat jauh berbeda dengan perempuan-perempuan seksi yang biasanya diposting di instagram Gavi. Belum lagi, tingkah Alya yang juga bisa dibilang bar-bar. Ah sepertinya tidak mu
"Gila, gila, gila! Gue stress banget!." Alya menggebrak pelan meja yang ada di hadapannya. Sebenarnya dia ingin melakukan lebih dari itu, tapi dia takut Bara akan menyeretnya keluar karena rasa malu."Kenapa lagi, sih?" timpal Bara cuek sambil menuliskan pesananannya pada kertas menu yang tadi diberikan pelayan.Alya tidak langsung menjawab, dia memilih memejamkan mata, dan mengatur jalan pernapasannya-berusaha menenangkan gejolak emosi yang membara dalam dirinya. Jika tidak mengontrol emosi, bisa-bisa dia sungguhan akan menghampiri Gavi dan menjambak rambut laki-laki itu.Bagaimana Alya tidak emosi? laki-laki itu Sudah berjanji akan melupakan kejadian beberapa hari lalu, tapi hari ini justru terang-terangan dengan sengaja mengungkit masalah tersebut di depan orang lain. Bukankah sudah jelas bahwa Gavi sengaja mencari ribut dengannya?Usai menyebutkan menu yang dia inginkan pada Bara, Alya lanjut ngedumel panjang lebar, tanpa menyebutkan inti permasalahan, dan siapa sebenarnya sosok y
Sesampainya di rumah, Alya langsung menyalakan ponsel, dia memeriksa semua pesan masuk dari Dimas. Dan benar saja, mantan kekasihnya itu mengirim banyak pesan, yang banyak diantaranya adalah permohonan dan ancaman agar Alya datang ke Beach Club malam ini."Ahhhh, sinting! Kenapa sih dulu gue bisa pacaran sama manusia macam dia?!!!" Alya geregetan sendiri dengan tingkah bodohnya di masa lalu. Kini dia terus mondar-mandir, menimbang apakah harus menemui Dimas atau tidak.Sebenarnya Alya bisa saja mengabaikan Dimas seperti biasa, tapi di sisi lain di takut laki-laki itu akan nekat melakukan ucapannya. Karena segila-gilanya Dimas, sebelumnya dia tidak pernah memberikan ancaman seperti ini. Dia khawatir akan ada orang-orang yang terluka karena rasa acuh tak acuhnya."Ah masa bodoh deh, gue pikirin nanti" sekarang sudah pukul 7 malam, setidaknya masih ada waktu satu jam lagi, jika dia ingin menempuh perjalanan ke Beach Club. Meskipun Alya tidak pernah mengunjungi tempat terlarang tersebut,