Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta

Terjebak Program Cinta Buatan Televisi Swasta

last updateHuling Na-update : 2022-08-20
By:  keyraraKumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Mga Ratings. 2 Rebyu
42Mga Kabanata
2.5Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Synopsis

Program Sexy Singles bertujuan menemukan pasangan yang diproduksi oleh salah satu stasiun televisi melibatkan sepuluh orang dewasa yang masih single. Selama empat belas hari mereka ditempatkan di sebuah pulau dan dijauhkan dari teknologi apapun serta selalu diawasi oleh banyak kamera. Mereka akan bertemu, mengobrol dan kemudian jatuh cinta ketika merasa ada persamaan. Jika hubungan mereka benar-benar kuat, maka mereka pantas mendapatkan hadiah yang sudah disiapkan. Dan hal itu akan membuat hubungan yang tercipta akan semakin kuat lagi. Namun, tidak semudah yang dibayangkan karena akan ada banyak godaan, tantangan yang mengguncang beberapa pasangan. Kedatangan orang-orang baru yang begitu mengejutkan membuat alur yang sudah ada berubah drastis. Lalu, akankah mereka siap dan tetap berkomitmen dengan pasangan mereka? Ditambah dengan kebohongan dan pengkhianatan yang terjadi, membuat semuanya terlihat tidak terkendali. Apakah mereka bisa melaluinya dan berhasil membawa pasangan yang dicintai di akhir hari? Atau akan menyerah dan memilih pulang di tengah acara? Lalu, setelah acara berakhir, apakah pasangan yang sudah terbentuk akan tetap berkomitmen atau mengakhiri hubungan? Apalagi niat mengikuti program bukan mencari pasangan, melainkan ketenaran, akankah bisa ditoleransi? Atau memilih untuk mengakhiri?

view more

Kabanata 1

1. Awal Mula

Kilatan cahaya dari tadi terus terlihat. Seorang perempuan berdiri dengan begitu anggun. Berpose berubah-ubah dengan sebuah kamera dan seorang fotografer didepannya. Ia tidak peduli dengan kebisingan akan arahan atau orang-orang yang memujinya luar biasa. Karena ia profesional, maka ia akan tunjukkan apa yang akan mereka dapat dengan memakainya sebagai model mereka. Tentu tidak akan kecewa.

Dengan bibir penuh yang merah merekah, bulu mata lentik, hidung mancung, wajah oval dan didukung dengan tubuh tinggi semampai yang berisi membuatnya mengantongi seluruh kata yang menggambarkan sebuah kecantikan.

"Oke, stop!"

Perempuan itu kemudian berhenti berpose. Ia merapikan rambutnya.

"Kerja bagus, Elea! Pemotretan kali ini berhenti sampai disini."

Elea, model cantik itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih sebelum melangkah ke arah asistennya yang sudah menunggunya dengan senyum lebar di wajahnya.

"Elea. Kau selalu menakjubkan! Aku bangga padamu!"

Elea tersenyum tipis, hampir tertawa karena ucapan asistennya itu. "Seperti biasa. Kau selalu berlebihan, Emma. Aku biasa saja," ujarnya merendah. Lebih baik begitu, bukan? Merendah walau sadar jika ia luar biasa.

"Baiklah." Emma, sang asisten hanya mengangkat bahunya tidak acuh. "Kalau begitu, kau harus ganti baju lebih dulu sebelum kita pulang."

Elea mengangguk semangat dan mengacungkan kedua ibu jarinya pada Emma. Kata 'pulang' memang selalu membuatnya semangat.

"Oke! Nanti buatkan aku mi juga, ya?"

"Baik, tuan puteri." Emma tampak pasrah dan itu membuat Elea tak mampu menahan tawanya lebih lama lagi.

Mereka berdua baru saja masuk ke ruang khusus para model ketika ponsel Elea yang berada di saku cardigan Emma berdering.

"Elea. Ada pesan dari Jamie." Emma mengangkat ponsel Elea, menunjukkannya pada sang empu. "Hubungan kalian baik-baik saja?"

Elea menghampiri Emma dan mengambil ponselnya. "Tidak. Hubungan kami sangat buruk. Mungkin sebentar lagi akan putus."

"Kau serius?" Emma tampak khawatir. Pasalnya ia tahu seberapa dalam perasaan Elea ke Jamie dulu. Dan sekarang, hubungan mereka sudah di ujung tanduk. Seperti terlalu mudah untuk berpisah, padahal dulu mereka berjuang untuk bisa bersama.

"Kalau tidak cocok, mau bagaimana lagi, kan?" Elea memberi senyum kecil. "Aku keluar dulu. Jamie menungguku. Ada sesuatu yang ingin dia katakan."

Bibir Emma menipis dan ia mengangguk dua kali. Matanya terus mengikuti langkah Elea dan berharap dalam hati supaya hubungan mereka tetap baik-baik saja.

***

Elea melangkah dengan langkah pasti. Beberapa orang yang berpapasan dengannya menyapanya dan ia menyapa balik. Senyumnya yang merekah itu surut tiba-tiba ketika ia berhadapan dengan Jamie.

"Hai."

Elea menghentikan langkahnya, kedua matanya berkedip dan tangannya terlipat didepan tubuhnya. Ia menunggu Jamie mengungkapkan apa yang ingin dikatakan. Permasalahan terakhir dalam hubungan mereka membuat mereka berdua saling tidak peduli satu sama lain.

"Dengar." Jamie membasahi bibirnya. "Aku mencintaimu, El. Hanya saja--"

"Langsung intinya saja," potong Elea cepat. Ia terlihat tidak sabar menanti inti dari ucapan Jamie.

"Okay." Jamie menggosok kedua telapak tangannya dan mendesah pelan. "Ayo kita akhiri hubungan ini."

Mendengarnya membuat senyum kecil terukir di wajah Elea. Seperti yang ia duga. "Baik." Elea mendongak padanya. "Sampai sini saja. Terima kasih atas semua kesenangan yang kau beri padaku." Dan senyumnya semakin lebar.

"Hm. Hubungan ini tidak berhasil. Selalu ada kesalahpahaman."

Elea mengangguk paham. "Aku tahu. Ini memang yang terbaik." Kedua tangannya terurai dan menjuntai di sisi tubuhnya. "Kalau begitu ... sampai jumpa," ucapnya sebelum berbalik pergi dari sana, meninggalkan Jamie yang mengernyit dalam, dilema apakah keputusannya sudah tepat.

Tapi, Elea tidak peduli. Ia memang menunggu momen ini datang. Sudah berkali-kali sebenarnya ia mengakhiri hubungan ini secara sepihak, tapi Jamie menolak. Jadi, Elea menunggu Jamie bosan dengan tingkahnya lalu memutuskan untuk putus. Di momen seperti itu, Elea tentu tidak akan protes, ia malah dengan senang hati setuju karena setelahnya ia terbebas dari Jamie yang begitu overprotektif.

"Hei. Sudah selesai?" Emma bertanya begitu Elea masuk kembali ke ruang khusus para model.

Elea mengangguk dan duduk di salah satu skruvsta berwarna putih gading yang langsung berhadapan dengan sebuah cermin besar. Elea menyandarkan punggungnya dan memijat dahinya perlahan.

"Aku ingin sekali liburan. Tapi selalu tidak ada waktu," gumamnya yang masih bisa didengar oleh Emma. "Lalu, aku dan Jamie sudah putus."

"Apa?" Emma menganga tidak percaya. "Kau berbohong?"

"Tidak."

"Astaga." Emma tidak percaya dengan telinganya sendiri. "Oh ... Em ... Okey. Aku hanya mengkhawatirkanmu saja, El."

Elea memutar kursinya menghadap ke arah Emma yang sedang menyiapkan pakaian ganti untuknya. "Apa tidak ada jadwal kosong untukku, Emma?"

"Tidak ada sebenarnya. Tapi, jika kau mau maka bisa saja. Aku akan mengurusnya." Emma mengedipkan sebelah matanya. "Omong-omong, berarti kau sekarang sedang melajang. Benar, kan?"

Bibir Elea melengkung ke bawah dan mengedikkan kedua bahunya. "Ya begitulah. Aku rasa lebih baik begini. Mengurus lelaki hanya membuatku tambah lelah saja."

Emma meringis mendengarnya. Ia juga merasakan hal yang sama, sejujurnya. Itu kenapa ia tidak pernah niat mencari pasangan. Hanya menyusahkan saja baginya.

"Baiklah. Kita akan bicarakan hal itu nanti lagi. Sekarang, kau harus berganti baju dahulu." Emma memberikan setelan dress tanpa lengan dan blazer pada Elea yang sudah bangkit berdiri. "Kalau kau kesulitan, panggil aku saja."

Elea menganggut dan membawa gantungan pakaian itu ke dalam ruang ganti. Sementara Elea masih berada didalam sana, Emma duduk di satu single sofa di sudut ruangan dengan ponsel yang menyala di tangannya.

Tak lama kemudian, mata Emma tampak membesar, ia bahkan lebih mendekatkan ponselnya ke wajahnya. Sepertinya ada sesuatu yang menarik di sana hingga sekarang ia terlihat begitu antusias.

"Elea!" Emma berseru begitu Elea keluar dari ruang ganti. "Elea, kau harus lihat ini!" Emma berjalan ke arah Elea dan menunjukkan pada Elea apa yang ia maksudkan.

"Apa ini?" Elea menyipitkan matanya membaca tulisan yang agak kecil di ponsel Emma. "Program mencari pasangan?" tanyanya dengan nada nyaring.

"Ya!" Emma menjawab antusias. "Kau tidak mau ikut? Ini sangat cocok sekali denganmu! Siapa tahu kau bertemu dengan pria yang sesuai dengan tipe idealmu lalu kalian berpacaran dan akhirnya menikah!"

Elea menghela napas lelah. Mendengar Emma yang berceloteh semangat tentang program mencari pasangan itu membuatnya merasa letih.

"Emma. Aku tidak akan mendaftarkan diriku ke acara itu. Aku tidak suka dan juga tidak mau," ujar Elea menolak terang-terangan. "Acara seperti itu hanya omong kosong. Tidak ada pasangan yang benar-benar pasangan kalau sudah keluar dari acara, mereka pasti putus."

"Tapi ini keren, Elea. Stasius TV KRA menjadi yang terbaik di negeri ini. Dengan kau ikut, dan kau berpartisipasi di sana, namamu akan lebih terkenal. Kau akan dikenal lebih banyak orang! Dengan begitu, akan lebih mudah untukmu mendapatkan uang. Percayalah. Terkenal membuat uangmu lebih banyak."

Elea terdiam di tempat. Sebagai gadis yang tumbuh dari keluarga dibawah garis rata-rata dalam aspek ekonomi membuat Elea agak sensitif masalah uang. Ia begitu berambisi mendapatkan uang yang banyak dan menjadi super kaya raya.

"Tapi aku tidak suka drama. Aku juga tidak bisa akting." Ela mengerutkan hidungnya. "Aku juga payah menghapal skript. Jadi ... tidak, terimakasih."

Emma berkacak pinggang. "Elea. Aku penasaran apakah kau pernah menonton reality show?"

"Well ... memangnya semua itu tidak terencana?"

Emma memasang ekspresi seolah ia ingin meninju Elea saat itu juga. "Elea. Sayang. Reality show tidak pakai skript. Semuanya mengalir begitu saja. Berdasarkan emosi dan perasaan. Jadi ayolah. Kau luar biasa, kau akan bertemu beberapa pria yang menawan, yang mungkin bisa mengambil hatimu, ya kan? Kau juga pasti akan terkenal. Apalagi yang kau butuhkan?"

Elea menggeleng. Membuat Emma mendesah pelan. "Tidak, Em. Aku suka diriku yang sekarang. Tidak pusing memikirkan banyak hal. Uangku sudah cukup. Aku sudah cukup senang. Jadi ... jawabanku tetap tidak."

Elea berbalik menatap cermin, menambahkan lipstik di bibirnya. Sedangkan Emma merasa agak kecewa. Emma hanya merasa jika Elea bisa menjadi tokoh utama dalam acara ini. Karena jangankan para pria, Emma yang wanita saja benar-benar mengagumi aura Elea. Jika ia tertarik dengan wanita, mungkin ia sudah memacari Elea.

Tiba-tiba sebuah pemikiran jahil masuk ke dalam pikiran Emma. Ia tersenyum hampir tertawa memikirkannya. Dan lagipula untuk acara yang tentunya booming nanti, tentu ada banyak pendaftar, peluang Elea bisa lulus cukup kecil, bukan?

"Emma. Jangan tatap ponselmu terus. Kemas semua barang dan kita pulang sekarang."

Emma menjentikkan jarinya. "Okay, babe!"

***

Di sebuah ruangan terang benderang dengan begitu banyaknya alat olahraga, seorang pria dengan tone kulit limestone dan dada bidang, biseps serta triseps sempurna serta perut yang begitu sixpack sedang melakukan pemanasan ketika seorang gadis yang memakai sport bra dan legging berwarna hitam tiba-tiba muncul dan menginterupsi sesi pemanasannya.

"Ethan! Hei kau baru mau work out?" tanyanya dengan riang dan mengecup pipi Ethan. "Kemarilah, ada yang ingin aku katakan padamu." Dia berjalan ke arah kursi dan duduk di sana, melambaikan tangannya menyuruh Ethan mendekat.

"Ada apa, Phi?" Ethan, pria yang memakai celana pendek yang sebenarnya cukup ketat di tubuhnya itu melangkah ke Delphi, satu-satunya teman perempuan yang pernah terjebak friendzone dengannya.

"Kau single, kan?"

Mata Ethan yang beriris cokelat pekat itu mengerut. "Kau berniat mengejek?"

"Aku cuma tanya." Delphi berseru dan tertawa. "Aku bawa berita baik untuk pria yang sudah melajang dua tahun ini," ujarnya semangat.

Ethan mengambil botol minum dari tasnya sebelum duduk disebelah Delphi. "Apa?" tanyanya lalu mereguk air didalam botol.

"KRA sedang membuka pendaftaran untuk orang-orang single seperti kita. Ada program kencan ... em ya seperti mencari pasangan selama empat belas hari. Kau tidak mau ikut?" Mata Delphi membesar menatap Ethan, menandakan betapa antusiasnya ia. "Aku yakin ini akan benar-benar wuah! Kau tau sendiri kan bagaimana setiap program TV ini selalu viral. KRA pasti tidak main-main merangkai semuanya. Pasti akan epic!"

Ethan tidak bereaksi. Ia bahkan tidak menatap balik Delphi. Tangannya hanya memutar tutup botol dan ia malah menguap kecil kemudian.

"Ethan!"

"Kenapa?" Ethan menyahut malas. "Aku tidak tertarik. Daftarkan saja dirimu."

"Kau yakin? Akan ada beberapa perempuan luar biasa di sana. Kau benar-benar menyesal kalau tidak ikut. Kau juga bisa menambah teman, relasi dan bisa saja terkenal, Ethan!"

Ethan menggeleng. "Tidak," sahutnya. "Kau optimis sekali. Memangnya bisa lulus?"

Delphi membuka mulutnya hendak menyangkal kalimat pesimis Ethan, tapi ia kemudian menutupnya lagi. "Apa salahnya mencoba, kan?"

"Aku tidak ada waktu."

"Omong kosong. Perusahan furniture itu milikmu. Kau bisa libur kapanpun kau mau." Delphi tidak menyerah. Ia ingin dirinya dan Ethan ikut program ini.

"Tidak ...." Ethan bangkit berdiri dan berjalan ke arah treadmill. "Kau saja."

Bibir Delphi mengerucut, tanda jika ia sedang kesal. "Aku tetap akan mendaftarkanmu!!" serunya menatap punggung Ethan, tidak peduli kalau beberapa orang di sana menoleh ke arahnya.

Dan Ethan, sekali lagi dengan sikap tak acuhnya, ia berkata sembari mengangkat kedua tangannya. "Terserah ...."

***

Emma dan Elea sedang berada didalam apartemen Elea, apartemen yang kata Elea adalah milik mereka berdua, bukan Elea saja.

"Elea, boleh aku pinjam laptopmu?"

Emma menoleh pada Elea yang sedang berbaring diatas tempat tidur dengan eye mask di kelopak mata bawahnya.

"Hm."

Emma terkekeh dan bangkit berdiri, ia berjalan ke arah meja lalu mengambil laptop pink milik Elea.

"Aku harus mengirim beberapa email dan laptopku sedang rusak, tidak tahu kenapa." Emma memberitahu Elea tanpa ditanya. "Dan setelah ini, aku akan mendaftarkanmu ke program kencan itu."

"Emma!" Elea bangkit duduk dan Emma tertawa kencan karenanya. "Jangan coba-coba. Aku tidak mau. Kalau kau tetap kukuh, ya sudah terserah, aku tetap tidak akan ikut."

Tawa Emma mereda. Ia mengedikkan kedua bahunya. Ya lihat saja nanti, pikirnya.

Tak lama kemudian, sebuah notifikasi muncul dibawah layar laptop Elea. Emma meliriknya dan terkejut ketika melihat sebuah DM yang berasal dari KRA official.

Emma menutup mulutnya rapat-rapat agar tak berseru. Ia tahu kalau pesan itu untuk Elea, tapi ia tidak berbohong kalau ia amat sangat antusias sekarang.

Emma mengintip dari balik laptop, melihat apa yang dilakukan Elea. Karena Elea kembali berbaring dan memejamkan mata. Ia meminta maaf didalam hati dan membuka pesan itu.

Mata Emma membesar selama membaca pesan yang cukup panjang itu. Jantungnya berdegup sangat kencang hingga rasanya ingin keluar dari tenggorokannya. Ia mulai menutup mulutnya dan tertawa ketika hampir selesai membaca semua teks itu.

"ELEA!!" Ia berseru. Berdiri dan melompat-lompat karena rasa senang. "Elea! Bangun! Kau mendapat pesan dari KRA!"

Elea membuka sebelah matanya. "Emma. Please. Aku mau tidur."

"Hey baca dulu pesan ini." Emma membawa laptop Elea ke tempat tidur dan menaruhnya ke pangkuan gadis itu. "Gila! Ini gila! Kau bahkan tidak perlu mendaftar, Elea. Mereka menawari langsung padamu."

Elea membaca teks itu dengan malas. Ketika selesai, ia mengembalikan laptopnya ke Emma dan kembali berbaring seolah tidak ada hal luar biasa yang terjadi.

"Elea?" Emma mengerutkan dahinya, sungguh heran dengan sifat modelnya ini. "Setidaknya tunjukkan rasa senang sedikit saja."

Elea menggeleng. "Aku tetap tidak akan ikut, Emma. Aku lelah. Sudah ya," ujarnya berbalik badan dan memeluk gulingnya.

Emma menghela napas. Sepertinya memang Elea tidak mau ikut. Emma kemudian mengambil laptop itu dan membaca kembali pesan yang tertera di sana. Penawaran ini berlaku sampai lima hari ke depan. Karena di hari keenam, peserta ditentukan dan hari ketujuh, semuanya dimulai.

***

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Teha
semangat update nya, kakak author!!
2022-06-23 20:52:32
1
user avatar
Keyrara
i just sent 5 starts for me
2022-05-23 23:09:04
1
42 Kabanata
1. Awal Mula
Kilatan cahaya dari tadi terus terlihat. Seorang perempuan berdiri dengan begitu anggun. Berpose berubah-ubah dengan sebuah kamera dan seorang fotografer didepannya. Ia tidak peduli dengan kebisingan akan arahan atau orang-orang yang memujinya luar biasa. Karena ia profesional, maka ia akan tunjukkan apa yang akan mereka dapat dengan memakainya sebagai model mereka. Tentu tidak akan kecewa. Dengan bibir penuh yang merah merekah, bulu mata lentik, hidung mancung, wajah oval dan didukung dengan tubuh tinggi semampai yang berisi membuatnya mengantongi seluruh kata yang menggambarkan sebuah kecantikan. "Oke, stop!" Perempuan itu kemudian berhenti berpose. Ia merapikan rambutnya. "Kerja bagus, Elea! Pemotretan kali ini berhenti sampai disini." Elea, model cantik itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih sebelum melangkah ke arah asistennya yang sudah menunggunya dengan senyum lebar di wajahnya. "Elea. Kau selalu menakjubkan! Aku bangga padamu!" Elea tersenyum tipis, hampir tertawa k
last updateHuling Na-update : 2022-01-24
Magbasa pa
2. Setengah Terpaksa
Sudah hari kelima semenjak pesan official itu terkirim dari KRA. Tampaknya, Elea masih kukuh dengan penolakannya dan Emma sudah dari beberapa hari yang lalu menyerah. Alasannya karena Elea tampak baik-baik saja berpisah dengan Jamie. Dan hal itu membuatnya lega, ia tidak perlu memikirkan pelampiasan lain agar Elea bisa move on."Kau mau kemana hari ini? Cuaca sedang terik."Emma menggigit apel merah di tangannya, lalu mengunyahnya dengan lahap. Ia duduk di kursi meja makan, menatap Elea yang sedang mengambil air mineral dingin dari dalam kulkas."Kau tahu aku ingin pergi?" Elea bertanya balik. Kepalanya menoleh pada Emma."Ya. Jelas. Jika kau memakai riasan, maka kau mau pergi," jawabnya enteng. "Mau kemana? Kau tidak mengajakku?""Hm. Aku ingin sendiri." Elea meraih tas selempang yang tadi ia letakkan di atas meja dapur lalu memakainya di bahunya."Di luar terik. Kau yakin? Nanti kulitmu terbakar.""Sudah pakai sunscreen.""Ka
last updateHuling Na-update : 2022-01-31
Magbasa pa
3. Selamat Datang
Pagi itu. Elea dibantu oleh Emma, mempersiapkan segala kebutuhannya dalam satu koper besar. Elea sedang bad mood karena barusan ia melihat foto Jamie dan pacar barunya sedang berbaring saling berpelukan diatas tempat tidur. Sudah bisa ditebak apa yang sudah mereka lakukan dan itu membuat Elea semakin kesal.“Sudah. Tidak perlu memikirkannya lagi. Setidaknya kau tahu kan kalau dia sebenarnya brengsek,” ujar Emma menaruh pakaian Elea ke dalam koper yang terbuka. “Yakinlah, kau di sana pasti akan bertemu pria-pria tampan.  Ajak kencan saja salah satunya dan lupakan Jamie.”“Aku tidak tahu. Saat ini, satu-satunya alasan terkuat aku ikut hanya karena agar aku terkenal. Masuk ke dalam reality show yang berpeluang besar akan ternar, membuatku juga akan tenar, kan?”Emma tertawa. “Ternyata begitu pikiranmu,” ujarnya. “Ya tidak buruk juga. Yang penting kau harus menikmati acaramu. Dan nikmati para bujangan seksi
last updateHuling Na-update : 2022-02-08
Magbasa pa
4. Kesan Pertama
Angin berhembus lembut di cuaca yang cukup terik. Sepuluh orang dengan aura dan wajah yang bukan main itu saling mengobrol ringan sembari menggoda satu sama lain. Masih belum ada instruksi apapun, membuat mereka masih berdiri di tempat. Elea mengobrol dengan dua pria yang ia ketahui bernama Adrian dan Kevin. Elea tidak akan berbohong jika dua pria didepannya ini amat sangat menyejukkan matanya. Bagaimana tidak jika Adrian dan Kevin sama-sama mempunyai wajah rupawan dan juga dada yang bidang. Tinggi mereka juga lumayan, membuat Elea sedikit mendongak untuk bisa memperhatikan ketika mereka berbicara. Jika dilihat-lihat, kelima pria di sana memang semuanya memiliki tubuh yang menjulang ke atas, bukan hanya Adrian dan Kevin. Pesona mereka juga sungguh tidak bisa dihiraukan begitu saja. Kalau begini ceritanya, Elea sebagai wanita yang normal tidak tahu mampu bertahan atau tidak, entah ia mampu menahan hatinya atau tidak. Karena ini semua ... terlalu besar untuk ia tanggung. "Elea? Mikirk
last updateHuling Na-update : 2022-04-17
Magbasa pa
5. A Kiss
Ethan punya kebiasaan yang sedari dulu sudah mengakar di dirinya. Ia sebagai seorang pria normal, sering kali tertarik kepada banyak wanita. Tetapi, ketertarikannya bukan berarti ia suka secara keseluruhan, melainkan hanya fisik. Pria mana yang tidak suka melihat seorang wanita dengan tubuh yang begitu ideal? Namun, bukan berarti Ethan tidak pernah merasa tertarik yang benar-benar tertarik. Ia pernah merasakannya dan itu bersama Delphi, sahabatnya sendiri. Ketika ia mencium wanita lain, ia tidak merasakan degupan kencang di jantungnya, meskipun ia tertarik pada wanita itu. Tapi ketika ia melakukannya dengan Delphi, ia merasa jantungnya hendak melompat keluar dari dadanya. Hanya saja, karena terhalang status sahabat, perasaan yang dimiliki Ethan untuk Delphi lama kelamaan memudar.Dan sekarang, ia merasa tertarik kembali pada Elea. Ia merasa harus memastikan apakah ketertarikan ini hanya ketertarikan biasa atau luar biasa. Dan untuk mengetahuinya, Ethan harus memberi kecupannya.Perta
last updateHuling Na-update : 2022-06-04
Magbasa pa
6. Tidak Main-Main Lagi
Ini baru hari pertama mereka ada di vila, tapi sudah banyak yang terjadi, sehingga ada beribu rasa didalam hati. Rasa ingin memiliki dan obsesi terasa begitu dominan. Ada peperangan diantara mereka, hanya saja tidak kentara. Bagaimanapun, beberapa dari mereka ada yang menyukai wanita atau pria yang sama dan tentu rasanya seperti sedang berada dalam sebuah kompetisi.Elea duduk di kursi meja riasnya dengan tatapan kosong. Ia bingung dengan perasaannya. Terus terang, ia sedikit cemburu dengan tantangan Freya pada Ethan tadi. Tapi, ini baru hari pertama, mereka baru bertemu dan Elea tidak sangka jika ia akan menyukai seseorang secepat ini.Bertopang dagu, jari-jari Elea mengetuk-ketuk mejanya. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana nanti di ranjang. Namun sepertinya ia tidak bisa dekat-dekat dulu dengan Ethan, ia harus jaga jarak. Tidak mungkin di malam pertama ia sudah langsung memeluk Ethan, pria itu pasti akan terheran-heran jika ia melakukannya.Di tengah keruwetan pikiran Elea, tiba
last updateHuling Na-update : 2022-06-06
Magbasa pa
7. Tantangan Make Up
Saat sarapan, mereka bersepuluh berkumpul di dapur dan duduk kursi meja makan. Saat sedang asik menyantap makanan, tiba-tiba Theo bersuara. "Kalian sudah cek kotak surat?" tanyanya yang jelas menyita perhatian mereka karena memang hal yang dikatakan Theo itu penting. "Belum." Adrian menyahut dengan tampang kosong. "Shit." Theo langsung berdiri dan berjalan cepat ke arah pintu belakang vila, merogoh dalam kotak surat dan ketika menemukan selembar surat, ia langsung kembali ke dapur. "Suratnya ada?" tanya Arabella ketika Theo kembali. "Ini." Theo mengangkat surat di tangannya. "Akan kubuka." Menyudahi sarapan, mereka memfokuskan diri pada Theo. Penasaran dengan agenda apa yang harus mereka lakukan hari ini. "Setelah sarapan, sebuah tantangan menanti kalian di halaman belakang vila. Pergilah dengan seseorang yang duduknya berhadapan denganmu." Mata Theo melebar saat ia menyelesaikan ucapannya. Ia langsung melihat ke arah bangkunya dan matanya bergulir menatap wanita yang duduk dih
last updateHuling Na-update : 2022-06-07
Magbasa pa
8. Kencan Yang Tidak Diharapkan
Jawaban dikunci, lampu pengeras suara juga sudah mati. Kini, dua pasangan yang akan segera menikmati kencan diluar pulau harus bergegas menyiapkan diri karena mereka akan pergi. Tapi, masih ada banyak ketegangan yang yang harus diakhiri. "Brengsek!" Ethan menarik baju Kevin dengan tangan terkepal. Emosinya melambung tinggi hingga ia tidak bisa mengontrolnya. Kevin hanya menatap Ethan santai, tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Karena sejujurnya pun ada banyak hal yang saat ini bersemayam dalam pikirannya. "Ethan, tenanglah." Theo menarik Ethan mundur. Sedangkankan di sisi Kevin, ada Max yang menahannya, berjaga-jaga jika Kevin membalas serangan Ethan. "Padahal kau bisa saja memilih Arabella atau Grace, wanita yang dekat denganmu." Ethan menunjuk Grace dan Arabella yang hanya diam. "Tapi, kau malah memilih Elea," katanya dengan mata bersinar tajam. Emosi Ethan kentara sekali dari wajahnya. "Jangan egois, Ethan. Kau juga tahu sendiri jika aku, Adrian, ataupun Max ingin berbicara
last updateHuling Na-update : 2022-06-09
Magbasa pa
9. Cemburu
Enam orang tersisa di vila memutuskan untuk menikmati matahari terbenam di sore hari. Pemandangannya begitu indah karena tidak terhalang oleh apapun. Tapi sayangnya keindahan itu tidak sampai ke hati beberapa dari mereka.Adrian dan Grace yang paling kacau hatinya. Dua-duanya sama-sama merasa jika sisa hari-hari mereka di vila tidak akan baik. Hal ini dikarenakan seseorang yang pertama kali menangkap perhatian mereka nyatanya tidak menunjukkan ketertarikan yang sama.Di lain sisi. Azalea dan Max sedang duduk diatas double-bed sun lounger dengan kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancung mereka. Sama-sama diam menikmati cahaya jingga yang terlihat sempurna di ujung laut sana."Jadi," Azalea memulai, "apa ada orang lain yang kau suka di vila ini?" tanyanya dengan pandangan yang terus lurus ke depan."Bukan suka. Tapi, sedari awal mataku tertuju pada dua orang. Kau dan Elea." Max berkata jujur. "Aku ingin mendekatkan diri dengan kalian berdua. Aku juga akan mengambil setiap k
last updateHuling Na-update : 2022-06-12
Magbasa pa
10. Pengadu Domba
Hari ketiga dimulai. Matahari perlahan beranjak dari ufuk timur. Semua orang mulai bersiap-siap memulai aktivitas yang sama seperti kemarin. Tetapi terkadang, apa yang akan terjadi hari ini bisa berbeda dari yang kemarin. Dan tentu setiap orang menginginkan perbedaan yang mengarah ke hal baik, bukan sebaliknya. Tepat di jam delapan pagi. Ethan dan Freya dipersilahkan untuk keluar dari kamar. Begitu mereka keluar, mereka langsung bertemu dengan pasangan satunya, Elea dan Kevin. Mereka berempat tidak berbicara apapun, hanya mengikuti langkah staf yang mengarahkan mereka ke rooftop hotel. "Bagaimana kencan kalian?" tanya Freya pada Elea dan Kevin. Matanya berbinar, memperlihatkan jika hatinya sedang dalam keadaan bahagia. "Tidak ada masalah, kan?" "Lumayan seru," sahut Elea dan tersenyum kecil. "Kami bermain jenga dan melakukan tantangannya. Malamnya kami hanya berbincang-bincang lalu tidur." "Oh baguslah." Freya tidak ingin menceritakan bagaimana harinya dengan Ethan jika Elea tidak
last updateHuling Na-update : 2022-06-16
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status