"Mau sampai kapan sih kamu kayak gini?!"
"Seumur hidup"
Suara ribut-ribut di luar adalah yang membuat Alya pada akhirnya terbangun dari tidurnya. Begitu membuka mata, satu-satunya hal yang langsung menyerang dirinya adalah rasa panik dan takut. Karena, sadar dia bangun di tempat asing.
Alya menyibak selimut untuk memastikan pakaiannya tidak tertanggal dari tubuh, dan untungnya benar, dia masih berpakaian lengkap. Gadis itu lalu memejamkan mata sebentar, mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya, dan betapa murkanya dia saat nama Dimas, keluar dari salah satu laci memorinya, kemudian disusul rentetan kejadian menyebalkan sekaligus mengerikan yang terjadi tadi malam.
"Dimas, brengsek!" Desisnya. Dia yakin, di luar adalah suara Dimas dan ibunya yang sedang ribut. Apapun yang terjadi hari ini, jangan panggil dia Alya Tifany Pramana, jika dia tidak bisa membuat Dimas terkapar di rumah sakit dan nyaris mati!
Dengan gontai dan amarah membuncah Alya mulai melangkahkan kaki, lalu membuka pintu dengan kasar. Namun belum sempat dia mengucapkan satu patah kata pun, tiba-tiba amarah yang tadi bergejolak dalam tubuhnya reda seketika, berganti jadi rasa bingung dan kaget.
"Sayang, kamu udah bangun?" suara lembut dan senyum manis laki-laki itu menyadarkan Alya bahwa dia ada di situasi yang tidak beres-dan tentu saja sangat membingungkan!
Bagaimana tidak, pria yang kini ada di hadapannya adalah Gavi Narendra! Iya, Gavi si atasannya yang menyebalkan itu! Laki-laki yang beberapa hari belakangan sedang coba mati-matian dia hindari. Lalu apa yang terjadi? Kenapa dia tiba-tiba bisa ada di apartemen laki-laki ini? Semua pertanyaan itu bergentayangan di otak Alya, namun tak bisa dia suarakan karena perempuan paruh baya di depannya menatapnya penuh intimidasi.
"Dia perempuan bayaran yang kamu bawa dari mana?"
Mata Alya sontak melotot-dia tidak terima! Tapi untung setengah sial, Gavi langsung membelanya, "Mama jangan sembarangan ngomong. Dia bukan wanita bayaran" Gavi mendekat pada Alya, lalu merangkul pinggang gadis tersebut dari samping, "dia pacar aku"
Dengan gerakan super cepat Alya memiringkan kepala, menghujani atasannya dengan tatapan super bingung. Apa-apan barusan itu? Sejak kapan dia jadi pacar Gavi? Tapi yang ditatap kini justru terlihat tenang, bahkan dengan ringan merapikan rambut Alya yang acak-acakan karena baru bangun tidur.
Di sisi lain, wanita paruh baya tadi masih tidak percaya dan terus menilik Alya dari ujung kaki ke ujung kepala. Seolah-olah mencari bukti kebohongan yang dilakukan oleh mereka.
"Ma, lagian mana ada sih perempuan bayaran yang pakaiannya kayak gini" Gavi menunjuk Alya dengan jarinya, "mana ada yang nafsu" perkataan itu membuat Alya tidak bisa menahan diri untuk tidak menginjak kaki Gavi. Seketika, laki-laki berhidung mancung tersebut langsung mengaduh kesakitan dan mengangkat kaki kanannya, "kamu kok malah nginjek kaki Saya, sih?!"
Alya menatap penuh permusuhan ke arah Gavi, "Makanya, kalau punya mulut tuh dijaga! Ngomong sembarangan!" galak Alya sambil menyilangkan dua tangannya di atas dada-bersidekap. Sebenarnya, ini bukan berarti Alya ingin membuat Gavi merasa nafsu padanya, tapi lebih karena harga dirinya sebagai wanita dewasa terlukai atas kalimat barusan.
"HAHAHAHHAHA" gelak tawa dari Amira akhirnya menyadarkan Alya dan Gavi, bahwa ada hal lebih penting yang harus mereka hadapi selain masalah Gavi nafsu padanya atau tidak, atau sekedar kaki Gavi yang kesakitan.
Amira-mama Gavi melangkah maju menghampiri Alya, dia menarik pelan tangan sang gadis untuk di ajak duduk di sofa depan TV. Raut marah, dan curiga yang tadi mendominasi di wajah wanita tersebut, kini berubah jadi sumringah dan bersahabat. "sekarang, tante percaya kalau kamu pacarnya Gavi. Pantes saja Gavi terus-terusan nolak dijodohin" suara Amira terdengar sangat lembut namun penuh keriangan.
"Tante sebenarnya-"
"sebenarnya kita belum lama pacaran. Makanya kita belum sempet kasih tahu mama. Selain itu, Alya juga staff aku di kantor, jadi dia belum mau hubungan kami diketahui oleh banyak orang. Iya kan, sayang?" tiba-tiba Gavi menyela dan memberikan tatapan tersirat.
Alya menarik napas pelan, 'baiklah, untuk sementara dia akan mengikuti keinginan Gavi. Bagaimanapun, laki-laki itu adalah atasannya. Jika dia ingin karir yang dia bangun selama bertahun-tahun terselamatkan, maka dia harus menurut.
'Hanya untuk kali ini saja!' sumpah Alya dalam hati.
Lalu dengan sangat terpaksa, ia pura-pura tersenyum dan mengangguk. Tanpa dia duga wanita yang ada di hadapannya kini bertambah bahagia, dan langsung memeluknya. "Aduh, bahagia bangeeet," Alya tidak bisa memberikan respon apapun, karena sejujurnya dia masih cukup bingung dan tidak mengerti. Sebenarnya apa yang terjadi?
Sedangkan Gavi yang ada di belakangnya kini justru tersenyum merdeka karena rencananya mengelabui sang mama bisa berhasil. Setidaknya untuk sementara, dia akan bisa terbebas dari rencana perjodohan menyebalkan yang dibuat oleh keluarganya.
"Bisa certain ke tante di mana kalian kenal?"
"dia staff aku di Potret, salah satu penulis berita" Gavi menyela menjawab
Nampak ada ekspresi terkejut dari wajah Amira, "jangan bilang kamu adalah gadis yang katanya terlibat 'skandal' sama Gavi?"
"iya, itu dia" lagi-lagi Alya tidak diberi kesempatan membuka mulut oleh Gavi, "karena Alya pengen hubungan kami untuk sementara tidak dipublish, maka Gavi terpaksa pacaran sembunyi-sembunyi"
Alya sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah Gavi, dia tahu laki-laki di sampingnya adalah seorang badboy dan playboy. Tapi dia sungguh tidak menyangka bahwa Gavi sebegitu licik dan pandai berbohong. Lihat saja, bahkan kini mukanya dibuat melas seolah-olah hanya bisa pasrah menerima keputusan sepihak yang dibuat Alya.
"Alya, kamu tenang saja. Tante juga bakal rahasiakan hubungan kalian. Tante tidak akan kasih tahu siapapun, sebelum kalian resmi bertunangan"
"tunangan?!!!" tanya Alya cepat saking kagetnya.
"Maaaa ..." sedangkan Gavi kini sudah menaruh curiga pada rencana sang Mama.
"Gavi, kamu diam!" kini raut wajah Amira berubah serius, "Alya, karena Gavi sudah membawa kamu 'menginap' maka tante pastikan keluarga kami akan bertanggung jawab penuh. Kamu jangan takut, tante pasti akan membuat Gavi bertanggung jawab"
Alya kebingungan dan kelabakan, karena semakin terjerumus pada situasi tidak masuk akal. Berpura-pura pacaran sebentar mungkin masih bisa Alya lakukan, tapi mana mungkin dia bisa pura-pura tunangan!
"Ma, kami belum memikirkan hubungan sejauh itu"
"Jika belum terpikirkan sejuah itu lalu, kenapa kamu bawa Alya menginap? Kamu mau jadi laki-laki tidak bertanggung jawab, Gav? Mau mempermainkan anak gadis orang?!" jangankan Alya, kini bahkan Gavi sendiri pun tidak bisa melakukan apa-apa saat mamanya sudah mode galak seperti ini.
Amira kembali tersenyum saat melihat Alya yang nampak kebingungan, "tidak usah bingung. Semuanya biar Tante yang urus"
"tapi Tante, Alya nggak mau tunangan," cicit Alya sedikit ragu.
"Oohhh, jadi, kamu mau langsung menikah? Tidak masalah! Tante bisa urus semuanya. Kita langsung atur jadwal pertemuan keluarga, oke? Kamu bilang saja kapan orang tua kamu siap, Tante sama papanya Gavi, pasti akan langsung ke sana. Mau kapan? Bulan depan? Atau, minggu depan?"
"me .. nikah?" Alya semakin bingung dan panik. Mungkin sebaiknya dari awal dia memang hanya diam saja dan tidak perlu mengatakan apapun.
Sekarang bagaimana? Apa yang harus dia lakukan? Bahkan Gavi yang ada di sampingnya kini juga hanya diam dan menatapnya. 'Sungguh, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia tiba-tiba terjebak pada situasi rumit dan super aneh seperti ini?!!' jerit Alya dalam hati
-BERSAMBUNG-
Demi bumi dan seluruh isinya, sungguh Alya berusaha memutar cepat ide-ide yang ada di kepala, dia ingin bisa segera mengendalikan situasi saat ini. Karena nampaknya, Gavi sama sekali tidak terlihat ingin membantu. "Hmm Tante, sebenarnya meskipun saya menginap namun saya jamin tidak ada yang terjadi diantara kami-,""sayang," tiba-tiba Gavi menyela. "kamu lupa apa yang terjadi tadi malam?." wajahnya dibuat pura-pura sedih saat mengatakan kalimat tersebut. Terang saja, hal itu membuat Alya panik karena menduga hal yang tidak-tidak telah terjadi diantara mereka."Pak, eh maksud aku, kamu jangan becanda deh hehe. Nanti Mama kamu salah paham.”"Mama nggak akan salah paham. Iya kan, Ma?" sengaja benar Gavi memper erat rangkulannya di pinggang Alya.Amira tentu saja bahagia dengan pemandangan tersebut. Akhirnya dia bisa melihat putranya mulai membuka lembaran baru.Sedangkan Alya, dalam hati lagi-lagi mengucapkan sumpah serapah untuk bossnya yang senang sekali membuat dia terjebak pada situa
Alya masih terus memijat lengannya karena merasa pegal luar biasa. Beruntungnya dia, karena sang Ayah tadi malam mau berbelas kasihan menerima laporan intropeksi diri yang seadanya. Meskipun itu juga dia dapatkan dari duduk bersimpuh selama lebih dari dua jam untuk memohon pada ampun dan keringanan.Apa kalian pikir ayah Alya kejam? Percayalah, bagi Alya tidaklah demikian. Dia tahu, kakeknya dulunya merupakan seorang jendral, sehingga hal tersebut membuat pola didik sang ayah sangat keras sedari kecil.Meskipun dirinya adalah seorang perempuan, namun sedari kecil dia terus dilatih untuk bisa menjadi kuat. Karenanya, jangan heran pula jika Alya memiliki sifat dan sikap yang terbilang lumayan bar-bar.Di sisi lain, Gavi yang sedang duduk kursinya sesekali masih mencuri pandang pada Alya yang sudah lama tidak ia lihat, karena katanya gadis tersebut mendadak mengambil cuti selama satu minggu. "Apa kejadian waktu itu sangat mempengaruhi dia?" batin Gavi.Di tengah rapat, kini pikirannya j
Akibat serangan rasa panik, secara spontan Alya mendorong tubuh Gavi dengan cukup kuat, membuat laki-laki tersebut jatuh ke sisi. Sungguh siapapun yang melihat posisi barusan pasti akan sangat salah paham dan mengira mereka sedang melakukan perbuatan yang tidak-tidak. 'Ah sial, lagi-lagi kesalah pahaman menyebalkan!' geritu Alya sambil mencoba menenangkan detak jantungnya yang berderu akibat 'ketangkap basah'."Sorry. Kami tunggu di luar saja," ujar salah seorang pria sambil berjalan mundur."lanjut saja. Silahkan," sahut yang satunya lagi sambil hendak kembali menutup pintu. Alya bisa menjamin bahwa mereka menyunggingkan sebuah senyuman yang mengejek dirinya. Apa mereka pikir Alya adalah staf perempuan yang sedang menggoda bossnya?! Hell, big no!Namun, berbeda dengan dua laki-laki tadi yang tampak santai dan terkesan menggoda, Laura kini menghujani Alya dengan tatapan penuh kebencian."TUNGGU!," teriak Alya saat pintu hendak tertutup kembali. Buru-buru dia berdiri, "Anda semua sal
Siapapun yang melihat langkah serta ekspresi Alya siang ini, pasti dengan mudah bisa menduga bahwa gadis tersebut sedang diliputi amarah yang sangat besar."Akhirnya hari ini datang juga." Kata Alya pada dirinya sendiri dengan tatapan yang hanya lurus menghujani Dimas.Bahkan panggilan dari teman-temannya sama sekali tidak ia pedulikan. Terang saja mereka dibuat bingung dengan sikap Alya yang tiba-tiba memancarkan aura membunuh."Al-"Tanpa sudi mendengar Dimas menyelesaikan kata, Alya dengan cepat menarik tangan laki-laki tersebut, satu kakinya ia buat maju untuk mematahkan kuda-kuda dimas, dan dalam hitungan sepersekian detik saja dia langsung membanting tubuh Dimas dengan sangat keras di atas trotoar."AAAAAKKH!" suara pekikan terdengar dari banyak orang yang menyaksikan kejadian barusan. Tentu saja mereka kaget dengan keributan dan kekerasan yang tiba-tiba terjadi. Persetan, Alya tidak peduli dengan semua orang yang memandangnya ngeri. Hari ini, dia ingin lepas kendali untuk menu
Menit-menit berlalu, Gavi masih terus memeluk Alya dan mencoba memberikan ketenangan. Berbeda dengan semua orang yang merasa bingung dan tidak mengerti, mengapa Alya tiba-tiba menghajar Dimas, Gavi tentu sangat tahu alasannya.Saat dia mengatakan, akan membantu Alya jika ada di tempat kejadian, itu bukan sebuah candaan. Jangan lupa, bahwa Gavi belum sempat membuat perhitungan pada orang yang sudah membuat dadanya dijahit.Hingga, pada akhirnya dering telepon Gavi, adalah yang membuat mereka berdua tersadar dan saling menjauhkan badan-melepas pelukan."Hallo, Ma?" Kata Gavi sambil menempelkan benda pipih ke telinganya."Kamu, di mana? Mama lagi di ruangan, kamu""Di rooftop,""Sama, Alya? Tadi mama, mau cari dia ke ruangannya, tapi takut bikin staf lain curiga.""Iya Ma, aku kagi sama Alya," jawab Gavi sambil dengan ringan menggunakan ibu jarinya untuk menghapus jejak air mata yang membasahi pipi Alya.Sungguh, Gavi tidak akan pernah tahu, bahwa perlakuannya barusan, membuat hati Alya
"Vania, kamu sekolah di mana?!"Sedikit kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan oleh Alya dengan penuh semangat, Vania menjawab, "SMA Tutwuri," Gavi menatap bingung pada binar mata Alya yang masih terlihat begitu jelas. Hello? Kemana perginya gadis murung yang sedang bersedih tadi?"Besok kamu pulang jam berapa? Apa Kakak boleh jemput kamu?"Kali ini, kernyitan di dahi Gavi kian dalam. Namun, tentu hal berbeda diperlihatkan oleh Vania. Remaja perempuan tersebut kini nampak tak kalah berbinar dari Alya."Gimana kalau besok, Kakak bantuin aku ambil rapot?""Maksudnya?""Jadi, besok aku ada acara ambil rapot. Tapi, orangtua aku lagi dinas ke luar negeri sampai lusa. Lalu, Tante Amira nanti malam mau nemenin Om Natan kondangan ke Suarabaya. Makanya, niatnya aku ke sini mau minta tolong ke Bang Gavi. Tapi, kayaknya lebih seru kalo Kak Alya aja yang ambilin rapot aku!" Alya langsung mengangguk, menyanggupi permintaan Vania. Baginya, yang terpenting kini dia bisa melihat remaja
"Gue sih nggak percaya, Haidan beneran terlibat skandal macam begitu!" Laras yang terkenal sebagai fans garis keras Haidan bersikukuh dengan opininya. Sedangkan Alya yang ada di tempat duduknya, hanya memilih memutar bola mata-malas meladeni perdebatan tidak berfaedah itu.Suasana kantor majalah Potret sedari pagi Sudah terlihat ramai. Maklum saja, belakangan ini ada begitu banyak selebriti yang terlibat skandal, dan tentu saja hal itu membuat pekerjaan mereka bertambah.Majalah Potret adalah sebuah media online yang berfokus pada berita selebriti, dan di Negara Celandia memangnya siapa yang tidak tahu bahwa 'Badan Intelijen Gossip' milik majalah potret adalah yang paling handal dalam membongkar skandal public figure?"Alya, lo udah dapet materi baru soal Haidan?" Karin bertanya santai pada Alya yang Nampak sibuk menekuri komputernya-dia sedang mencari bukti lama yang bisa menguatkan dugaannya tentang skandal terbaru penyanyi senior Negara Celandia – Haidan, yang diduga mengencani ana
Saat memasuki ruang divisinya, ternyata kini rekan-rekan Alya sedang berkumpul di meja Roni yang sepertinya juga baru kembali dari suatu tempat. Kedatangan Alya sontak membuat semua orang langsung menatapnya, beberapa diantara mereka jelas ada yang menaruh curiga padanya.Ditambah lagi, tiba-tiba Roni mengatakan satu kalimat yang membuat Alya layak untuk dicurigai, “Sepertinya gue tahu, siapa gadis itu,” Setengah mati, Alya berusaha mengendalikan dirinya. Dia harus berpura-pura, dan mengambil alih situasi. "Kalian pikir perempuan itu gue? Emangnya, masuk akal?." ujarnya dengan nada yang dibuat sesantai mungkin.Karin menggeleng cepat, menyahuti pertanyaan Alya yang penuh nada meyakinkan. Ya, siapa saja tentu tidak akan berpikir bahwa perempuan itu adalah Alya. Melihat tampilan Alya yang cukup casual, nampaknya sangat jauh berbeda dengan perempuan-perempuan seksi yang biasanya diposting di instagram Gavi. Belum lagi, tingkah Alya yang juga bisa dibilang bar-bar. Ah sepertinya tidak mu