"Selamat ya, Vania juara dua, lagi." Seorang perempuan yang Alya yakini adalah guru Vania menyerahkan raport pada Gavi."Terimakasih, Bu""Eh, jangan panggil ibu. Saya masih muda Mas. Kayaknya, lebih muda dari Mas? ..""Gavi." Sahut Gavi cepat sambil tersenyum.Guru tadi tersenyum semakin cerah, seolah-olah gayung bersambut. "Saya Zahra," katanya lagi. Kemudian keduanya saling pandang dan saling melempar senyum. Huh dasar Gavi si playboy!"Apakah sudah selesai?" Alya menyela karena kesal dengan basa-basi tidak jelas ini. Bukan karena dia cemburu, tapi karena dia harus melakukan misi penting.Selain itu, sedari tadi yang diajak ngobrol oleh Zahra hanya Gavi seorang. Padahal, dia dan Gavi sama-sama duduk di depan meja guru tersebut.Helloooww, sejak kapan dia jadi invisible?!"Jika sudah selesai, kami pamit undur diri, Bu," kata Alya dengan gerakan berdiri dan berusaha menarik Gavi agar mengikutinya.Zahra menatap kurang suka pada sikap Alya."Bu Zahra, kami permisi dulu ya. Tunangan s
"Adeeuh, yang habis kencan sama Pak Bos!" Roni buru-buru menggoda Alya yang baru saja sampai di ruang divisi mereka.Laras dan yang lain, kini juga buru-buru mengerubungi meja Alya, "Dari mana Al? sumpah gue penasaran banget! lo beneran kencan sama Pak Bos?""Jangan bilang, cewek yang terlibat skandal itu, beneran Elo ya, Al?" timpal Karin dengan nada yang sangat penasaran. Bahkan, beberapa staff lain kini juga ikut-ikutan kepo menghampiri meja Alya."Bisa gak, satu-satu nanyanya?" akhirnya Alya mulai membuka mulut sambil dengan santai menoyor kepala Karin yang tiba-tiba sudah maju dan dekat sekali dengan wajahnya."Ish, kan kita penasaran Al!" Alya membuang napas pendek, "Ron, lo kalo banyak bacot, nama lo gak bakal gue masukin ke team redaksi berita Haidan ya!" ancam Alya.Lalu, belum sempat Alya kembali membuka mulut memberikan penjelasan, tiba-tiba handphonenya yang ada di atas meja membunyikan nada dering dan menampilkan nama 'Pak Boss' di sana. Seketika, semua orang menatap cu
"Gue sih nggak percaya, Haidan beneran terlibat skandal macam begitu!" Laras yang terkenal sebagai fans garis keras Haidan bersikukuh dengan opininya. Sedangkan Alya yang ada di tempat duduknya, hanya memilih memutar bola mata-malas meladeni perdebatan tidak berfaedah itu.Suasana kantor majalah Potret sedari pagi Sudah terlihat ramai. Maklum saja, belakangan ini ada begitu banyak selebriti yang terlibat skandal, dan tentu saja hal itu membuat pekerjaan mereka bertambah.Majalah Potret adalah sebuah media online yang berfokus pada berita selebriti, dan di Negara Celandia memangnya siapa yang tidak tahu bahwa 'Badan Intelijen Gossip' milik majalah potret adalah yang paling handal dalam membongkar skandal public figure?"Alya, lo udah dapet materi baru soal Haidan?" Karin bertanya santai pada Alya yang Nampak sibuk menekuri komputernya-dia sedang mencari bukti lama yang bisa menguatkan dugaannya tentang skandal terbaru penyanyi senior Negara Celandia – Haidan, yang diduga mengencani ana
Saat memasuki ruang divisinya, ternyata kini rekan-rekan Alya sedang berkumpul di meja Roni yang sepertinya juga baru kembali dari suatu tempat. Kedatangan Alya sontak membuat semua orang langsung menatapnya, beberapa diantara mereka jelas ada yang menaruh curiga padanya.Ditambah lagi, tiba-tiba Roni mengatakan satu kalimat yang membuat Alya layak untuk dicurigai, “Sepertinya gue tahu, siapa gadis itu,” Setengah mati, Alya berusaha mengendalikan dirinya. Dia harus berpura-pura, dan mengambil alih situasi. "Kalian pikir perempuan itu gue? Emangnya, masuk akal?." ujarnya dengan nada yang dibuat sesantai mungkin.Karin menggeleng cepat, menyahuti pertanyaan Alya yang penuh nada meyakinkan. Ya, siapa saja tentu tidak akan berpikir bahwa perempuan itu adalah Alya. Melihat tampilan Alya yang cukup casual, nampaknya sangat jauh berbeda dengan perempuan-perempuan seksi yang biasanya diposting di instagram Gavi. Belum lagi, tingkah Alya yang juga bisa dibilang bar-bar. Ah sepertinya tidak mu
"Gila, gila, gila! Gue stress banget!." Alya menggebrak pelan meja yang ada di hadapannya. Sebenarnya dia ingin melakukan lebih dari itu, tapi dia takut Bara akan menyeretnya keluar karena rasa malu."Kenapa lagi, sih?" timpal Bara cuek sambil menuliskan pesananannya pada kertas menu yang tadi diberikan pelayan.Alya tidak langsung menjawab, dia memilih memejamkan mata, dan mengatur jalan pernapasannya-berusaha menenangkan gejolak emosi yang membara dalam dirinya. Jika tidak mengontrol emosi, bisa-bisa dia sungguhan akan menghampiri Gavi dan menjambak rambut laki-laki itu.Bagaimana Alya tidak emosi? laki-laki itu Sudah berjanji akan melupakan kejadian beberapa hari lalu, tapi hari ini justru terang-terangan dengan sengaja mengungkit masalah tersebut di depan orang lain. Bukankah sudah jelas bahwa Gavi sengaja mencari ribut dengannya?Usai menyebutkan menu yang dia inginkan pada Bara, Alya lanjut ngedumel panjang lebar, tanpa menyebutkan inti permasalahan, dan siapa sebenarnya sosok y
Sesampainya di rumah, Alya langsung menyalakan ponsel, dia memeriksa semua pesan masuk dari Dimas. Dan benar saja, mantan kekasihnya itu mengirim banyak pesan, yang banyak diantaranya adalah permohonan dan ancaman agar Alya datang ke Beach Club malam ini."Ahhhh, sinting! Kenapa sih dulu gue bisa pacaran sama manusia macam dia?!!!" Alya geregetan sendiri dengan tingkah bodohnya di masa lalu. Kini dia terus mondar-mandir, menimbang apakah harus menemui Dimas atau tidak.Sebenarnya Alya bisa saja mengabaikan Dimas seperti biasa, tapi di sisi lain di takut laki-laki itu akan nekat melakukan ucapannya. Karena segila-gilanya Dimas, sebelumnya dia tidak pernah memberikan ancaman seperti ini. Dia khawatir akan ada orang-orang yang terluka karena rasa acuh tak acuhnya."Ah masa bodoh deh, gue pikirin nanti" sekarang sudah pukul 7 malam, setidaknya masih ada waktu satu jam lagi, jika dia ingin menempuh perjalanan ke Beach Club. Meskipun Alya tidak pernah mengunjungi tempat terlarang tersebut,
"Mau sampai kapan sih kamu kayak gini?!""Seumur hidup"Suara ribut-ribut di luar adalah yang membuat Alya pada akhirnya terbangun dari tidurnya. Begitu membuka mata, satu-satunya hal yang langsung menyerang dirinya adalah rasa panik dan takut. Karena, sadar dia bangun di tempat asing.Alya menyibak selimut untuk memastikan pakaiannya tidak tertanggal dari tubuh, dan untungnya benar, dia masih berpakaian lengkap. Gadis itu lalu memejamkan mata sebentar, mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya, dan betapa murkanya dia saat nama Dimas, keluar dari salah satu laci memorinya, kemudian disusul rentetan kejadian menyebalkan sekaligus mengerikan yang terjadi tadi malam."Dimas, brengsek!" Desisnya. Dia yakin, di luar adalah suara Dimas dan ibunya yang sedang ribut. Apapun yang terjadi hari ini, jangan panggil dia Alya Tifany Pramana, jika dia tidak bisa membuat Dimas terkapar di rumah sakit dan nyaris mati!Dengan gontai dan amarah membuncah Alya mulai melangkahkan kaki, lalu membuka
Demi bumi dan seluruh isinya, sungguh Alya berusaha memutar cepat ide-ide yang ada di kepala, dia ingin bisa segera mengendalikan situasi saat ini. Karena nampaknya, Gavi sama sekali tidak terlihat ingin membantu. "Hmm Tante, sebenarnya meskipun saya menginap namun saya jamin tidak ada yang terjadi diantara kami-,""sayang," tiba-tiba Gavi menyela. "kamu lupa apa yang terjadi tadi malam?." wajahnya dibuat pura-pura sedih saat mengatakan kalimat tersebut. Terang saja, hal itu membuat Alya panik karena menduga hal yang tidak-tidak telah terjadi diantara mereka."Pak, eh maksud aku, kamu jangan becanda deh hehe. Nanti Mama kamu salah paham.”"Mama nggak akan salah paham. Iya kan, Ma?" sengaja benar Gavi memper erat rangkulannya di pinggang Alya.Amira tentu saja bahagia dengan pemandangan tersebut. Akhirnya dia bisa melihat putranya mulai membuka lembaran baru.Sedangkan Alya, dalam hati lagi-lagi mengucapkan sumpah serapah untuk bossnya yang senang sekali membuat dia terjebak pada situa