Beranda / CEO / Terjebak Skandal Dengan Sang CEO / Chapter 1 – Insiden Tidak Terduga

Share

Terjebak Skandal Dengan Sang CEO
Terjebak Skandal Dengan Sang CEO
Penulis: Hallonona

Chapter 1 – Insiden Tidak Terduga

"Gue sih nggak percaya, Haidan beneran terlibat skandal macam begitu!" Laras yang terkenal sebagai fans garis keras Haidan bersikukuh dengan opininya. Sedangkan Alya yang ada di tempat duduknya, hanya memilih memutar bola mata-malas meladeni perdebatan tidak berfaedah itu.

Suasana kantor majalah Potret sedari pagi Sudah terlihat ramai. Maklum saja, belakangan ini ada begitu banyak selebriti yang terlibat skandal, dan tentu saja hal itu membuat pekerjaan mereka bertambah.

Majalah Potret adalah sebuah media online yang berfokus pada berita selebriti, dan di Negara Celandia memangnya siapa yang tidak tahu bahwa 'Badan Intelijen Gossip' milik majalah potret adalah yang paling handal dalam membongkar skandal public figure?

"Alya, lo udah dapet materi baru soal Haidan?" Karin bertanya santai pada Alya yang Nampak sibuk menekuri komputernya-dia sedang mencari bukti lama yang bisa menguatkan dugaannya tentang skandal terbaru penyanyi senior Negara Celandia – Haidan, yang diduga mengencani anak di bawah umur.

"Udah, tapi belum lengkap" jawab Alya, sambil bangkit dari kursi. Dia hendak menuju ke ruang arsip untuk melakukan cek pada majalah cetak Potret yang terbit beberapa tahun lalu. Seingatnya dulu mereka juga pernah menyinggung kasus Haidan.

Ruang arsip adalah adalah ruangan yang sepi, jarang dikunjungi staff, dan penuh dengan gossip skandal. Ada yang bilang, banyak staff sering 'berkencan' diam-diam di dalam ruangan ini. Alya sih sebenarnya antara percaya dan tidak percaya, kerana selama ini dia belum pernah memergoki pasangan yang sedang melakukan kencan di ruang arsip.

Meskipun demikian, setiap kali dia hendak masuk ke ruangan ini dia selalu memastikan mengetuk pintu, memastikan benar-benar tidak akan terjebak pada situasi awkward memergoki dua orang yang sedang bermesraan.

"Oke, aman" lanjut Alya sambil membuka handle pintu setelah memastikan tidak ada suara jawaban dari dalam.

Alya berjalan menyusuri lorong demi lorong ruang arsip, hingga berhenti pada Lorong 'tahun 2015'. Lalu dengan gesit tangannya menarik sebuah kursi yang akan dijadikan pijakan untuk memeriksa beberapa majalah terbitan tahun tersebut.

Saat sedang serius mengambil salah satu majalah, tiba-tiba "Ngapain kamu?" suara bariton milik seorang laki-laki mengagetkannya. Seketika Alya berbalik, dan sialnya kuda-kuda kakinya tidak kuat sehingga menyebabkan tubuhnya limbung.

Yang lebih sial lagi adalah, Alya tidak bisa menghindari adegan mainstream di novel-novel romantic. Ya, tubuhnya jatuh dan saling bertindihan dengan laki-laki tadi-bonusnya bibir mereka saling bertubrukan.

Apa kalian pikir itu adalah hal paling sial yang dialami Alya hari itu? Percayalah, itu bukan puncaknya. Baik Alya, maupun Gavi-laki-laki yang sedang ada di bawah Alya, kini sama-sama syok dengan apa yang baru saja menimpa mereka.

Demi merespon rasa kaget tersebut, dengan sigap Gavi mendorong dan membanting tubuh Alya, sehingga tidak bisa dihindari lagi akhirnya kepala Alya membentur lantai dengan sempurna-bahkan sampai menghasilkan bunyi 'bugh!"

"Auuuuu, sakit Pak! Pelan-pelan dong," Alya merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. Namun rintihan tersebut seketika justru membuat mata Gavi mendelik, karena percayalah bahwa rintihan Alya adalah tipe rintihan yang akan membuat siapa saja yang mendengarnya salah paham–mengira mereka sedang melakukan perbuatan yang iya-iya di dalam ruang arsip.

Sesaat kemudian, terdengar suara derap langkah seperti orang berlari. Alya dan Gavi saling bertatapan, namun tidak ingin berpikir macam-macam lebih jauh.

"Hmm, saya minta maaf. Barusan kita tidak sengaja berci-,"

"NO!!" Dengan nada tinggi dan penuh semangat Alya menyela kalimat Gavi. Ia, alu berdiri dengan tegas. "yang barusan itu bukan ciuman, kita tidak berciuman. Itu hanya semacam ...." Lanjut Alya dengan panik dan sedikit berpikir, mencoba mencari kata yang tepat.

Gavi menaikan satu alis, lalu ikut berdiri dan berhadapan dengan Alya yang nampak sedang kebingungan untuk melanjutkan kalimatnya.

"kita hanya bertubrukan, tidak sengaja saling menyentuh. Sama seperti ketika Bapak sedang berjalan dan tidak sengaja bersenggolan dengan orang lain. Atau sama seperti saat kita sedang berdesak-desakan di lift, lalu kaki kita tidak sengaja saling menginjak. Ya, seperti itu!."

Dengan jelas Gavi bisa menangkap raut panik dan bingung dari wajah Alya. Jelas sekali bahwa kejadian barusan mempengaruhi dia. Entah mengapa tingkah Alya yang seperti ini membuat Gavi tidak kuasa menahan bibirnya melengkung ke atas.

"Oke, mari kita anggap barusan bukan apa-apa," Gavi maju satu langkah, memangkas jarak diantara mereka "lagi pula, itu bukan ciuman pertama saya, dan saya yakin itu juga bukan ciuman pertama kamu, kan?" lanjutnya sambil menatap Alya dari atas dengan kepala yang sengaja sedikit di miringkan.

Jarak diantara mereka terlalu dekat, membuat Alya sedikit sesak. "itu bukan ciuman!" sanggah Alya dengan tegas. Namun, sesaat kemudian gadis itu masih terlihat menampilkan raut wajahnya yang panik dan susah dikontrol, "hmmm, dan ya benar kata Bapak, toh ini juga bukan ciuman pertama saya."

Kali ini Gavi tidak  kuasa menahan suara tawanya, suara tawa yang sialnya terdengar merdu di telinga Alya. belum lagi Alya akui bahwa ketampanan pria di hadapannya ini bertambah beberapa puluh persen ketika dia sedang tertawa seperti ini. "tadi kamu bilang itu bukan ciuman, tapi barusan kamu bilang itu ciuman. Jadi, sebenarnya kita berciuman atau tidak?" goda Gavi.

"Tidak!" gadis bermata hitam jerih tersebut buru-buru mengambil langkah ke samping, "tidak ciuman. Kita hanya, bersenggolan? …  Bertubrukan?,” Lanjut Alya dengan nada yang tiba-tiba tidak yakin. "ah, pokoknya hal semacam itu."

Gavi mengangguk beberapa kali "Oke, kita anggap tidak pernah ada yang terjadi di ruangan ini." kata laki-laki tersebut lalu pergi meninggalkan ruang arsip. Meninggalkan Alya yang mendadak kakinya jadi lemas. Bahkan setelah Gavi benar-benar keluar dari ruang arsip, Alya rasanya hampir kehilangan kekuatannya untuk menumpu badan.

Dengan pelan dia berjalan menuju connecting dor yang menghubungkan ruang arsip dan ruang meeting. Di sana dia duduk beberapa saat dan memukuli kepalanya sendiri. "Bodoh! Kok bisa sih Al, lo terjebak di situasi kayak gini? Ya, emang sih itu bukan ciuman pertama lo, tapikan tetap saja itu ciuman!."

Gadis yang berprofesi sebagai penulis berita tersebut memilih untuk mencoba menenangkan dirinya, menarik napas beberapa kali, dan Kembali meyakinkan diri bahwa tidak ada apapun yang terjadi. "Oke, no problem. Nggak perlu panik, toh nggak ada yang tahu?." tidak lupa Alya mencoba memaksakan senyum di bibirnya.

Namun, baru saja ia hendak mengambil langkah meninggalkan ruang meeting,  tiba-tiba handphone yang ada di saku blazernya terus menimbulkan suara notifikasi secara brutal.

Buru-buru Alya merogoh saku untuk mencari ponselnya, memastikan ada pemberitahuan apa, di group. Lalu betapa kagetnya dia saat membaca satu persatu chat dari rekannya.

Badan Intelegen Gosip

“Gossip terbaru guys! PAK BOS ADA SKANDAL SAMA ANAK KANTOR!”

Satu pesan singkat yang dikirim oleh Roni seketika langsung mendapat sambutan heboh. Namun, tentu saja banyak diantaranya memilih untuk tidak percaya. Mana mungkin Pak Bos si super tampan itu mau menjalin skandal dengan staf remahan macam mereka.

“NGGAK ADA BUKTI = HOAX” Laras-salah satu staff berita ikut menimpali.

Alya menghentikan sebentar kegiatan membacanya, "ini orang capsloknya pada jebol apa gimana sih? Kenapa semua harus dicapslok sih?," ia menggeleng-gelengkan kepala, namun sesaat kemudian menyadari dia ada dalam masalah, "emangnya sekarang itu penting?!"

Kini ia sadar bahwa yang sedang menjadi topik obrolan panas dalam group rekan-rekannya tersebut adalah dirinya! Astaga.

Dengan perasaan harap-harap cemas, Alya Kembali memperhatikan isi percakapan rekan-rekannya.

“Demi Tuhan, gue lihat sendiri Pak Gavi masuk ke ruang arsip. Tadinya gue cuma mau ngelewat aja. Eh, tiba-tiba pas nyampe depan ruang arsip gue denger suara gedubrak dan cewek mendesah!” lanjut Roni berusaha meyakinkan rekan-rekannya. Seketika group obrolan tersebut menjadi heboh dan tidak terkendali.

Di sisi lain, mata Alya seketika melotot usai membaca isi chat yang ditulis oleh Roni. "Desah apaan!!! Itu gue lagi kesakitan gegara kepentok lantai!." ingin sekali Alya mengetik kalimat itu dan mengirim ke group. Namun, teman-temannya si biang gosip pasti tidak akan mempercayainya begitu saja, kan?

Lagi pula, bukankah Roni tidak menyebutkan nama Alya? Itu artinya Roni tidak tahu kan kalau yang ada di ruang arsip Bersama Pak Gavi, adalah dirinya? Ya, pasti begitu!

Alya berusaha mengabaikan percakapan menarik dari teman-temannya. Lalu dengan mengatur wajah polos, sok tidak tahu apa-apa, dia mulai kembali ke ruang divisinya. Dia harus bisa mengelabui teman-teman satu divisinya, dan menyembunyikan 'scandal' ini baik-baik. Selama dia dan Gavi tidak membuka suara, maka tidak akan ada yang tahu bahwa perempuan yang katanya 'mendesah' itu adalah dirinya.

“Sepertinya gue tahu, siapa gadis itu.” ujar Roni tiba-tiba saat melihat Alya masuk ke ruangan.

Alya membeku, dan jantungnya berdebar. Apa ia sungguh ketahuan?

                                                                   BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status