Share

Chapter 5 - Apa yang Terjadi

"Mau sampai kapan sih kamu kayak gini?!"

"Seumur hidup"

Suara ribut-ribut di luar adalah yang membuat Alya pada akhirnya terbangun dari tidurnya. Begitu membuka mata, satu-satunya hal yang langsung menyerang dirinya adalah rasa panik dan takut. Karena, sadar dia bangun di tempat asing.

Alya menyibak selimut untuk memastikan pakaiannya tidak tertanggal dari tubuh, dan untungnya benar, dia masih berpakaian lengkap. Gadis itu lalu memejamkan mata sebentar, mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya, dan betapa murkanya dia saat nama Dimas, keluar dari salah satu laci memorinya, kemudian disusul rentetan kejadian menyebalkan sekaligus mengerikan yang terjadi tadi malam.

"Dimas, brengsek!" Desisnya. Dia yakin, di luar adalah suara Dimas dan ibunya yang sedang ribut. Apapun yang terjadi hari ini, jangan panggil dia Alya Tifany Pramana, jika dia tidak bisa membuat Dimas terkapar di rumah sakit dan nyaris mati!

Dengan gontai dan amarah membuncah Alya mulai melangkahkan kaki, lalu membuka pintu dengan kasar. Namun belum sempat dia mengucapkan satu patah kata pun, tiba-tiba amarah yang tadi bergejolak dalam tubuhnya reda seketika, berganti jadi rasa bingung dan kaget.

"Sayang, kamu udah bangun?" suara lembut dan senyum manis laki-laki itu menyadarkan Alya bahwa dia ada di situasi yang tidak beres-dan tentu saja sangat membingungkan!

Bagaimana tidak, pria yang kini ada di hadapannya adalah Gavi Narendra! Iya, Gavi si atasannya yang menyebalkan itu! Laki-laki yang beberapa hari belakangan sedang coba mati-matian dia hindari. Lalu apa yang terjadi? Kenapa dia tiba-tiba bisa ada di apartemen laki-laki ini? Semua pertanyaan itu bergentayangan di otak Alya, namun tak bisa dia suarakan karena perempuan paruh baya di depannya menatapnya penuh intimidasi.

"Dia perempuan bayaran yang kamu bawa dari mana?"

Mata Alya sontak melotot-dia tidak terima! Tapi untung setengah sial, Gavi langsung membelanya, "Mama jangan sembarangan ngomong. Dia bukan wanita bayaran" Gavi mendekat pada Alya, lalu merangkul pinggang gadis tersebut dari samping, "dia pacar aku"

Dengan gerakan super cepat Alya memiringkan kepala, menghujani atasannya dengan tatapan super bingung. Apa-apan barusan itu? Sejak kapan dia jadi pacar Gavi? Tapi yang ditatap kini justru terlihat tenang, bahkan dengan ringan merapikan rambut Alya yang acak-acakan karena baru bangun tidur.

Di sisi lain, wanita paruh baya tadi masih tidak percaya dan terus menilik Alya dari ujung kaki ke ujung kepala. Seolah-olah mencari bukti kebohongan yang dilakukan oleh mereka.

"Ma, lagian mana ada sih perempuan bayaran yang pakaiannya kayak gini" Gavi menunjuk Alya dengan jarinya, "mana ada yang nafsu" perkataan itu membuat Alya tidak bisa menahan diri untuk tidak menginjak kaki Gavi. Seketika, laki-laki berhidung mancung tersebut langsung mengaduh kesakitan dan mengangkat kaki kanannya, "kamu kok malah nginjek kaki Saya, sih?!"

Alya menatap penuh permusuhan ke arah Gavi, "Makanya, kalau punya mulut tuh dijaga! Ngomong sembarangan!" galak Alya sambil menyilangkan dua tangannya di atas dada-bersidekap. Sebenarnya, ini bukan berarti Alya ingin membuat Gavi merasa nafsu padanya, tapi lebih karena harga dirinya sebagai wanita dewasa terlukai atas kalimat barusan.

"HAHAHAHHAHA" gelak tawa dari Amira akhirnya menyadarkan Alya dan Gavi, bahwa ada hal lebih penting yang harus mereka hadapi selain masalah Gavi nafsu padanya atau tidak, atau sekedar kaki Gavi yang kesakitan.

Amira-mama Gavi melangkah maju menghampiri Alya, dia menarik pelan tangan sang gadis untuk di ajak duduk di sofa depan TV. Raut marah, dan curiga yang tadi mendominasi di wajah wanita tersebut, kini berubah jadi sumringah dan bersahabat. "sekarang, tante percaya kalau kamu pacarnya Gavi. Pantes saja Gavi terus-terusan nolak dijodohin" suara Amira terdengar sangat lembut namun penuh keriangan.

"Tante sebenarnya-"

"sebenarnya kita belum lama pacaran. Makanya kita belum sempet kasih tahu mama. Selain itu, Alya juga staff aku di kantor, jadi dia belum mau hubungan kami diketahui oleh banyak orang. Iya kan, sayang?" tiba-tiba Gavi menyela dan memberikan tatapan tersirat.

Alya menarik napas pelan, 'baiklah, untuk sementara dia akan mengikuti keinginan Gavi. Bagaimanapun, laki-laki itu adalah atasannya. Jika dia ingin karir yang dia bangun selama bertahun-tahun terselamatkan, maka dia harus menurut.

'Hanya untuk kali ini saja!' sumpah Alya dalam hati.

Lalu dengan sangat terpaksa, ia pura-pura tersenyum dan mengangguk. Tanpa dia duga wanita yang ada di hadapannya kini bertambah bahagia, dan langsung memeluknya. "Aduh, bahagia bangeeet," Alya tidak bisa memberikan respon apapun, karena sejujurnya dia masih cukup bingung dan tidak mengerti. Sebenarnya apa yang terjadi?

Sedangkan Gavi yang ada di belakangnya kini justru tersenyum merdeka karena rencananya mengelabui sang mama bisa berhasil. Setidaknya untuk sementara, dia akan bisa terbebas dari rencana perjodohan menyebalkan yang dibuat oleh keluarganya.

"Bisa certain ke tante di mana kalian kenal?"

"dia staff aku di Potret, salah satu penulis berita" Gavi menyela menjawab

Nampak ada ekspresi terkejut dari wajah Amira, "jangan bilang kamu adalah gadis yang katanya terlibat 'skandal' sama Gavi?"

"iya, itu dia" lagi-lagi Alya tidak diberi kesempatan  membuka mulut oleh Gavi, "karena Alya pengen hubungan kami untuk sementara tidak dipublish, maka Gavi terpaksa pacaran sembunyi-sembunyi"

Alya sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah Gavi, dia tahu laki-laki di sampingnya adalah seorang badboy dan playboy. Tapi dia sungguh tidak menyangka bahwa Gavi sebegitu licik dan pandai berbohong. Lihat saja, bahkan kini mukanya dibuat melas seolah-olah hanya bisa pasrah menerima keputusan sepihak yang dibuat Alya.

"Alya, kamu tenang saja. Tante juga bakal rahasiakan hubungan kalian. Tante tidak akan  kasih tahu siapapun, sebelum kalian resmi bertunangan"

"tunangan?!!!" tanya Alya cepat saking kagetnya.

"Maaaa ..." sedangkan Gavi kini sudah menaruh curiga pada rencana sang Mama.

"Gavi, kamu diam!" kini raut wajah Amira berubah serius, "Alya, karena Gavi sudah membawa kamu 'menginap' maka tante pastikan keluarga kami akan bertanggung jawab penuh. Kamu jangan takut, tante pasti akan membuat Gavi bertanggung jawab"

Alya kebingungan dan kelabakan, karena semakin terjerumus pada situasi tidak masuk akal. Berpura-pura pacaran sebentar mungkin masih bisa Alya lakukan, tapi mana mungkin dia bisa pura-pura tunangan!

"Ma, kami belum memikirkan hubungan sejauh itu"

"Jika belum terpikirkan sejuah itu lalu, kenapa kamu bawa Alya menginap? Kamu mau jadi laki-laki tidak bertanggung jawab, Gav? Mau mempermainkan anak gadis orang?!" jangankan Alya, kini bahkan Gavi sendiri pun tidak bisa melakukan apa-apa saat mamanya sudah mode galak  seperti ini.

Amira kembali tersenyum saat melihat Alya yang nampak kebingungan, "tidak usah bingung. Semuanya biar Tante yang urus"

"tapi Tante, Alya nggak mau tunangan," cicit Alya sedikit ragu.

"Oohhh, jadi, kamu mau langsung menikah? Tidak masalah! Tante bisa urus semuanya. Kita langsung atur jadwal pertemuan keluarga, oke? Kamu bilang saja kapan orang tua kamu siap, Tante sama papanya Gavi, pasti akan langsung ke sana. Mau kapan? Bulan depan? Atau, minggu depan?"

"me .. nikah?" Alya semakin bingung dan panik. Mungkin sebaiknya dari awal dia memang hanya diam saja dan tidak perlu mengatakan apapun.

Sekarang bagaimana? Apa yang harus dia lakukan? Bahkan Gavi yang ada di sampingnya kini juga hanya diam dan menatapnya. 'Sungguh, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia tiba-tiba terjebak pada situasi rumit dan super aneh seperti ini?!!' jerit Alya dalam hati

                                                                      -BERSAMBUNG-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status